Kel.9 Psikologi Agama
Kel.9 Psikologi Agama
Disusun Oleh :
Kelompok 9
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia nikmat
sehat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas tertulis(lisan)
sebagaimana yang telah diberikan kepada kami, yakni Makalah yang berjudul
“Konversi Dalam Beragama” ini dengan tepat waktu. Kami ucapkan terima kasih
kepada Bapak Dr. H. Aguswan Khotibul Umam, S.Ag, MA. selaku dosen
pengampu mata kuliah “Psikologi Agama”, yang telah memberikan tugas sebagai
tambahan ilmu pengetahuan bagi kami pribadi dan bagi pembaca. Besar harapan
kami agar makalah ini dapat memberikan wawasan pengetahuan walaupun secara
ringkas.
Akhir kata, kami kembali ucapkan terima kasih untuk semua baik teman
yang telah berpartisipasi dalam penilaian makalah ini, dan mohon maaf apabila
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan tentunya masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan agar
dapat menjadi evaluasi dalam pembuatan makalah selanjutnya guna memperbaiki
makalah untuk menjadi makalah yang lebih baik lagi, terima kasih atas waktu
yang telah disempatkan untuk membaca.
Kelompok 9
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................... 1
1.3. Manfaat penelitian................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Konversi Agama...................................................................... 3
2.2. Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Konversi Agama ......................... 4
2.3. Macam – Macam Konversi Agama........................................................... 7
2.3. Proses Konversi Agama............................................................................. 9
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan.............................................................................................. 12
3.1. Saran.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia hidup di dunia ini tidak lepas dari masalah kehidupan. Ada yang
bahagia maupun menderita, dari perbedaan masalah tersebut terkadang
menyebabkan seseorang mengalami kegoncangan batin. Dalam konteks ini,
manusia juga lazim mengeluh dan bahkan kecewa akan kondisi psiko-
Ilahiyah-nya, Bahkan terkadang merasa putus asa, untuk itu manusia akan
mencoba atau berusaha mencari pegangan atau ide baru, dimana ia bisa
merasakan ketenangan jiwa.
Agama telah banyak memberikan kesejukkan dan kehangatan bagi
spiritual dan jiwa manusia yang lapar dan haus akan kesejahteraan,
kemakmuran, dan ketenangan. Mereka yang telah menemukan pencerahan
dari kekelaman jiwa ini akan bangkit dan memiliki suatu keyakinan yang baru.
Suatu keyakinan yang akan membuat hidupnya terasa lebih berarti dan
bertujuan, yaitu kembali kepada Tuhannya. Terjadilah pembalikan arah, atau
disebut pertaubatan. Jika demikian, perbaikan-perbaikan yang terjadi pada
manusia, khususnya dalam aspek agama berkaitan erat dengan kondisi hati
atau jiwa seseorang. Perbaikan-perbaikan semacam ini lebih dikenal dengan
istilah konversi dalam psikologi. Maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai konversi agama, yaitu pengertiannya, faktor penyebabnya, macam-
macamnya, dan juga proses konversi agama.
1
1.3 Manfaat Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
berubah, digenerasikan, untuk menerima kesukaan, untuk menjalani pengalaman
beragama, untuk mendapatkan kepastian adalah banyaknya ungkapan pada proses
baik itu berangsur-angsur atau tiba-tiba, yang dilakukan secara sadar dan terpisah-
pisah, kurang bahagia dalam konsekuensi penganutnya yang berlandaskan
kenyataan beragama.
4. Konversi Agama menurut Weber dan Dirkheim ada tiga, Pertama adalah
kecenderungan masyarakat pada doktrin keagamaan tertentu sangat dipengarui
oleh kedudukan kelas penganutnya. Kedua adalah beberapa ide Agama
mencerminkan karakteristik kondisi manusia yang sangat Universal dan
karenanya mempunyai daya tarik luas menfrandensikan pembagian statifikasi
sosial. Ketiga adalah perubahan sosial, khusus di organisasi, yang mengakibatkan
hilangnya consensus budaya dan solidaritas kelompok dan membuat manusia
berada dalam situasi ”mencari komunitas” yakni pencarian nilai-nilai baru yang
akan menjadi anutan mereka dan kelompok-kelompok dimana mereka akan
bergabung.
Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh
lingkungan tempat berada. Selain itu konversi agama yang dimaksudkan uraian di
atas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri:
a. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap agama
dan kepercayaan yang dianutnya.
b. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan dapat
terjadi secara berproses atau secara mendadak.
c. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari
suatu agama ke agama yang lain tetapi juga termasuk perubahan pandangan
terhadap agama yang dianutnya sendiri.
d. Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itu pun
disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.
4
Experience dan Max Heirich dalam bukunya Change of Heart banyak
menguraikan faktor yang mendorong terjadinya konversi agama tersebut.
