Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia yang terbentang sepanjang sejarah selalu dibayang-

bayangi oleh apa yang disebut agama. Bahkan, dalam kehidupan sekarang dengan

kemajuan teknologi supramodern manusia tak luput dari agama. Agama adalah

kebutuhan dasar manusia karena agama merupakan saran untuk membela diri

terhadap segala kekacauan yang mengancam hidup manusia, hampir semua manusia

mempunyai agama. Agama dapat dipandang sebagai kepercayaan dan pola perilaku

yang diusahakan oleh suatu masyarakat untuk menangani masalah penting yang tidak

dapat dipecahkan oleh teknologi dan teknik organisasi yang diketahuinya.

Agama merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan dalam

kehidupan individu ataupun kelompok, keduanya mempunyai hubungan saling

mempengaruhi dan saling bergantung dengan semua faktor yang ikut membentuk

struktur sosial di masyarakat manapun. Agama dipandang sebagai sistem

kepercayaan yang diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu, ia berkaitan dengan

pengalaman manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Sehingga, setiap

perilaku yang diperankannya akan terkait dengan sistem keyakinan dari ajaran agama

yang dianutnya.

1
2

Agama merupakan suatu hal yang dijadikan sandaran penganutnya ketika

terjadi hal-hal yang berada di luar jangkauan dan kemampuannya karena sifatnya

yang supranatural sehingga diharapkan dapat mengatasi masalah-masalah yang non

empiris. Selain itu, berbagai peristiwa yang diklaim seseorang sebagai kejadian tidak

masuk akal ataupun pengalaman keberhasilan individu menjalani masa masa sulit

dalam hidupnya maupun saat mencapai hal-hal yang ia inginkan, seringkali

dinyatakan sebagai suatu keajaiban yang sifatnya religius. Hal ini menunjukkan

betapa eratnya agama dalam kehidupan keseharian manusia.

Manusia tidak bisa mengandalkan apa saja yang telah diciptakannya sendiri.

Hal itu tetap saja tidak bisa memberikan ketentraman sejati dalam hidupnya. Manusia

masih mengharapkan kepada suatu hal yang transenden atau bisa dikatakan tuhan

yang menciptakan alam semesta ini. Oleh karena itu agama merupakan jalan keluar

yang bisa diambil manusia untuk memenuhi kebutuhan akan jiwa spiritualnya.

Setiap agama mengalami persebaran, cepat atau lambatnya persebaran agama

ikut ditentukan oleh bagaimana konsep yang dibawa agama dalam menghadapi

kehidupan. Apabila suatu agama kurang memiliki kejelasan hubungan kedekatan

agama dengan seluruh pranata kehidupan, maka persebaran agama itu akan

mengalami kelambatan. Sebaliknya, manakala penjelasan agama menegaskan

dekatnya agama tersebut dengan kehidupan sehingga terbentuknya pranata sosial

keagamaan, maka biasanya persebaran agama itu terjadi dengan begitu cepat.
3

Seiring perkembangan zaman dan ilmu pegetahuan yang semakin maju begitu

juga ilmu dalam bidang agama tidak ketinggalan dimana pengalaman keagamaan

seseorang akan berbeda antara satu dengan yang lainya. Ketika orang dikatakan

beragama maka dia pasti meyakini dan menjalankan apa yang telah menjadi

ketetapan dari agama tersebut. Namun bagaimana dengan mereka yang masih dalam

proses pencarian, tidak beragama, atau bahkan mereka yang masih meragukan

kebenaran agamanya, tentu hal yang sangat sulit untuk dijelaskan karena ketika

berbicara masalah agama maka sebenarnya kita berbicara suka atau tidak suka.

Pengalaman keagamaan dan bertambahnya ilmu pengetahuan tentang agama telah

membuat sebagaian orang untuk melakukan perpindahan agama atau yang biasa kita

kenal dengan konversi agama, karena pada hakikatnya manusia mempunyai naluri

akan mencari dan menemukan hal yang lebih baik dalam hidupnya sehingga akan

terjadi peralihan yang melalui proses-proses keagamaannya.

