Anda di halaman 1dari 27

TEORI PERANCANGAN MESIN

LAPORAN HASIL MODIFIKASI


KOREK API PEMANTIK ELEKTRIK
DISUSUN UNTUK MELENGKAPI NILAI TUGAS LAPORAN
DIPLOMA III POLITEKNIK

DISUSUN OLEH :
ZEIN HARIS HASIBUAN
PRODI TEKNIK MESIN
KONSENTRASI PERANCANGAN 5A
NIM :1212010091

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, ucapan syukur yang selalu penulis panjatkan kehadirat Allah


Subhanahu wa taala yang telah memberikan rahmat, berkah serta kelapangan hati
dan pikiran sehingga laporan ini dapat terselesaikan. Tak lupa pula shalawat dan
salam tercurahkan pada junjungan Nabi Muhammad Salllallahu alaihi wassalam
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Laporan perkuliahan Teori Perancangan Mesin ini disusun sebagai
pelengkap nilai tugas matakuliah sekaligus indikator keberhasilan penulis dalam
mengikuti serta mengaplikasikan pengetahuan mengenai matakuliah Teori
Perancangan Mesin khususnya bahasan mengenai Design For Manufacturing and
Assembly. Observasi, kajian, serta penelitian terhadap objek modifikasi yang
penulis lakukan segalanya tertuang dalam laporan ini yang meliputi penjabaran
mengenai latar belakang, kajian teori serta bahasan hasil proses modifikasi.
Ungkapan terimakasih yang pula tak dapat terbendung penulis sampaikan
untuk keluarga, dosen pembimbing, teman dekat, sahabat, dan pihak lainnya yang
pula turut membantu baik doa maupun usaha. Semoga bantuan, dukungan, serta doa
yang telah diberikan pada penulis ini dapat berbuah berkah dimasa yang akan
datang.
Akhir kata, penulis berharap dengan dibuatnya laporan perkuliahan ini
dapat mengisi daftar nilai untuk matakuliah Teori Perancangan Mesin, serta
menjadi bahan bacaan yang baik dan inspiratif bagi para pembaca. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna banyak kesalahan, dan
kekurangan yang masih perlu dikaji ulang. Oleh karena penulis terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun, untuk tujuan penyempurnaan
penulisan laporan ini. Terimakasih.
Bogor, 11 Oktober 2014
Penulis

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

BAB I
PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Korek api pemantik merupakan generasi terbaru dari jenis korek api yang

semula sering digunakan yaitu korek api kayu. Dua jenis korek api pemantik yang
banyak dijual dan digunakan oleh masyarakat saat ini diantaranya yaitu yang
menggunakan pemantik batu api, dan pemantik elektrik. Melalui pengamatan,
penulis menemukan bahwa korek api dengan jenis pematik elektrik adalah yang
paling banyak dijual dan digunakan oleh masyarakat, oleh karena itu penulis
tertarik untuk melakukan modifikasi pada salah satu model korek api pemantik
elektrik dengan menerapkan kaidah-kaidah DFMA didalam proses modifikasi
tersebut.
Saat ini, dirancang dan diciptakannya sebuah alat tidaklah lagi hanya
didasari oleh kebutuhan fungsi dari alat tersebut, akan tetapi hal lainnya berkaitan
dengan trend, gaya hidup, dan fashion dari kalangan masyarakat. Hal objektif dan
subjektif yang dicampuradukkan inilah yang kemudian menimbulkan kebingungan
bagi para produsen pembuat alat-alat. Istilah yang biasa digunakan dalam ilmu-ilmu
pengembangan produk yang disebut dengan Trade-Offs, yaitu spesifikasi objektif
dan subjektif dari produk yang saling bertentangan. Sebagai contoh, dalam hal ini
tentunya apabila sebuah alat dituntut untuk dapat memenuhi fungsi dan harganya
murah, sulit sekali dicapai bentuk dan tampilan yang menarik dari alat tersebut.
Oleh karena itu para perancang dan produsen haruslah mampu mengambil sikap
agar dapat memenuhi kebutuhan objektif dan subjektif ini secara proporsional.
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, hal ini pun berlaku pada objek
yang penulis amati yaitu korek api pemantik elektrik. Bila ditinjau dari segi fungsi
korek api ini biasanya banyak digunakan oleh para perokok atau para kolektor