Dalam buku tersebut diuraikannya pendapat dari para ahli yang terlibat
dalam disiplin ilmu masing-masing mengemukakan pendapat bahwa konversi
agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi oleh lapangan ilmu yang
mereka tekuni.
1. Para ahli agama menyatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong terjadinya
konversi agama adalah petunjuk Illahi. Pengaruh supernatural berperan secara
dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri seseorang atau
kelompok. Namun demikian, terasa sulit untuk membuktikan secara empiris
tentang faktor ini, walau kita mempercayai bahwa petunjuk Illahi memegang
peran penting dalam perubahan perilaku keagamaan seseorang. Oleh karena itu,
perlu ditelusuri faktor-faktor lain, baik itu dilihat dari latar belakang sosiologis,
faktor kejiwaan maupun pendidikan yang didapatkan.
2. Para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan terjadinya konversi
agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong terjadinya
konversi itu terdiri dari adanya berbagai faktor lain:
a. Pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang bersifat keagamaan
maupun nonagama (kesenian, ilmu pengetahuan ataupun bidang kebudayaan).
b. Pengaruh kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau
kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan seacara rutin hingga
terbiasa, misalnya: menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan yang
bersifat keagamaan baik pada lembaga formal, ataupun nonformal.
c. Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang yang dekat, misalnya: karib,
keluarga, dan famili.
d. Pengaruh pemimpin keagamaan.
e. Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.
f. Pengaruh kekuasaan pemimpin.
3. Para ahli psikologi menyebutkan faktor psikologis yang menyebabkan
terjadinya konversi. Sebagai contoh adalah tekanan batin, maka akan mendorong
seseorang untuk mencari jalan keluar, yaitu ketenangan batin, atau jiwa yang
5
kosong dan tidak berdaya kemudian mencari perlindungan kekuatan lain yang
mampu memberikan kehidupan jiwa yang tenang dan tentram. Dengan demikian,
terjadinya konversi tidak hanya didorong oleh faktor ekstern saja, tapi juga
disebabkan faktor intern.
Yang dapat dikategorikan sebagai faktor intern (dari dalam) antara lain:
1. Kepribadian. Secara psikologis tipe kepribadian tertentu akan mempengaruhi
kehidupan jiwa seseorang. Dalam penelitian William James ditemukan bahwa tipe
melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat
menyebabkan terjadinya konversi dalam dirinya.
2. Pembawaan. Menurut penelitian Guy E. Swanson ditemukan semacam
kecenderungan urutan kelahiran yang mempengaruhi konversi agama. Anak
sulung dan anak bungsu biasanya tidak mengalami tekanan batin. Sementara anak
yang dilahirkan pada urutan tengah atau antara sulung dan bungsu sering
mengalami stres.
Sedangkan yang termasuk dalam faktor ekstern (dari luar) antara lain:
1. Faktor Keluarga. Di antara yang termasuk dalam faktor ini adalah: kerekatan
keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang
mendapatkan pengakuan kaum keraba. Kondisi demikian menyebabkan batin
seseorang akan mengalami tekanan batin sehingga sering terjadi konversi agama
dalam usahanya untuk meredakan tekanan batin yang menimpa dirinya.
2. Faktor lingkungan tempat tinggal. Yang termasuk dalam faktor ini adalah
ketersaingan dari tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupan di suatu tempat
yang menyebabkan seseorang hidupnya sebatang kara.
3. Perubahan status. Perubahan status yang dimaksud dapat disebabkan oleh
berbagai macam persoalan, seperti: perceraian, keluar dari sekolah atau
perkumpulan dan lain sebagainya.
4. Kemiskinan. Seringkali terjadi masyarakat awam yang miskin terpengaruh
untuk memeluk agama yang menjanjikan dunia yang lebih baik, seperti kebutuhan
sandang dan pangan yang mendesak.
Sedangkan Menurut Prof. DR. Zakiyah Daradjat, faktor-faktor terjadinya
konversi agama meliputi:
6
a. Pertentangan batin (konflik jiwa) dan ketegangan perasaan, orang-orang
yang gelisah, di dalam dirinya bertarung berbagai persoalan, yang kadang-kadang
dia merasa tidak berdaya menghadapi persoalan atau problema, itu mudah
mengalami konversi agama.
b. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama, diantara faktor-faktor penting
dalam riwayat konversi itu, adalah pengalaman-pengalaman yang
memengaruhinya sehingga terjadi konversi tersebut. Di antara pengaruh yang
terpenting adalah pendidikan orang tua di waktu kecil.
c. Ajakan/ seruan dan sugesti, banyak pula terbukti, bahwa diantara peristiwa
konversi agama terjadi karena pengaruh sugesti dan bujukan dari luar.
d. Faktor emosi, orang-orang yang emosionil (lebih sensitif atau banyak dikuasai
oleh emosinya), mudah kena sugesti, apabila ia sedang mengalami kegelisahan.
e. Kemauan, kemauan yang dimaksudkan adalah kemauan seseorang itu sendiri
untuk memeluk kepercayaan yang lain.
b. Konversi agama dapat terjadi oleh karena suatu krisis ataupun secara mendadak
tanpa suatu proses.