Sikap keagamaan pada masing-masing individu berbeda antara yang satu

dengan yang lainnya, tergantung pada situasi dan kondisi yang dipengaruhi oleh

beberapa aspek dan akibat dengan keadaan lingkungan sekitarnya atau karena

perkembangan pemikiran dan perasaan. Pada dasarnya manusia terlahir dalam sebuah

kebersamaan dalam masyarakat atau kelompok sosial tertentu, karena hidup dalam

masyarakat tentu adanya hubungan timbal balik yang bersifat dinamis antara gerak

atau dorongan spontan alamiah dalam dirinya.


4

Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan, manusia memang sudah

menjadi makhluk bebas karena tidak terkekang oleh kodrat dan insting. Akan tetapi

kebebasan manusia sebenarnya terletak pada kemampuan untuk memilih dan

kemampuan untuk menjatuhkan pilihan atau keputusan atas hidup serta perilakunya.

Manusia juga tidak bebas secara mutlak, manusia dibatasi oleh keadaan konkret fisik,

psikologis, orang lain, dan lingkungan yang ada. Hal tersebut membuat manusia

mempunyai dinding bahwasannya ada sesuatu yang membatasi tingkah lakunya.

Kepuasan batin dalam beragama merupakan salah satu faktor yang paling

banyak ditemui dalam kasus konversi agama, dimana untuk mendapatkan

ketenangan, seringkali manusia tidak puas terhadap agama dan kepercayaan yang

telah lama diimani sebelumnya, sehingga membuka celah akan goyahnya keimanan

pada agama dan kepercayaan yang kemudian mendorong manusia untuk mencari

agama dan kepercayaan yang lain yang dianggap lebih menjanjikan dan dapat

menjawab permasalahan yang dihadapi.

Konversi agama merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan

seseorang. Konversi agama akan membuat seluruh kehidupan seseorang berubah

selama-lamanya, karena pada dasarnya konversi agama merupakan perubahan

mendasar dan penataan ulang identitas diri, makna hidup, juga aktivitas seseorang.

Ketika seseorang melakukan konversi agama, maka individu diharapkan bisa

meninggalkan sebagian atau bahkan seluruh nilai, keyakinan, dari sistem nilai dan

aturan yang lama.


5

Konversi agama merupakan proses dinamis yang tidak sederhana dan

termediasi melalui orang lain, institusi, komunitas, dan kelompok tertentu. Fenomena

konversi agama tentu tidak hanya membawa konsekuensi personal, tetapi reaksi

sosial yang beraneka ragam di masyarakat, terutama dari pihak keluarga dan

komunitas terdekat mereka. Melakukan konversi agama berarti belajar dan

beradaptasi dengan banyak hal tentang berbagai hal yang baru.

Ada dua unsur yang mempengaruhi konversi agama, yaitu unsur internal dan

unsur eksternal. Unsur internal dari dalam diri yaitu proses perubahan yang terjadi

dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang terjadi dalam batin ini

membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan suatu transformasi disebabkan oleh

krisis yang terjadi dan keputusan yang di ambil seseorang berdasarkan pertimbangan

pribadi. Unsur eksternal yang berasal dari luar yaitu proses perubahan yang berasal

dari luar diri atau kelompok sehingga mampu menguasai kesadaran orang atau

kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang berasal dari luar ini kemudian menekan

pengaruhnya terhadap kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga

memerlukan penyelesaian oleh yang bersangkutan.

Di Indonesia agama merupakan suatu yang sangat penting. Sebagian besar

bahkan hampir semua masyarakat Indonesia memiliki satu pedoman hidupnya

masing-masing yakni agama yang dianutnya. Suatu kenyataan sosiologis pula bahwa

bangsa Indonesia memiliki masyarakat yang multikultural dan memiliki banyak

keragaman didalamnya. Dan agama adalah salah satu dari keanekaragaman yang
6

dimiliki Indonesia, ragam agama di Indonesia sangatlah banyak. Di Indonesia

konversi agama banyak terjadi karena Indonesia merupakan Negara yang mengakui

berbagai macam agama yang disahkan secara hukum dan Undang-undang Negara

Indonesia. Undang-undang Negara Indonesia mengakui lima agama besar yakni:

Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Khonghucu, serta keyakinan-keyakinan yang

berkembang diluar agama.

Agama kristen dan agama islam saat ini menjadi agama mayoritas yang

pengikutnya sangat banyak di Indonesia. Kedua agama ini adalah agama monoteisme.