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

sebagai barang koleksi. Tentu karena penggunannya ini maka bentuk dan
tampilannya pun harus menarik. Akan tetapi setelah ditinjau ulang ternyata jika
konsumen yang menjadi sasaran produk ini hanya para perokok, maka proses
modifikasi dengan menerapkan kaidah-kaidah DFMA terhadap salah satu model
korek api pemantik, dapat dilakukan dengan cara merancang ulang mekanisme
kerja alat, mereduksi jumlah komponen, mengganti penggunaan material, serta
menerapkan proses manufakturing yang baru. Namun tanpa mengabaikan aspek
fungsi, estetika dan harga jual produk. Berikut adalah model korek api pemantik
elektrik yang akan dimodifikasi.

Gambar I.1.1 Korek Api Pemantik Elektrik

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

I.2

Rumusan Masalah
Sebagai bahan pemicu bagi penulis untuk memunculkan ide dan pemikiran

dalam melakukan kajian yang mendalam saat proses modifikasi maka penulis
membuat beberapa rumusan masalah, diataranya :
1.

Model korek api pemantik elektrik yang akan dimodifikasi saat ini,
dinilai masih memiliki komponen (part) yang dapat direduksi.

2.

Proses perakitan komponen menjadi satu korek api pemantik


elektrik masih cukup sulit dan memerlukan waktu yang relatif lama.

3.

Biaya produksi untuk satu korek api pemantik elektrik masih relatif
mahal.

4.

Proses pembuatan komponen-komponennya masih relatif sulit dan


butuh pengerjaan khusus.

I.3

Batasan Masalah
Proses modifikasi yang dilakukan untuk korek api pemantik elektrik ini

dibatasi pada masalah yang berkaitan dengan hasil reduksi komponen (part), proses
manufakturing dan pemilihan material untuk komponen hasil modifikasi tersebut.

I.4

Tujuan
Tujuan dilakukannya proses modifikasi dengan menerapkan kaidah-kaidah

DFMA pada salah satu model korek api pemantik elektrik diantaranya :
1.

Mereduksi jumlah komponen yang terdapat pada model sebelumnya.

2.

Menghasilkan

mekanisme

kerja

alat

yang

baru

serta

menyederhanakan bentuk komponen agar proses pembuatan dan


perakitan komponen menjadi lebih mudah dan cepat.
3.

Membuat beberapa komponen menjadi multifungsi, agar biaya


produksi menjadi lebih murah.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

II.1

Design For Manufacturing and Assembly (DFMA)


Design For Manufacturing and Assembly (DFMA) diartikan sebagai desain

dari suatu produk atau komponen yang dapat memudahkan proses manufaktur, dan
proses perakitan dengan komponen lain untuk menjadi suatu kesatuan produk.
DFMA apabila diartikan secara mandiri merupakan desain dari suatu produk
atau komponen yang dapat memfasilitasi dan mempermudah proses perakitan
dengan komponen lain. Atau dengan

kata

lain

seorang

desainer

harus

memikirkan apakah desain produk yang dibuatnya dapat memudahkan proses


assembly nantinya. Bahkan dapat memberikan alternatif desain produk lainnya
dalam mencapai produk berkualitas, lifetime yang lama dan biaya produksi yang
rendah.

