Instek Katarak Ix
Instek Katarak Ix
45
5) Mengkonfirmasi antisipasi kehilangan darah: perdarahan minimal ±1cc,
tidak perlu persediaan darah
6) Mengkonfirmasi kepada anastesi mengenai keadaan khusus pada pasien:
tidak ada kondisi khusus pada pasien. Pasien ASA 1
7) Mengkonfirmasi apakah peralatan sudah steril sesuai indikatot: indikator
berubah warna hitam
8) Mengkonfirmasi ada tidaknya masalah pada peralatan: tidak ada
9) Mengkonfirmasi foto penting yang ditamplkan: tidak ada
10) Mengkonfirmasi jumlah kasa yang disiapkan 10 lembar jumlah
instrumen yang disiapkan 12 buah
11) Mempersilahkan operator memimpin doa
11. OPERATING DAN INSTRUMEN TEKNIK
No Operating Instrumen Keterangan
46
berbentuk prisma segitiga
4. Membuka Spreader -
palpebras
superior dan
inferior (kelopak
mata)
-Spuit 5 cc berisi
RL jarum tumpul
besar
47
6. Membuat Congjungtiva Sayatan kecil di konjungtiva untuk
sayatan kecil scissor anantesi subtenon
untuk ananstesi
Colibri forcep
subtenon
Colibri forcep
49
Ultrata menggunakan jarum kapsulotomi
RL dalam spuit
1cc jarum tumpul
lecil
26. Hidrasi kornea Rl dalam spuit RL diberikan hingga kornea tampak putih
5cc jarum tumpul (dioedemkan)
kecil
27. Sudle test Usapkan kapas - Usapkan pada jam 10 dan jam 12 untuk
pipih yang memerika apakah terjadi kebocoran
terlebih dahulu
- Bilas dengan RL
dicelupkan pada
povidoen iodine
10%
Spit 5 cc berisi
RL jarum tumpul
52
besar
30. Membersihkan Kasa basah Daerah kelopak mata dan sekitar mata
daerah kelopak dibersihkan dari povidon iodine dengan
Kasa kering
mata dan sekitar kasa basah dan kasa kering
mata
3) Mengkonfirmasi jumlah kasa yang dipakai dan sisa kasa: kasa yang
digunakan 8, sisa 2
4) Melakukan labeling speciment jika ada: tidak ada speciment yang dieriksa
53
5) Mengkonfirmasi aada tidaknya permasalahakan pada peralatan: tidak ada
permaslaahan pada peralatan
a. Analisa Data
No Tanggal/jam Data Masalah Etiologi
1. 12 Maret DS: Resiko Prosedur
2018/ 09.00 - infeksi invasif
WIB DO:
- Mata klien dilakukan incisi
sepanjang 0,8mm, terdapat
luka insisi main port dan
second oprt
54
2 12 Maret DS: klien mengatakan matanya Resiko Terpaparnya
2018/ 09.00 panas injuri bola mata,
WIB kornea reflek berkedip
<5 kali per
DO: menit
Bola mata kanan klien terppar
selama proses operasi
Mata kanan klien tidak dapat
berkedip selama operasi karena
menggunakan spreader
b. Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif
2. Resiko injuri kornea berhubungan dengan terpaparnya bola mata,
reflek berkedip <5 kali per menit
55
c. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1. Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Lapangan operasi, NIC:
berhubungan tindakan selama 45 instrument dan tim 1. Infection control:Intraoperative