Berdasarkan gejala tersebut maka dengan meminjam istilah yang
digunakan starbuckia membagi konversi agama menjadi dua tipe yaitu :
1. Perubahan secara bertahap (Type Valitional)
Yaitu konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit, hingga
kemudian menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan rohaniah yang baru. Konversi
yang demikian ini sebagian besar terjadi sebagai suatu proses perjuangan batin
yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu
7
kebenaran. Tipe pertama ini dengan motivasi aktif dari pelaku dan intelektual
rasional yang lebih berperan.
2. Perubahan secara drastis (Type Self Surrender)
Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami
proses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang
dianutnya. Perubahan tersebut dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi taat,
dari tidak kuat keimanannya menjadi kuat keimanannya, dari tidak percaya
kepada suatu agama menjadi percaya. Pada konversi jenis kedua ini, menurut
William James terdapat pengaruh petunjuk Tuhan Yang Maha Kuasa terhadap
seseorang. Sebab, gejala konversi ini terjadi dengan sendirinya pada diri
seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa
sepenuhnya. Dengan kata lain, konversi tipe kedua ini merupakan hidayah atau
petunjuk dari Tuhan.
Menurut Moqsith, jenis-jenis konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu:
1. Konversi internal, terjadi saat seseorang pindah dari mazhab dan perspektif
tertentu ke mazhab dan perspektif lain, tetapi masih dalam lingkungan agama
yang sama.
2. Konversi eksternal, terjadi jika seseorang pindah dari satu agama keagama
lain.
Menurut Abdalla, senada dengan apa yang telah di ungkapkan Moqsith,
konversi internal terjadi dalam satu agama, dalam artian pola pikir dan pandang
seseorang berubah, ada yang dihilangkan dan tidak menutup kemungkinan banyak
yang ditambahkan (ibadah), tetapi konsep ketuhanan tetap sama. Sedangkan
dalam konversi eksternal pindah keyakinan ke konsep yang benar-benar berbeda
dengan konsep keyakinan sebelumnya.
Menurut Penido, berpendapat bahwa konversi agama mengandung dua unsur:
1. Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan yang terjadi
dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini
membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan
oleh krisis yang terjadi dan keputusan yang di ambil seseorang berdasarkan
pertimbangan pribadi. Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi
8
dalam bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seiring dengan proses
tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih.
2. Unsur dari luar (exogenous origin), yaitu proses perubahan yang berasal dari luar
diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau kelompok
yang bersangkutan. Kekuatan yang berasal dari luar ini kemudian menekan
pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga
memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan.
9
1. Terjadi desintegrasi sintesis kognitif (kegoncangan jiwa) dan motivasi sebagai
akibat dari krisis yang dialami.
2. Reintegrasi (penyatuan kembali) kepribadian berdasarkan konsepsi agama
yang dengan adanya reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang
berlawanan dengan struktur yang lama.
3. Tumbuh sikap menerima konsepsi (pendapat) agama yang baru serta peranan
yang di tuntut oleh ajarannya.
4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan suci
petunjuk Tuhan.
Juga diungkapkan Prof. Dr. Zakiah Daradjat bahwa proses kejiwaan yang
terjadi melalui 5 tahap, yaitu:
1. Masa tenang pertama, masa tenang sebelum mengalami konversi, dimana
segala sikap, tingkah laku dan sifat-sifatnya acuh tak acuh menentang agama.
Masa tenang tersebut adalah di saat kondisi jiwa seseorang berada dalam keadaan
tenang karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadinya
semacam sikap apriori terhadap agama. Keadaan demikian tidak akan menganggu
keseimbangan batinnya, sehingga ia dalam keadaan batin yang tenang dan
tentram.
2. Masa ketidaktenangan, konflik dan pertentangan batin berkecamuk dalam
dirinya, gelisah, putus asa, tegang, panik, dan sebagainya. Dalam kondisi
demikian, biasanya orang mudah perasa, cepat tersinggung dan hampir-hampir
putus asa dalam hidupnya dan mudah terkena sugesti. Tahap ini berlangsung jika
masalah agama telah mempengaruhi batinnya. Mungkin dikarenakan oleh suatu
krisis, musibah atau perasaan berdosa yang dialaminya. Hal demikian
menimbulkan semacam kegoncangan dalam kehidupan batinnya, sehingga
muncul kegoncangan dalam bentuk ketidak tenangan.
3. Masa konversi, tahap ini terjadi setelah konflik batin mengalami keredaan karena
kemantapan batin telah terpenuhi berupa kemampuan untuk menentukan
keputusan untuk memilih yang dianggap serasi ataupun timbulnya rasa pasrah.
Keputusan ini memberikan makna dalam menyelesaikan pertentangan batin yang
10
terjadi, sehingga terciptalah ketenangan dalam bentuk kesediaan untuk menerima
kondisi yang dialaminya sebagai petunjuk illahi.
4. Masa tentram dan tenang, muncul perasaan jiwa yang baru, rasa aman dan
damai dalam hati, dada menjadi lapang, dengan sikap penuh kesabaran yang
menyenangkan. Ia berubah menjadi pemaaf dan mudah memaafkan kesalahan
orang lain. Masa ketentraman dan ketentangan ini berbeda dengan masa
ketenangan sebelumnya. Jika ketenangan pertama keadaan tersebut dialami
karena sikap yang acuhtak acuh, maka ketenangan tahap ini ditimbulkan oleh
kepuasan oleh keputusan yang telah diambilnya. Ia timbul karena telah mampu
membawa suasana batin menjadi mantap sebagai pernyataan menerima konsep
baru.
5. Masa ekspresi konversi, segala sisi kehidupannya mengikuti aturan-aturan yang
diajarkan oleh agama. Konversi yang diiringi tindakan dan ungkapan yang
konkret dalam kehidupan sehari-hari inilah yang membawa tetap dan mantapnya
perubahan keyakinan tersebut. Pencerminan ajaran dalam bentuk amal perbuatan
yang serasi dan relevan sekaligus merupakan pernyataan konversi agama itu
dalam kehidupan.
Proses konversi diatas lebih menitikberatkan pada bentuk konversi secara
tiba-tiba atau secara mendadak. Memang banyak ditemui kasus, bahwa seseorang
tidak begitu saja langsung mengalami konversi, meski pada akhirnya akan
bermuara pada kehendak Allah atau mendapatkan petunjuk dari Allah.
Dalam prose konversi tersebut, diawali dengan disintegrasi atau konflik
dalam diri seseorang. Kasus demikian biasanya banyak dialami oleh seseorang
pada masa dewasa, di mana seseorang membutuhkan pegangan hidup yang abadi,
yang akan menentramkan jiwanya. Ia berusaha mencari makna hidup yang hakiki.
Setelah seseorang mengalami konversi agama, ia akan mengalami kesadaran
yang tinggi, kalau boleh disebut, ia akan sampai pada kematangan beragama.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konversi agama berarti terjadinya suatu perubahan keyakinan yang
berlawanan arah dengan keyakinan semula. Konversi agama sebagai suatu macam
pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah
yamg cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Lebih jelas
dan lebih tegas lagi, konversi agama menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi
yang tiba-tiba ke arah mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi,
yang mungkin saja sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadi
perubahan tersebut secara berangsur-angsur.
Para ahli yang terlibat dalam disiplin ilmu masing-masing mengemukakan
pendapat bahwa konversi agama disebabkan faktor yang cenderung didominasi
oleh lapangan ilmu yang mereka tekuni. Faktor intern, yang meliputi kepribadian
dan faktor pembawaan. Faktor ekstern, yang meliputi faktor keluarga, lingkungan
tempat tinggal, perubahan status, dan kemiskinan. Menurut Zakiyah Daradjat, ada
lima faktor yang mempengaruhi terjadinya konversi agama yaitu; ketegangan
perasaan, pengaruh hubungan dengan tradisi agama, ajakan/ seruan dan sugesti,
emosi dan faktor kemauan.
Konversi dapat terbagi menjadi dua tipe: Perubahan secara bertahap (Type
Valitional) dan Perubahan secara drastis (Type Self Surrender). Menurut Moqsith,
jenis-jenis konversi agama di bedakan menjadi dua, yaitu konversi
internal dan konversi eksternal. Konversi agama menurut Pindo, mengandung dua
unsur, yaitu: Unsur dari dalam diri (endogenos origin) dan Unsur dari luar
(exogenous origin).
Tahapan proses konversi agama diungkapkan oleh H. Carrier dan Zakiyah
Daradjat. Menurut Zakiyah Daradjat, proses konversi agama meliputi meliputi:
masa tenang, masa ketidaktenangan, masa konversi, masa tenang dan tentram,
dan masa ekspressi konversi.
12
3.2 Saran
Demikian makalah “Konversi Agama” yang penulis susun. Dengan
harapan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran
sangat diperlukan demi kemaslahatan kita semua. Dan semoga kita bisa
mengambil hikmahnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14