DAN ANTROPOMETRI
SKRIPSI
Oleh:
STEFENSON FILIYANTO PANGESTU
NIM D1131161020
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2.1 Fase Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich & Eppinger, 2001)
Penjelasan dari masing-masing fase perancangan dan pengembangan produk adalah sebagai
berikut.
1. Fase 0: Perencanaan
Fase 0 merupakan fase yang mengawali proses perancangan dan pengembangan produk. Fase ini
sering disebut dengan zerofase karena mendahului persetujuan proses perancangan dan
pengembangan produk serta menjadi dasar untuk fase-fase berikutnya.
Fase 1 merupakan fase pengembangan terhadap persetujuan awal pada fase 0. Pada fase ini akan
dilakukan identifikasi kebutuhan pasar, penyusunan alternatif konsep produk, dan pemilihan satu
atau lebih konsep untuk dikembangkan dan diuji coba. Konsep merupakan uraian dari bentuk,
fungsi, dan tampilan suatu produk dengan spesifikasi, analisa kompetitor, dan pertimbangan
biaya.
3. Fase 2: Perancangan Tingkatan Sistem
Fase perancangan rinci merupakan fase pendetailan dari produk. Detail tersebut meliputi
spesifikasi bentuk, material, dan toleransi dari seluruh komponen yang ada pada produk. Output
dari fase ini adalah pencatatan pengendalian dari produk meliputi bentuk tiap komponen dan
peralatan produksinya, spesifikasi komponen yang dibeli, serta rencana untuk fabrikasi dan
perakitan produk.
Fase pengujian dan perbaikan merupakan fase di mana akan dilakukan pembuatan prototype dari
produk untuk kemudian diuji dan diperbaiki. Prototype awal yang biasa dibuat adalah prototype
alpha yang dibuat dengan menggunakan komponen sebenarnya untuk produk, namun proses
fabrikasi tidak harus sama dengan produksi yang dilakukan sebenarnya. Uji prototype alpha
digunakan untuk mengetahui kesesuaian fungsi produk. Selanjutnya akan dibuat prototype beta
di mana komponen yang digunakan sesuai dengan kebutuhan produksi, namun proses perakitan
tidak sesuai dengan sebenarnya. Uji prototype beta digunakan untuk mengetahui kinerja dan
keandalan produk.
Fase peluncuran produk merupakan fase produksi awal dari produk. Produk pada produksi awal
dibuat sesuai dengan sistem produksi yang sebenarnya. Produk yang dihasilkan pada produksi
awal disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan dievaluasi kekurangan yang muncul dari
produk tersebut.
Secara lebih rinci tahap pengembangan konsep terdiri dari beberapa kegiatan front-end activities
seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tahap Pengembangan Konsep Front-end Activites (Ulrich&Eppingger, 2001)
Tahap pengembangan konsep Front-end Activites pada Gambar 2.2 terdiri dari kegiatan yang
saling berhubungan. Panah putus-putus pada Gambar 2.2 menunjukan kemungkinan proses akan
mengulang ke tahapan sebelumnya akibat informasi baru yang didapatkan.
Tahap awal yang dilakukan dalam metode QFD adalah identifikasi kebutuhan pelanggan.
Proses identifikasi kebutuhan pelanggan meliputi pengumpulan data mentah dari pelanggan,
interpretasi data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, membuat hierarki kebutuhan pelanggan,
Langkah awal dari metode QFD adalah untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan
dan keinginan pengguna terhadap suatu produk atau jasa. Kebutuhan dan keinginan pengguna
Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) [1] tujuan dari identifikasi kebutuhan pelanggan
menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk, menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan
yang terlupakan.
Pengumpulan data yang dilakukan harus mencakup kontak langsung dengan pengguna.
Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) [1] metode yang dapat digunakan antara lain:
a. Wawancara: Satu atau beberapa orang tim pengembang berdiskusi mengenai kebutuhan
b. Kelompok Fokus: Diskusi ini biasanya dilakukan dengan bantuan moderator. Pelanggan
yang berjumlah delapan sampai duabelas orang ditempatkan pada suatu ruangan.
c. Observasi Produk Pada Saat Digunakan: Mengamati pelanggan menggunakan produk
atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan produk tersebut diciptakan, dapat
Dokumen hasil interaksi dengan pelanggan dapat berupa rekaman suara, catatan, rekaman
video, foto. Wawancara dilakukan secara berurutan dan dapat dihentikan ketika tidak ada
lagi kebutuhan baru yang diperoleh dari tambahan wawancara (Ulrich dan Eppinger, 2001 [1].
Setelah data kebutuhan dan keinginan pelanggan terkumpul, kemudian akan dilakukan
penyebaran kuisioner untuk mengetahui tingkat kepentingan, penilaian dan harapan pelanggan
terhadap berbagai macam atribut kebutuhan yang telah diperoleh sebelumnya. Kemudian akan
dibuat karakteristik teknis untuk merespon suara konsumen. Karakteristik teknis ini sering
disebut dengan voice of engineering. Langkah selanjutnya adalah mencari hubungan antara VOC
1 = Tidak Penting, artinya atribut suatu produk dianggap tidak penting dalam
perancangan.
2 = Kurang Penting, artinya atribut suatu produk dianggap kurang penting dalam
perancangan.
3 = Cukup Penting, artinya atribut suatu produk dianggap cukup penting dalam
perancangan.
4 = Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan. 5 =
Sangat Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam
perancangan.
Selanjutnya adalah kuesioner tingkat penilaian pengguna. Tingkat penilaian
pengguna adalah persepsi pengunaan terhadap alat bantu duduk pesinden yang
sudah ada berdasarkan kepuasan pengguna saat memakainya. Untuk mengetahui
tingkat penilaian, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
tidak bagus.
2 = Kurang Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
kurang bagus.
3 = Cukup Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
cukup bagus.
4 = Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap bagus.
5 = Sangat Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
sangat bagus.
Sedangkan kuesioner tingkat harapan pengguna adalah harapan pengguna
terhadap alat bantu duduk pesinden. Untuk mengetahui tingkat harapan, digunakan
skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Diinginkan, artinya suatu atribut tidak diinginkan dalam perancangan suatu
produk.
2 = Kurang Diinginkan, artinya suatu atribut kurang diinginkan dalam
perancangan suatu produk.
3 = Cukup Diinginkan, artinya suatu atribut cukup diinginkan dalam perancangan
suatu produk.
4 = Diinginkan, artinya suatu atribut diinginkan dalam perancangan suatu produk.
5 = Sangat Diinginkan, artinya suatu atribut sangat diinginkan dalam
perancangan suatu produk.
2.2.4 Pegolahan Data House of Quality (HOQ)
Struktur dasar Quality Function Deployment ini meliputi konstruksi dari satu atau
lebih matrik yang kadangkala disebut dengan tabel-tabel kualitas. Bagian pertama dari
matriks-matriks tersebut adalah yang disebut House Of Quality (HOQ), yang merupakan
alat pokok yang digunakan di dalam Quality Function Deployment. House Of Quality
adalah sebuah matriks yang menunjukan hubungan antara kebutuhan pengguna dan sifat
rekayasa teknik. Dengan menggunakan alat ini, perusahaan akan mampu menyesuaikan
kebutuhan para pelanggan dengan desain dan kendala-kendala fabrikasi.
Pengolahan data berupa pembuatan House of Quality (HOQ). Adapun tahap
pembuatan HOQ adalah sebagai berikut:
1. Matrik perencanaan: berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan,
customer satisfaction performance , tingkat harapan dan perhitungan GAP.
a. Tingkat kepentingan: menyatakan seberapa penting tiap kebutuhan bagi
pelanggan. Rumusnya adalah sebagai berikut:
Σ D Kepentingan
DKepentingan = ____________________
n
DKepentingan = derajat kepentingan responden ke-i
n = jumlah responden
b. Customer satisfaction performance
Merupakan persepsi pelanggan terhadap seberapa baik produk yang ada
saat ini dalam memuaskan pelanggan. Tingkat kepuasan diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Σ D Kepuasan
i=1
DKepuasan =
n
DKepuasan = derajat kepuasan responden ke-i
n = jumlah responden
c. Harapan Pengguna
DHarapan = n
Σ D Harapan
i=1 _
n
d. GAP merupakan selisih nilai penilaian dengan harapan pengguna terhadap atribut
suatu produk. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
GAP =
n n
Σ D Kepuasan - Σ D Harapan
i=1 i=1
Simbol Pengertian
Pengaruh positif sangat kuat
+ Pengaruh positif kuat
Kosong Tidak ada pengaruh
- Pengaruh negatif kuat
× Pengaruh negatif sangat kuat
Bt i = Σ ( Kt i × H i )
Bti = Bobot karakteristik teknis i.
Kti = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik
teknis i.
Hi = Nilai numerik korelasi antara kebutuhan konsumen (what) dengan
karakteristik teknis i (how).
Ergonomi adalah desain tempat kerja, peralatan dan perlengkapan, serta lingkungan
kerja agar sesuai dengan manusianya. Menurut Nurmianto (2008) [3] ergonomi berasal dari
bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai
studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Didalam ergonomi
dibutuhkan studi tentang sistem manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.
Tujuan penyerasian ini adalah untuk mencapai produktivitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya. Hal ini terkait dengan penggunaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan
jenis pekerjaan. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan perancangan produk
(design) atau perancangan ulang (redesign) (Nurmianto, 2008) [3].
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa
nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat
peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi
ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi
kelelahan kerja (Nurmianto, 2008) [3].
2.3.1 Tujuan Ergonomi
Tarwaka dan Lilik (2004) [4] mengatakan tujuan ergonomi secara umum adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi
dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
Usia produktif adalah usia seseorang dapat memanfaatkan kemampuan kerjanya
secara optimal. Batas atas usia produktif menurut surat keputusan Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha adalah 58 tahun.
2.4 Anthropometri
2.4.1 Definisi Anthropometri
Anthropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia meliputi ukuran, bentuk dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain (Nurmianto,
2008) [3]. Sedangkan menurut Tarwaka dan Lilik (2004) [4] anthropometri adalah
studi tentang pengukuran yang sistematis tentang fisik tubuh manusia khususnya
mengenai dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam
klasifikasi dan perbandingan antropologis.
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang
sangat komplek, harus selalu berpedoman kepada antropometri pemakainya.
Menurut Tarwaka dan Lilik (2004) [4] kriteria antropometri untuk penerapan
ergonomi dibedakan menjadi antropometri statis dan antropometri dinamis.
Antropometri statis adalah pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh dalam
keadaan posisi statis atau diam. Antropometri statis ini meliputi dimensi otot
rangka atau skeletal yaitu antara pusat sendi (siku dengan pergelangan tangan)
atau dimensi kontur yaitu dimensi permukaan tubuh (kedalam atau tinggi duduk).
Beberapa contoh pengukuran antropometri statis adalah tinggi dan berat badan,
tinggi siku duduk dari tempat duduk, panjang, lebar, tinggi dan tebal anggota
tubuh tertentu.
Sedangkan antropometri dinamis dilakukan pada saat tubuh sedang
melakukan aktivitas fisik. Pengukuran tersebut antara lain meliputi jangkauan,
lebar jalan lalu lalang untuk orang yang sedang berjalan. Antropometri dinamis
termasuk juga pengukuran kisaran gerakan untuk variasi sendi, tenaga injak pada
kaki kekuatan jari menggenggam.
2.4.2 Data Antropometri
(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa)
(Sumber : http://komponenotomotif.blogspot.com/2015/02/)
(Sumber : https://maretaramadhanis.wordpress.com/2016/05/13/)
bawah ini:
dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang
membelit pada puli ini memiliki lengkungan sehingga lebar bagian dalam nya
bertambah besar.
Gambar 2.7 Ukuran penampang sabuk V
(Sumber : https://otomotif-er.blogspot.com/2014/10)
Rantai transmisi daya biasanya dipergunakan dimana jarak poros lebih besar
dari pada transmisi roda gigi tapi lebih pendek dari pada dalam transmisi
sabuk.Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip, jadi
(Sumber : http://web.ipb.ac.id/)
Rantai dapat dibagi atas dua jenis. Yang pertama disebut rantai rol, terdiri atas
pena, bus, rol dan plat mata rantai. Yang lain disebut rantai gigi, plat-plat berprofil
roda gigi dan pena pembentuk bulan sabit yang disebut sambungan kunci.
(Sumber : http://web.ipb.ac.id/)
2.10.2 Sprocket
Sproket adalah roda bergerigi yang berpasangan dengan rantai, track, atau benda
panjang yang bergerigi lainnya. Sproket berbeda dengan roda gigi, sproket tidak
(Sumber : http://web.ipb.ac.id/)
Sprocket dan chain termasuk dalam jenis sistem transmisi rantai dimana system
ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yakni:
1. Kelebihan
a) Selama beroperasi tidak terjadi slip sehingga diperoleh rasio kecepatan
yang sempurna
b) Karena rantai terbuat dari logam, maka ruang yang dibutuhkan lebih kecil
dari pada sabuk, dan dapat menghasilkan transmisi yang besar
c) Memberikan efisiensi transmisi tinggi (98%)
d) Dapat dioperasikan pada suhu cukup tinggi maupun kondisi atmosfer
2. Kekurangan
a) Biaya produksi rantai relative tinggi
b) Dibutuhkan perawatan rantai dengan cermat dan akurat, terutama
pelumasan dan penyesuaian pada saat kendur.
c) Rantai memiliki kecepatan fluktuasi terutama saat terlalu meregang
(kendur)
2.11 Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban
sehingga putaran dapat berlangsung secara halus, aman, dan tahan lebih lama.
Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros dan elemen mesin lainnya
dapat bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka
prestasi seluruh sistem akan menurun dan tidak dapat bekerja dengan semestinya.
Bantalan yang digunakan dalam perencanaan mesin alat pengupas kulit buah
kelapa ini adalah bearing duduk. Bearing duduk disebut juga sebagai bantalan anti
gesek (antifriction bearing), karena koefisien gesek statis dan kinetisnya yang
kecil. Bantalan ini terdiri dari cincin luar dengan alur lintasan bola dan rol, dan
cincin dalam yang juga memiliki alur lintasan yang sama seperti yang ada pada
cincin luar. Bola atau rol ditempatkan diantara kedua cincin di dalam alur lintasan
tersebut.Untuk menjaga agar bola dan rol tidak saling bersentuhan satu dengan
yang lainnya maka bola dibuat bersarang. Sarang ini juga berfungsi untuk
menjaga bola agar tidak terlepas dari alurnya sewaktu berputar. Ukuran bantalan
ini biasanya menyatakan diameter dalam bantalan (diameter poros yang akan
masuk). Agar putaran poros dapat berputar dengan lancar, maka yang perlu
diperhatikan adalah sistem pelumasannya. Oli merupakan pelumasan yang cukup
baik, tetapi oli dapat merusak sabuk yang terbuat dari karet, sehingga pelumasan
yang kental (viscouslubricant) lebih disukai.
Gambar 3.1
Mulai
Studi Literatur
Observasi Lapangan
(Voice of Customer)
(Wawancara + Questioner)
Pemilihan Aternatif
Desain Prototipe
Pembuatan Prototipe
Coba Produk
Selesai
Pada tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan
yang memerlukan waktu dan keterampilan untuk mendengarkan. Proses QFD
membutuhkan data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribuut dari suatu
produk atau jasa.
Langkah ini bertujuan untuk menentukan atribut-atribut usulan rancangan
desain alat pembuat sengkang berdasarkan keluhan dan kebutuhan
responden. Dalam penentuan atribut dilakukan pengumpulan data-data
kualitatif untuk membuat keputusan perancangan sesuai dengan kebutuhan
konsumen maka produsen harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari
konsumen. Untuk mengumpulkan data kualitatif bisa dilakukan dengan
wawancara dan penyebaran quisioner sebagai pendukung dilakukan
penyebaran quisioner nordic body map untuk membangkitkan atribut yang
diharapkan pekerja.
Uji coba alat dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang baru
sudah sesuai dengan tujuan yaitu dapat mengurangi risiko kecelakaan
kerja dan peningkatan produksi. Evaluasi produk dilakukan dengan uji
coba produk kepada pengguna dalam uji coba alat pengupas sabut
kelapa akan dilakukan oleh semua pekerja yang ada sehingga benar-
benar diperoleh hasil yang diinginkan, proses uji coba dilakukan selama
sehari jam kerja secara bergantian selain itu juga dilakukan dengan
pengisian kueioner tentang kepuasan pengguna terhadap produk baru
agar dapat diketahui perbedaan yang ada apakah alat pengupas sabut
kelapa sudah sesuai dengan harapan. Kuesioner yang digunakan pada
tahap evaluasi ini sama dengan kuesioner yang digunakan untuk
mengetahui penilaian pengguna terhadap produk yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Ulrich, Karl T. & Eppinger, Steven D., 2001. Perancangan dan
Pengembangan Produk. Jakarta: Salemba Teknika.
[2] Wasserman, G.S.,1993. How to Prioritize Design Requirements during the
QFD Process.
[3] Nurmianto, E., 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
Prima Printing.
[4] Tawarka,Solichul H. A dan Lilik S. Bakri. 2004. Ergonomi untuk keselamatan
, kesehatan kerja dan produktivitas. Uniba Pres, Universitas Islam Batik. Solo.