II.2

Proses Manufaktur
Manufacturing atau manufaktur berasal dari bahasa Latin, manus (tangan)

dan factus (membuat) sehingga dapat diartikan membuat dengan tangan atau
manual. Modern manufaktur dapat di artikan sebagai pengerjaan secara automatis
menggunakan mesin yang di kontrol komputer dengan pengawasan manual.
Manufaktur merupakan suatu cabang industri yang mengaplikasikan
peralatan dan suatu medium proses untuk transformasi bahan mentah menjadi
barang jadi yang laku dijual. Upaya ini melibatkan semua proses yang dibutuhkan
untuk produksi dan perakitan komponen-komponen suatu produk.
Ditinjau dari sudut pandang lainnya, manufaktur merupakan aplikasi dari
proses fisika dan kimia untuk mengubah geometri, properti dan tampilan material
awal menjadi part atau produk, manufaktur termasuk juga proses perakitan

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

beberapa part menjadi produk. Proses manufakur melibatkan kombinasi


dari machinery, tools, power dan tenaga kerja.

Gambar II.2.1 Skema Proses Manufakturing

Tentunya untuk membuat suatu benda kerja baik berupa komponen tunggal
maupun gabungan dari banyak komponen yang membentuk suatu benda kompleks,
akan terdapat banyak sekali metode atau proses manufaktur yang dapat diterapkan.
Hal ini akan bergantung pada beberapa factor diantaranya :
1.

Faktor kapabilitas suatu proses.

2.

Faktor fleksibilitas suatu proses.

3.

Faktor biaya produksi suatu proses.

4.

Faktor dimensi benda kerja.

5.

Faktor kualitas suatu proses.

6.

Faktor kuantitas suatu proses.

Berikut skema yang mengambarkan klasifikasi proses manufaktur


berdasarkan proses pengerjaan yang paling dominan.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

Gambar II.2.2 Skema Klasifikasi Proses Manufaktur

II.3

Proses Produksi Polimer


Polimer atau dikenal sebagai plastik oleh kebanyak orang adalah material

non logam yang terdiri dari molekul-molekul yang menyertakan rangkaian satu atau
lebih dari satu unit monomer. Polimer memiliki sifat yang khas dibandingkan
material lain yaitu polimer jauh lebih ringan, tahan korosi, cukup kuat, murah dan
mudah dibentuk menjadi bentuk yang kompleks. Dengan sifat ini banyak produk
dibuat dengan memakai material polimer sebagai substitusi bahan logam.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

Tipe polimer secara garis besar dapat dibedakan antara polimer


termoplastik, polimer termoset dan polimer elastomer. Polimer termoplastik
bersifat lunak dan viskos (viscous) pada saat dipanasikan, dan menjadi keras dan
kaku (rigid) pada saat didinginkan secara berulang-ulang. Sedangkan polimer
termoset hanya melebur pada saat pertama kali dipanaskan dan selanjutnya
mengeras secara permanen pada saat didinginkan. Polimer jenis elastomer,
misalnya karet alam, memiliki daerah elastis non linear yang sangat besar.
Umumnya produk dengan bahan polimer dibuat dengan menggunakan
proses cetak tekan (injection molding), ekstruksi (proses ditekan panas melalui
sebuah orifice), blow molding (diekstrusi membentuk pipa kemudian ditiup di
dalam cetakan) ataupun thermoforming ( lembaran polimer yang dipanaskan
ditekan ke dalam suatu cetakan ).

II.4

Proses Injeksi Molding


Proses injeksi molding merupakan proses yang paling banyak digunakan

dalam proses fabrikasi material polimer. Dalam siklus prosesnya, produk yang
identik akan dibuat melalui suatu siklus produksi yang diawali oleh pelelehan pellet
atau serbuk resin didalam suatu extruder, kemudian diikuti dengan injeksi lelehan
polimer kedalam bagian kosong didalam cetakan dengan menggunakan tekanan
tinggi. Parameter proses yang terkait pada proses filling ini adalah injection
pressure, injection speed, dan injection time.
Selanjutnya lelehan polimer tersebut akan ditahan didalam cetakan hingga
membeku pada tahap holding. Setelah melewati tahap pembekuan dalam cetakan,
produk dapat dikeluarkan. Biasanya tahap ini bersamaan dengan tahap dosage (
pengisian material pada injection chamber ) yang dikontrol oleh parameter back
pressure untuk siklus injeksi selanjutnya.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

Gambar II.4.1 Proses Injeksi Plastik

Mesin injeksi molding dapat diklasifikasikan menjadi dua macam


berdasarkan mekanisme pergerakannya yaitu hidrolik dan elektrik. Perbedaan
kedua mekanisme ini adalah pada mekanisme elektrik menggunakan servo motor,
sedangkan pada hidrolik digunakan pompa oli.
Hal ini menyebabkan mekanisme elektrik lebih bersih, lebih cepat, lebih
akurat, dan lebih hemat energi ( 40 %) untuk produk dengan ukuran kecil dan
memilki cycle time tinggi ( long holding period ).
Pemilihan ukuran mesin yang tepat, didasarkan pada dimensi produk yang
ingin dihasilkan. Semakin tipis dan semakin luas permukaan produk yang ingin
dihasilkan maka semakin besar mesin yang dibutuhkan. Pada prakteknya, 1 cm2
produk membutuhkan ton clamping force.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

Gambar II.4.2 Produk Hasil Injeksi Molding

Secara umum, kelebihan proses injeksi molding dibanding proses produksi


lainnya antara lain, tidak ada batasan kerumitan desain produk, sehingga dapat
menghasilkan variasi produk yang luas. Ukuran produk yang dapat dicetak mulai
dari produk kecil hingga ukuran besar, dan proses ini juga dapat menghasilkan
produk dengan toleransi kpresisian yang sangat baik.
Sebagian besar material polimer dapat diaplikasikan untuk proses ini,
termasuk thermoplastic, thermoplastic yang diperkuat serat, thermoset, dan
elastomer. Proses ini juga tidak terbatas oleh sifat viskositas, yaitu hampir segala
viskositas dapat diproses dengan metode ini.
Parameter kualitas material yang perlu diperhatikan pada proses ini antara
lain :
1.

Melt Flow Rate

2.

Temperatur Leleh
Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

10

3.

Heat Deflection Temperature

4.

Sifat Mekanis Bahan Polimer

Gambar II.4.3 Produk Presisi Hasil Injeksi Molding

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

11

BAB III
PEMBAHASAN

III.1 Deskripsi Objek Modifikasi


Melalui pengamatan yang penulis lakukan pada dua model korek api
pemantik yang meggunakan pemantik batu api dan pemantik elektrik, penulis
menemukan beberapa kekurangan yang terdapat pada masing-masing model.
Proses modifikasi yang dilakukan berupaya untuk memperbaiki segala macam
kekurangan yang terdapat pada model. Langkah-langkah modifikasi yang penulis
lakukan diawali dengan penguraian model utuh menjadi komponen-komponennya,
melakukan proses redrawing dengan bantuan software, kemudian menganalisa
kemungkinan dapat dilakukannya reduksi komponen, dan terakhir melakukan
proses redesigning dengan bantuan software.
Berikut adalah hasil langkah pertama untuk modifikasi yang penulis
lakukan, yaitu menguraikan model menjadi komponen-komponennya.
1.

