Anda di halaman 1dari 13

MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA KATOLIK

DI PAROKI METRO
Benedekta May Indrasari, Ali Imron dan Yustina Sri Ekwandari
FKIP Unila Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145
Telepon (0721) 704 947, faximile (0721) 704 624
Email : maybenedict04@gmail.com
HP : 089510842858

The purpose of this research was to determine the process and the development of
Catholicism in Paroki Metro. The method used in this study was historical while
the data analysis technique was qualitative data and data collection technique used
were interview techniques, literature, documentation and observation. From the
results of this study, it concluded that the entry of Catholicism in Paroki Metro
looks at the Dutch colonial in 1935-1941 through vigorous missionary role of
religious teaching around the village and through the work of education. While
the development of Catholicism in Paroki Metro looks after Indonesia's
independence until now especially when G30 S/PKI event people increased
around 6000 peoples. Developments were also seen in the growing of church
building, active categorical group and more advanced education.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses Masuk dan
Berkembangnya Agama Katolik di Paroki Metro. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode historis sedangkan teknik analisis data yang
digunakan adalah data kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah teknik wawancara, kepustakaan, dokumentasi dan observasi. Dari hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa masuknya Agama Katolik di Paroki Metro
terlihat pada masa penjajahan Belanda tahun 1935-1941 melalui peran misionaris
yang giat mengajar agama berkeliling kampung dan melalui karya pendidikan.
Sedangkan perkembangan Agama Katolik di Paroki Metro terlihat setelah
Indonesia merdeka hingga sekarang terutama ketika meletusnya G30 S/PKI yang
mengalami peningkatan jumlah umat sekitar 6000 orang. Perkembangan juga
terlihat pada jumlah bangunan gereja yang bertambah, kelompok kategorial yang
aktif dan karya pendidikan yang semakin maju.

Kata kunci : agama katolik, masuk dan berkembang, paroki metro


PENDAHULUAN Tanjungkarang. Tanjungkarang
Masuk dan berkembangnya menjadi pos misi ke-empat di bawah
Agama Katolik di Paroki Metro Prefektur Bengkulu, bagian
tidak terlepas dari terbentuknya Sumatera. Dari sinilah para
Prefektur Apostolik Sumatera tahun misionaris terus menyebarkan agama
1911-1923. Prefektur Apostolik Katolik di Karesidenan Lampung
adalah bentuk otoritas rendah untuk termasuk daerah Metro yang
suatu wilayah pelayanan dalam ditetapkan menjadi pos misi ke-tiga
Gereja Katolik Roma yang dibentuk di Karesidenan Lampung setelah
di sebuah daerah misi dan di negara Tanjungkarang dan Pringsewu.
yang belum memiliki keuskupan. Lampung Tengah telah
Prefektur Apostolik dipimpin oleh dirancang menjadi areal transmigrasi
seorang Prefek Apostolik, yang sejak akhir dekade dua puluhan
biasanya adalah seorang Pastor dan sampai paruh akhir dekade tiga
bukan Uskup. Dari sanalah agama puluhan, beberapa tahun sesudah
Katolik di Sumatera berkembang. Gedungtataan dan Pringsewu yang
Pada saat itu Sumatera terdiri waktu itu disebut Onderafdeling
dari lima distrik: Sukadana yang lebih cepat
1. Padang meliputi pantai Barat, berkembang. Sensus 1940
Tapanuli dan Lampung menunjukkan bahwa di kawasan itu
2. Tanjungsakti (Bengkulu) telah bermukim 68.000 transmigran
3. Kutaraja (Aceh) (H.J. Heeren, 1979;14). Pada tahun
4. Medan (Pantai Timur) 1931 transmigrasi dihentikan karena
5. Sungai Selan (Bangka Belitung) perdagangan dunia menurun
(Veronika Gunartati, 2003:1). khususnya untuk padi, rotan, kayu,
Titik pijak sejarah jagung dan sebagainya. Tahun
terbentuknya Prefektur Apostolik berikutnya mulai ramai kembali.
Sumatera ini dimulai dari tahun Pada tahun 1932 pembukaan
1911, ketika berdiri Prefektur kolonisasi di Gedung Dalam daerah
Apostolik Sumatera dengan tempat Sukadana Lampung Tengah yang
kedudukan di Padang, supaya karya kemudian pada tahun 1935 menjelma
misi lebih intensif, pada tahun 1923 menjadi kolonisasi metro. Daerah-
diadakan pembagian wilayah daerah lain yang dibuka untuk
kembali di Sumatera: kolonisasi misalnya Trimulyo pada
1. Sumatera bagian Selatan tahun 1935. Metro kota pada tahun
diserahkan kepada Imam-imam 1936, perluasan Gedung Dalam pada
Hati Kudus (SCJ) tahun 1937/1938. Batanghari 1941,
2. Bangka Belitung diserahkan menyusul Punggur, Probolinggo
kepada Imam-imam Picpus pada tahun 1943 (P.K. Manurung,
(SSCC) 1956 : 346).
3. Padang dipegang oleh Pastor- Kota Metro yang berasal dari
pastor Kapusin (Veronika kata metropolis atau pusat, oleh
Gunartati, 2003:4). pemerintah kolonial Belanda dibuka
Daerah Sumatera bagian pada tahun 1935, setelah sebelumnya
Selatan semula bernama Prefektur dibuka daerah pemukiman di
Apostolik Bengkulu. Inilah yang Gedongdalam dan Sukadana
kemudian akan menjadi cikal bakal (Veronica Gunartati, 2003:16).