dengan tindakan menit diharapkan operasi 2. Wound care
invasif tidak terjadi infeksi. menggunakan 1. Pastikan instrumen dan bahan habis pakai yang
Tindakan teknik aseptic steril dalam keadaan tetap steril
pembedahan 2. Infeksi terkontrol 2. Lakukan tehnik cuci tangan bedah sesuai prosedur
dengan tehnik dengan antibiotik 3. Pakai gaun operasi sesuai protap dan sarung
aseptic untuk tangan sesuai dengan teknik closed gloving
meminimalkan 4. Pertahankan teknik aseptic selama operasi
kemungkinan berlangsung
terjadinya infeksi 5. Batasi personil kedalam kamar operasi
selama pasien 6. Kolaborasi pemberian antibiotic: gentamicin
menjalani proses tropical
pembedahan. 7. Tutup luka menggunakan kasa kering dan fiksasi
56
NOC: menggunakan plester
1. Risk control
2. Resiko injuri Setelah dilakukan 1. bola mata lembab NIC
kornea tindakan selama 45 (tidak kering dan 1. Pencegahan Mata kering
berhubungan menit diharapkan kemerahan) 1. Monitor tanda gejala mata kering (kemerahan,
dengan resiko injuri kornea terasa terbakar/panas)
terpaparnya bola tidak terjadi 2. Monitor refleks kedipan
mata, reflek NOC: 3. Monitor banyaknya air mata yang keluar
berkedip <5 kali 1. Konrol resiko 4. Berikan hidrasi yang tepat: RL untuk hidrasi
per menit mata kering kornea mata
57
d. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No Tanggal/jam Intervensi Evaluasi
1. 12 Maret 2018/ 1. Memastikan instrumen dan bahan habis pakai yang steril 12 Maret 2018/ 09.40
09.00- 09.40 dalam keadaan tetap steril, menyapkan meja doek dengan Subjektif:
WIB mepertahankan konsep steril -
2. Membantu instrumen melakukan tehnik cuci tangan bedah Objektif:
sesuai prosedur Memastikan intrumen dan bahan habis
3. Membantu memakaikan gaun operasi sesuai protap pakai yang steril tetap steril
4. Mempertahankan teknik aseptic selama operasi Membantu saat scrubing,gowning
berlangsung Mempertahankan teknik aseptik
5. Membatasi personil kedalam kamar operasi selama operasi berlangsung
6. Melakukan kolaborasi pemberian antibiotic tropical: salep Jumlah personil dalam ruang operasi:
gentamicin 7 orang
7. Menutup luka menggunakan kasa kering dan fiksasi Mata klien telah diberi salep
menggunakan plester gentamicin dan ditutup menggunakan
kasa
Analisa:
58
Masalah resiko infeksi tidak terjadi
Perencanaan:
Hentikan intervensi
2. 09.00- 09.40 1. Memonitor tanda gejala mata kering (kemerahan, terasa Subjektif:
terbakar/panas) Klien mengatakan matanya tidak lagi
2. Memonitor refleks kedipan terasa panas
3. Memonitor banyaknya air mata yang keluar Objektif: klien menggunakan spreader
4. Memberikan hidrasi yang tepat: RL untuk irigasi kornea selama operasi sehingga mata klien
mata tidak dapat berkedip.
Kornea mata klien diirigasi dengan
laurutan RL secara berkala
Kornea tidak mengalami kemerahan
atau kering
Air mata klien yang keluar sedikit
Analisa: resiko injuri kornea tidak
terjadi
59
Perencanaan: hentikan intervensi
60
3.3 Asuhan Keperawatan Post-Operatif
b. Analisa Data
No Tanggal/jam Data Masalah Etiologi
1. 12 Maret DS: Nyeri akut Agen cidera
2018/ 09.45 Klien mengatakan mata yang fisik (tindakan
WIB telah dioperasi terasa nyeri operasi)
DO:
TTV post op: 120/80 mmHg,
HR 95x/menit, RR
21x/menit, S: 360C), skala
nyeri: 3 (NRS)
2 12 Maret DS: Kurang Kurang
2018/ 09.45 Klien mengatakan atidak tahu pengetahuan informasi
WIB apa yang harus dilakukan terkait
setelah operasi perawatan post
Klien mengatakan tidak tahu operasi katarak
cara perawatan setelah
operasi katarak
DO:
-
b. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (tindakan operasi)
ditandai dengan
DS:
Klien mengatakan mata yang telah dioperasi terasa nyeri
DO:
61
TTV post op: 120/80 mmHg, HR 95x/menit, RR 21x/menit, S: 360C),
skala nyeri: 3 (NRS)
62
c. Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
1. Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Menyatakan nyeri NIC:
berhubungan tindakan berkurang 1. Pain amangement
dengan agen keperawatan selama 2. Skala nyeri 2. Relaxation therapy
cidera fisik pasien di ruang post menurun 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
(tindakan operasi) operasi selama 10 3. Mampu termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
menit, nyeri pasien menggunakan terapi kualitas dan faktor presipitasi
dapat berkurang relaksasi untuk 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
dengan kriteria mengurangi nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
hasil mengetahui pengalaman nyeri pasien
4. Ajarkan teknik relaksais nafas dalam untuk
NOC:
mengurangi rasa nyeri
1. Pain Level
2. Pain control
3. Comfort level
63
3. Kurang Setelah dilakukan 1. Klien mampu NIC
pengetahuan tindakan selama 15 menyebutkan 1. Pengajaran perawatan
berhubungan menit diharapkan konsep penyakit 2. Manajemen nutrisi
dengan Kurang pengetahuan klien katarak secara 1. Kaji tingkat pengetahuan klien tentang konsep
informasi terkait meningkat sederhana penyakit secara sederhana
perawatan post NOC: 2. Klien mampu 2. Kaji latar belakang pendidikan klien
operasi katarak 1. Pengetahuan menjelaskan 3. Kaji motivasi klien dalam kesembuhan penyakitnya
prosedur perawatan pasca 4. Kaji dukungan keluarga terhadap kesembuhan
perawatan operasi di rumah, penyakit klien
2. Pengetahuan hal-hal yang perlu 5. Berikan pendidikan kesehatan terkait perawatan
aktivitas yang diperhatikan setelah pasca operasi di rumah, hal-hal yang perlu
diperhatiakan setelah operasi katarak, pemenuhan
disarankan oeprasi katarak.
nutrisi tinggi serat tinggi protein, menghinadri
3. Pengetahuan kegiatan yang membuat tekanan intraokular
diet yang meninggi seperti mengejan, mengakat benda berat,
menghindarai asap termasuk asap rokok, sebelum
disarankan
dan sesudah memegang mata yang telah dioperasi
klien harus mencuci tangan terlebih dahulu
65
Perencanaan:
Lanjutkan intervensi, motivasi klien
untuk melakukan teknik relaksasi
nafas dalam bila terasa nyeri
2. 12 Maret 2018/ 1. Mengkaji tingkat pengetahuan klien tentang konsep Subjektif:
09.50 WIB penyakit secara sederhana Klien mengatakan sekarang paham
2. Mengkaji latar belakang pendidikan klien terkait perawatan pasca operasi di
3. Mengkaji motivasi klien dalam kesembuhan penyakitnya rumah antara lain menghindari
4. Mengkaji dukungan keluarga terhadap kesembuhan aktivitas yang dapat membuat tekanan
penyakit klien di kepala meningkat seperti mengejan,
5. Memberikan pendidikan kesehatan terkait perawatan pasca angkat benda terlalu berat, makan
operasi di rumah, hal-hal yang perlu diperhatiakan setelah makanan yang berserat, menghindarai
operasi katarak, , pemenuhan nutrisi tinggi serat tinggi
asap termasuk asap rokok, sebelum
protein, menghinadri kegiatan yang membuat tekanan
intraokular meninggi seperti mengejan, mengakat benda dan sesudah memegang mata yang
berat, menghindarai asap termasuk asap rokok, sebelum dan telah dioperasi klien harus mencuci
sesudah memegang mata yang telah dioperasi klien harus
tangan terlebih dahulu
mencuci tangan terlebih dahulu
. Objektif:
klien dapat mnejelaskan penyakit
66
katarak secara sederhana,
menyebutkan apa yang dijelaskan
dengan benar.
Analisa:
Masalah teratasi
Perencanaan:
Hentikan Intervensi
67
BAB IV. PENUTUP
.4.1 Kesimpulan
Katarak adalah opasitas pada lensa kristalina mata yang menyebabkan
masyarakat banyak kehilangan pengelihatan. Salah satu cara untuk mengatasi katarak
adalah dengan melakukan pembedahan.
1. Pada tahap pre operatif dilakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa
ditemukan masalah keperawatan anisetas serta resiko cidera serta telah di
lakukan intervensi keperawatan (komunikasi terapeutik, informasi, edukasi).
Setelah itu di lakukan evaluasi, masalah pasien teratasi.
2. Pada tahap intra operatif masalah yang timbul adalah resiko resiko hypotermi,
resiko infeksi, dan resiko cidera kornea perawat sudah melakukan tindakan
pembedahan sesuai prosedur, menjaga agar tetap steril serta mempertahankan
suhu ruangan sehingga masalah resiko tidak sampai menjadi aktual.
3. Pada tahap post operatif masalah yang timbul adalah nyeri akut dan kurang
pengetahuan selanjutknya klien diberi pendidikan kesehatan terkait perawatan
diri pasca operasi katarak serta cara melakukan teknik relaksasi nafas dalam
untuk menggurangi nyeri yang ditimbulkan setelah operasi.
4.2 Saran
a. Bagi Instansi
Sebagai refrensi di bidang keperawatan dalam peningkatan mutu ilmu
pengetahuan dan diterapkan sebagai bentuk asuhan keperawatan perioperatif
pada pasien dengan diagnose Medis katarak yang di lakukan tindakan VP shunt
b. Bagi Perawat
Bagi perawat kamar operasi hendaknya lebih termotivasi untuk meningkatkan
pemberian asauhan keperawatan perioperatif dengan semaksimal mungkin
c. Bagi Pasien dan Keluarga
68
Hasil asauhan keperawatan ini sebagai dasar pemahaman pasien dan keluarga
dalam tindakan operasi. Sehingga pasien dan keluarga lebih kooperatif selama
prosedur pembedahan
69
DAFTAR PUSTAKA
Bulecked, G.M, et al. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). United Sates of
America: Mosby Elsevier.
Carpenito, L.J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Ilyas, Sidarta. 2009. Ilmu Penyakit Mata. Edisi III. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Infodatin. 2014. Situasi Gangguan Pengelihatan dan Kebutaan, Pusat Data dan
Informasi Kementerian Kesehatan RI. [serial online]
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
penglihatan.pdf
James, B. 2006.. Lecture Notes; Oftalmologi Ed.9. Jkarta: EMS
Mansjoer, Arief. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jilid II. Media
Aesculapius: Jakarta.
Moorhead, S., et al. 2013. Nursing Outcome Classification (NOC). United Sates of
America: Mosby Elsevier.
NANDA. 2014. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:
EGC.
Riyanto, S. B. 2008. Sinar matahari dan diabetes dapat menyebabka katarak.
http://www.kompas.com [diakes pada 23 April 2018]
Sjamsuhidat et al. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzzane C., dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medika
Bedah Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
Tamsuri. 2010. Klien Gangguan Mata dan pengelihatan. Jakarta:EGC
Vaughan, D. 2005. Oftalmologi Umum. Jakarta: Widya Medika
Wahyo, Ginanjar. 2007. Pengaruh Pekerjaan dan Pendidikan Terhadap Terjadinya
Katarak Pada Pasien yang Berobat di Balai Kesehatan Mata Masyarakat Nusa
Tenggara Barat. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Udayana.
70
WHO. 2014. Global Data On Visual Inpairements 2014. [serial online].
http:///www.who.int/blindness/publications/globaldata/en/html.
Wilkinson, Judith, M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC edisi 7. Jakarta : EGC.
71