Korek api pemantik batu api


Kekurangan yang terdapat pada model ini dintaranya :
a. Jika batu pemantik sudah habis karena bergesekan dengan
pemantiknya, korek ini tidak lagi dapat digunakan meskipun gas
didalam tabung masih tersedia.
b. Proses pembuatan dinilai masih relatif sulit dan proses pembuatan
yang saling terpisah untuk setiap komponen.
c. Jumlah komponen masih terlalu banyak.
d. Proses perakitan komponen menjadi bagian utuh masih relatif
lama karena jumlah komponen yang cukup banyak dan bentuk
yang rumit.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

12

Berikut deskripsi untuk masing-masing komponen yang terdapat


dalam model korek api pemantik batu api :
Nama
Komponen

Fungsi Komponen

Material
Komponen

Jumlah

Tabung Gas

Sebagai tempat
penampung dan
penyimpan gas

PVC

Regulator Gas

Sebagai katup keluarnya


gas dari tabung

PVC, Tembaga
campuran, Besi
karbon

Penyangga

Sebagai dudukan
komponen

PVC

Casing

Sebagai pelindung nyala


api

Baja karbon

Penyetel Gas

Sebagai pengatur
keluarnya gas dari tabung

PVC

No.

Batu Pemantik

Sebagai pemicu api

Paduan
piroforik,
cerium 70%,
dan 30% besi

Pembuka Gas

Sebagai tuas pembuka


regulator gas

PVC

Pemantik

Sebagai bahan gesek


untuk menimbulkan
percikan api pada batu
pemantik

Besi karbon

Total
8 Pcs
Komponen
Tabel III.1.1 Deskripsi Komponen Korek Api Pemantik Batu Api

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

13

PPEMANTIK
PEMBUKA GAS
BATU PEMANTIK

PENYETEL GAS

CASING
PENYANGGA
REGULATOR GAS

TABUNG GAS

Gambar III.1.1 Korek Api Pemantik Batu Api

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

14

2.

Korek Api Pemantik Elektrik


Kekurangan yang terdapat pada model ini diantaranya :
a. Kesulitan mengganti komponen pemantik elektrik jika terjadi
kerusakan.
b. Proses pembuatan dinilai masih relatif sulit dan proses pembuatan
yang saling terpisah untuk setiap komponen.
c. Jumlah komponen masih terlalu banyak.
d. Proses perakitan komponen menjadi bagian utuh masih relatif
lama karena jumlah komponen yang cukup banyak dan bentuk
yang rumit.
Berikut deskripsi untuk masing-masing komponen yang terdapat

dalam model korek api pemantik batu api :


Nama
Komponen

Fungsi Komponen

Material
Komponen

Jumlah

Tabung Gas

Sebagai tempat
penampung dan
penyimpan gas

PVC

Regulator Gas

Sebagai katup keluarnya


gas dari tabung

Pemantik
Elektrik

Sebagai pemicu api

Penyetel Gas

Sebagai pengatur
keluarnya gas dari tabung

Pedal
Pembuka Gas

Penekan Pedal

Casing

No.

Sebagai tuas pembuka


regulator gas sekaligus
penekan pemantik
Sebagai penekan pedal
agar terasa nyaman
digunakan
Sebagai pelindung nyala
api

PVC, Tembaga
campuran, Besi
karbon
PVC, Tembaga
campuran, Besi
karbon

PVC

PVC

PVC

Baja karbon

Total
7 Pcs
Komponen
Tabel III.1.2 Deskripsi Komponen Korek Api Pemantik Elektrik

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

15

CASING
PENEKAN PEDAL
PEDAL PEMBUKA GAS
PENYETEL GAS

PEMANTIK

ELEKTRIK
REGULATOR GAS

TABUNG GAS

Gambar III.1.2 Korek Api Pemantik Elektrik

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

16

III.2 Deskripsi Objek Hasil Modifikasi Dengan Kaidah DFMA


Setelah penguraian model kedalam bentuk komponennya, kemudian
melakukan proses redrawing dengan bantuan software, selanjutnya penulis
menganalisa setiap bagian dari komponen model korek api pemantik elektrik.
Penulis tertarik untuk memfokuskan proses modifikasi pada model korek api jenis
ini karena penggunaannya yang lebih banyak jika dibanding dengan korek api
pemantik batu api. Dengan harapan hasil modifikasi yang penulis lakukan ini bisa
dapat secara nyata diproduksi dan dipasarkan, atau setidaknya dapat dikembangkan
kembali menjadi lebih sempurna oleh para pembaca.
Setelah melakukan analisa kemungkinan dapat dilakukannya reduksi pada
komponen, akhirnya penulis mendapatkan bentuk, ukuran, serta jumlah komponen
yang lebih sedikit dari komponen yang terdapat pada model semula. Proses
pembuatan komponen pada objek hasil modifikasi ini pun dinilai lebih mudah,
murah, dan efisien dibanding sebelumnya. Proses perakitan komponen menjadi
model utuh lebih mudah dan lebih cepat karena jumlah komponen lebih sedikit dan
bentuknya yang lebih sederhana. Penulis memberikan nama untuk produk hasil
modifikasi ini dengan IR@ Lighter. Berikut adalah deskripsi komponen IR@
Lighter.
No.

Nama
Komponen

Fungsi Komponen

Material
Komponen

Jumlah

Penekan
Pemantik

Sebagai penekan
pemantik sekaligus
pendorong nozzle pada
regulator

PVC

Penarik
Regulator

Sebagai pembuka nozzle


pada regulator

PVC

Pemantik
Elektrik

Sebagai pemicu api

PVC, Besi
karbon

Regulator

Sebagai katup keluarnya


gas dari tabung gas
sekaligus tempat
penyimpan dan penyedia
gas

PVC, Tembaga
paduan, Besi
karbon

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

17

Casing
Komponen

Sebagai penutup dan


tempat menyimpan
komponen lainnya

Polipropilena

Total
Komponen
Tabel III.2.1 Deskripsi Komponen IR@ Lighter

1
5 Pcs

Berikut adalah keunggulan dari korek api IR@ Lighter jika dibandingkan
dengan model korek api sebelumnya :
1.

Proses pembuatan beberapa komponen dimungkinkan dapat


dilakukan dengan satu proses manufaktur disatu waktu.

2.

Biaya produksi yang relatif lebih murah karena jumlah komponen


yang lebih sedikit dan bentuk yang tidak terlalu rumit.

3.

Proses perakitan yang lebih cepat dan mudah.

4.

Model dan tampilan yang ergonomis dan menarik.

Berikut adalah gambaran hasil proses modifikasi ( redesigning ) dengan


bantuan software,

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

18

CASING
KOMPONEN
REGULATOR
PEMANTIK

PENARIK REGULATOR
PENEKAN PEMANTIK

Gambar III.2.1 Hasil Modifikasi ( Redesigning )IR@ Lighter

III.3 Proses Manufaktur


Setelah merancang dan menggambar bentuk dan ukuran masing-masing
komponen hasil modifikasi, selanjutnya penulis menentukan proses manufaktur
atau proses pembuatan dari komponen. Dalam hal ini penulis menentukan tiga
komponen yang akan dibahas proses pembuatannya. Ketiga komponen tersebut
yaitu Penekan Pemantik, Penarik Regulator, dan Casing Komponen, berikut
bahasannya.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

19

1.

Penekan Pemantik

Syarat material yang akan digunakan untuk komponen


diantaranya :
a.

Ringan.

b.

Tidak mudah melentur, karena akan digunakan sebagai


penekan.

c.

Tahan panas, karea penggunaannya berdekatan dengan


api.

d.

Tidak mudah rusak karena reaksi kimia lingkungan,


karena penggunaannya dekat dengan gas bakar.

Material yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai


bahan dasar pembuatan komponen diantaranya :
a.

Polietilena
Polietilena merupakan polimer plastik yang sifatnya ulet
(liat), massa jenis rendah, lentur, sukar rusak apabila lama
dalam keadaan terbuka di udara maupun apabila terkena
tanah lumpur, tetapi tidak tahan panas. Polietena adalah
plastik yang banyak diproduksi, dicetak lembaran untuk
kantong plastik, pembungkus halaman, ember dan
sebagainya.

b.

Polipropilena
Polipropena mempunyai sifat yang sama dengan
polietena. Oleh karena plastik ini juga banyak diproduksi,
hanya kekuatannya lebih besar dari polietena dan lebih
tahan panas serta tahan terhadap reaksi asam dan basa.
Plastik ini juga digunakan untuk membuat botol plastik,
karung, bak air, tali, dan kanel listrik (insulator).

c.

PVC (Polivinyl Chloride)


PVC mempunyai sifat keras dan kaku digunakan untuk
membuat pipa plastik, pipa paralon, pipa kabel listrik,
kulit sintetis, dan ubin plastik.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

20

2.

Material yang ada di pasaran diantaranya :


a. Polipropilena
b. PVC (Polivinyl Chloride)
Material dengan harga yang paling murah dibanding lainnya,
diantaranya :
a. PVC (Polivinyl Chloride)
Material yang paling mudah diproses dibanding lainnya,
diantaranya :
a. PVC (Polivinyl Chloride)
b. Polietilena
Proses manufaktur yang dapat diterapkan untuk komponen
penekan pemantik ini adalah injekesi molding. Hal ini didasari
atas pertimbangan penggunaan material PVC yaitu salah satu
jenis polimer yang mudah dibentuk dengan proses injeksi
molding. Selain itu karena produksi korek api ini bersifat
masal, maka pembuatan komponennya pun dituntut cepat dan
harus dapat menghasilkan dalam jumlah yang cukup banyak
disatu waktu.

Penarik Regulator

Syarat material yang akan digunakan untuk komponen


diantaranya :
a.

Ringan.

b.

Tidak mudah melentur, karena akan digunakan sebagai


penekan.

c.

Tahan panas, karea penggunaannya berdekatan dengan


api.

d.

Tidak mudah rusak karena reaksi kimia lingkungan,


karena penggunaannya dekat dengan gas bakar.

Material yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai


bahan dasar pembuatan komponen diantaranya :
a.

Polipropilena
Polipropena mempunyai sifat yang sama dengan
polietena. Oleh karena plastik ini juga banyak diproduksi,
hanya kekuatannya lebih besar dari polietena dan lebih
tahan panas serta tahan terhadap reaksi asam dan basa.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

21

Plastik ini juga digunakan untuk membuat botol plastik,


karung, bak air, tali, dan kanel listrik (insulator).
b.

PVC (Polivinyl Chloride)


PVC mempunyai sifat keras dan kaku digunakan untuk
membuat pipa plastik, pipa paralon, pipa kabel listrik,
kulit sintetis, dan ubin plastik.

c.

Bakelit ( Fenol Formaldehida )


Bakelit adalah suatu jenis polimer yang dibuat dari dua
jenis monomer, yaitu fenol dan formaldehida. Polimer ini
sangat keras, titik leburnya sangat tinggi dantahan api.
Bakelit digunakan untuk instalasi listrik dan alat-alat yang
tahan suhu tinggi, misalnya asbak dan fiting lampu listrik.

3.

Material yang ada di pasaran diantaranya :


a. Polipropilena
b. PVC (Polivinyl Chloride)
Material dengan harga yang paling murah dibanding lainnya,
diantaranya :
b. PVC (Polivinyl Chloride)
Material yang paling mudah diproses dibanding lainnya,
diantaranya :
c. PVC (Polivinyl Chloride)
Proses manufaktur yang dapat diterapkan untuk komponen
penekan pemantik ini adalah injekesi molding. Hal ini didasari
atas pertimbangan penggunaan material PVC yaitu salah satu
jenis polimer yang mudah dibentuk dengan proses injeksi
molding. Selain itu karena produksi korek api ini bersifat
masal, maka pembuatan komponennya pun dituntut cepat dan
harus dapat menghasilkan dalam jumlah yang cukup banyak
disatu waktu.

Casing Komponen

Syarat material yang akan digunakan untuk komponen


diantaranya :
a.

Ringan.

b.

Tidak mudah melentur

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

22

c.

Tahan panas, karea penggunaannya berdekatan dengan


api.

d.

Tidak mudah rusak karena reaksi kimia lingkungan,


karena penggunaannya dekat dengan gas bakar.

e.

Memiliki gradasi permukaan yang halus karena sangat


menentukan tampilan fisik dari produk.

Material yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai


bahan dasar pembuatan komponen diantaranya :
a.

Polipropilena
Polipropena mempunyai sifat yang sama dengan
polietena. Oleh karena plastik ini juga banyak diproduksi,
hanya kekuatannya lebih besar dari polietena dan lebih
tahan panas serta tahan terhadap reaksi asam dan basa.
Plastik ini juga digunakan untuk membuat botol plastik,
karung, bak air, tali, dan kanel listrik (insulator).

b.

PVC (Polivinyl Chloride)


PVC mempunyai sifat keras dan kaku digunakan untuk
membuat pipa plastik, pipa paralon, pipa kabel listrik,
kulit sintetis, dan ubin plastik.

c.

Bakelit ( Fenol Formaldehida )


Bakelit adalah suatu jenis polimer yang dibuat dari dua
jenis monomer, yaitu fenol dan formaldehida. Polimer ini
sangat keras, titik leburnya sangat tinggi dantahan api.
Bakelit digunakan untuk instalasi listrik dan alat-alat yang
tahan suhu tinggi, misalnya asbak dan fiting lampu listrik.

Material yang ada di pasaran diantaranya :


c. Polipropilena
d. PVC (Polivinyl Chloride)
Material dengan harga yang paling murah dibanding lainnya,
diantaranya :
c. PVC (Polivinyl Chloride)
Material yang paling mudah diproses dibanding lainnya,
diantaranya :
d. PVC (Polivinyl Chloride)

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

23

Proses manufaktur yang dapat diterapkan untuk komponen


penekan pemantik ini adalah injekesi molding. Hal ini didasari
atas pertimbangan penggunaan material Polipropilena yaitu
salah satu jenis polimer yang dapat dibentuk dengan proses
injeksi molding. Selain itu karena produksi korek api ini
bersifat masal, maka pembuatan komponennya pun dituntut
cepat dan harus dapat menghasilkan dalam jumlah yang cukup
banyak disatu waktu.

III.4 Proses Perakitan Komponen

1.

Pasangkan Penarik
Regulator ke lubang
yang terdapat pada
Penekan Pemantik.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

24

2.

Pasangkan
Regulator

dan

Pemantik
Elektrik secara
berturut
kedalam Casing
Komponen. Saat
pemasangan
Regulator putar
komponen
searah jarum jam.

3. Gabungkan
hasil rakitan
pada langkah
1 dan langkah
2.

4. Korek

api

siap

digunakan.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

25

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai proses modifikasi dengan menerapkan
kaidah DFMA pada salah satu model korek api pemantik elektrik, didapat
kesimpulan, sebagai berikut :
1.

Cost Production dapat diminimalisir menggunakan proses DFMA.

2.

Tingkat ergonomis suatu produk dapat ditingkatkan dengan


mendesain ulang sesuai parameter proses DFMA.

3.

Produktifitas suatu industri dapat dikembangkan dengan proses


DFMA karena waktu perakitan dapat dibuat lebih singkat.

IV.2 Saran
Setelah melakukan penelitian pada model korek api pemantik elektrik
menggunakan kaidah DFMA, akan lebih baik hasil rancangan bila bisa mempelajari
ilmu material dan proses manufaktur secara kesuluruhan, karena biaya produksi
akan sangat bergantung pada bahan baku produk dan proses pembuatan produk.

Teori Perancangan Mesin-Teknik Mesin-Politeknik Negeri Jakarta

26

Anda mungkin juga menyukai