Anda di halaman 1dari 9

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


1.2 Maksud dan Tujuan
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Dasar Hukum
1.5 Metodologi
1.6 Sistematikan Penulisan

Bab 2 Profil Wilayah Perencanaan


2.1 Kondisi Fisik Dasar
2.2 Kependudukan
2.3 Sistem Transportasi
2.4 Sistem utilitas Kota
2.5 Sarana Umum
2.6 dan lain-lain yang ingin ditambahkan

Bab 3 Tujuan Penataan BWP


3.1 Tujuan Penataan Ruang Kawasan
3.2 Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang

Bab 4 Rencana Struktur Ruang


4.1 Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
4.2 Rencana Jaringan Transportasi
4.3 Rencana Jaringan Prasarana

Bab 5 Ketentuan Pemanfaatan Ruang


5.1 Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang
5.1.1 Program Pengembangan Pusat Pelayanan
5.1.2 Program Pengembangan Jaringan Transportasi
5.1.3 Program Pengembangan Jaringan Prasarana
5.2 Indikasi Program
1. Tujuan Penataan BWP
Tujuan penataan BWP memiliki fungsi untuk hal-hal berikut :
1. Sebagai acuan untuk penyusunan rencana pola ruang, penyusunan rencana struktur ruang,
penetapan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya, penyusunan ketentuan pemanfaatan
ruang, penyusunan peraturan zonasi; dan
2. Untuk menjaga konsistensi dan keserasian pengembangan Kawasan perkotaan dengan RTRW
kabupaten/kota.

Setelah Anda mengetahui tujuan dari penataan Bagian Wilayah Perencanaan (BWP), maka Anda harus
mengetahui apa saja yang menjadi referensi penataan BWP berupa:
1. Arahan pencapaian sebagaimana ditetapkan dalam RTRW kabupaten/kota;
2. Arahan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan dalam RPJP/RPJM kabupaten/kota;
3. Isu-isu strategis baik yang berada di lingkup BWP, regional, maupun nasional yang dapat berupa
potensi, masalah, dan urgensi penanganan;
4. Kajian daerah yang berbatasan langsung dengan BWP (kabupaten/kota); dan
5. Karakteristik BWP.

Alasan utama perumusan BWP masih perlu dilengkapi dengan pertimbangan pertimbangan dalam
perumusan penataan BWP sebagai berikut :
1. Keseimbangan dan keserasian antarbagian dari wilayah kabupaten/kota;
2. Fungsi dan peran BWP;
3. Potensi investasi;
4. Keunggulan dan daya saing BWP;
5. Kondisi sosial dan lingkungan BWP;
6. Peran dan aspirasi masyarakat dalam pembangunan; dan
7. Prinsip-prinsip yang merupakan penjabaran dari tujuan tersebut.

Perumusan tujuan penataan BWP secara ringkas dapat dilakukan setelah melakukan interpretasi dari
hasil analisis berikut:
1. Analisis Kedudukan dan Peran BWP dalam Wilayah yang Lebih Luas
2. Analisis SDA dan Lingkungan BWP
3. Analisis Kependudukan dan Sosial Budaya
4. Analisis Ekonomi dan Sektor Unggulan
5. Analisis isu strategis dan Strategi Pengembangan

Setelah memperoleh rumusan tujuan penataan BWP dari hasil interpretasi analisis dan pertimbangan
lainnya, tujuan penataan BWP perlu dituangkan ke dalam kalimat tujuan. Tata cara penulisan tujuan
penetapan BWP menurut Zulkaidi dan Indrajati (2019) dilakukan dengan mempertimbangkan perihal
berikut:
1. Berisikan jawaban atas rumusan isu strategis/utama yang muncul;
2. Berisikan solusi ideal yang diinterpretasikan dalam kata sifat dan/atau keterangan, dapat merujuk
pada indikator kualitas suatu kota:
3. Bersifat visioner atau mengharapkan kondisi yang ingin dicapai di masa depan dengan kata
“harus” atau kata yang berarti perkiraan/memprediksi;
4. Pernyataan tujuan bersifat sederhana yang diikuti dengan sasaran yang mencakup komponen isu;
5. Bersifat positif dan proaktif;
6. Berorientasi pada target waktu yang akan dicapai; dan
7. Menjawab pertanyaan “Bagaimana misi diwujudkan dalam proyek ini?”.
Contoh ilustrasi penggunaan mind map dalam penyusunan tujuan penataan BWP

Di atas adalah contoh mind map untuk merumuskan tujuan penataan BWP suatu
kabupaten yang akan disusun RDTRnya, dengan merujuk pada beberapa referensi dan
pertimbangan kewilayahan utama, seperti amanah RTRW, isu strategis, dan potensi dan
karakteristik kawasan. Simpulan dari gambar di atas dapat diketahui tujuan penataan
BWP, seperti gambar di bawah.
2. Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang dirumuskan berdasarkan :
1. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang termuat dalam RTRW;
2. Tujuan penataan BWP;
3. Kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi BWP;
4. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait;
5. Daya dukung dan daya tampung kawasan;
6. Review rencana proyeksi dan distribusi penduduk berdasarkan hasil analisis pada RTRW
kabupaten/kota; dan
7. Karakteristik fisik kawasan.

Rencana struktur ruang dirumuskan dengan kriteria:


1. Memperhatikan rencana struktur ruang BWP lainnya dalam wilayah kabupaten/kota
2. Memperhatikan rencana struktur ruang kabupaten/kota sekitarnya yang berbatasan langsung
dengan BWP
3. Menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan pembangunan prasarana dan utilitas pada BWP
4. Mengakomodasi kebutuhan pelayanan prasarana dan utilitas BWP termasuk kebutuhan
pergerakan manusia dan barang
5. Mempertimbangkan inovasi dan/atau rekayasa teknologi.

Materi yang termuat dalam rencana struktur ruang meliiputi:


1. Rencana Pengembangan Pusat Pelayanan
Dalam menentukan rencana pengembangan pusat pelayanan, terlebih dahulu
mempertimbangkan pusat pelayanan yang telah ditetapkan di dalam RTRW. Perlu dilakukan
telaah dan identifikasi dalam RTRW terkait dengan susunan pusat-pusat kegiatan (PKN, PKW,
PKSN, dan PKL) pada bagian wilayah perencanaan RDTR. Kemudian dapat dilakukan identifikasi
terhadap cakupan pelayanan dan fungsi pelayanan dalam RTRW untuk dijadikan pertimbangan
dalam menyusun rencana pengembangan pusat pelayanan dalam RDTR. Jika dalam RTRW telah
diatur bahwa wilayah perencanaan merupakan pusat kegiatan wilayah/kota, maka lokasi
perencanaan dalam RDTR bisa juga ditetapkan sebagai pusat kegiatan BWP.
Rencana pengembangan pusat pelayanan merupakan distribusi pusat-pusat pelayanan di dalam
BWP yang akan melayani sub BWP berupa:
a. Pusat Pelayanan Kota/Kawasan Perkotaan (PPK), pusat pelayanan ekonomi, sosial, dan/atau
administrasi yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional
b. Sub Pusat Pelayanan Kota/Kawasan Perkotaan (SPPK), pusat pelayanan ekonomi, sosial,
dan/atau administrasi yang melayani sub wilayah kota.
c. Pusat Lingkungan (PL), pusat pelayanan ekonomi, sosial dan/atau administrasi lingkungan
permukiman kota yang terdiri dari pusat lingkungan kecamatan, pusat lingkungan kelurahan
dan pusat lingkungan rukun warga.
Dalam menentukan PPK, SPPK, dan PL selain diturunkan dari rencana pusat kegiatan pada RTRW
juga dapat ditentukan dengan berdasar pada jumlah penduduk yang dapat dilayani di setiap
pusat-pusat pelayanan yang terdapat di dalam BWP dengan mempertimbangkan tabel klasifikasi
pusat pelayanan di bawah ini. PPK, SPPK, dan PL dapat ditentukan dengan memperhatikan
keseimbangan distribusi pelayanan yang berkonsekuensi pada keterhubungan antarpusat
pelayanan dan kawasan yang dilayaninya.
2. Rencana Jaringan Transportasi
Dalam menyusun rencana jaringan transportasi harus melihat dan mempertimbangkan rencana
jaringan di atasnya atau yang telah ditetapkan di dalam RTRW terkait dengan rencana jaringan
jalan (jalan arteri, jalan kolektor, jalan lokal). Pertimbangan dari kondisi eksisting jaringan
transportasi yang ada juga penting untuk dilakukan karena perencanaan berangkat dari kondisi
eksisting yang akan diberikan intervensi guna menghadapi perkembangan di masa depan.
Rencana jaringan transportasi harus mempertimbangkan penyesuaiannya terhadap
kebutuhan/kondisi konteks lokal yang sesuai dengan kondisi di wilayah BWP. Pertimbangan
utama dalam perencanaan transportasi adalah keterpaduannya untuk mewujudkan konsep
perencanaan pusat lingkungan sebagai pusat transit yang memungkinkan dengan mudah
dilakukannya pergantian antar dan inter moda transportasi. Perencanaan pada jaringan
transportasi lokal juga harus memperhatikan integrasi jaringan transportasi setempat dengan
jaringan regional yang lebih luas dengan standar pelayanan yang mudah dipahami/diterima bagi
masyarakat umum tanpa menghilangkan karakter/konteks khas setempat yang dimiliki. Rencana
jaringan transportasi merupakan pengembangan hierarki sistem jaringan jalan yang ditetapkan
dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW kabupaten/kota.
3. Rencana Jaringan Prasarana
Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem jaringan prasarana yang
ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW kabupaten/kota. Dalam
perumusan rencana jaringan prasarana yang merupakan pengembangan hierarki sistem
jaringan prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW
kabupaten/kota, aspek-aspek penting yang perlu diperhatikan adalah hierarki fungsi, dasar
pertimbangan perumusan, dan kritera pengembangan tiap jenis jaringan prasarana.

Rencana Jaringan Prasarana dirumuskan berdasarkan:


a. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota yang termuat dalam RTRW;
b. Kebutuhan pelayanan dan pengembangan BWP;
c. Rencana pola ruang BWP yang termuat dalam RDTR;
d. Sistem pelayanan sesuai fungsi dan peran BWP;
e. Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait

Rencana Jaringan Prasarana dirumuskan dengan kriteria:


a. Memperhatikan rencana struktur ruang bagian wlayah lainnya dalam wilayah kabupaten/kota
dan/atau wilayah administrasi kabupaten/kota sekitarnya yang berbatasan langsung dengan
BWP;
b. Menjamin keterpaduan dan prioritas pelaksanaan pembangunan prasarana dan utilitas pada
BWP;
c. Mengakomodasi kebutuhan pelaynan prasarana dan utilitas BWP; dan
d. Mengakomodasi kebutuhan fungsi dan peran pelayanan kawasan didalam struktur ruang BWP

Adapun materi dalam rencana jaringan prasarana meliputi:


1) Rencana Jaringan Energi/Kelistrikan, meliputi :
a. Jaringan insfrastruktur minyak dan gas bumi, terdiri atas:
i. jaringan yang menyalurkan minyak dan gas bumi dari fasilitas produksi ke
kilang pengolahan dan/atau;
ii. tempat penyimpanan; dan/atau;
iii. jaringan yang menyalurkan gas bumi dari kilang pengolahan ke konsumen.
2) Rencana jaringan penyaluran ketenagalistrikan, terdiri atas:
a. jaringan transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk menyalurkan tenaga listrik
antarsistem sesuai dengan RTRW Kabupaten/Kota, dapat berupa :
i. saluran udara tegangan ultra tinggi (SUTUT)
ii. saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET)
iii. saluran udara tegangan tinggi (SUTT)
iv. saluran udara tegangan tinggi arus searah (SUTTAS)
v. saluran udara tegangan menengah (SUTM)
vi. saluran udara tegangan rendah (SUTR)
vii. saluran kabel tegangan menengah (SKTM) dan/atau
viii. saluran transmisi/distribusi lainnya
b. Gardu listrik, meliputi:
i. gardu induk yang berfungsi untuk menurunkan tegangan dari jaringan
subtransmisi menjadi tegangan menengah
ii. gardu hubung yang berfungsi untuk membagi daya listrik dari gardu induk
menuju gardu distribusi
iii. gardu distribusi yang berfungsi untuk menurunkan tegangan primer menjadi
tegangan sekunder
3) Rencana jaringan telekomunikasi
a. Infrastrukutr dasar telekomunikasi yang berupa lokasi pusat aoutomatisaai
sambungan telepon
b. Jaringan telekomunikasi telepon kabel yang berupa lokasi stasiun telepon otomat,
rumah kabel, dan kotak pembagi
c. Sistem televisi kabel termasuk lokasi stasiun transmisi
d. Jaringan telekomunikasi telepon nirkabel yang berupa lokasi menara telekomunikasi
termasuk menara Base Transceiver Station (BTS);
e. Jaringan serat optik
f. Peningkatan pelayanan jaringan telekomunikasi
4) Rencana jaringan air minum, meliputi:
a. Jaringan perpipaan:
i. unit air baku;
ii. unit produksi yang berupa bangunan pengambil air baku, dan instalasi
produksi;
iii. unit distribusi berupa pipa transmisi air baku;
iv. unit pelayanan yang berupa pipa unit distribusi hingga persil/bidang;
dan/atau;
v. bangunan penunjang dan bangunan pelengkap.
b. Jaringan non-perpipaan:
i. sumur dangkal;
ii. sumur pompa;
iii. bak penampungan air hujan; dan
iv. terminal air
5) Rencana jaringan drainase, meliputi:
a. Saluran primer
b. Saluran sekunder
c. Saluran tersier
d. Saluran local
e. Bangunan peresapan (kolam retensi)
f. Bangunan tampungan (polder) beserta sarana pelengkapnya (system pemompaan
dan pintu air)
6) Rencana pengelolaan air limbah, meliputi:
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) setempat, meliputi:
i. subsistem pengolahan setempat;
ii. subsistem pengangkutan; dan
iii. subsistem pengolahan lumpur tinja.
b. Sistem pengelolaan air limbah (SPAL) terpusat
i. subsistem pelayanan yang terdiri atas pipa tinja, pipa non tinja bak perangkap
lemak dan minyak dari dapur, pipa persil, bak kontrol, dan lubang inspeksi;
ii. subsistem pengumpulan yang terdiri atas pipa retikulasi, pipa induk, serta
sarana dan prasarana pelengkap; dan
iii. subsistem pengolahan terpusat yang terdiri atas Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL) kota dan IPAL skala kawasan tertentu/permukiman.
7) Rencana jaringan prasarana lainnya
Penyediaan prasarana lainnya direncanakan sesuai kebutuhan pengembangan BWP, misalnya
BWP yang berada pada kawasan rawan bencana wajib menyediakan jalur evakuasi bencana
yang meliputi jalur evakuasi dan tempat evakuasi sementara yang terintegrasi baik untuk skala
Kabupaten/Kota, kawasan, maupun lingkungan. Jalur evakuasi bencana dapat memanfaatkan
jaringan prasarana dan sarana yang sudah ada.

Peta rencana struktur ruang digambarkan dengan ketentuan sebagai berikut:


2. Peta rencana struktur ruang terdiri dari :
a. peta pusat pelayanan yang memuat pusat-pusat pelayanan
b. peta jaringan transportasi yang memuat jaringan jalan dan kereta api
c. peta jaringan prasarana yang terdiri dari jaringan energi/kelistrikan, telekomunikasi,
air minum, drainase, air limbah, dan prasarana lainnya yang digambarkan secara
tersendiri untuk masing-masing rencana jaringan prasarana
3. Apabila terdapat jaringan transportasi dan jaringan prasarana yang berada di bawah
permukaan tanah (ruang dalam bumi) maupun di atas permukaan tanah maka digambarkan
dalam peta tersendiri dan dilengkapi dengan gambar potongan/penampang
4. Rencana struktur ruang digambarkan dalam peta dengan skala atau tingkat ketelitian
informasi minimal 1:5.000 dan mengikuti ketentuan mengenai sistem informasi geografis
yang dikeluarkan oleh kementerian/lembaga yang berwenang.

3. Ketentuan Pemanfaatan Ruang


Ketentuan pemanfaatan ruang dalam RDTR merupakan upaya mewujudkan RDTR dalam bentuk
program pengembangan BWP dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir
tahun masa perencanaan.
Ketentuan pemanfaatan ruang berfungsi sebagai :
1. Dasar pemerintah dan masyarakat dalam pemrograman investasi pengembangan BWP;
2. Arahan untuk sektor dalam penyusunan program;
3. Dasar estimasi kebutuhan pembiayaan dalam jangka waktu 5 (lima) tahunan dan penyusunan
program tahunan untuk setiap jangka 5 (lima) tahun;
4. Acuan bagi masyarakat dalam melakukan investasi.

Ketentuan pemanfaatan ruang disusun berdasarkan:


1. Rencana polar uang dan rencana struktur ruang
2. Ketersediaan sumber daya dan sumber dana pembangunan;
3. Kesepakatan para pemangku kepentingan dan kebijakan yang ditetapkan;
4. Masukan dan kesepakatan dengan para investor;
5. Prioritas pengembangan BWP dan pentahapan rencana pelaksanaan program yang sesuai
dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) daerah dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) daerah, serta rencana terpadu dan program investasi infrastruktur
jangka menengah (RPI2JM).

Ketentuan pemanfaatan ruang disusun dengan kriteria:


1. Mendukung perwujudan rencana pola ruang dan rencana penyediaan prasarana perkotaan di
BWP serta perwujudan Sub BWP yang diprioritaskan penanganannya;
2. Mendukung program penataan ruang wilayah Kabupaten/Kota;
3. Realistis, objektif, terukur, dan dapat dilaksanakan dalam jangka waktu perencanaan;
4. Konsisten dan berkesinambungan terhadap program yang disusun, baik dalam jangka waktu
tahunan maupun lima tahunan;
5. Terjaganya sinkronisasi antar program dalam satu kerangka program terpadu pengembangan
wilayah kabupaten/kota.

Dalam merumuskan ketentuan pemanfaatan ruang, perlu dilakukan interpretasi terhadap hasil
dari analisis-analisis berikut:
1. Analisis kelembagaan
2. Analisis pembiayaan pembangunan
3. Analisis isu strategis dan strategi pengembangan

Penyusunan ketentuan pemanfaatan ruang diawali dengan penentuan program yang akan
diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan penataan BWP. Program dalam ketentuan
pemanfaatan ruang meliputi:

1. Program Pemanfaatan Ruang Prioritas


Program pemanfaatan ruang prioritas merupakan program-program pengembangan BWP yang
diindikasikan memiliki bobot tinggi berdasarkan tingkat kepentingan atau diprioritaskan dan
memiliki nilai strategis untuk mewujudkan rencana sruktur ruang dan rencana pola ruang di BWP
sesuai tujuan penataan BWP.

Program pemanfaatan ruang dapat memuat kelompok program sebagai berikut :


a. Program perwujudan rencana struktur ruang meliputi:
i. Perwujudan pusat pelayanan kegiatan di BWP
ii. Perwujudan jaringan transportasi di BWP
iii. Perwujudan jaringan prasarana untuk BWP yang terdiri atas:
1. perwujudan jaringan energi/kelistrikan;
2. perwujudan jaringan telekomunikasi;
3. perwujudan jaringan air minum;
4. perwujudan jaringan drainase;
5. perwujudan jaringan air limbah; dan/atau
6. perwujudan jaringan prasarana lainnya.
b. Program perwujudan rencana polar uang meliptui:
i. perwujudan zona lindung pada BWP termasuk didalam pemenuhan
kebutuhan RTH;
ii. perwujudan zona budi daya pada BWP yang terdiri atas:
1. Perwujudan penyediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum di BWP;
2. Perwujudan ketentuan pemanfaatan ruang untuk setiap jenis pola
ruang;
3. Perwujudan intensitas pemanfaatan ruang blok; dan/atau;
4. Perwujudan tata bangunan.
c. Program perwujudan penetapan sub BWP yang diprioritaskan
i. Program penyusunan RTBL
ii. Perbaikan prasarana, sarana, dan blok/kawasan
iii. Pembangunan baru prasarana, sarana, dan blok/Kawasan
iv. Pengembangan kembali prasarana, sarana, dan blok/kawasan; dan/atau
v. Pelestarian/pelindungan blok/Kawasan

2. Lokasi
Lokasi merupakan tempat dimana usulan program akan dilaksanakan
3. Besaran dan Biaya
Besaran merupakan perkiraan jumlah satuan dan biaya masing-masing usulan program
prioritas pengembangan wilayah yang akan dilaksanakan

4. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan dapat berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Kabupaten/Kota, APBD provinsi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), swasta,
dan/atau masyarakat. Sumber pendanaan dapat dilengkapi dengan perkiraan kebutuhan
biaya bagi masing-masing program;

5. Instansi pelaksana
Instansi Pelaksana merupakan pihak-pihak pelaksana program prioritas yang meliputi
pemerintah seperti satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dinas teknis terkait, dan/atau
kementerian/lembaga, swasta, dan/atau masyarakat

6. Waktu dan tahapan pelaksanaan


Waktu dan Tahapan Pelaksanaan Program direncanakan dalam kurun waktu perencanaan 20
(dua puluh) tahun yang dirinci setiap 5 (lima) tahunan dan masing-masing program
mempunyai durasi pelaksanaan yang bervariasi sesuai kebutuhan. Penyusunan program
prioritas disesuaikan dengan pentahapan jangka waktu 5 tahunan RPJP daerah
Kabupaten/Kota.

Contoh matriks indikasi program

Anda mungkin juga menyukai