Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH UJI

Disusun Oleh :

RAMADHANI BIMO STYAJI

NIM.20539141002

PROGRAM STUDI TEKNIK MANUFAKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Pengujian Impak ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak Arianto Leman Soemowidagdo M.T. pada
mata kuliah Bahan Teknik program studi Teknik Manufaktur. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bahan teknik bagi para pembaca
dan juga bagi penulis. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Arianto Leman
Soemowidagdo M.T. selaku dosen mata kuliah Bahan Teknik program studi Teknik
Manufaktur yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi pengetahuannya sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta,21 November 2020

Ramadhani Bimo S.
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang
Aplikasi dari sebuah material sangat dipengaruhi oleh sifat fisis dan
mekanis dari material tersebut. Sifat fisis dan mekanis dari sebuah
material dapat diketahui apabila sudah dilakukan pengujian. Tujuan
dari dilakukannya suatu pengujian mekanis adalah untuk menentukan
respon material dari suatu konstruksi, komponen, atau rakitan fabrikasi
pada saat dikenakan beban atau deformasi dari luar. Dalam hal ini
akan ditentukan
seberapa jauh perilaku inheren (sifat yang lebih merupakan
ketergantungan atas fenomena atomik maupun mikroskopis dan
bukan dipengaruhi bentuk atau ukuran benda uji) dari material
terhadap pembebanan tersebut.
Pengujian untuk mengetahui sifat fisis dan mekanis (mechanical
properties) material tergantung dari jenis material yang akan
dilakukan pengujian. Sementara ini ada beberapa jenis material yang
dapat dijadikan acuan yaitu material logam, keramik, komposit dan
polimer. Selain itu
sasaran penggunaan dari material tersebut juga akan mempengaruhi
jenis pengujian yang akan dilakukan.
B. Rumusan Masalah
● Apa pengertian uji bending
● Apa saja jenis pengujian bending?
● Apa saja prosedur pengujian bending?
● Apa kriteria Keberterimaan Pengujian Tekuk
(Acceptance Criteria Bending Test)?
C. Tujuan Penulisan
● Mengetahui pengertian uji bending
● Mengetahui jenis-jenis pengujian bending?
● Mengetahui prosedur pengujian bending?
● Mengetahui kriteria Keberterimaan Pengujian Tekuk
(Acceptance Criteria Bending Test)?

Bab 2 Pembahasan
1. Pengertian Uji Tekuk
Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk
pengujian untuk menentukan mutu suatu material secara visual.
Proses pembebanan menggunakan mandrel atau pendorong yang
dimensinya telah ditentukan untuk memaksa bagian tengah bahan
uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga yang dipisahkan
oleh jarak yang telah ditentukan.
Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah gaya
yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan. Dalam
pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, yaitu:
● Kekuatan tarik ( Tensile Strength ).
● Komposisi kimia dan struktur mikro terutama
kandungan Mn dan C pada material.
● Tegangan luluh ( Yield Stress ).
Gambar 1 berikut ini memperlihatkan skema pengujian tekuk pada
bahan uji.
Gambar 1 Skema Pengujian Tekuk pada Bahan Uji @

Setelah menekuk, permukaan spesimen yang berbentuk cembung

harus
diperiksa dari kemungkinan adanya retak atau cacat permukaan yang
lain. Apabila spesimen mengalami patah (fracture) setelah ditekuk,
maka

spesimen dinyatakan gagal uji (rejected). Namun jika tidak patah


maka kriteria keberterimaan seperti jumlah retak, dimensi retak
atau cacat permukaan lain yang terlihat pada permukaan harus
disesuaikan dengan standar yang diacu. Adanya retak pada sisi
ketebalan atau sudut-sudut
spesimen tidak dinyatakan sebagai kegagalan pengujian.
Kecuali dimensinya melebihi ukuran yang ditentukan oleh
standar.
Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji tekuk bending
dibedakan menjadi 2, yaitu transversal bending dan longitudinal
bending. Apabila kedua jenis pengujian tersebut digunakan pada
benda hasil pengelasan, maka pemotongan area pengelasan harus
disesuaikan dengan jenis pengujiannya. Hal tersebut bertujuan
untuk mengetahui kualitas hasil pengelasan secara visual setelah
benda ditekuk.
2. Jenis - Jenis Uji Bending
1. Pengujian Tekuk Melintang (Transversal Bending).
Pada transversal bending, saat pengambilan specimen harus tegak
lurus dengan arah pengelasan. Menurut arah pembebanan dan
lokasi pengamatan, Uji Tekuk Melintang( transversal bending)
dibagi menjadi tiga:

a. Face Bend (Bending di permukaan las).


Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan
akar las mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2. Pengamatan dilaksanakan pada permukaan las
yang mengalami tegangan tarik, apakah muncul retak
atau tidak. Jika muncul retak dimanakah letaknya,
apakah di weld metal, HAZ atau fusion line (garis
perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 2 Skema Pengujian Tekuk Face Bend pada Transversal


Bending.

b. Root Bend ( Bending di akar las ).


Root bend adala akar las mengalami tegangan tarik dan
permukaan las mengalami tegangan tekan, seperti yang
ditunjukkan Gambar 3 Pengamatan dilakukan di akar las yang
mengalami tegangan tarik, lalu diamati apakah muncul retak atau
tidak. Jika muncul retak dimanakah letaknya, apakah di weld
metal. HAZ atau fusion line (yaitu garis perbatasan WM dan
HAZ)

Gambar 3 Skema Pengujian Tekuk Root Bend pada Transversal


Bending

c. Side Bend ( Bending di sisi las ).


Pengujian ini dilaksanakan apabila ketebalan material yang di las lebih
besar dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut,
apakah timbul retak atau tidak, seperti yang di tunjukkan Gambar 4.
Jika muncul retak amati dimanakah letaknya, apakah di weld metal,
HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 4 Skema Pengujian Tekuk Side Bend pada Transversal


Bending
2. Pengujian Tekuk Memanjang (Longitudinal Bending)
Pada pengujian jenis ini, spesimen diambil searah dengan arah
pengelasan berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan.
Pengujian longitudinal bending dibagi menjadi dua :
a. Face Bend (Bending pada permukaan las)
Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan
akar las mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar
5. Pengamatan dilakukan di permukaan las yang mengalami tegangan
tarik, diamati apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak
dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau fusion line
(garis perbatasan WM dan HAZ).
Gambar 5 Skema Pengujian Tekuk Face Bend pada Longitudinal
Bending.

b. Root Bend (Bending pada akar las)


Root bend adalah bending yang dilakukan sehingga akar las
mengalami tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan,
seperti yang ditunjukkan Gambar 6 Pengamatan dilakukan di akar las,
amati apakah muncul retak atau tidak. Jika muncul retak dimanakah
letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion line (yaitu garis
perbatasan WM dan
HAZ).

Gambar 6 Skema Pengujian Tekuk Root Bend pada Longitudinal Bending


PROSEDUR PENGUJIAN BENDING
Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandril ada
beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu :
1. P-No. dari material yang diuji.
2. Elongation dari material yang diuji.
3. Kekuatan luluh ( yield strength) dari material yang diuji.
Berdasarkan standard and code ASME sec. IX, ukuran diameter
mandril ditentukan berdasarkan P-No. dari material yang diuji.
Namun jika P-No. material tidak ditemukan pada referensi di standar
tersebut, maka dapat digunakan data elongation material uji untuk
mencari diameter mandril
atau penekan.
Berbeda dengan standard and code ASME sec. IX yang
menggunakan P-No. dan data elongation material, pada standar
yang lain yaitu AWS D1.1 justru menggunakan data kekuatan luluh
( yield strength) dari material yang diuji untuk menentukan
diameter mandril atau penekan. Pada Gambar 7 dapat dilihat cara
penentuan diameter mandril / penekan berdasarkan standard and

code ASME sec. IX.

Gambar 7 Penentuan diameter mandril – penekan berdasarkan ASME


sec. IX

Gambar 8 Penentuan diameter mandril – penekan berdasarkan AWS D1.1


Selain itu juga diatur mengenai jarak antara penumpu dan mandril
atau penekan. Skema serta jarak penentuan pengujian dapat dilihat
pada
Gambar 9 dan Gambar 10.
Gambar 9 Penetuan jarak antar penumpu
berdasarkan ASME sec. IX

Gambar 10 Penentuan jarak antar penumpu


berdasarkan AWS D1.1
ACCEPTANCE CRITERIA BENDING TEST
Kriteria Keberterimaan Pengujian Tekuk (Acceptance Criteria
Bending Test).
a. Syarat Keberterimaan Berdasarkan ASME sec. IX.
Untuk dapat lulus dari uji tekuk (bending) berdasarkan standard and
code ASME sec. IX maka hasil pengujian harus memenuhi kriteria
berikut ini :
1. Keretakan pada weld metal atau HAZ
maksimal 3 mm diukur dari segala arah
pada permukaan cembung yang telah
ditekuk.
2. Retak pada pojok permukaan yang telah
ditekuk tidak diperhitungkan. Kecuali yang
disebabkan oleh slag inclusión , lack of
fusion , atau cacat lainnya.
3. Pada pengelasan overlay cladding tidak
boleh terdapat retak terbuka melebihi 1.5
mm dihitung dari segala arah. Pada
interface tidak boleh terdapat retak
terbuka melebihi 3 mm.
b. Syarat Keberterimaan Berdasarkan AWS D1.1.
Untuk dapat lulus dari uji tekuk (bending) berdasarkan standard and
code AWS D1.1 maka hasil pengujian harus memenuhi kriteria
berikut ini :
1. Keretakan maksimal 3 mm diukur
dari segala arah pada permukaan
cembung yang telah ditekuk.
2. Jumlah cacat terbesar tidak boleh melebihi
10 mm pada cacat yang ukurannya antara 1
mm sampai 3 mm.
3. Retak pada pojok permukaan maksimal 6
mm, kecuali yang disebabkan oleh slag
inclusión atau cacat fusi yang lainnya
maka maksimal dimensi yang
diperbolehkan adalah 3 mm.

Bab III

PENUTUP

A. Kesimpulan

  Impact Test adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji  ketangguhan
suatu specimen terhadap pemberian beban secara tiba-tiba melalui tumbukan.
Semakin rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi akan semakin getas.
Salah satu hal yang mempengaruhi impak adalah temperatur. Semakin rendah
temperatur suatu material maka akan semakin getas material tersebut, dan semakin
tinggi temperatur maka material akan semakin ulet. Energi impak yang terbesar
terdapat pada takikan setengah lingkaran dan terendah pada takikan segitiga. Jadi,
dapat disimpulkan bahwa perpatahan akan semakin mudah terjadi pada takikan
bersudut.

B. Saran

Demikian makalah yang saya buat, semoga bermanfaat bagi pembaca. Apabila
ada kritik dan saran yang ingin disampaikan terkait makalah yang saya buat silahkan
sampaikan kepada saya untuk pembelajaran agar saya bisa lebih baik lagi. Apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan makalah ini saya memohon maaf dan mohon
untuk dijadikan maklum karena pada dasarnya saya adalah hamba Allah yang tidak
luput dari kesalahan.

Anda mungkin juga menyukai