Keuskupan Agung Palembang dan Pemerintah Hindia Belanda
mendapatkan ijin dari Ketua Adat METODE PENELITIAN
Gedongdalam untuk memanfaatkan Metode yang digunakan
wilayah tanah marganya. Maka dalam penelitian ini adalah metode
didatangkanlah transmigrasi historis, karena data-data dan fakta
khususnya dari Jawa Tengah, dan diambil dari peristiwa-peristiwa yang
para penduduk itulah yang harus telah terjadi sebelumnya baik yang
membuat jalan tembus antara terdapat pada buku, dokumen dan
Tegineneng ke Sukadana serta media cetak serta benda-benda
membuat saluran irigasi sepanjang peninggalan atau bangunan yang
60 km dengan kerja paksa tanpa menjadi objek tempat penelitian.
upah. Menurut Hadari Nawawi
Sejak awal memang terlihat mengatakan metode penelitian
bahwa Daerah Lampung Tengah historis adalah prosedur pemecahan
akan berkembang menjadi masalah dengan menggunakan data
pemukiman transmigran yang masa lalu atau peninggalan-
mantap. Daerah-daerah tebangan peninggalan, baik untuk memahami
baru terus dibuka. Para pendatang kejadian atau suatu keadaan yang
baru yang beragama Katolik terus berlangsung pada masa lalu terlepas
bertambah, demikian pula para dari keadaan masa sekarang maupun
magangan (calon babtis). untuk memahami kejadian atau
Kawasan Lampung Tengah keadaan masa lalu, selanjutnya kerap
merupakan lahan yang subur bagi kali juga hasilnya dapat
pertumbuhan Gereja Lampung. dipergunakan untuk meramalkan
Seiring perjalanan itu, Pemerintah kejadian atau keadaan masa yang
Belanda memberi perhatian terhadap akan datang (Hadari Nawawi,
Gereja Katolik di Metro. Pemerintah 2001:79).
memberikan tanah dan sebuah Menurut Louis Gottschalk,
bangunan sebelah selatan Jalan AH. metode historis adalah proses
Nasution untuk dipinjamkan selama menguji dan menganalisa secara
20 tahun. Di gedung yang sederhana kritis rekaman dan peninggalan masa
ini umat merayakan Misa Kudus lalu (Louis Gottschalk, 1986:32)
pada hari Minggu dan hari-hari besar Langkah-langkah yang
umat Katolik. Disitu pulalah digunakan dalam pelaksanaan
kemudian Pastor mendirikan sekolah metode historis adalah heuristik,
rakyat misi (waktu itu hanya ada satu kritik sejarah, interpretasi dan
sekolah). Penelitian ini menarik historiografi.
karena: 1. Heuristik, yakni kegiatan
1. Metro sebagai pos misi ke-3 menyusun jejak-jejak masa
dalam penyebaran Agama lampau.
Katolik di Lampung 2. Kritik sejarah, yakni menyelidiki
2. Belum adanya catatan sejarah apakah jejak-jejak itu sejati, baik
tentang Perkembangan Agama bentuk maupun isi.
Katolik di Metro. 3. Interpretasi, yakni menetapkan
Penelitian ini dimaksudkan makna yang saling berhubungan
untuk meneliti Masuk dan dari fakta-fakta yang diperoleh.
Berkembangnya Agama Katolik di 4. Historiografi, menyimpulkan
Paroki Metro. sintesa yang diperoleh dalam
bentuk suatu kisah (Nugroho gambaran mengenai hasil
Notosusanto, 1984:84). pengamatan yang mempermudah
Variabel penelitian adalah peneliti dalam mencari kembali data
obyek yang akan dijadikan titik
yang diperoleh jika diperlukan.
perhatian dalam sebuah penelitian
(Suharsimi Arikunto, 1989:91). 2. Penyajian Data
Menurut Suryabrata, variabel sering Penyajian data adalah
diartikan gejala yang menjadi obyek penampilan data sekumpulan data
pengamatan penelitian. Sering pula yang memberi kemungkinan untuk
dinyatakan variabel penelitian itu menari kesimpulan dari pengambilan
sebagai faktor-faktor yang berperan tindakan. Bentuk penyajiannya
dalam peristiwa atau segala yang antara lain dengan cara memasukkan
akan diteliti. (Sumadi Suryabrata, data ke dalam sejumlah matrik,
1998:72). grafik dan bagan yang diinginkan
Variabel yang digunakan atau bisa juga hanya dalam bentuk
dalam penelitian ini adalah variabel naratif saja.
tunggal dengan fokus penelitian pada 3. Pengambilan Kesimpulan dan
Proses Masuk dan Berkembangnya Verifikasi
Agama Katolik di Paroki Metro. Setelah data direduksi, akan
Teknik pengumpulan data dimasukkan kedalam bentuk bagan,
yang digunakan adalah teknik matrik, dan grafik, maka tindak
wawancara, kepustakaan, lanjut peneliti adalah mencari
dokumentasi dan observasi. Teknik konfigurasi yang mungkin
analisis data yang digunakan adalah menjelaskan alur sebab akibat dan
data kualitatif. Menurut Miles dan sebagainya. Kesimpulan harus
Huberman, tahapan-tahapan dalam senantiasa diuji selama penelitian
proses analisis data kualitatif, berlangsung (Miles dan Huberman,
meliputi: 1992:28).
