Setelah Anda mengetahui tujuan dari penataan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP), maka Anda harus
mengetahui apa saja yang menjadi referensi penataan BWP berupa:
1. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota;
2. Arahan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJP/RPJM kabupaten/kota;
3. Isu-isu strategis baik yang berada di lingkup BWP, regional, maupun nasional yang dapat berupa
potensi, masalah, dan urgensi penanganan;
4. Kajian daerah yang berbatasan langsung dengan BWP (kabupaten/kota); dan
5. Karakteristik BWP.
Alasan utama perumusan BWP masih perlu dilengkapi dengan pertimbangan pertimbangan dalam
perumusan penataan BWP sebagai berikut :
1. Keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah kabupaten/kota;
2. Fungsi dan peran BWP;
3. Potensi investasi;
4. Keunggulan dan daya saing BWP;
5. Kondisi sosial dan lingkungan BWP;
6. Peran dan aspirasi masyarakat dalam pembangunan; dan
7. Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.
Perumusan tujuan penataan BWP secara ringkas dapat dilakukan setelah melakukan interpretasi dari
hasil analisis berikut:
1. Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah yang Lebih Luas
2. Analisis SDA dan Lingkungan BWP
3. Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya
4. Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
5. Analisis isu strategis dan Strategi Pengembangan
Setelah memperoleh rumusan tujuan penataan BWP dari hasil interpretasi analisis dan pertimbangan
lainnya, tujuan penataan BWP perlu dituangkan ke dalam kalimat tujuan. Tata cara penulisan tujuan
penetapan BWP menurut Zulkaidi dan Indrajati (2019) dilakukan dengan mempertimbangkan perihal
berikut:
1. Berisikan jawaban atas rumusan isu strategis/utama yang muncul;
2. Berisikan solusi ideal yang diinterpretasikan dalam kata sifat dan/atau keterangan, dapat merujuk
pada indikator kualitas suatu kota:
3. Bersifat visioner atau mengharapkan kondisi yang ingin dicapai di masa depan dengan kata
“harus” atau kata yang berarti perkiraan/memprediksi;
4. Pernyataan tujuan bersifat sederhana yang diikuti dengan sasaran yang mencakup komponen isu;
5. Bersifat positif dan proaktif;
6. Berorientasi pada target waktu yang akan dicapai; dan
7. Menjawab pertanyaan “Bagaimana misi diwujudkan dalam proyek ini?”.
Contoh ilustrasi penggunaan mind map dalam penyusunan tujuan penataan BWP
Di atas adalah contoh mind map untuk merumuskan tujuan penataan BWP suatu
kabupaten yang akan disusun RDTRnya, dengan merujuk pada beberapa referensi dan
pertimbangan kewilayahan utama, seperti amanah RTRW, isu strategis, dan potensi dan
karakteristik kawasan. Simpulan dari gambar di atas dapat diketahui tujuan penataan
BWP, seperti gambar di bawah.
2. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang dirumuskan berdasarkan :
1. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang termuat dalam RTRW;
2. Tujuan penataan BWP;
3. Kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi BWP;
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait;
5. Daya dukung dan daya tampung kawasan;
6. Review rencana proyeksi dan distribusi penduduk berdasarkan hasil analisis pada RTRW
kabupaten/kota; dan
7. Karakteristik fisik kawasan.
Dalam merumuskan ketentuan pemanfaatan ruang, perlu dilakukan interpretasi terhadap hasil
dari analisis-analisis berikut:
1. Analisis kelembagaan
2. Analisis pembiayaan pembangunan
3. Analisis isu strategis dan strategi pengembangan
Penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang diawali dengan penentuan program yang akan
diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan penataan BWP. Program dalam ketentuan
pemanfaatan ruang meliputi:
2. Lokasi
Lokasi merupakan tempat dimana usulan program akan dilaksanakan
3. Besaran dan Biaya
Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan dan biaya masing-masing usulan program
prioritas pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan
4. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota, APBD provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta,
dan/atau masyarakat. Sumber pendanaan dapat dilengkapi dengan perkiraan kebutuhan
biaya bagi masing-masing program;
5. Instansi pelaksana
Instansi Pelaksana merupakan pihak-pihak pelaksana program prioritas yang meliputi
pemerintah seperti satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dinas teknis terkait, dan/atau
kementerian/lembaga, swasta, dan/atau masyarakat