Anda di halaman 1dari 12

PERILAKU MENYIMPANG PERSPEKTIF PSIKOLOGI AGAMA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu : Dr. Syamsidar, S. Ag., M. Ag.

OLEH :

KELOMPOK 11

AULIA HARDIANTY AILANI 50200121073

ANDI SYAHRAENI 50200121080

WINDA JUNIANTI 50200121097

A.MUH ISRAK DARMAWAN 50200121087

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan

berkat, rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

dengan judul “Perilaku Menyimpang Dalam Perspektif Psikologi Agama”. Shalawat serta

salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang yakni Agama

Islam.
Makalah ini memuat pendahuluan, pembahasan, penutup dan daftar pustaka. Makalah

ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Agama pada Semester 3

Jurusan Bimbingan Dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah & Komunikasi UIN Alauddin

Makassar. Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak

yang berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan menggunakan makalah ini semoga

kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-sumber

pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan mencapai

tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila
ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Samata, 14 November 2022

Kelompok 11

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1

C. Tujuan ..................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 2-7


A. Penyebab Terjadinya Penyimpangan Tingkah Laku Keagamaan .......................... 2

B. Aliran Klenik ......................................................................................................... 3

C. Konversi Agama ..................................................................................................... 3

D. Konflik Agama........................................................................................................ 6

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 8

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sosial dikenal bentuk tata aturan yang disebut norma. Norma

dalam kehidupan sosial merupakan nilai-nilai luhur yang menjadi tolak ukur tingkah laku

sosial. Jika tingkah laku yang diperlihatkan sesuai dengan norma yang berlaku, maka

tingkah laku tersebut dinilai baik dan diterima. Sebaliknya jika tingkah laku tersebut tidak

sesuai atau bertentangan dengan norma yang berlaku, maka tingkah laku dimaksud dinilai

buruk dan ditolak.

Tingkah laku yang menyalahi norma yang berlaku disebut dengan tingkah laku

yang menyimpang. Penyimpangan tingkah laku ini dalam kehidupan banyak terjadi,

sehingga sering menimbulkan keresahan masyarakat. Kasus-kasus penyimpangan tingkah

laku tak jarang pula berlaku pada kehidupan manusia sebagai makhluk individu maupun

sebagai kehidupan kelompok masyarakat. Dan dalam kehidupan masyarakat bergama

penyimpangan yang demikian itu sering terlihat dalam bentuk tingkah laku keagamaan

yang menyimpang. Dengan melihat dari latar belakang diatas, maka pemakalah akan

membahas tentang tingkah laku keagamaan yang menyimpang.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Penyebab Terjadinya Penyimpangan Tingkah Laku Keagamaan?

2. Bagaimana Aliran Klenik Dalam Masyarakat

3. Apa Yang Dimaksud Konversi Agama?

4. Bagaimana Konflik Agama?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Penyebab Terjadinya Penyimpangan Tingkah Laku

Keagaaman.

2. Untuk Mengetahui Aliran Klenik Dalam Masyarakat.

3. Untuk Mengetahui Konversi Agama.

4. Untuk Mengetahui Konflik Agama

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penyebab Terjadinya Penyimpangan Tingkah Laku Keagamaan

Perubahan sikap keagamaan adalah awal proses terjadinya penyimpangan sikap

keagamaan pada seseorang, kelompok atau masyarakat. Perubahan sikap diperoleh dari

hasil belajar atau pengaruh lingkungan, maka sikap dapat diubah walaupun sulit,

karenanya perubahan sikap, dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1. Adanya kemampuan lingkungan merekayasa obyek, sehingga menarik perhatian,

memberi pengertian dan akhirnya dapat diterima dan dijadikan sebagai sebuah sikap
baru.

2. Terjadinya konversi agama, yakni apabila seseorang menyadari apa yang

dilakukannya sebelumnya adalah keliru, maka ia tentu akan mempertimbangkan

untuk tetap konsisten dengan sikapnya yang ia sadari keliru. Dan ini memungkinkan

seseorang untuk bersikap yang menyimpang dari sikap keagamaan sebelumnya yang

ia yakini sebagai suatu kekeliruan tadi.

3. Penyimpangan sikap keagamaan dapat juga disebabkan karena pengaruh status sosial,

dimana mereka yang merubah sikap keagamaan ke arah penyimpangan dari nilai dan
norma sebelumnya, karena melihat kemungkinan perbaikan pada status sosialnya.

4. Penyimpangan sikap keagamaan dari sebelumnya, yaitu jika terlihat sikap yang

menyimpang dilakukan seseorang (utamanya mereka yang punya pengaruh besar),

ternyata dirasakan punya pengaruh sangat positif bagi kemaslahatan kehidupan

masyarakat, maka akan dimungkinkan terjadinya integritas sosial untuk menampilkan

sikap yang sama, walau pun disadari itu merupakan sikap yang menyimpang dari

sikap sebelumnya.1

B. Aliran Klenik Dalam Masyarakat

1
Robert W. Crapps, Dialog Psikologi Dan Agama, ( Kanisius : Yogyakarta, 1995 ) h. 26

2
Klenik dapat diartikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan

akan hal-hal yang mengandung rahasia dan tidak masuk akal. Dalam kehidupan

masyarakat, umumnya klenik ini erat kaitannya dengan praktik perdukunan, hingga sering

dikatakan dukun klenik. Dalam kegiatannya dukun ini menggunakan guna-guna atau

kekuatan gaib lainnya dalam pengobatan.

alah satu aspek dari ajaran agama adalah percaya terhadap kekuatan gaib. Bagi

penganut agama masalah yang berkaitan dengan hal gaib ini umumnya diterima sebagai

suatu bentuk keyakinan yang lebih bersifat emosional, ketimbang rasional. Sisi-sisi yang

menyangkut kepercayaan terhadap hal-hal gaib ini tentunya tidak memiliki batas dan

indikator yang jelas, karena semuanya bersifat emoosional dan cenderung berada di luar
jangkauan nalar. Karena itu tidak jarang dimanipulasi dalm bentuk kemasan yang

dihubungkan dengan kepentingan tertentu. Manipulasi melalui kepercayaan agama lebih

diterima oleh masyarakat, sebab agama erat dengan sesuatu yang sakral.

Masalah yang menyangkut sesuatu yang gaib dan nilai-nilai sakral keagamman ini

dalam kehidupan masyarakat sering pula diturunkan pada pribadi-pribadi tertentu. Proses

ini menimbulkan kepercayaan bahwa seseorang dianggap mempunyai kemampuan luar

biasa dan dapat berhubungan dengan alam gaib.

Dalam kenyataan di masyarakat praktik yang bersifat klenik memiliki


karakteristik yang hampir sama, yaitu:

1. Pelakunya menokohkan dirinya sebagai orang suci.

2. Mendakwahkan diri memiliki kemampuan luar biasa.


2
3. Ajaran agama sebagai alat untuk menarik kepercayaan masyarakat.

C. Konversi Agama

1. Pengertian Konversi Agama

2
Jalaluddin, Psikologi Agama, ( PT Grafindo Persada ; Jakarta, 2012 ) h. 373

3
Konversi berasal dari kata conversion yang berarti tobat, pindah, berubah.

Sehingga convertion berarti berubah dari suatu keadaan atau dari suatu agama ke agama

lain (change from one state, or from one religius to another).

Konversi agama banyak menyangkut kepada kejiwaan dan pengaruh lingkungan

tempat dimana seseorang berada. Selin itu konversi agama memuat bebrapa pengertian

dengan ciri-ciri:

a. Adanya perubahan dan pandang dan keyakinan seseorang terhadap agama dan

kepercayaan yang dianutnya.

b. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh kondisi kejiwaan sehingga perubahan bisa

terjadi secara berproses atau mendadak.


c. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan dari suatu

agama keagama lain akan tetapi juga termasuk perubahan pandangan terhadap agama

yang dianautnya sendiri.

Didalam Islam, konversi disebut dengan Murtad, yaitu keluar dari Agama Islam

dalam bentuk niat, perkataan, perbuatan yang menyebabkan seseorang menjadi kafir atau

tidak beragama sama sekali. Kemurtadan berarti batalnya nilai religius perbuatan orang

yangb bersangkutan. Kembali kepada kekafiran setelah setelah beriman berarti

terputusnya hubungan dengan Allah. Menurut fakih, orang yang telah murtad kehilangan
hak perlindungannya. Jika berhasil ditangkap sebelum mengadakan perlawanan. Maka

hukumnya wajib dibunuh.

Konversi telah selalu menjadi sebuah topik yang mengemuka, jika tidak

membakar emosi kemanusiaan kita. Lagi pula, misionaris mencoba untuk meyakinkan

seseorang untuk mengubah keyakinan agamanya yang mana menyangkut masalah-

masalah paling utama tentang kehidupan dan kematian, arti penting dari keberadaan kita.3

Dan misionaris biasanya merendahkan nilai dari keyakinan seseorang yang

sekarang, yang mana bisa dalam bentuk komitmen pribadi yang kuat atau tradisi

3
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, ( PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2002 ) h. 200

4
kebudayaan keluarga yang panjang, menyebutnya lebih rendah, salah, berdosa atau

bahkan kekeliruan yang akut.

Pernyataan-pernyataan seperti itu sulit dianggap beradab atau berbudi bahasa dan

sering menghina dan merendahkan. Misionaris tidaklah datang dengan sebuah pikiran

terbuka untuk suatu diskusi yang tulus dan dialog yang memberi dan menerima, tetapi

pikirannya telah berkesimpulan terlebih dahulu dan mencari jalan untuk memperdaya

yang lain dengan pandangannya, sering bahkan sebelum ia sendiri tahu apa sebenarnya

yang diyakini dan dilakukannya. Adalah sulit untuk membayangkan pertemuan antar

manusia yang lebih penuh tekanan terbebas dari kekerasan fisik yang nyata.Kegiatan

misionaris selalu memegang kekerasan psikologis yang terkandung didalamnya,


bagaimanapun bijaksananya hal itu dilakukan. Ia diarahkan pada pengalihan pikiran dan

hati dari orang-orang menjauh dari agama asli mereka kepada suatu agama yang secara

umum tidak bersimpati dan bermusuhan dengannya.

2. Macam – Macam Konversi

Starbuck sebagaimana diungkap kembali oleh Bernard Splika membagi konversi

menjadi dua macam, yaitu :

a. Type volitional (perubahan secara bertahap)

Yaitu konversi yang terjadi secara berproses, sedikit demi sedikit hingga kemudian
menjadi seperangkat aspek dan kebiasaan ruhaniah yang baru.

b. Type self surrender (perubahan secara drastis)

Yaitu konversi yang terjadi secara mendadak. Seseorang tanpa mengalami proses

tertentu tiba- tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya.

Perubahan tersebut dapat terjadi dari kondisi tidak taat menjadi taat, dari tidak kuat

keimanannya menjadi kuat keimanannya, dari tidak percaya kepada suatu agama

menjadi percaya dan sebagainya.

3. Faktor – Faktor Yang Menyebabkan Konversi

Para ahli sosiologi berpendapat bahwa terjadinya konversi agama disebabkan oleh

pengaruh sosial. Dijelaskan oleh Clark, pengaruh- pengaruh tersebut antara lain:

5
a. Hubungan antar pribadi, baik pergaulan yang bersifat keagamaan maupun yang

bersifat non agama.

b. Anjuran atau propaganda dari orang- orang yang dekat , seperti keluarga, sahabat dan

sebagainya.

c. Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi.

D. Konflik Agama

Konflik agama sebagai perilaku keagamaan yang menyimpang, dapat terjadi

karena adanya “pemasungan” nilai-nilai ajaran agama itu sendiri. Maksudnya, para

penganut agama seakan “memaksakan” nilai-nilai ajaran agama sebagai “label” untuk
membenarkan tindakan yang dilakukannya. Padahal, apa yang mereka lakukan

sesungguhnya bertentangan dengan nila-nilai ajaran agama itu sendiri. Penyimpangan itu

oleh adanya sebab dan pengaruh yang melatarbelakanginya.

1. Pengetahuan Agama Yang Dangkal

Secara psikologis, masyarakat awam cenderung mendahulukan emosi ketimbang

nalar. Kondisi ini, member peluang bagi masuknya pengaruh-pengaruh negative dari luar

yang mengatasnamakan agama. Apabila pengaruh tersebut dapat menimbulkan respon

emosional, maka konflik dapat dimunculkan. Tegasnya, mereka yang awam akan
berpeluang diadu-domba.

2. Fanatisme

Dalam kehidupan masyarakat, ketaatan beragama cenderung dipahami sebagai

“pembenaran” yang berlebihan. Pemahaman yang demikian itu akan membawa kepada

sikap fanatisme, hingga menganggap agama yang dianutnyalah yang paling benar.

3. Agama Sebagai Doktrin

Ada kecenderungan di masyarakat, bahwa agama dipahami sebagai doktrin yang

bersifat normative. Pemahaman yang demikian, membuat ajaran agama menjadi sempit.

Hal seperti ini menjurus pada munculnya kelompok-kelompok ekstrem dalam bentuk

gerakan sempalan eksklusif. Kondisi seperti itu bagaimana pun akan mengurangi sikap

toleran yang dapat mengganggu hubungan antarsesama umat beragama.

6
4. Tokoh Agama

Sebagai pemimpin agama, dia mampu mengobarkan atau menentramkan emosi

keagamaanya pengikutnya. Bila terjadi konflik sosial, yang kebetulan pihak yang terlibat

adalah bagian dari penganut agama yang berbeda, maka isu agama mudah masuk. Tidak

jarang tokoh agama ikut terpengaruh oleh isu-isu tersebut. Kalaulah hal seperti itu terjadi,

maka dikhawatirkan para tokoh agama akan ikut terlibat dalam konflik.

5. Berebut Surga

Setiap agama mengajarkan kepercayaan akan adanya kehidupan abadi setelah

kematian, yaitu surga dan neraka. Semua manusia pasti berharap akan masuk surge.

Dalam upaya memperoleh “tiket” surge, seseorang meningkatkan kuantitas dan kualitas
ibadahnya.4

Sayangnya dalam kehidupan beragama, sering terjadi kebalikannya. Peta dan

kenikmatan surgawi diperebutkan dengan mengorbankan kelompok lain. Ada

kecenderungan mendeskreditkan orang atau kelompok lain. Barangkali usaha untuk

memperebutkan akan surge akan timbul bukan saja di dalam kelompok penganut agama

yang berbeda, tetapi juga bisa terjadi dalam kelompok seagama. Bila pandangan seperti

ini meningkat pada klaim sepihak, maka konflik pun tidak akan dapat dihindarkan. Paling

tidak akan menumbuhkan rasa permusuhan.

4
Kasmiran Wuryo, Pengantar Ilmu Jiwa Sosial, ( Erlangga : Jakarta. 1982 ) h. 150

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Diantara penyebab terjadinya penyimpangan

sikap keagamaan, antara lain :

1. Adanya kemampuan lingkungan menarik perhatian

2. Terjadinya konversi agama

3. Karena pengaruh status sosial

8
DAFTAR PUSTAKA

Crapps W. Robert, Dialog Psikologi Dan Agama, Kanisius : Yogyakarta, 1995

Jalaluddin, Psikologi Agama, PT Grafindo Persada : Jakarta, 2012

Sururin, Ilmu Jiwa Agama, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2002

Wuryo Kasmiran, Pengantar Ilmu Jiwa Sosial, Erlangga : Jakarta, 1982

Anda mungkin juga menyukai