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Masuknya Agama Katolik di
lapangan kemudian akan dituangkan Paroki Metro (1935 – 1941)
dalam bentuk laporan. Selanjutnya Pada tahun 1935 seorang
adalah proses mengubah rekaman penguasa bernama Rookmaker
data ke dalam pola, kategori dan menjabat sebagai Residen Lampung.
disusun secara sistematis. Proses Ia menetapkan sebuah pemukiman
baru untuk para transmigran dari
pemilihan, pemusatan perhatian,
pulau Jawa. Daerah itu diberi nama
pengabstrakan dan transpormasi data Metropolis yang artinya Kota Tengah
dari lapangan. Proses ini berlangsung sebab letaknya berada di tengah-
selama penelitian berlangsung. tengah Karesidenan Lampung.
Fungsi dari reduksi data ini adalah Residen Rookmaker berharap Metro
untuk menajamkan, mengarahkan, menjadi kota besar sekaligus pusat
produksi tanaman pangan, maka
membuang yang tidak perlu dan
perlu mendatangkan tenaga yang
mengorganisir sehingga interpretasi murah dan mudah dengan cara
bisa dilakukan dengan mudah. Data mendatangkan orang-orang Jawa ke
yang direduksi akan memberikan Sumatera.
Daerah Metro, Lampung mendatangkan orang-orang Jawa ke
Timur dan Lampung Tengah Sumatera. Sebagai tempat tinggal
dirancang untuk areal transmigrasi. para pendatang baru tersebut mereka
Mulai tahun 1920-1930 disebut dikumpulkan dalam bedeng-bedeng.
onderafdeling Sukadana. Saat itu Kota Metro sejak awal
didatangkan transmigran dari Boro, memang terlihat bahwa akan
Promasan, Daerah Istimewa berkembang menjadi pemukiman
Jogjakarta dan Jawa Tengah. transmigran yang menjanjikan.
Sukadana adalah satu-satunya Daerah-daerah baru dibuka demikian
pemukiman penduduk yang sudah pula dengan pendatang baru dari
ada transmigran sekitar 68.000 jiwa. Jawa yang beragama Katolik terus
Pada tahun 1931 transmigrasi bertambah. Diantara umat perdana
dihentikan karena perdagangan dunia terdapat keluarga F.X. Atmo Suparto
menurun khususnya untuk padi, dan Jacobus Samadi Kasandikrama
rotan, kayu, jagung dan sebagainya. adalah ayah dari Mgr. Andreas
Tahun berikutnya mulai ramai Henrisoesanta Uskup ke-2 Lampung.
kembali. Daerah Metro dibuka pada Pada tanggal 1 Februari
tahun 1935, pemerintah Hindia 1937, Metro ditetapkan sebagai Pos
Belanda mendapatkan ijin dari Ketua Misi ketiga penyebaran Agama
Adat Gedung Dalem untuk Katolik setelah Tanjungkarang dan
memanfaatkan wilayah tanah Pringsewu. Melihat bahwa umat
marganya. Maka didatangkanlah Katolik yang ada di Lampung
transmigrasi khususnya dari Jawa khususnya di wilayah Metro,
Tengah dan para penduduk itulah sebagian berasal dari Jawa, maka
yang harus membuat jalan tembus para perintis misionaris yang pernah
antara Tegineneng ke Sukadana serta berkarya di Metro, mengawali karya
membuat saluran irigasi sepanjang dengan belajar bahasa dan budaya ke
60 km dengan kerja paksa, tanpa Yogyakarta.
upah. Umat Katolik yang berasal
Jalan baru itu dibuka tahun dari Jawa berjumlah kira-kira 150
1936 bersamaan dengan peresmian orang. Beberapa warga yang berasal
pemukiman baru Metro dan dari Jawa Tengah sekitar 20 orang
Trimurjo. Nama Kota Metro berhasil dibabtis oleh Pastor
diberikan oleh Residen Lampung Mathaeus Gerlachus Neilen, SCJ
Rookmaker yang berpandangan atau akrab dengan panggilan Pastor
bahwa Metro bisa menjadi pusat kota Neilen dan sejak saat itu Pastor
pertanian yang terletak di tengah tersebut menetap di Metro. Itulah
antara Tegineneng dan Sukadana. awal gerak dan dinamika Gereja
Daerah itu diberi nama Metropolis Katolik Metro berkembang sedikit
yang artinya Kota Tengah sebab demi sedikit dari Gereja misi
letaknya berada di tengah menjadi Gereja yang mandiri.
Karesidenan Lampung. Pastor Mathaeus Gerlachus
Daerah Metro inilah yang Neilen, SCJ datang ke Indonesia
diproyeksikan oleh pemerintah pada tanggal 3 Juli 1925. Saat itu
menjadi kota besar sekaligus pusat Pastor Neilen ditugaskan untuk
produksi tanaman pangan maka perlu menengok daerah Metro kemudian
mendatangkan tenaga yang murah bertemulah dengan beberapa orang
dan mudah dengan cara Katolik di Bedeng 21 dan 22.
Menjelang Natal 1936 Pastor Neilen oleh Pemerintah Belanda yang
berhasil membabtis beberapa orang, kemudian dibangun Gereja, sekolah,
maka sejak tanggal 2 Februari 1937 klinik dan bangunan untuk
Pastor Neilen ditugaskan dan mulai kepentingan misi, para misionaris
menetap di Metro. semakin percaya diri bahwa peluang
Dengan ditugaskannya membangun iman umat di Kota
Pastor Neilen di Metro maka Ia Metro semakin besar.
segera mencari tanah untuk Seperti di tempat-tempat
bangunan misi. Bersamaan dengan yang lain, misi juga memberi
itu, pemerintah juga sedang pelayanan di bidang pendidikan.
membuka Bedeng 15 untuk dijadikan Pada tahun 1938 misi mendirikan
pusat pemerintahan Lampung bagian Sekolah Rakyat dengan guru-
tengah. Meskipun pejabat kontrolir gurunya antara lain F. Sudar
tetap di Sukadana tetapi di Bedeng Hadiwasito, P.C. Suhardi dan R.F.
15 atau Kota Metro telah Subandi. Pada tahun 1939 bertambah
ditempatkan seorang wedana dan satu guru dari lulusan Normaal
aspiran kontrolir. Mengantisipasi hal School Ambarawa, yaitu ibu Felisitas
ini, maka pusat pastoral dalam Tugiyem. Guru-guru ini selain
Gereja juga harus didirikan di Metro. mengajar di sekolah, tiga kali
Pemerintah setempat memberi seminggu juga mengajar agama
perhatian terhadap Gereja Katolik di keliling kampung pada sore hari
Metro. Pemerintah memberikan Namun aktifitas Gereja
tanah sebelah selatan Jalan AH. sempat terhenti ketika Jepang masuk
Nasution untuk dipinjamkan selama ke Indonesia, situasi menjadi
20 tahun. Inilah cikal bakal berubah total. Para misionaris dan
berdirinya Gereja Hati Kudus Yesus tokoh-tokoh Gereja ditangkap dan
Metro. dibawa di kamp tawanan. Otomatis
Pemerintah menawarkan aktivitas gereja benar-benar lumpuh,
tanah di sisi selatan jalan utama kota umat yang ditinggalkan pun tercerai
Metro dengan hak guna bangunan berai. Pada tanggal 7 Desember 1941
selama 20 tahun. Di gedung yang Jepang menyerang Pearl Harbour,
sederhana ini umat merayakan Misa pangkalan laut Amerika di Hawai.
Kudus pada Hari Minggu dan hari- Serangan itu tidak diduga oleh
hari besar. Di antara umat perdana Amerika sebab hari itu hari libur.
ini terdapat keluarga kakak beradik Tentara Amerika yang sedang
F.X. Atmo Suparto dan Y. Samadi berpesta pora mendadak diserang
Kasandikromo, transmigran asal dari udara. Sebanyak tujuh Kapal
Ngijorejo, Gunung Kidul, yang Perang Amerika ditenggelamkan.
sudah menjadi Katolik sejak di Peristiwa inilah yang menyebabkan
kampung halaman mereka (Veronica Amerika marah. Mulai saat itu
Gunartati, 2003 : 17). Amerika terlibat dalam Perang Dunia
Pada masa Kolonial ini, II. Tak pelak lagi, Asia pun terlibat
Gereja banyak diperhatikan oleh dalam Perang Dunia II. Dalam tempo
pemerintah. Para misionaris di Metro yang singkat seluruh Asia Raya,
terus melebarkan sayapnya untuk termasuk Indonesia jatuh dalam
menyebarkan agama Katolik. kekuasaan Jepang.
Dukungan dari pemerintah pun terus Tanggal 15 Januari 1942
mengalir. Dengan diberikannya tanah Jepang menduduki Palembang.
Beberapa kali Palembang di bom sering juga dimuat tulisan-tulisan
oleh tentara Jepang. Hanya satu hari yang mengancam akan menyalibkan
saja tentara Belanda dapat para pastor dan suster. Sampai tahun
melakukan perlawanan. Sabtu 1945 tidak ada seorang Pastor pun
malam, 15 Februari 1942 Palembang yang melayani umat di Metro dan
dapat digulung. Pasukan Belanda Lampung pada umumnya. Banyak
mengundurkan diri ke Jawa. dokumen yang tidak dapat
Hanya berselang lima hari diselamatkan termasuk dokumen
setelah jatuhnya Palembang, Jepang penting yaitu buku
masuk ke Lampung. Aktifitas Permandian/Babtis.
lumpuh total. Sekolah ditutup, anak- Buku Babtis Metro sempat
anak asrama dipulangkan ke rumah diamankan sendiri oleh Pastor
orang tua masing-masing. Tanggal 8 Neilen, SCJ. Sebelum masuk kamp
Maret 1942 Hindia Belanda interniran Ia menitipkan buku
menyerah kepada Jepang. Pada tersebut kepada R.F. Soebandi
zaman Jepang ini misi mengalami sambil berpesan, “Urus umat Katolik
kerugian yang amat besar, baik ya Mas, nderek Gusti kerep ora
material maupun tenaga pelayanan gampang”. Tapi ternyata rumah
dan bahkan umat Katolik sendiri. Soebandi bukan tempat yang aman.
Pada tanggal 7 April 1942 Sebagai tokoh umat rumahnya sering
semua orang Eropa dikumpulkan, digeledah polisi. Jilid pertama hilang,
demikian juga para suster yang sedangkan jilid kedua selamat karena
berkebangsaan Jerman dan pribumi dijahit di dalam sandaran kursi
Indonesia. Pada hari berikutnya rumah Atmosuparto (Veronika
suster yang berkebangsaan Jerman Gunartati, 2003:5).
dan Indonesia dibebaskan. Para Setelah Metro tanpa pastur
suster yang dibebaskan kembali ke dan suster, semua bangunan misi
komunitas mereka, sedangkan Warga dikuasai oleh Jepang. Rumah Sakit
Negara Belanda tanpa terkecuali diambil alih untuk asrama tentara.
harus masuk kamp tawanan perang Sekolah ditutup, guru-guru dimutasi
di Sumatera Selatan. Para pastor dan semua atas kuasa pemerintah Jepang.
suster-suster yang berkulit putih Barang-barang dijarah dan dibakar.
ditahan oleh Pemerintah Jepang. Guru-guru dikursus bahasa Jepang
Sementara itu, dikalangan selama 3 bulan kemudian disuruh
masyarakat mulai muncul sikap anti- mengajar bahasa Jepang. Maka atas
Kristen. Atas persetujuan para inisiatif para awam yaitu R.F.
pembesar Jepang, beberapa oknum Subandi, T. Jayus, A. Siswohadi
pejabat pemerintah membuat Suprapto, Dumais, Atmosuparto,
peraturan-peraturan yang bersifat Karsono, Saekan, Kartosuharjo dan
menekan dan membatasi kegiatan Prawiro adalah para awam
dan perkembangan orang Kristen sukarelawan yang berani mati untuk
seperti pelarangan berkumpul untuk melaksanakan tugas misi Gereja
mengadakan doa bersama, salib dan Pada masa pendudukan
benda-benda rohani dirusak dan Jepang, umat Katolik di Metro
dibuang. sekitar 500 orang. Setiap doa
Dalam Koran “Shimbun” bersama, atau dua tiga orang
sering dimuat tulisan-tulisan yang berkumpul, harus dilaporkan kepada
mengecam Agama Kristen. Bahkan polisi, sebab semua kebaktian atau
apa saja dilarang menggunakan mereka segera disatukan dengan
Bahasa Belanda, walaupun sepatah banyak tawanan lain dari kawasan
kata pun, yang melanggar dituduh Sumatera bagian Selatan ke Muntok,
sebagai mata-mata. Mereka yang Pulau Bangka
berada dalam kamp tawanan Kamp tawanan di Muntok ini
mengalami keadaan yang amat pahit. berupa beberapa barak yang
Para tawanan tidak hanya menetap digunakan sebagai tempat
dalam satu kamp. penampungan para kuli kontrak
Tanggal 22 April 1942 para berasal dari Tiongkok yang akan
wanita dipindahkan dari tangsi polisi dipekerjakan. Kamp tawanan itu
di Durian Payung ke Sekolah Rakyat serupa penjara tak berfungsi
di Telukbetung. Para pria termasuk ditengah-tengah hutan. Memang
para Pastor dipindahkan ke Pabrik Es kamp ini hasil pembangunan
di Telukbetung, kemudian kembali, namun sama sekali tidak
Pakiskawat dan tanggal 23 Februari memadai sebagai tempat
1943 kembali disatukan dengan para penampungan sekian banyak
tawanan perempuan di kompleks manusia.
Xaverius Pasirgintung (Veronica Selama masa pendudukan
Gunartati, 2003 : 26). Jepang ini, praktis Gereja tidak
Pada tanggal 26 September melakukan kegiatan apapun. Maka
1942 tawanan perang termasuk para atas inisiatif Umat Katolik di Metro,
Pastor pada pukul enam pagi mereka membantu melaksanakan
diangkut dengan kereta api ke tugas-tugas dan kegiatan Gereja yang
Palembang. Mereka dikumpulkan telah ditinggalkan para Pastor yang
disebuah sekolah Tionghoa di mana ditahan oleh pemerintah Jepang.
mereka digabung dengan rombongan Hampir semua orang Katolik
dari Bengkulu. Pada tanggal 28 membakar dan menghapus identitas
September 1944 tawanan perang ini katoliknya, buku-buku agama, tanda-
dengan perahu diberangkatkan lewat gambar, dan sebagainya bahkan juga
Sungai Musi. Selama tujuh jam naik salib yang terpajang di rumah-rumah.
kapal yang butut dan tidak layak Hal ini karena ketakutan terhadap
untuk berlayar ke Muntok di Pulau pelopor kemerdekaan yang
Bangka. Kesulitan semakin menjadi mencurigai umat Katolik sebagai
parah ketika para Pastor dipindahkan mata-mata Belanda. Tidak hanya itu,
ke Muntok (Bangka). semua bangunan misi dikuasai oleh
Penahanan di Pasirgintung Jepang, rumah sakit diambil alih
sedikit menguntungkan umat karena untuk asrama tentara, Sekolah
mereka dapat mengunjungi para Katolik ditutup dan barang-barang
pastor dan suster di satu tempat. dalam Gereja dibakar oleh tentara
Tetapi tanggal 23 September 1943, Jepang.
para lelaki dikirim ke Palembang. Dalam kurun waktu tahun
Pada tanggal 24 Oktober 1943, para 1942-1945, tak kurang dari 60
perempuan pindah sebentar ke Pabrik misionaris yang berkarya di
Es di Telukbetung kemudian tanggal Sumatera bagian selatan meninggal
24 Mei 1944 mereka menyusul para dunia dalam kamp tawanan di
pria ke kamp tawanan di Palembang. Muntok. Termasuk diantaranya
Palembang hanya menjadi adalah Pastor yang bertugas di Metro
persinggahan sementara, karena yaitu Pastor Gebbing wafat 17
Februari 1944, Pastor Van Eijk wafat maupun Republik (Veronica
30 Oktober 1944, dan Pastor Van Gunartati, 2003 : 31).
Oort misionaris pertama wafat 27 Sr. M. Yosepha segera
November 1944. Yang masih hidup kembali ke Lampung, tetapi Pastor
dipindahkan ke Barak Perkebunan di Wahyoesudibyo yang dijanjikan
Lubuk Linggau. untuk membantu di Lampung tidak
Pada tanggal 23 Agustus kunjung tiba. Sampai tanggal 27
1945 para tawanan tahu bahwa November 1946 akhirnya Pastor
Jerman, Italia, dan Jepang telah kalah Wahyoesudibyo tiba di Lampung. Di
perang melawan Negara-negara Lampung Pastor Wahyoesudibyo
Sekutu. Para tawanan menjadi orang berkeliling ke stasi-stasi yang
bebas kembali. Berakhirlah masa dibangun para misionaris Belanda
penahanan selama tiga tahun empat termasuk Kota Metro.
bulan yang menguras air mata para Dengan surat Suster Yosepha
tawanan. Orang-orang Inggris memohon Mgr. A. Soegijapranata
dibawa ke Singapura dan orang agar dapat menugaskan seorang
Belanda disatukan di Palembang. imam ke Lampung. Mgr. A.
Soegijapranata merespon surat
2. Perkembangan Agama Katolik tersebut. Maka pada tangagal 27
di Paroki Metro (1946 – 2013) Maret 1947, diputuskan dua imam
Proses Perkembangan Praja ditugaskan ke Sumatera. Pastor
Agama Katolik di Paroki Metro Sutopanitro, Pr dikirim ke Tanah
semakin terlihat pada masa setelah Batak, Sumatera Utara dan Pastor
Indonesia merdeka hingga sekarang. Padmoseputra dikirim ke Lampung
Meskipun Bangsa Indonesia sudah (Gregorius Budi Subanar,
menyatakan kemerdekaannya, tetapi “Kesaksian Revolusioner Seorang
suasana perang masih terasa panas. Uskup di Masa Perang” hlm. 15).
Pasca kemerdekaan, umat Katolik di Konferensi Meja Bundar
Lampung tetap tidak mempunyai pada Bulan Agustus 1949 membuat
Imam. Para Pastor tersebut belum ketegangan berangsur-angsur
berani untuk kembali ke tempat tugas mengendur. Suasana tenang ini
mereka sebelum perang. Pada tahun dipergunakan oleh para pastor untuk
1946 tokoh-tokoh umat Katolik kembali ke stasi-stasi mereka
Lampung mengadakan pertemuan di sebelum perang. Sebenarnya sudah
Pringsewu. Dalam pertemuan ini sejak Jepang menyerah kepada
disepakati bahwa umat Katolik Sekutu mereka ingin segera
Lampung akan meminta kepada Mgr. berkumpul dengan umatnya tetapi
Soegijapranata, Uskup Semarang, ternyata baru empat tahun kemudian
untuk mengirim seorang pastor cita-cita itu dapat terwujud. Pastor-
pribumi untuk Lampung. pastor yang dulu berkarya di
Bulan Mei 1946 Lampung satu per satu tiba di
berangkatlah Sr. M. Yosepha seorang Tanjungkarang. Untuk sementara
diri menuju Jawa, karena tak seorang mereka berdiam di kota menanti
pun menyatakan bersedia menemani. suasana yang lebih baik. Pastor
Situasi di perjalanan sama sekali Wilhelmus Boeren adalah misionaris
tidak aman. Kapal-kapal di Selat pertama yang kembali ke Lampung
Sunda setiap saat bisa saja menjadi pada Bulan Januari 1949. Disusul
sasaran torpedo baik pihak Belanda kemudian oleh para suster yang
kembali ke komunitas mereka pada Jepang dan tentu saja dengan
Juni 1949. kurikulum penjajahan Jepang pula.
Pada Bulan Juli 1949 Metro Pada masa revolusi fisik bangunan
jatuh ke tangan NICA dan KNIL. yang dikuasai Jepang diambil alih
TNI bersama laskar rakyat termasuk pemerintah daerah. Butuh waktu
pemuda Katolik yang tergabung yang panjang untuk meminta hak
dalam AMKRI (Angkatan Muda milik ini. Sebagian dari harta Gereja
Katolik Republik Indonesia) ini memang bisa diambil alih,
melawan sekuat tenaga. Rakyat sebagian lagi tidak dapat.
mengungsi ke luar kota. Pada saat Pada waktu itu rumah
yang kurang tepat inilah Pastor Pastoran masih dapat ditempati
Boeren mengunjungi Metro, stasi sedangkan Gereja Melania (sekarang
tempat ia bertugas sebelum Jepang Gereja Hati Kudus Metro) yang dulu
datang. Ia datang bersama barisan dibangun oleh Pastor Neilen hanya
serdadu NICA yang masuk Metro. tinggal pondasi saja karena terbakar
Penyerahan kedaulatan habis. Beruntunglah Pastor Neilen
kepada Indonesia yang dilaksakan 27 telah membeli tanah yang ada di
Desember 1949 membawa banyak seberang Gereja. Pastor Thromp
harapan. Praktis semua misionaris mulai mendirikan Gereja yang baru
dapat kembali ke daerah masing- di tanah itu pada tahun 1950.
masing dan siap bekerja bersama Langkah ketiga adalah
umat. Pertama kali yang terpikirkan membangun kembali karya di bidang
adalah bagaimana mengumpulkan pendidikan, kesehatan dan sosial
kembali bangunan Gereja yang dulu yang terputus. Tahun 1950 gedung
telah tertata. Tentu bukan sekedar sekolah misi di Metro telah dapat
bangunan fisik, karena itu lebih ditempati. Para guru juga telah siap,
mudah untuk diperbaik, tetapi tetapi penghuni asrama banyak yang
mengumpulkan kembali umat yang kembali ke desanya. Ketika tahun
terserak, menabur kembali benih- ajaran baru dibuka mereka tak datang
benih Sabda di bumi Lampung. lagi ke sekolah. Kesulitan yang lain
Setelah sekian lama terpisah dengan juga menghadang, misalnya
gembalanya, dalam situasi pancaroba bagaimana mengejar kualitas.
yang berat, sebagian menghilang Secara umum pada tahun
entah ke mana. Sebagian lagi tetap 1951 karya misi di Lampung dapat
setia kepada iman Katoliknya. Umat dikatakan telah hampir pulih. Pastor
di Metro cukup beruntung karena dapat berkarya di antara umatnya.
banyak tokoh awam. Juga mereka Umat Katolik pun dapat menjalankan
mendapat porsi pendampingan yang segala aspek kehidupan dengan
lebih intensif dari Pastor. sewajarnya. Para misionaris mulai
Langkah kedua pembangunan berdatangan kembali ke Sumatera
Gereja Lampung adalah Bagian Selatan ini.
mengupayakan kembali gedung- Untuk Vikariat Palembang
gedung milik misi. Pada masa sampai dengan tahun 1951 telah
pendudukan Jepang semua datang 14 orang Pastor baru untuk
bangunan seperti sekolah, gereja, menggantikan 11 Pastor yang
pastoran, susteran dan rumah sakit meninggal dunia dalam kamp
beralih fungsi. Sebagian sekolah misi tawanan Jepang. Perkembangan
bisa terjalan dengan pengawasan selanjutnya Vikariat Palembang yang
meliputi Karesidenan Jambi, a. Peran misionaris yang giat
Bengkulu, Palembang dan Lampung melakukan pendampingan
dirasa terlalu luas. Tidak efektif jika dengan mengajar agama
daerah itu hanya berada di bawah berkeliling ke desa-desa.
pimpinan Mgr. Mekkelholt seorang b. Pada tahun 1952 Sekolah
diri. Maka pada tanggal 19 Juni 1952 Rakyat Xaverius didirikan di
Vatikan memutuskan Lampung Metro. Karna pada waktu itu
berdiri menjadi Prefektur tersendiri hanya ada satu sekolah yaitu
dengan nama Prefektur Apostolik SR Xaverius maka Agama
Tanjungkarang, terpisah dari Vikariat Katolik pun cepat
Palembang. Prefek yang pertama berkembang. Tidak sedikit
diangkat adalah Mgr. Albertus yang memutuskan untuk
Hermelink Gentiaras. menjadi Katolik setelah
Seiring berjalannya waktu mengenyam pendidikan di
perkembangan semakin terlihat SR Xaverius.
diantaranya jumlah umat yang c. Ketertarikan terhadap Agama
bertambah, jumlah Gereja yang Katolik juga menjadi faktor
bertambah dengan diimbangi sarana perkembangan umat. Salah
dan prasarana yang semakin satu contoh yang membuat
memadai, kelompok kategorial yang ketertarikan adalah kegiatan-
aktif dan karya pendidikan yang kegiatan Gereja yang aktif
semakin maju. dilakukan di lingkungan
1. Jumlah Umat membuat beberapa orang
Tahun 1952 Pastor Van tertarik untuk terlibat
Vroenhoven datang ke Metro didalamnya dan kemudian
bersama dengan tujuh Pastor yang memutuskan untuk menjadi
ada di Lampung ketika itu terdapat Katolik.
kurang lebih 1000 umat Katolik, sisa d. Perkawinan
seluruh Lampung 1500 orang. Seiring berjalannya waktu
Perkembangan umat yang signifikan Umat Katolik yang masuk dalam
ini terlihat ketika meletusnya wilayah Paroki Metro terus
peristiwa G30 S/PKI. Waktu itu bertambah, hingga saat ini tercatat
jumlah Umat Katolik pada tahun ada 7.907 Umat Katolik di Metro
1966-1968 mengalami peningkatan yang tersebar di 16 stasi.
yang sangat pesat dari total sekitar Pekembangan Agama Katolik di
6000 Umat Katolik. Setelah Paroki Metro ditandai dengan jumlah
peristiwa G30 S/PKI semua umat yang semakin meningkat,
golongan agama dapat hidup rukun jumlah bangunan gereja yang
dan bersatu. Banyak orang yang bertambah yang diimbangi sarana
dahulu berpikir ingin menjadi pendukung yang semakin memadai,
Katolik kemudian meminta untuk kelompok kategorial yang aktif dan
dibabtis, dengan dorongan karya pendidikan yang semakin
pemerintah agar semua orang maju.
memilih agama yang sesuai. 2. Jumlah Bangunan Gereja
Perkembangan umat yang Tercatat pada pertengahan
sangat pesat ini terjadi antara lain 1952 berdiri stasi dan Gereja di
karena beberapa faktor yaitu: Selorejo dan tepatnya pada tanggal
14 Desember 1952 Gereja Stasi serta dalam kegiatan Paroki. Saat ini
Selorejo diberkati oleh Mgr. tercatat ada beberapa kelompok
Hermelink SCJ, kemudian berturut- kategorial di Paroki Metro yaitu
turut Stasi Wonogiri, Punggur, Jojog, Legio Mariae, Persekutuan Doa
dan Purbolinggo serta Pembaharuan Karismatik Katolik
Seputihbanyak. Tahun 1980 berdiri (PDPKK), Orang Muda Katolik
sebuah Gereja yang tumbuh dari (OMK), Wanita Katolik Republik
umat di Metro Utara. Tidak banyak Indonesia (WKRI), Serikat Sosial
catatan yang ditemukan oleh penulis Vincentius (SSV) dan Putra-Putri
tentang sejarah Gereja-gereja Altar (PPA). Selain di Paroki,
tersebut lahir. Namun saat ini sudah beberapa kelompok kategorial ini
ada 16 Gereja di masing-masing stasi aktif di Stasi-stasi.
di wilayah Paroki Metro. 4. Karya Pendidikan
Selain itu sarana dan Karya pendidikan di Paroki
prasarana di Paroki metro sudah Metro semakin menunjukkan
cukup memadai untuk menunjang perkembangan. Saat ini terdapat dua
kegiatan Gereja. Saat ini sudah ada yayasan Katolik yaitu Yayasan
satu Gereja di Paroki dan 15 Gereja Xaverius pada tingkat TK, SD, SMP
di masing-masing stasi. Selain dan Yayasan Yos Sudarso pada
Gereja, di lingkungan Paroki juga tingkat SMP dan SMA. Kedua
terdapat Balai Paroki untuk kegiatan yayasan ini merupakan salah satu
pertemuan dan sudah berdiri rumah sekolah terbaik di Kota Metro.
Pastor. Disamping Gereja juga
terdapat sekretariat Paroki. Untuk KESIMPULAN
para biarawan dan biarawati terdapat Berdasarkan analisis yang telah
bangunan tempat tinggal biarawan dilakukan terhadap hasil penelitian,
dan biarawati. Tersedia pula asrama maka dapat disimpulkan bahwa:
putra dan putri untuk tempat tinggal 1. Proses masuknya Agama Katolik
murid-murid SMP Xaverius dan di Paroki Metro sudah dimulai
SMA Yos Sudarso. Dalam kegiatan pada masa penjajahan Belanda
pelayanan Gereja, Paroki Metro tahun 1935-1941 melalui peran
memiliki 3 Pastor yaitu Pastor Fritz para misionaris yang giat
Dwi Sapto Adi (Pastor Paroki), mengajar agama berkeliling ke
Pastor Joseph Gourdon dan Pastor H. kampung-kampung (dakwah)
Indro Pandego. Untuk menunjang dan melalui karya pendidikan
pelayanan umat saat ini sudah yaitu pada tahun 1952 didirikan
tersedia kendaraan berupa 1 mobil Sekolah Rakyat Xaverius yang
dan 3 motor untuk keperluan Pastor membuat Agama Katolik cepat
dalam melayani misa kudus di stasi- berkembang karena tidak sedikit
stasi yang ada di Metro. yang memutuskan menjadi
3. Kelompok Kategorial Katolik setelah mengenyam
Kelompok Kategorial adalah pendidikan di SR Xaverius.
wadah-wadah yang masing-masing 2. Proses perkembangan Agama
dibentuk oleh sekelompok orang Katolik di Paroki Metro semakin
dengan visi dan misi yang terlihat pada masa setelah
mendukung dinamika reksa pastoral Indonesia merdeka-sekarang
Paroki dan menjadi suatu wadah yang ditandai dengan jumlah
yang terbuka (inklusif) dan berperan- umat yang meningkat, jumlah
bangunan gereja yang bertambah Heeren, H.J. 1979. Transmigrasi di
diimbangi dengan sarana Indonesia. Jakarta: Gramedia.
pendukung yang semakin
memadai, kelompok kategorial Manurung, P.K., Lumbantobing,
yang aktif dan karya pendidikan S.P., Situmeang, W.R. 1956.
yang semakin maju. Sumatera Selatan. Palembang:
Djawatan Penerangan Propinsi
DAFTAR PUSTAKA
Sumatra Selatan.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Miles, Matthew B. & A. Michael
Jakarta: Bina Aksara. Huberman. 1992. Analisis Data
Kualitatif. Jakarta: Universitas
Subanar, GB. 2003 Kesaksian Indonesia Press.
Revolusioner Seorang Uskup di
Masa Perang (Catatan Harian Mgr.
Nawawi, Hadari. 2001. Metode
A. Soegijapranata, SJ), Yogyakarta:
Galang Press. Penelitian Bidang Sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada
Gottschalk, Louis. 1986. Mengerti University Press.
Sejarah: Pengantar Metode Sejarah.
Jakarta: Yayasan Penerbit Notosusanto, Nugroho. 1984.
Universitas Indonesia. Masalah Penelitian Sejarah
Kontemporer (Suatu Pengalaman).
Gunartati, Veronika. 2003. Benih Jakarta: Inti Idayu.
Yang Tertabur. Bandar Lampung:
Panitia Perayaan 75 tahun Gereja Suryabrata, Sumadi. 1988.
Kristus Raja Tanjungkarang, Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.
Lampung. raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai