Anda di halaman 1dari 38

REDESIGN ALAT PENGUPAS SABUT KELAPA

DENGAN PENDEKATAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD)

DAN ANTROPOMETRI

SKRIPSI

Program Studi Sarjana Teknik Mesin Jurusan


Teknik Mesin

Oleh:
STEFENSON FILIYANTO PANGESTU
NIM D1131161020

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS


TANJUNGPURA PONTIANAK
2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Kubu Raya terkenal sebagai salah satu wilayah dengan keunggulan di sektor
pertanian. Salah satu sektor pertanian yang terbanyak dihasilkan ialah kelapa, tepatnya di Desa
Punggur Besar. Sebagian besar masyarakat Desa Punggur Besar memiliki area perkebunan
kelapa yang luas. Salah satu usaha yang menjadi bagian penting dalam rantai ekonomi petani
kelapa di Desa Punggur Besar adalah Mitra Usaha Kelapa Punggur. Mitra Usaha Kelapa
Punggur merupakan usaha yang membeli hasil panen petani kelapa sekitar, baik yang sudah
dikupas maupun belum dan mengekspor kelapa tersebut ke China dan Thailand.
Besarnya potensi hasil perkebunan berupa kelapa di Desa Punggur Besar, tentunya perlu
didukung dengan proses pengupasan buah kelapa dengan cepat dan biaya yang relatif
terjangkau. Proses pengupasan buah kelapa oleh mitra usaha masih dilakukan menggunakan cara
manual (Baji) sehingga memerlukan banyak waktu dan tenaga, selain itu berdasarkan
pengamatan secara langsung juga cukup berbahaya bagi pekerja seperti yang ditampilkan pada
gambar di bawah ini.

Gambar 1.1 Pengupasan Sabut Kelapa Menggunakan Baji


Pengembangan teknologi pasca panen merupakan salah satu unsur penting dalam upaya
menghasilkan alat yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan memperhatikan ergonomi,
keamanan dan harga alat yang terjangkau serta nilai ekonomis dari proses pengupasan kelapa
hasil panen petani sekitar. Perkembangan teknologi menuntut untuk berinovasi dalam memenuhi
kebutuhan mitra usaha dalam hal ini berupa proses pengupasan sabut kelapa sebagai langkah
konkret dalam mempersingkat proses pengupasan sabut kelapa pada mitra usaha.
Solusi tepat guna yang ditawarkan untuk mengatasi permasalahan proses pegupasan sabut
kelapa yang masih menggunakan cara manual adalah dengan mengembangkannya dengan cara
otomatis sehingga dapat menghemat waktu, tenaga dan keamanan serta ergonomi dalam proses
pengupasan sabut kelapa. Untuk mengatasi permasalahan pada proses pengupasan sabut kelapa
pada keadaan produksi saat ini perlu adanya perancangan alat yang dapat mengatasi
permasalahan yang ada dengan memperhatikan material, desain, dan ergonomi serta harga yang
sesuai dengan kebutuhan, Berdasarkan uraian diatas maka perlunya suatu perancangan mesin
pengupas sabut kelapa sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Salah satu metode yang dapat
digunakan adalah metode Quality Function Deployment (QFD). Hasil ranking (HQQ) dalam
pengolahan data QFD menjadi prioritas utama dalam perancangan mesin pengupas sabut kelapa
yang ergonomis. Prioritas yang kedua yaitu dimensi alat serta yang menjadi prioritas ketiga yaitu
pemilihan material dan komponen pendukung mesin. Perancangan alat ini diharapkan akan
berpengaruh dengan meningkatnya perekonomian masyarakat Desa Punggur Besar Kabupaten
Kuburaya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana merancang mesin pengupas sabut kelapa otomatis dengan metode QFD?
2. Bagaimana kinerja alat yang dihasilkan dibandingkan dengan konvensional?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
1. Membuat rancangan dan membuat mesin pengupas otomatis dengan metode QFD.
2. Melakukan pengujian pengupasan sabut kelapa secara konvesional dengan dikerjakan
oleh mesin.

1.4 Batasan Masalah


1. Pembuatan alat dilakukan di lab mesin fakultas teknik, Universitas Tanjungpura.
2. Perancangan tidak memperhitungan kekuatan rangka, sambungan rancangan
diamsumsikan mampu menahan beban.
3. Kelapa yang digunakan adalah kelapa tua atau kering.
4. Ukuran kelapa yang digunakan sesuai ukuran standar kelapa antara 40 cm – 45cm.

1.5 Sistematika Penulis


Laporan penelitian tugas akhir ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian penulis
mengenai mesin pengupas sabut kelapa.
BAB III METOLODOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang kerangka penelitian, alat dan bahan, diagram alir penelitian,
metode penelitian, pengujian, dan perhitungan.
BAB IV HASIL PERHITUNGAN DAN ANALISA
Bab ini berisi tentang hasil dan analisa perhitungan dari mesin pengupas sabut
kelapa semi otomatis.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan saran-saran
atau masukan bagi pembaca, agar dapat di terapakan untuk penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perancangan dan Pengembangan Produk


Dalam perancangan dan pengembangan produk terdapat beberapa tahapan yang tersusun
secara sistematis. Tahapan tersebut dimulai dari identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen
hingga produksi awal dari produk. Ulrich dan Eppinger (2001) [1] membagi tahapan dalam
perancangan dan pengembangan produk menjadi 6 fase mulai dari fase 0 hingga fase 5 seperti
pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Fase Perancangan dan Pengembangan Produk (Ulrich & Eppinger, 2001)

Penjelasan dari masing-masing fase perancangan dan pengembangan produk adalah sebagai

berikut.
1. Fase 0: Perencanaan

Fase 0 merupakan fase yang mengawali proses perancangan dan pengembangan produk. Fase ini
sering disebut dengan zerofase karena mendahului persetujuan proses perancangan dan
pengembangan produk serta menjadi dasar untuk fase-fase berikutnya.

2. Fase 1: Pengembangan Konsep

Fase 1 merupakan fase pengembangan terhadap persetujuan awal pada fase 0. Pada fase ini akan
dilakukan identifikasi kebutuhan pasar, penyusunan alternatif konsep produk, dan pemilihan satu
atau lebih konsep untuk dikembangkan dan diuji coba. Konsep merupakan uraian dari bentuk,
fungsi, dan tampilan suatu produk dengan spesifikasi, analisa kompetitor, dan pertimbangan
biaya.
3. Fase 2: Perancangan Tingkatan Sistem

Fase 2 merupakan fase untuk menguraikan produk menjadi subsistem-subsistem serta


komponen-komponen pembentuk produk. Output yang didapatkan adalah mengenai bentuk
produk dan spesifikasi secara fungsional setiap subsistem dari produk.

4. Fase 3: Perancangan Rinci

Fase perancangan rinci merupakan fase pendetailan dari produk. Detail tersebut meliputi
spesifikasi bentuk, material, dan toleransi dari seluruh komponen yang ada pada produk. Output
dari fase ini adalah pencatatan pengendalian dari produk meliputi bentuk tiap komponen dan
peralatan produksinya, spesifikasi komponen yang dibeli, serta rencana untuk fabrikasi dan
perakitan produk.

5. Fase 4: Pengujian dan Perbaikan

Fase pengujian dan perbaikan merupakan fase di mana akan dilakukan pembuatan prototype dari
produk untuk kemudian diuji dan diperbaiki. Prototype awal yang biasa dibuat adalah prototype
alpha yang dibuat dengan menggunakan komponen sebenarnya untuk produk, namun proses
fabrikasi tidak harus sama dengan produksi yang dilakukan sebenarnya. Uji prototype alpha
digunakan untuk mengetahui kesesuaian fungsi produk. Selanjutnya akan dibuat prototype beta
di mana komponen yang digunakan sesuai dengan kebutuhan produksi, namun proses perakitan
tidak sesuai dengan sebenarnya. Uji prototype beta digunakan untuk mengetahui kinerja dan
keandalan produk.

6. Fase 5: Peluncuran Produk

Fase peluncuran produk merupakan fase produksi awal dari produk. Produk pada produksi awal
dibuat sesuai dengan sistem produksi yang sebenarnya. Produk yang dihasilkan pada produksi
awal disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan dievaluasi kekurangan yang muncul dari
produk tersebut.
Secara lebih rinci tahap pengembangan konsep terdiri dari beberapa kegiatan front-end activities
seperti pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tahap Pengembangan Konsep Front-end Activites (Ulrich&Eppingger, 2001)
Tahap pengembangan konsep Front-end Activites pada Gambar 2.2 terdiri dari kegiatan yang
saling berhubungan. Panah putus-putus pada Gambar 2.2 menunjukan kemungkinan proses akan
mengulang ke tahapan sebelumnya akibat informasi baru yang didapatkan.

2.2 Metode Quality Function Deployment (QFD)


2.2.1 Pengertian Metode QFD
QFD adalah suatu proses dimana kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai konsumen
diterjemahkan ke dalam ketentuan-ketentuan teknis. QFD pertama kali dikembangkan di
perusahaan Jepang pada tahun 1970 an. Salah satu tokoh penemu metode ini adalah Dr. Yoji
Akao. Kemudian metode ini diadopsi oleh Toyota. Pada tahun 1986 konsep metode ini dibawa
ke Amerika Serikat oleh Ford Motor Company dan Xerox. Semenjak itu metode QFD digunakan
oleh perusahaan-perusahaan di Jepang, Amerika Serikat dan Eropa (Wasserman, 1993) [2].
Berdasarkan definisinya QFD merupakan praktek untuk merancang suatu proses sebagai
tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan (Voice of Customer). QFD menerjemahkan apa yang
dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan perancang. Fokus utama dari QFD adalah
melibatkan pelanggan pada proses pengembangan produk sedini mungkin. Filosofi yang
mendasarinya adalah bahwa pelanggan tidak akan puas dengan suatu produk meskipun suatu
produk yang telah dihasilkan dengan sempurna bila mana memang tidak menginginkan atau
membutuhkannya. QFD memungkinkan organisasi untuk memprioritaskan kebutuhan
pelanggan, menemukan tanggapan inovatif terhadap kebutuhan tersebut, dan memperbaiki
proses hingga tercapai efektivitas maksimum. QFD juga merupakan praktek menuju perbaikan
proses yang dapat memungkinkan organisasi untuk melampaui harapan pelanggannya.
Validitas dari metode QFD dapat dikatakan sudah teruji untuk menggambarkan apa yang
menjadi keinginan pengguna terhadap suatu produk.
Selain itu dapat diintegrasikan dalam bidang ergonomi. Dimulai dengan analisis yang
didalamnya terdapat ahli ergonomi yang nantinya akan mengintegrasikan kebutuhan pengguna
dalam VOC.

2.2.2 Pengumpulan Data Voice Of customer

Tahap awal yang dilakukan dalam metode QFD adalah identifikasi kebutuhan pelanggan.

Proses identifikasi kebutuhan pelanggan meliputi pengumpulan data mentah dari pelanggan,

interpretasi data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, membuat hierarki kebutuhan pelanggan,

menetapkan kepentingan relative setiap kebutuhan.

Langkah awal dari metode QFD adalah untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan

dan keinginan pengguna terhadap suatu produk atau jasa. Kebutuhan dan keinginan pengguna

itulah yang disebut dengan voice of customer.

Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) [1] tujuan dari identifikasi kebutuhan pelanggan

adalah meyakinkan bahwa produk telah difokuskan terhadap kebutuhan pelanggan,

mengidentifikasi kebutuhan pelanggan yang tersembunyi dan tidak terucapkan (eksplisit),

menjadi basis untuk menyusun spesifikasi produk, menjamin tidak ada kebutuhan pelanggan

yang terlupakan.

Pengumpulan data yang dilakukan harus mencakup kontak langsung dengan pengguna.

Menurut Ulrich dan Eppinger (2001) [1] metode yang dapat digunakan antara lain:

a. Wawancara: Satu atau beberapa orang tim pengembang berdiskusi mengenai kebutuhan

dengan pelanggan. Wawancara biasanya dilakukan pada lingkungan pelanggan dan

berlangsung sekitar satu sampai dua jam.

b. Kelompok Fokus: Diskusi ini biasanya dilakukan dengan bantuan moderator. Pelanggan

yang berjumlah delapan sampai duabelas orang ditempatkan pada suatu ruangan.
c. Observasi Produk Pada Saat Digunakan: Mengamati pelanggan menggunakan produk

atau melakukan pekerjaan yang sesuai dengan tujuan produk tersebut diciptakan, dapat

memberikan informasi kebutuhan pelanggan yang penting.

Dokumen hasil interaksi dengan pelanggan dapat berupa rekaman suara, catatan, rekaman

video, foto. Wawancara dilakukan secara berurutan dan dapat dihentikan ketika tidak ada

lagi kebutuhan baru yang diperoleh dari tambahan wawancara (Ulrich dan Eppinger, 2001 [1].

Setelah data kebutuhan dan keinginan pelanggan terkumpul, kemudian akan dilakukan

penyebaran kuisioner untuk mengetahui tingkat kepentingan, penilaian dan harapan pelanggan

terhadap berbagai macam atribut kebutuhan yang telah diperoleh sebelumnya. Kemudian akan

dibuat karakteristik teknis untuk merespon suara konsumen. Karakteristik teknis ini sering

disebut dengan voice of engineering. Langkah selanjutnya adalah mencari hubungan antara VOC

dan VOE serta mencari bobot masing-masing kebutuhan.

2.2.3 Penyebaran Kuesioner


Kuesioner adalah salah satu alat pengumpul data yang merupakan alat komunikasi
antara peneliti dengan responden, berupa daftar pertanyaan yang dibagikan oleh peneliti
untuk diisi oleh responden, yang kemudian akan diubah dalam bentuk angka, analisa
statistik, dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Dalam metode QFD, kuesioner
digunakan untuk mengetahui tingkat kepentingan pengguna, tingkat penilaian pengguna
dan tingkat harapan pengguna. Tingkat kepentingan pengguna adalah persepsi pengguna
terhadap atribut-atribut dari suatu produk.

Berdasarkan penting tidaknya atribut tersebut untuk perancangan. Untuk


mengetahui tingkat kepentingan atribut, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai
berikut:

1 = Tidak Penting, artinya atribut suatu produk dianggap tidak penting dalam
perancangan.
2 = Kurang Penting, artinya atribut suatu produk dianggap kurang penting dalam
perancangan.
3 = Cukup Penting, artinya atribut suatu produk dianggap cukup penting dalam
perancangan.
4 = Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam perancangan. 5 =
Sangat Penting, artinya atribut suatu produk dianggap penting dalam
perancangan.
Selanjutnya adalah kuesioner tingkat penilaian pengguna. Tingkat penilaian
pengguna adalah persepsi pengunaan terhadap alat bantu duduk pesinden yang
sudah ada berdasarkan kepuasan pengguna saat memakainya. Untuk mengetahui
tingkat penilaian, digunakan skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
tidak bagus.
2 = Kurang Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
kurang bagus.
3 = Cukup Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
cukup bagus.
4 = Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap bagus.
5 = Sangat Bagus, artinya atribut yang ada pada produk yang sekarang ada dianggap
sangat bagus.
Sedangkan kuesioner tingkat harapan pengguna adalah harapan pengguna
terhadap alat bantu duduk pesinden. Untuk mengetahui tingkat harapan, digunakan
skala 1-5 dengan keterangan sebagai berikut:
1 = Tidak Diinginkan, artinya suatu atribut tidak diinginkan dalam perancangan suatu
produk.
2 = Kurang Diinginkan, artinya suatu atribut kurang diinginkan dalam
perancangan suatu produk.
3 = Cukup Diinginkan, artinya suatu atribut cukup diinginkan dalam perancangan
suatu produk.
4 = Diinginkan, artinya suatu atribut diinginkan dalam perancangan suatu produk.
5 = Sangat Diinginkan, artinya suatu atribut sangat diinginkan dalam
perancangan suatu produk.
2.2.4 Pegolahan Data House of Quality (HOQ)

Struktur dasar Quality Function Deployment ini meliputi konstruksi dari satu atau
lebih matrik yang kadangkala disebut dengan tabel-tabel kualitas. Bagian pertama dari
matriks-matriks tersebut adalah yang disebut House Of Quality (HOQ), yang merupakan
alat pokok yang digunakan di dalam Quality Function Deployment. House Of Quality
adalah sebuah matriks yang menunjukan hubungan antara kebutuhan pengguna dan sifat
rekayasa teknik. Dengan menggunakan alat ini, perusahaan akan mampu menyesuaikan
kebutuhan para pelanggan dengan desain dan kendala-kendala fabrikasi.
Pengolahan data berupa pembuatan House of Quality (HOQ). Adapun tahap
pembuatan HOQ adalah sebagai berikut:
1. Matrik perencanaan: berisi informasi tingkat kepentingan kebutuhan pelanggan,
customer satisfaction performance , tingkat harapan dan perhitungan GAP.
a. Tingkat kepentingan: menyatakan seberapa penting tiap kebutuhan bagi
pelanggan. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Σ D Kepentingan
DKepentingan = ____________________
n
DKepentingan = derajat kepentingan responden ke-i
n = jumlah responden
b. Customer satisfaction performance
Merupakan persepsi pelanggan terhadap seberapa baik produk yang ada
saat ini dalam memuaskan pelanggan. Tingkat kepuasan diperoleh dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

Σ D Kepuasan
i=1
DKepuasan =
n
DKepuasan = derajat kepuasan responden ke-i

n = jumlah responden
c. Harapan Pengguna

Merupakan harapan pengguna terhadap produk yang akan dirancang berdasarkan

atribut yang telah dibangun.

DHarapan = n

Σ D Harapan
i=1 _
n

d. GAP merupakan selisih nilai penilaian dengan harapan pengguna terhadap atribut
suatu produk. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

GAP =
n n

Σ D Kepuasan - Σ D Harapan
i=1 i=1

1. Penentuan Karakteristik Teknis : langkah yang harus ditempuh oleh pihak


perancangan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
2. Hubungan What dan How
Matrik hubungan what dan how merupakan matrik hubungan antar voice of
customer dan karakteristik teknisnya. Hubungan tersebut menunjukkan seberapa
jauh pengaruh respon teknis dalam menangani dan mengendalikan kebutuhan
pengguna. Untuk mempermudah menggambarkan matrik maka digunakan simbol-
simbol. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Simbol Matrik Hubungan

Simbol Pengertian Nilai


Numerik
Kosong Tidak ada hubungan 0
 Hubungan lemah 1
 Hubungan sedang 3
 Hubungan kuat 9

Sumber: Wasserman (1993)


3. Hubungan antar karakteristik teknis :
Matrik hubungan antar karakteristik teknis biasa disebut korelasi teknis. Matrik
korelasi ini berfungsi untuk mengetahui sejauh mana atribut teknis yang satu
mempengaruhi atribut teknis yang lain.
Tabel 2.2 Simbol Korelasi Teknis

Simbol Pengertian
Pengaruh positif sangat kuat
+ Pengaruh positif kuat
Kosong Tidak ada pengaruh
- Pengaruh negatif kuat
× Pengaruh negatif sangat kuat

Sumber: Wasserman (1993)


4. Penentuan bobot karakteristik teknis
Nilai kepentingan teknik atau bobot teknik digunakan untuk mengetahui masing-
masing atribut sehingga dapat diketahui atribut mana yang memiliki nilai.
Perhitungan bobot karakteristik teknis dilakukan dengan rurmus sebagai berikut:

Bt i = Σ ( Kt i × H i )
Bti = Bobot karakteristik teknis i.
Kti = Tingkat kepentingan teknis yang memiliki korelasi dengan karakteristik
teknis i.
Hi = Nilai numerik korelasi antara kebutuhan konsumen (what) dengan
karakteristik teknis i (how).

Gambar 2.1 House Of Quality

Sumber: Sumber: Franceschini (2002)


Menurut Wasserman (1993) [2] kelebihan dari metode QFD adalah dapat mengurangi
waktu desain sebesar 40 % dan biaya desain sebesar 60 % secara bersamaan dengan
dipertahankan dan ditingkatkannya kualitas desain. Selain itu ada beberapa manfaat yang
dapat diperoleh dari QFD yaitu fokus pada pelanggan, efisiensi waktu, orientasi pada kerja
sama tim, dan orientasi pada dokumentasi. Adapun manfaat dari metode QFD adalah
memusatkan rancangan produk dan jasa baru pada kebutuhan pelanggan, dan
mengutamakan kegiatan-kegiatan desain dengan memastikan bahwa proses desain
dipusatkan pada kebutuhan pelanggan yang paling berarti sehingga tidak memakan waktu
yang lebih banyak bila dibandingkan dengan proses rancang ulang produk secara
keseluruhan.
2.3 Definisi Ergonomi

Ergonomi adalah desain tempat kerja, peralatan dan perlengkapan, serta lingkungan
kerja agar sesuai dengan manusianya. Menurut Nurmianto (2008) [3] ergonomi berasal dari
bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos (hukum alam) dan dapat didefinisikan sebagai
studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,
fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Didalam ergonomi
dibutuhkan studi tentang sistem manusia, fasilitas kerja dan lingkungannya saling
berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya.

Tujuan penyerasian ini adalah untuk mencapai produktivitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya. Hal ini terkait dengan penggunaan teknologi yang tepat, sesuai dan serasi dengan
jenis pekerjaan. Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan perancangan produk
(design) atau perancangan ulang (redesign) (Nurmianto, 2008) [3].
Disamping itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor
keselamatan dan kesehatan kerja misalnya desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa
nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat
peraga visual (visual display unit station). Hal itu adalah untuk mengurangi
ketidaknyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk mengurangi
kelelahan kerja (Nurmianto, 2008) [3].
2.3.1 Tujuan Ergonomi
Tarwaka dan Lilik (2004) [4] mengatakan tujuan ergonomi secara umum adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan
penyakit akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi
dan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial,
mengelola dan mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan
sosial baik selama kurun waktu usia produktif maupun setelah tidak produktif.
Usia produktif adalah usia seseorang dapat memanfaatkan kemampuan kerjanya
secara optimal. Batas atas usia produktif menurut surat keputusan Badan
Pelaksana Kegiatan Usaha adalah 58 tahun.
2.4 Anthropometri
2.4.1 Definisi Anthropometri
Anthropometri adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan
dengan karakteristik fisik tubuh manusia meliputi ukuran, bentuk dan kekuatan
serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain (Nurmianto,
2008) [3]. Sedangkan menurut Tarwaka dan Lilik (2004) [4] anthropometri adalah
studi tentang pengukuran yang sistematis tentang fisik tubuh manusia khususnya
mengenai dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam
klasifikasi dan perbandingan antropologis.
Setiap desain produk, baik produk yang sederhana maupun produk yang
sangat komplek, harus selalu berpedoman kepada antropometri pemakainya.
Menurut Tarwaka dan Lilik (2004) [4] kriteria antropometri untuk penerapan
ergonomi dibedakan menjadi antropometri statis dan antropometri dinamis.
Antropometri statis adalah pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh dalam
keadaan posisi statis atau diam. Antropometri statis ini meliputi dimensi otot
rangka atau skeletal yaitu antara pusat sendi (siku dengan pergelangan tangan)
atau dimensi kontur yaitu dimensi permukaan tubuh (kedalam atau tinggi duduk).
Beberapa contoh pengukuran antropometri statis adalah tinggi dan berat badan,
tinggi siku duduk dari tempat duduk, panjang, lebar, tinggi dan tebal anggota
tubuh tertentu.
Sedangkan antropometri dinamis dilakukan pada saat tubuh sedang
melakukan aktivitas fisik. Pengukuran tersebut antara lain meliputi jangkauan,
lebar jalan lalu lalang untuk orang yang sedang berjalan. Antropometri dinamis
termasuk juga pengukuran kisaran gerakan untuk variasi sendi, tenaga injak pada
kaki kekuatan jari menggenggam.
2.4.2 Data Antropometri

Tabel 2.3 Data Antrophometri

No Dimensi Tubuh 5% X 95% SD


1. Tinggi siku duduk 181 231 282 31
2. Tinggi lutut 448 496 544 29
3. Rentang tangan 1.520 1.663 1.806 87
4. Jangkauan tangan 649 708 767 37
kedepan
5. Tinggi lipat lutut 361 403 445 26
(popliteal)
6. Tebal paha 117 140 163 14
7. Lebar bahu 382 424 466 26
8. Pantat popliteal 405 450 495 27
9. Sudut putaran kaki 21
kebelakang

2.5 Efektifitas dan Efisiensi


Efektifitas adalah hasil produksi maksimal dari system pada periode tertentu
yang dapat diharapkan perusahaan untuk menghasilkan berbagai produk, dengan
metode penjadwalan, cara pemeliharaan dan standar mutu tertentu. Efisiensi
adalah ukuran output aktual (yang sebenarnya dihasilkan) dengan kapasitas
efektif.
Efisiensi erat kaitannya dengan keuntungan suatu perusahaan, maka
perusahaan akan berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan efisiensi tanpa
mengorbankan pelayanan terhadap konsumen. Efisiensi yang dilakukan dalam
perusahaan mengisyaratkan bahwa perusahaan tersebut sudah menggunakan
manajemen modern untuk pelaksanaan kegiatan operasional.
Efektivitas dan efisiensi dapat ditunjukkan dengan perhitungan sebagai berikut :
2.6 Sabut Kelapa
Sabut kelapa (mesocarm) merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa,
yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Skema bagian-bagian buah kelapa
dapat dilihat pada gambar 2.1 serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia
dikenal sebagai coco fiber, coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan
produk hasil pengolahan sabut kelapa. Secara tradisional serat sabut kelapa hanya
dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga
lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat dan kesadaran konsumen
untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi
bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal dan
hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat
sabut kelapa diproses untuk dijadikan coir fiber sheet yang digunakan untuk
lapisan kursi mobil, spring bed dan lain-lain.
Gambar 2.3 Bagian-bagian buah kelapa

(Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa)

2.7 Alat bantu pengupas sabuk kelapa


Pada pengerjaan secara manual, baji yang terbuat dari baja dipasang secara
vertikal dengan mata lancip ke atas dengan tinggi sekitar 80 cm di atas tanah
kemudian buah kelapa diangkat keatas dengan tangan, selanjutnya bagian tangkai
menghadap ke depan, lalu buah kelapa ditancapkan dengan keras pada ujung baji
hingga baji menembus sabut sampai tempurung kelapa, kemudian kelapa
diputarkan dengan menggunakan kedua tangan hingga sabut kelapa terpisah dari
batok kelapa seperti terlihat di gambar. Hal ini adalah cara manual (tradisional)
yang telah dilakukan masyarakat dalam melakukan pengolahan kelapa sejak dulu,
dimana teknologi pengupasan sabut kelapa belum berkembang dan diterapkan di
masyarakat secara luas. Proses pengupasan sabut kelapa secara manual juga
dinilai memiliki resiko tinggi terhadap kecelakaan kerja karena menggunakan baji
yang lancip dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.4 Alat bantu pengupas sabut kelapa.

2.8 Mesin Penggerak


Mesin penggerak adalah suatu mesin yang amat vital dalam proses
permesinan yang berhubungan dengan gaya mekanik yang bertujuan untuk
mendapat efek gerakan pada suatu komponen yang diam dengan adanya mesin
penggerak maka komponen itu berkerja dengan semestinya. Ada pun secara
umum pengklasifikasi mesin penggerak yaitu ada 2 mesin penggerak listrik dan
motor bakar.

2.8.1 Motor Penggerak Listrik


Motor listrik adalah alat untuk mengubah energi listrik menjadi energi
mekanik. Alat yang berfungsi sebaliknya, mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik disebut generator atau dinamo. Motor listrik dapat ditemukan pada
peralatan rumah tangga seperti kipas angin, mesin cuci, pompa air dan penyedot
debu.
Dalam memahami sebuah motor listrik, penting untuk mengerti apa yang
dimaksud dengan beban motor. Beban mengacu kepada keluaran tenaga
putar/torsi sesuai dengan kecepatan yang diperlukan. Beban umumnya dapat
dikategorikan ke dalam tiga kelompok:
a. Beban torsi konstan, adalah beban dimana permintaan keluaran energinya
bervariasi dengan kecepatan operasinya, namun torsinya tidak bervariasi.
Contoh beban dengan torsi konstan adalah conveyors, rotary kilns, dan
pompa displacement konstan.
b. Beban dengan torsi variabel, adalah beban dengan torsi yang bervariasi
dengan kecepatan operasi. Contoh beban dengan torsi variabel adalah
pompa sentrifugal dan fan (torsi bervariasi sebagai kwadrat kecepatan).
c. Beban dengan energi konstan, adalah beban dengan permintaan torsi yang
berubah dan berbanding terbalik dengan kecepatan. Contoh untuk beban
dengan daya konstan adalah peralatan-peralatan mesin.

Gambar 2.5 Motor Listrik

(Sumber : http://komponenotomotif.blogspot.com/2015/02/)

2.8.2 Motor Bakar


Motor bakar adalah salah satu pesawat kalor yang mengubah energi panas
hasil pembakaran bahan bakar dalam selinder menjadi energi mekanik yang
keluar pada poros engkol. Bahan bakar yang di-isap ke dalam selinder kemudian
di kompres sehingga tekanan dan tempraturnya meningkat yang selanjutnya
terjadi proses pembakaran baik oleh percikan bunga api busi pada motor bensin
atau terbakar dengan sendirinya jika menggunakan solar. Tekanan hasil
pembakaran ini mendorong piston bergerak lurus. Gerak lurus piston diubah
menjadi gerak putar oleh batang piston dan diteruskan ke poros engkol yang
menimbulkan energi mekanik / putar.
Sehingga dapat mengetahui berapa daya akan diperlukan untuk memutar poros
atau transmisi sebuah alat yang akan dirancang.
2.9 Poros
Poros adalah salah satu elemen mesin terpenting. Penggunaan poros antara
lain adalah meneruskan tenaga poros penggerak, poros penghubung dan
sebagainya. Untuk merencanakan sebuah poros, maka perlu diperhitungkan gaya
yang bekerja pada poros antara lain, Gaya dalam akibat beratnya (W) yang selalu
berpusat pada titik gravitasinya. Gaya (F) merupakan gaya luar arahnya dapat
sejajar dengan permukaan benda ataupun membentuk sudut α dengan permukaan
benda. Gaya (F) dapat menimbulkan tegangan pada poros, karena tegangan dapat
timbul pada benda yang mengalami gaya-gaya. Gaya yang timbul pada benda
dapat berasal dari gaya dalam akibat berat benda sendiri atau gaya luar yang
mengenai benda tersebut.

Gambar 2.6 Poros

(Sumber : https://maretaramadhanis.wordpress.com/2016/05/13/)

Untuk mengetahui besarnya daya dapat dihitung dengan menggunakan rumus di

bawah ini:

2.10 Transmisi sabuk V

Sabuk V terbuat dari karet dan mempunyai penampang trapesium. Sabuk V

dibelitkan di keliling alur puli yang berbentuk V pula. Bagian sabuk yang

membelit pada puli ini memiliki lengkungan sehingga lebar bagian dalam nya

bertambah besar.
Gambar 2.7 Ukuran penampang sabuk V

(Sumber : https://otomotif-er.blogspot.com/2014/10)

Pemilihan belt sebagai elemen transmisi didasarkan atas pertimbangan-

pertimbangan sebagai berikut :


a. Dibandingkan roda gigi atau rantai, penggunaan sabuk lebih halus, tidak
bersuara, sehingga akan mengurangi kebisingan.
b. Kecepatan putar pada transmisi sabuk lebih tinggi jika dibandingkan
dengan belt.
c. Karena sifat penggunaan belt yang dapat selip, maka jika terjadi
kemacetan atau gangguan pada salah satu elemen tidak akan menyebabkan
kerusakan pada elemen.

2.10.1 Transmisi rantai rol

Rantai transmisi daya biasanya dipergunakan dimana jarak poros lebih besar

dari pada transmisi roda gigi tapi lebih pendek dari pada dalam transmisi

sabuk.Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya tanpa slip, jadi

menjamin perbandingan putaran yang tetap.


Gambar 2.8 Rantai rol

(Sumber : http://web.ipb.ac.id/)

Rantai dapat dibagi atas dua jenis. Yang pertama disebut rantai rol, terdiri atas

pena, bus, rol dan plat mata rantai. Yang lain disebut rantai gigi, plat-plat berprofil

roda gigi dan pena pembentuk bulan sabit yang disebut sambungan kunci.

Gambar 2.9 Rantai gigi.

(Sumber : http://web.ipb.ac.id/)

2.10.2 Sprocket

Sproket adalah roda bergerigi yang berpasangan dengan rantai, track, atau benda

panjang yang bergerigi lainnya. Sproket berbeda dengan roda gigi, sproket tidak

pernah bersinggungan dengan sproket lainnya dan tidak pernah cocok.


Gambar 2.10 Bentuk sprocket

(Sumber : http://web.ipb.ac.id/)

Sprocket dan chain termasuk dalam jenis sistem transmisi rantai dimana system
ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yakni:
1. Kelebihan
a) Selama beroperasi tidak terjadi slip sehingga diperoleh rasio kecepatan
yang sempurna
b) Karena rantai terbuat dari logam, maka ruang yang dibutuhkan lebih kecil
dari pada sabuk, dan dapat menghasilkan transmisi yang besar
c) Memberikan efisiensi transmisi tinggi (98%)
d) Dapat dioperasikan pada suhu cukup tinggi maupun kondisi atmosfer

2. Kekurangan
a) Biaya produksi rantai relative tinggi
b) Dibutuhkan perawatan rantai dengan cermat dan akurat, terutama
pelumasan dan penyesuaian pada saat kendur.
c) Rantai memiliki kecepatan fluktuasi terutama saat terlalu meregang
(kendur)
2.11 Bantalan (bearing)
Bantalan (bearing) adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban
sehingga putaran dapat berlangsung secara halus, aman, dan tahan lebih lama.
Bantalan harus kokoh untuk memungkinkan poros dan elemen mesin lainnya
dapat bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka
prestasi seluruh sistem akan menurun dan tidak dapat bekerja dengan semestinya.
Bantalan yang digunakan dalam perencanaan mesin alat pengupas kulit buah
kelapa ini adalah bearing duduk. Bearing duduk disebut juga sebagai bantalan anti
gesek (antifriction bearing), karena koefisien gesek statis dan kinetisnya yang
kecil. Bantalan ini terdiri dari cincin luar dengan alur lintasan bola dan rol, dan
cincin dalam yang juga memiliki alur lintasan yang sama seperti yang ada pada
cincin luar. Bola atau rol ditempatkan diantara kedua cincin di dalam alur lintasan
tersebut.Untuk menjaga agar bola dan rol tidak saling bersentuhan satu dengan
yang lainnya maka bola dibuat bersarang. Sarang ini juga berfungsi untuk
menjaga bola agar tidak terlepas dari alurnya sewaktu berputar. Ukuran bantalan
ini biasanya menyatakan diameter dalam bantalan (diameter poros yang akan
masuk). Agar putaran poros dapat berputar dengan lancar, maka yang perlu
diperhatikan adalah sistem pelumasannya. Oli merupakan pelumasan yang cukup
baik, tetapi oli dapat merusak sabuk yang terbuat dari karet, sehingga pelumasan
yang kental (viscouslubricant) lebih disukai.

Gambar 2.11 Bantalan (bearing)

(Sumber : Arzam Alridho., dkk. 2018)


2.12 Roda Gigi
Roda gigi termasuk dalam unit transmisi langsung yang dapat memindahkan
daya yang besar dan putaran yang tinggi dengan melakukan kontak secara
langsung antara poros penggerak dengan poros yang digerakkan dengan
menggunakan sistem roda gigi. Roda gigi merupakan pemindah gerakan putar
dari satu poros ke poros yang lain. Keuntungan dari penggunaan roda gigi adalah
dapat mengubah tingkat kecepatan putaran, dapat memindahkan daya yang besar
dan putaran yang tinggi tanpa terjadi slip.
Walaupun demikian, jumlah putaran pada poros penggerak dengan poros
yang digerakkan tidak selamanya sama. Sedangkan kelemahannya adalah
menimbulkan getaran dan tumbukan sewaktu beroperasi, tingkat kebisingan yang
lebih tinggi, dan memerlukan ketelitian yang tinggi dalam pembuatan dan
perawatannya.
2.13 Pasak
Pasak adalah sebuah elemen mesin berbentuk silindris, balok kecil atau
silindris tirus yang berfungsi sebagai penahan elemen seperti puli, sproket roda
gigi atau kopling pada poros.

Gambar 2.13 Poros dan pasak

(Sumber : Arzam Alridho., dkk. 2018)

Pasak di bagi menjadi beberapa macam yaitu:


1. Pasak datar segi empat(standart square key) tipe pasak ini adalah suatu
tipe yang umumnya mempunyai dimensi lebar dan tinggi yang sama,yang
kira-kira sama dengan 0,25 dari diamter poros
2. Pasak datar setandar (standart flam key) pasak ini adalah jenis pasak yang
sama dengan di atas,hanya di sini tinggi pasak tidak sama dengan lebar
pasak, tetapi di sini mempunyai dimensi yang tersendiri.
3. Pasak tirus (tapered keys) jenis pasak ini pemakianya tergantung dari
kontak gesekan antara hubngan dengan porosnya untuk mentrasmisikan
torsi. Artinya torsi yang medium leveln dan pasak ini terkunci pada
tempatnya secara radial dan porosnya oleh gaya dari luar yang harus
menekan pasak tersebut ke arah aksial dari poros.
4. Pasak bidang linkar (woodruff keys) pasak ini adalah salah satu pasak yang
di batasi oleh satu bidang datar oleh bagian atas dan bidang bawah
merupakan busur lingkar hampir berupa setengah linkaran.
5. Pasak bidang lurus (sraight splineas) pasak ini adalah pasak bintang yang
tertua di buat.
2.14 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan penjabaran beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian penulis dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode Hasil Publikasi


1 Helmi Candra, Pengembangan Mesin Rancang Bangun Hasil dari penelitian JOM FTEKNIK
Yohanes, Satriadi Pengupas Sabut Kelapa dan ini didapatkan Volume 4 N0.1
(2017) Menggunakan Metode Quality spesifikasi mesin Februari 2017
Quality Function Deployment pengupas sabut
Deployment (QFD) Function kelapa sesuai
Untuk Area Indragiri (QFD) dengan keinginan
Hilir masyarakat dari data
yang diambil
menggunakan
metode QFD.
2 M Syahputra Pembuatan Mesin Rancang Bangun Hasil pengujian Program Studi
(2020) Pengurai Sabut Kelapa mesin pengurai Teknik Mesin
sabut kelapa dengan Fakultas Teknik
bahan baku Universitas
sabut kelapa berat 3 Muhammadiyah
kg dapat Sumatra Utara
menghasilkan serat 2020
sabut kelapa
sebanyak 1,63
kg,serbuk sabut
kelapa sebanyak
1,09 kg dan berat
sisa sabut kelapa
0,28 kg.
3 Anthonius L.S. Rancang Bangun Rancang Bangun Mesin yang SINERGI
Haans, dkk Mesin Pengupas Sabut dirancang dapat NO. 1,
(2018) Kelapa mempermudah TAHUN 16,
pengupasan sabut APRIL 2018
kelapa dibandingkan
dengan
konvensional.
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Hasil Publikasi


Kapasitas produksi
dengan
menggunakan mesin
ini adalah 4
buah/menit
dibandingkan dengan
konvensional yang
hanya dapat
mengupas 2-3
buah/menit.
4 Endah Apriani, Perancangan Alat Rancang Bangun Desain mesin yang ReTII
Habib Abdilah Pengurai Sabut Kelapa dan dihasilkan terdiri dari
November 2019
Nurusman Untuk Dunia Quality empat bagian, yaitu
(2019) Industri Skala IKM Deployment tabung penghancur, : 386 – 391
Function corong masuk –
(Industri Kecil Dan
(QFD keluar, penggerak,
Menengah) dan pencacah sabut
kelapa.
Alat pengurai sabut
kelapa ini cocok
digunakan untuk
dunia industri skala
IKM karena secara
fungsi
mampu menguraikan
serabut kelapa lebih
banyak dibandingkan
dengan cara manual,
yakni efektivitas
kerja alat pengurai
sabut kelapa ini
sebesar 95,28%.
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Peneliti Judul Metode Hasil Publikasi


5 Nuryadi, Perancangan Mesin Rancang Bangun Berdasarkan hasil JOM FTEKNIK
Yohanes Pengurai Sabut Kelapa dan dari perancangan
Volume 4 No.2
(2017) Berbasiskan Metode Quality mesin pengurai sabut
Quality Function Deployment kelapa menggunakan Oktober 2017
Deployment Function metode
(QFD) (QFD) Quality Function
Deployment, maka
didapatkan
beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
a. Parameter-
parameter dalam
perancangan
mesin pengurai
adalah sebagai
berikut :
1) Mudah digunakan
2) Harga relatif
murah
3) Proses pengerjaan
cepat
4) Produk aman
digunakan
5) Produk mudah
dibawa atau
dipindahkan
6) Sparepart mudah
didapat dipasaran
7) Perawatan yang
mudah
Dengan item yang
mempunya nilai
signifikan
tertinggi yaitu
Sparepart mudah
didapat dipasaran
dengan nilai
corrected item-total
correlation adalah
0,435
2.15 Posisi Penelitian
Posisi penelitian ini bertujuan untuk menunjukan posisi peneliian yang
dilakukan yang dilihat berdasarkan penelitian terdahulu agar terlihat
kesenjangan (gap) agar terhidar dari plagiarisme. Di bawah adalah table posisi
penelitian:
Tabel 2.5 Posisi Penelitian

No Peneliti Rancang Quality Function Analisis Objek Tempat


Bangun Deployment Efisiensi Penelitian Penelitian
(QFD) dan
Ergonomi
1 Helmi Candra, Masyarakat Desa Indragiri
Yohanes, Satriadi   Hilir
(2017)
2 M Syahputra Masyarakat Desa Sumatera
(2020)  Utara
3 Anthonius L.S. Masyarakat Desa Sulawesi
Haans, dkk  Selatan
(2018)
4 Endah Apriani, Industri Kecil Sleman
Habib Abdilah   Menengah
Nurusman
(2019)
5 Nuryadi, Yohanes Masyarakat Desa Indragiri
(2017)   Hilir
6 Stefenson Industri Kecil Punggur
Filiyanto Pangestu    Menengah Besar
(2021) (IMKM)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan secara sistematis mengenai langkah-langkah yang

dilakukan dalam penelitian tentang usulan perancangan alat pembuat

sengkang dengan menggunakan metode Quality function deployment (QFD).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ditunjukan pada

Gambar 3.1

Mulai

Studi Literatur

Observasi Lapangan

Penentuan atribut VOC

(Voice of Customer)

(Wawancara + Questioner)

Penentuan Tingkat Kepentingan, Harapan, Penilaian Konsumen

Penentuan Karakteristik Teknis, Pembuatan Matriks dan Bobot

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian


Penentuan Karakteristik Teknis, Pembuatan Matriks dan Bobot

Pembuatan House of Quality

Pengembangan Alternatif dan

Pemilihan Aternatif

Penentuan Data Antropometri

Desain Prototipe

Pembuatan Prototipe

Pembuatan Alat dan Uji

Coba Produk

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian (Lanjutan)

3.1 Observasi Lapangan

Pada tahap ini dilakukan observasi lapangan untuk mengetahui kondisi


kerja dan proses kerja yang sesungguhnya, proses kerja dapat digambarkan
dalam bentuk tabel berupa kumpulan elemen gerak yang dapat menjelaskan
secara mendetail proses kerja pengupasan sabut kelapa.

3.2 Penentuan atribut (VOC)

Pada tahap ini akan dilakukan survey untuk memperoleh suara pelanggan
yang memerlukan waktu dan keterampilan untuk mendengarkan. Proses QFD
membutuhkan data konsumen yang ditulis sebagai atribut-atribuut dari suatu
produk atau jasa.
Langkah ini bertujuan untuk menentukan atribut-atribut usulan rancangan
desain alat pembuat sengkang berdasarkan keluhan dan kebutuhan
responden. Dalam penentuan atribut dilakukan pengumpulan data-data
kualitatif untuk membuat keputusan perancangan sesuai dengan kebutuhan
konsumen maka produsen harus mengerti kebutuhan sesungguhnya dari
konsumen. Untuk mengumpulkan data kualitatif bisa dilakukan dengan
wawancara dan penyebaran quisioner sebagai pendukung dilakukan
penyebaran quisioner nordic body map untuk membangkitkan atribut yang
diharapkan pekerja.

Penentuan atribut ini dilakukan dengan wawancara dan diskusi kepada


responden. Wawancara dan diskusi dilakukan untuk mendapatkan informasi
tentang persepsi, keluhan dan harapan responden terhadap alat pengupas
sabut kelapa yang akan dirancang. Wawancara dan diskusi dilakukan
langsung kepada pekerja . Wawancara dilakukan pada masing-masing
pekerja dan dilakukan pengambilan foto. Dari hasil wawancara nantinya akan
diperoleh informasi tentang persepsi dan keluhan responden mengenai
fasilitas bangku dan alat yang akan dirancang.

3.3 Penentuan Tingkat Kepentingan, Harapan, Penilaian


Konsumen dan GAP
Langkah ini bertujuan untuk mengetahui seberapa penting suatu atribut
dalam mendesain suatu produk, mengetahui penilaian responden terhadap
produk yang sudah ada sekarang berdasar atribut dan mengetahui harapan
pengguna terhadap produk yang akan didesain berdasar atribut.
Untuk mengetaui informasi mengenai tingkat kepentingan, penilaian
dan harapan responden digunakan suatu alat bantu yaitu kuisioner. Kuisioner
dirancang dengan memasukan atribut-atribut sebagai pilihan dalam
pertanyaan dan skala 1-5 untuk pemberian skor. Langakah selanjutnya adalah
penyebaran kuisioner. Penyebaran kuisioner dilakukan pada sejumlah sampel
responden yang diwawancara.
Setelah penyebaran kuisioner, maka dilakukan perhitungan tingkat
kepentingan, penilaian dan harapan responden terhadap masing-masing
atribut kebutuhan untuk membuat matrik perencanaan.
1. Tingkat kepentingan: persepsi responden terhadap atribut-atribut dari
usulan rancangan alat pembuat sengkang yang ergonomis berdasarkan
penting tidaknya atribut tersebut untuk usulan perancangan. Dihitung
dengan menggunakan rumus persamaan 2.1

2. Penilaian: persepsi responden terhadap fasilitas yang sudah ada


berdasarkan kepuasan pengguna saat memakainya. Dihitung dengan
menggunakan rumus persamaan 2.2

3. Harapan: harapan responden terhadap usulan rancangan alat.

Dihitung dengan menggunakan rumus persamaan 2.3

4. Gap: selisih antara tingkat penilaian dengan harapan responden.


Dihitung dengan menggunakan rumus persamaan 2.4

3.4 Penentuan Karakteristik Teknis, Pembuatan Matriks dan Bobot

Karakteristik teknis adalah respon teknis yang harus dilakukan


oleh peneliti untuk memenuhi kebutuhan dan harapan responden
terhadap usulan rancangan desain alat pengupas sabut kelapa.
Karakteristik teknis ditentukan berdasarkan diskusi antara peneliti
dengan ahli pembuatan meja dan bangku dan berdasarkan refrensi-
refrensi yang diperoleh dari studi literatur.
Matrik perencanaan berisi informasi tingkat kepentingan
kebutuhan pelangga, tingkat kepuasan pelanggan, harapan masyarakat,
GAP, bobot karakteristik teknis. Selain itu juga berisi hubungan what
dan how yaitu korelasi antara suara konsumen dengan karakteristik
teknis yang digambarkan dengan simbol seperti pada tabel 2.1 dan
hubungan antar karakteristik teknis satu dengan yang lain yang
digambarkan dengan simbol-simbol pada tabel 2.2. Simbol tersebut
dugunakan untuk mengetahui sampai dimana atribut teknis yang satu
mempengaruhi atribut teknis yang lain.

3.5 Pembuatan House of Quality

House of Quality adalah rumah kualitas yang berisi informasi


tentang hubungan kebutuhan dan keinginan pengguna dengan
karakteristik teknisnya yang ditampilkan secara detail. HOQ dibuat
untuk meninjukan hubungan antara voice of customer dan voice of
engineering maupun voice of engineering dengan voice of engineering.
Untuk lebih menjelaskan, HOQ terdiri antara lain:

1. Mencari hubungan antara voice of customer dan voice of


engineering Hubungan antara voice of customer dan voice of
engineering ditunjukan dengan simbol-simbol yang menyatakan
bahwa hubungan tersebut lemah, sedang, kuat atau tidak ada
hubungan.

2. Menghitung skor (bobot dari tiap karakteristik teknis dan GAP)

HOQ juga menunjukan bobot karakteristik teknis dan GAP atau


selisih tingkat penilaian pengguna dengan harapan pengguna.
Perhitungan bobot ini dapat dilakukan dengan menggunakan
persamaan 2.5.
3. Pemilihan rancangan

Rancangan diprioritaskan pada karakteristik teknis yang memiliki


bobot tinggi dan nilai GAP yang paling negatif.

3.6 Pengembangan Alternatif dan Pemilihan Alternatif

Pengembangan konsep rancangan bertujuan untuk memberikan


alternatif model produk yang akan dirancang. Pengembangan konsep
produk dilakukan oleh peneliti berdasar informasi yang ada pada HOQ
dan diskusi dengan ahli. Penngembangan konsep rancangan mengacu
pada karakteristik yang memiliki bobot tinggi.
Dari beberapa alternatif konsep rancangan produk , akan dipilih
satu yang paling mengakomodasi keluhan dan kebutuhan pengguna.
Pemilihan alternatif- alternatif tersebut dilakukan dengan cara
memberikan penilaian masing-masing alternatif berdasar karakteristik
teknis melalui kuisioner. Sebelum pengisian kuisioner, peneliti
memberikan penjelasan kepada responden bahwa kuisioner pemilihan
tersebut digunakan untuk memilih alternatif produk yang sesuai dengan
keinginan pengguna untuk mengatasi keluhan yang diperoleh pada
tahan wawancara sebelumnya. Kuisioner yang digunakan berisi daftar
karakteristik teknis dan skala 1-5 untuk memberi skor apakah
karakteristik teknis sudah terealisasi pada produk baru.
3.7 Desain Produk

Pembuatan desain produk dilakukan berdasarkan informasi dari


alternatif produk dan ukuranya berdasarkan ketetapan anthropometri
yang ada. Sehingga nantinya dapat digunakan untuk pembuatan
prototipe produk.

3.8 Pembuatan Prototipe

Pembuatan prototipe produk dilakukan berdasarkan dimensi


yang telah ditentukan pada langkah sebelumnya. Sehingga nantinya
dapat dihasilkan produk yang sesuai keinginan, kebutuhan dan dimensi
yang tepat bagi penggunanya. Alat pengupas sabut kelapa yang
ergonomis sesuai dengan harapan yang diinginkan pekerja ini bertujuan
untuk memberikan sebuah usulan rancangan sesuai dengan kriteria
ergonomis.

3.9 Pembuatan Alat dan Uji Coba Produk

Pembuatan Alat pengupas sabut kelapa dikerjakan oleh…,


setelah alat sudah jadi kemudian dilakukan proses uji coba.

Uji coba alat dilakukan untuk mengetahui apakah produk yang baru
sudah sesuai dengan tujuan yaitu dapat mengurangi risiko kecelakaan
kerja dan peningkatan produksi. Evaluasi produk dilakukan dengan uji
coba produk kepada pengguna dalam uji coba alat pengupas sabut
kelapa akan dilakukan oleh semua pekerja yang ada sehingga benar-
benar diperoleh hasil yang diinginkan, proses uji coba dilakukan selama
sehari jam kerja secara bergantian selain itu juga dilakukan dengan
pengisian kueioner tentang kepuasan pengguna terhadap produk baru
agar dapat diketahui perbedaan yang ada apakah alat pengupas sabut
kelapa sudah sesuai dengan harapan. Kuesioner yang digunakan pada
tahap evaluasi ini sama dengan kuesioner yang digunakan untuk
mengetahui penilaian pengguna terhadap produk yang sudah ada.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Ulrich, Karl T. & Eppinger, Steven D., 2001. Perancangan dan
Pengembangan Produk. Jakarta: Salemba Teknika.
[2] Wasserman, G.S.,1993. How to Prioritize Design Requirements during the
QFD Process.
[3] Nurmianto, E., 2008. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
Prima Printing.
[4] Tawarka,Solichul H. A dan Lilik S. Bakri. 2004. Ergonomi untuk keselamatan
, kesehatan kerja dan produktivitas. Uniba Pres, Universitas Islam Batik. Solo.

Anda mungkin juga menyukai