Dasar ajaran monoteisme ialah Tuhan yang satu, Tuhan Maha Esa, pencipta alam

semesta. Dalam agama-agama sebelumnya, asal-usul manusia belum memperoleh

perhatian, dalam agama monoteisme, manusia telah diyakini berasal dari Tuhan dan

akhirnya juga akan kembali pada Tuhan. Oleh karena itu, kesadaran bahwa hidup

manusia tidak terbatas hanya pada hidup di dunia, tetapi di balik materi ini masih ada

hidup lain sebagai lanjutan dari hidup yang pertama. Bukan berarti perpindahan

kristen menuju islam ini adalah negatif akan tetapi setiap manusia memiliki suatu

proses yang unik sehingga terjadinya konversi agama dari kristen ke islam.

Fenomena konversi agama adalah suatu hal yang lumrah, termasuk di

Sulawesi Selatan. Beberapa tahun terakhir mulai terjadi konversi agama khususnya di

Dusun Patambia Kelurahan Betteng Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang. Para

muallaf yang sekarang berdomisili di Dusun Patambia, adalah warga pindahan dari

Dusun Makula, Desa Mesakada, Kecamatan Lembang, Kabupaten Pinrang. Awalnya


7

daerah Makula itu daerah transit, dimana agama non muslim itu lebih dominan,

sedangkan yang beragama Islam itu hanya sekitar 5 persen saja dari jumlah penduduk

yang ada disana.

Konversi agama yang terjadi di tempat ini cukup unik, konversi terjadi dari

agama kristen ke agama islam di lingkungan masyarakat yang mayoritas beragama

kristen. Selanjutnya pada tanggal 29 februari 2018 masyarakat tersebut mendirikan

suatu kampung muallaf, agar masyarakat dapat bersilaturahmi dan belajar mendalami

ajaran agama islam. Kampung muallaf merupakan salah satu wilayah yang berada di

pelosok desa yang sulit dijangkau kendaraan. Hal ini disebabkan karena kondisi jalan

yang memprihatinkan, kampung ini dapat dikatakan salah satu kampung yang

terisolir. Hadirnya kampung muallaf tentunya memberikan dampak sosial di antara

golongan masyarakat tersebut.

Perubahan jiwa agama atau perubahan keyakinan yang dialami masyarakat

seperti ini bukanlah suatu hal yang terjadi secara kebetulan saja, dan tidak pula

merupakan pertumbuhan yang wajar, akan tetapi hal ini merupakan suatu kejadian

yang didahului oleh proses berpikir dan kondisi kejiwaan yang dapat dipelajari dan

diteliti. Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Dampak Sosial Konversi Agama dari Kristen ke Islam di

Dusun Patambia Kelurahan Betteng Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang”.


8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka yang

akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa motif warga Dusun Patambia Kelurahan Betteng Kecamatan Lembang

Kabupaten Pinrang Melakukan Konversi Agama dari kristen ke islam

2. Bagaimana proses konversi agama dari kristen ke islam warga di Dusun

Patambia Kelurahan Betteng Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang?

3. Bagaimana dampak sosial konversi agama dari kristen ke islam di Dusun

Patambia Kelurahan Betteng Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi

tujuan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui motif warga di Dusun Patambia Kelurahan Betteng Kecamatan

Lembang Kabupaten Pinrang Melakukan Konversi Agama dari kristen ke islam.

2. Mengetahui proses konversi agama dari kristen ke islam warga di Dusun

Patambia Kelurahan Betteng Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.

3. Mengetahui dampak sosial konversi agama dari kristen ke islam di Dusun

Patambia Kelurahan Betteng Kecamatan Lembang Kabupaten Pinrang.


9

D. Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini terbagi atas dua, yakni

manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam upaya

pengembangan ilmu pengetahuan dalam kaitannya tentang dampak sosial konversi

agama dari kristen ke islam. Kegunaan lainnya, menjadi bahan masukan empiris

untuk menambah khazanah keilmuan, khususnya dalam kajian sosiologi agama dan

psikologi agama.

2. Manfaat Praktis

a.) Lembaga UNM

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berfungsi sebagai bahan

masukan untuk menambah karya-karya ilmiah yang telah ada sebelumnya, sekaligus

diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber acuan dalam mengkaji penelitian.

b.) Peneliti

Untuk menambah pemahaman dan penghayatan dalam penelitian ilmiah yang

dapat memperkaya khazanah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai

dampak sosial konversi agama dari kristen ke islam. Selain itu penelitian ini

memberikan dampak postif bagi perkembangan spiritualitas kepada peneliti.


10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konversi Agama

1. Pengertian Konversi Agama

Konversi agama (religious conversion) secara umum dapat diartikan

dengan berubah agama ataupun masuk agama. Untuk memberikan gambaran yang

lebih mengena tentang maksud kata-kata tersebut perlu dijelaskan melalui uraian

yang dilatarbelakangi oleh pengertian secara etimologis dan terminologis, Dengan

pengertian berdasarkan asal kata tergambar ungkapan kata itu secara jelas.

Jalaluddin (2010: 337), konversi agama menurut etimologi berasal dari

kata lain “Conversio” yang berarti: tobat, pindah dan berubah (agama).

Selanjutnya, kata tersebut dipakai dalam kata inggris Conversion yang artinya

berubah dari suatu agama ke agama yang lain. Dari kata tersebut dapat

disimpulkan bahwa konversi adalah suatu bentuk perpindahan atau tobat pada satu

agama ke agama yang lain.

Pengertian secara terminologi mempunyai beberapa pendapat dari para

ahli, diantaranya adalah menurut Hendropuspito (2000: 79), konversi agama

adalah suatu tindakan seseorang, kelompok orang yang mengadakan suatu

perubahan yang mendalam mengenai pengalaman dan tingkat keterlibatan dalam

agama ketingkat yang lebih tinggi. Daradjat (2005: 160), bahwa konversi agama

adalah terjadiya suatu perubahan keyakinan yang berlawanan arah dengan

keyakinan semula.
11

Thoules (1992: 206) konversi adalah proses yang menjurus pada

penerimaan atau sikap keagamaan, bisa terjadi secara berangsur-angsur atau

secara tiba-tiba. Konversi mencakup perubahan keyakinan terhadap berbagai

persoalan agama yang diiringi dengan berbagai perubahan dalam motivasi

terhadap perilaku dan reaksi terhadap sosial. O’Dea (1987: 120) konversi berarti

suatu reorganisasi personal yang ditimbulkan oleh identifikasi pada kelompok lain

dan nilai-nilai baru.

Konversi agama banyak menyangkut masalah kejiwaan dan pengaruh

lingkungan tempat berada. Selain itu konversi agama yang dimaksudkan dari

beberapa pendapat di atas memuat beberapa pengertian dengan ciri-ciri :

a. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap


agama dan kepercayaan yang dianutnya.
b. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga perubahan
dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak.
c. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi berpindahan
kepercayaan dari satu agama ke agama yang lain, tetapi juga termasuk
perubahan pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri.
d. Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itupun
disebabkan faktor petunjuk dari yang Maha Kuasa (Jalaludin, 2011: 362)

Dari berbagai pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

konversi agama adalah sebuah perpindahan dari keyakinan atau agama satu ke

keyakinan atau agama yang lain yang disertai dengan perilaku seseorang atau

kelompok baik perubahan yang dialami secara berangsur-angsur atau secara

spontan atau dapat dikatakan sebagai perkembangan spiritual yang mengakibatkan

perubahan akhir yang lebih benar menurutnya, dan disertai dengan sebuah alasan

dan faktor tersendiri yang mendasarinya.


12

2. Faktor Terjadinya Konversi Agama

Setelah memahami tentang pengertian konversi agama maka kita telah

tahu bahwa konversi agama bukanlah suatu tindakan yang dilakukan tanpa sebab

dan tanpa pemikiran yang panjang. Walau mungkin memang ada salah satu

penyebabnya yang tiba-tiba saja terpikirkan dalam dirinya. Maka kali ini akan

membahas mengenai faktor Penyebab terjadinya konversi agama. Menurut

Heinrich dalam Sururin (2004: 103-104) ada 4 faktor yang mendorong terjadinya

konversi Agama:

a. Dari kalangan ahli teologi: Faktor Pengaruh Ilahi, seseorang atau atau
sekelompok berpindah kepercayaan karena didorong oleh karunia Tuhan
tanpa karuniaNYA tidak mungkin seseorang dapat menerima kepercayaan
yang sifatnya radikal mengatasi kekuatan Insani. Pendapat itu digolongkan
(supra-empiris) dan tidak dapat diteliti dalam ilmu social.
b. Dari ahli psikologi: pembebasan dari tekanan batin, tekanan batin itu
sendiri timbul dalam diri seseorang karena pengaruh lingkungan social,
orang mencari kekuatan lain yaitu dengan cara masuk agama. Pada saat
seseorang berada dalam tekanan batin mereka akan mencoba mencari jalan
keluar dengan kekuatan yang lain, dari sinilah mereka menemukan
kekuatan dari intensitas tertinggi (Tuhan). Tekanan batin dapat berupa
masalah keluarga, kemiskinan, keadaan lingkungan yang menekan, dll.
c. Ahli pendidikan: situasi pendidikan (sosialisasi). Dalam hal ini literature
ilmu social menampilkan argumentasi bahwa pendidikan memainkan
pengaruh lebih atas terbentuknya disposisi religious, seperti yayasan-
yayasan keagamaan, tapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut, karena tujuan
dari lembaga pendidikan bukanlah Konversi Agama melainkan
mencerdaskan bangsa.
d. Ahli sosial: aneka pengaruh sosial. Seperti pengaruh pergaulan antar
pribadi, orang diajak masuk sebuah perkumpulan yang sesuai dengan
seleranya oleh seorang teman akrab, orang yang diajak berulang-ulang
melakukan kebaktian keagamaan, selama waktu transisi mencari
“pegangan baru” orang mendapatkan nasehat dari saudara dan teman
terdekatnya, sebelum bertobat orang menjalin hubungan baik dengan
pemimpin agama tertentu.
13

Adapun faktor penyebab terjadinya konversi agama menurut James dalam

Jalaluddin (2011: 366-367) adalah sebagai berikut:

a. Para ahli agama mengatakan, bahwa yang menjadi faktor pendorong


terjadinya konversi agama adalah petunjuk ilahi. Pengaruh supranatural
berperan secara dominan dalam proses terjadinya konversi agama pada diri
seseorang atau kelompok.
b. Faktor selanjutnya dikemukakan oleh kalangan ahli pendidikan: Situasi
pendidikan, bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi konversi
agama, lembaga lembaga sekolah yang bernaung di bawah yayasan agama
tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.
c. Para ahli sosiologi berpendapat, bahwa yang menyebabkan terjadinya
konversi agama adalah pengaruh sosial. Pengaruh sosial yang mendorong
terjadinya konversi itu terdiri dari berbagai faktor, antara lain yang
pertama adalah pengaruh hubungan antar pribadi baik pergaulan yang
bersifat keagamaan maupun non agama (kesenian, ilmu pengetahuan
ataupun bidang kebudayaan yang lainnya), yang kedua adalah pengaruh
kebiasaan yang rutin. Pengaruh ini dapat mendorong seseorang atau
kelompok untuk berubah kepercayaan jika dilakukan secara rutin hingga
terbiasa, misalnya: menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan-
pertemuan yang bersifat keagamaan baik pada lembaga formal atau non
formal yang ketiga adalah pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-
orang yang dekat misalnya: karib, keluarga, family, dan sebagainya.

Menurut Daradjat (2005: 161-162), ada lima faktor yang mempengaruhi

terjadinya konversi agama yaitu; ketegangan perasaan, pengaruh hubungan

dengan tradisi agama, ajakan/ seruan dan sugesti, emosi dan faktor kemauan:

a. Pertentangan Batin dan Ketegangan Perasaan


Orang-orang yang mengalami konversi agama dimana dalam dirinya
terjadi kegelisahan, gejolak berbagai persoalan yang terkadang tidak
mampu dihadapinya sendiri. Di antara ketegangan dan kegoncangan dalam
dirinya karena tidak mempunyai seseorang dalam menguasai nilai-nilai
moral dan agama dalam hidupnya.
b. Pengertian Hubungan dengan tradisi Agama
Di antara pengaruh yang terpenting sehingga terjadi konversi agama
adalah faktor pendidikan yang diberikan oleh orang tuanya di waktu kecil,
dan keadaan orang tua itu sendiri apakah termasuk orang yang kuat dan
tekun beragama atau tidak.
14

c. Ajakan/ Seruan dan Sugesti


Peristiwa konversi agama terjadi karena ajakan dan sugesti, yang pada
mulanya hanya bersifat dangkal saja atau tidak mendalam tidak sampai
pada perubahan kepribadian, namun jika orang yang mengalami konversi
dapat merasakan ketenangan dan kedamaian batin dalam keyakinan itu
dalam kepribadiannya.
d. Faktor Emosi
Salah satu faktor yang mendorong terjadinya konversi agama adalah
pengalaman emosional yang dimiliki setiap orang dalam kaitannya dengan
agama mereka. orang-orang yang mengalami konversi agama lebih banyak
terjadi pada orang-orang yang dikuasai emosinya.
e. Faktor Kemauan
Beberapa kasus konversi agama terbukti dari hasil suatu perjuangan batin
dan kemauan yang ingin mengalami konversi, dengan kemauan yang kuat
seseorang akan mampu mencapai puncaknya yaitu dalam dirinya
mengalami konversi.

3. Proses Terjadinya Konversi Agama

Daradjat (2005: 163) memaparkan macam-macam proses terjadinya

konversi agama, diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Masa Tenang Pertama; masa sebelum mengalami konversi, dimana segala


sikap, tingkah laku dan sifatsifatnta acuh tak acuh menentang agama.
Dalam kondisi ini seseorang berada dalam keadaan tenang karena masalah
agama belum mempengaruhi sikapnya dan hal tersebut tidak akan
menganggu keseimbangan batin hingga ia berada dalam kondisi tenang
dan tentram tidak ada permasalahan.
b. Masa Ketidaktenangan; perasaan ini dikarenakan seseorang yang tertimpa
masalah, krisis atau merasa melakukan dosa dari apa yang dilakukannya,
sehingga hal tersebut menyebabkan kegelisahan, panik, putus asa dan
bimbang.
c. Peristiwa konversi itu sendiri; setelah mencapai puncak dalam gejolak dan
goncangan batinnya, maka terjadilah peristiwa konversi itu Seseorang tiba-
tiba merasa dapat petunjuk dari Tuhan, mendapat kekuatan dan semangat
untuk merubah pandangan dan merasakan ketenangan batin dari keputusan
yang ia ambil.
d. Proses keempat adalah Keadaan tentram dan tenang; setelah krisis
konversi tersebut lewat dan masah menyerah serta kegelisahan batin telah
dilalui, maka timbullah perasaan atau kondiri yang baru, rasa damai dan
aman dihati, tidak ada dosa yang ia rasa selalu membayangi dan segala
persoalan menjadi ringan dan dapat terselesaikan, serta nyaman dengan
apa yang ia yakini.
15

Proses yang dilalui oleh orang-orang yang mengalami konversi, berbeda

antara satu dengan lainnya, selain sebab yang mendorongnya dan bermacam pula

tingkatnya, ada yang dangkal, sekedar untuk dirinya saja dan ada pula yang

mendalam, disertai dengan kegiatan agama yang sangat menonjol sampai kepada

perjuangan mati-matian. Ada yang terjadi dalam sekejap mata dan ada pula yang

berangsur-angsur.

BAB III
16

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif tipe deskriptif.Emizer

(2011:3), Jenis penelitian kualitatif tipe deskriptif adalah data yang di kumpulkan

lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angka-angka.Hasil

penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data untuk mengilustrasikan dan

menyediakan bukti presentasi. Cracken dalam Brannen (2005:13)” “Di dalam

penelitian kualitatif konsep dan kategorilah, bukan kejadian atau frekuensinya

yang dipersoalkan. Dengan kata lain, penelitian kualitatif tidak meneliti suatu

lahan kosong tetapi ia menggalinya.

B. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi dalam penelitian ini yaitu di Desa Tinakin laut, Kecamatan

Banggai, Kabupaten Banggai Laut. Karena di Desa inilah merupakan salah satu

tempat bermukimnya masyarakat suku Bajo dan juga merupakan asal daerah

peneliti meskipun di kabupaten yang berbeda untuk memudahkan proses dalam

penelitian.

C. Sasaran dan Fokus Penelitian

Sasaran penelitian atau yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah

masyarakat suku Bajo atau sama’ yang tidak lagi bermukim di lautan atau di atas

perahu sebagai tempat tinggal, melainkan yang telah memiliki rumah permanen di

daratan, dan juga masyarakat suku Bajo yang telah mengenyam pendidikan
17

sampai ke perguruan tinggi dan bekerja di sektor-sektor publik. Selain itu

pemilihan informan dalam penelitian juga menggunakan cara purposive sumpling

atau pengambilan data yaitu dengan menentukan kriteria informan yakni

masyarakat suku Bajo yang telah bermukim di wilayah daratan pantai sebagai

rumah permanen. Adapun kriteria dalam pemilihan informan adalah:

1. Masyarakat suku Bajo atau Sama’

2. Memiliki tempat tinggal permanen di wilayah daratan

3. Berpendidikan tinggi

4. Bekerja di sektor publik

Untuk memudahkan pengamatan dan konseptualisasi fokus penelitian,

maka penelitian ini berfokus pada:

1. Faktor pendorong terjadinya mobilitas kehidupan sosial masyarakat

suku Bajo di Desa Tinakin Laut, Kecamatan Banggai, Kabupaten

Banggai Laut.

2. Mobilitas sosial suku Bajo yang cenderung berubah tetap menjadikan

laut sebagai akar tradisi.

D. Deskripsi Fokus

Berdasarkan masalah yang akan diteliti “Mobilitas Sosial Masyarakat

Suku Bajo di Desa Tinakin Laut, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut”.

Adapun deskripsi fokus dalam penelitian ini adalah pendorong terjadinya

mobilitas kehidupan sosial suku Bajo dan suku Bajo yang cenderung berubah

tetap menjadikan laut sebagai akar tradisi.Dari identifikasi masalah diatas,

diperoleh gambaran dimensi permasalahan yang begitu luas.Namun peneliti


18

menyadari adanya keterbatasan waktu dan kemampuan, maka peneliti

memandang perlu memberi batasan masalah secara jelas dan terfokus.

Pembatasan masalah ini mengandung konsep pemahaman sebagai berikut:

1. Pendorong terjadinya mobilitas kehidupan sosial adalah hal-hal yang

mendasari masyarakat dalam mengalami perubahan secara sosial

maupun budaya dalam berbagai aspek kehidupan bermasyarakat.

2. Kecenderungan berubah namun tetap menjadikan laut sebagai akar

tradisi adalah upaya untuk mempertahankan tradisi tersebut agar tetap

eksis pada masyarakat tertentu, dapat dipahami dan tidak akan punah.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, yang menjadi instrument utama adalah peneliti

sendiri, yang diketahui oleh subjek atau informan.Adapun alat yang digunakan

oleh peneliti yaitu berupa alat tulis, pedoman wawancara dan kamera.

F. Sumber Data

Sumber data merupakan tempat dimana data diperoleh. Dalam penelitian

ini, sumber data yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Data primer merupakan data yang diperoleh atau bersumber dari hasil

observasi dan wawancara langsung pada masyarakat suku Bajo di

Desa Tinakin Laut, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut.

2. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai media

seperti majalah, koran, bulletin, buku, jurnal dan dokumentasi lain

yang berhubungan dengan penelitian ini.


19

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini, menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara peneliti

mengamati langsung masalah yang ada di lokasi penelitian. Metode ini

menggunakan pengamatan atau pengindraan langsung terhadap suatu benda untuk

mengetahui, kondisi, situasi, proses, atau perilaku.Penelitian ini dilakukan dengan

tujuan bagaimana mobilitas sosial yang terjadi pada masyarakat suku Bajo atau

Sama’ di Desa Tinakin Laut, Kecamatan Banggai, Kabupaten Banggai Laut.

Observasi yang dilakukan di lokasi penelitian yaitu melakukan

pengamatan terhadap mobilitas sosial masyarakat suku Bajo. Peneliti melakukan

observasi atau pengamatan langsung yang dilakukan dilokasi penelitian, observasi

dilakukan dengan mengamati keadaan-keadaan yang terjadi di Desa Tinakin Laut

tersebut, tentang keadaan tempat tinggal, keadaan pendidikan dan pekerjaan.

2. Wawancara

Sugiono (2013:233) Wawancara adalah proses tanya jawab antara peneliti

dengan subyek penelti atau informan dalam situasi sosial. Wawancara atau

interview yang di gunakan adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam

percakapan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai topik

penelitian.Metode wawancara yang digunkan dalam penelitian ini bertujuan untuk

memperoleh informasi secara lisan dari masyarakat suku Bajo.


20

Peneliti melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih

tepat dan akurat. Selain itu, wawancara dilakukan secara bebas untuk memperoleh

data yang lebih banyak dan peneliti juga menyiapkan daftar pertanyaan yang

sesuai dengan rumusan masalah, yaitu bagaimana bentuk mobilitas sosial pada

masyarakat suku Bajo di Desa Tinakin Laut, apa faktor penyebab terjadinya

mobilitas sosial masyarakat suku Bajo di Desa Tinakin Laut dan apa dampak dari

mobilitas sosial pada masyarakat suku Bajo di Desa Tinakin Laut, Kecamatan

Banggai, Kabupaten Banggai Laut.

3. Dokumentasi

Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-

dokumen. Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak

ditujukan langsung kepada subjek penelitian”.Adapun teknik dokumentasi dalam

penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data tentang keadaan masyarakat

suku Bajo di Desa Tinakin Laut secara jelas dan konkret serta gambaran lokasi

yang berkaitan dengan topik penelitian.Dan juga membuat catatan-catatan dan

foto-foto selama penelitian berlangsung.

H. Teknik Analisis Data


21

Setelah data disimpulkan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan

analisis terhadap data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data yaitu pemilihan, pemusatan perhatian, pengabstraksi dan

pentranspormasian data mentah yang diperoleh dari catatan lapangan tertulis.

2. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data adalah suatu kumpulan informasi yang tersusun yang

membolehkan pendeskripsian kesimpulan dan pengambilan tindakan berdasarkan

pemahaman dan analisis sajian data.Bentuk yang paling sering digunakan dalam

penelitian kualitatif adalah bentuk uraian dan teks naratif.

3. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Penarikan kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus

penelitian berdasarkan hasil analisis data.

I. Tahap-tahap Kegiatan Penelitian

Endang S Sedyaningsih Mahamit dalam (Suryana, 2007)membagi tahap-

tahap penelitian sebagai berikut: “menentukan masalah, melakukan studi

literature, penetapan lokasi, studi pendahuluan, penetapan metode pengumpulan

data, wawancara, dokumentasi, observasi, analisa data selama penelitian, analisa

data setelah: validasi dan penelitian”.

Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi

tiga tahap, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pra penelitian


22

Pada tahap ini peneliti mulai menentukan masalah penelitian, dengan cara

melakukan observasi dan wawancara awal kepada informan pada lokasi

yang telah ditentukan, kemudian mengajukan judul yang telah disetujui

oleh dosen pembimbing dan memulai tahap penyusunan proposal.

2. Tahap penelitian

Pada tahap ini peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara

observasi, wawancara, dan dokumentasi.

3. Tahap akhir

Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data dengan prosedur yang telah

ditentukan, dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan.

J. Teknik Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data sangat diperlukan dalam penelitian kualitatif

demi kesahihan dan kehandalan serta tingkat kepercayaan data yang telah

terkumpul.Teknik pengabsahan data menggunakan triangulasi. Hal ini merupakan

salah satu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain

diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data

itu (Moleong, 2000: 178)

Moleong, (2000: 178), beberapa teknik dalam penggunaan triangulasi

antara lain sebagai berikut:


23

1. Triangulasi sumber untuk mengkaji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa

sumber.

2. Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik

yang berbeda.

3. Triangulasi waktu yang dilakukan dengan cara melakukan pengecekan

dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau

situasi yang berbeda.

Melalui teknik pemeriksaan ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi

sumber, dimana data yang telah dikumpulkan kemudian dikaitkan dengan teori-

teori terkait dengan objek penelitian yakni masyarakat suku Bajo yang berada

dalam garis mobilitas sosial. Dengan kata lain, mampu menggambarkan tingkat

kepercayaan tentang kebenaran proses dan hasil penelitian. Kemudian

pemeriksaan melalui sumber dilakukan dengan cara membandingkan hasil

pengamatan dan wawancara dengan informan.


24

Daftar Pustaka

Kahmad, Dadang. 2006. Sosiologi agama. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Jalaluddin. 2007. Psikologi agama. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Jalaluddin. 2011. Psikologi Agama Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajaGrafindo

Persada

Thoules, Robert H. 1992. Pengantar Psikologi Agama, Terj. Machnun Husein.

Jakarta: Rajawali Press.

O’Dea, Thomas F. 1987. Sosiologi Agama Suatu Pengenalan Awal. Jakarta:

Rajawali Press.

Daradjad, Zakiah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

Sururin. 2004. lmu Jiwa Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai