Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUA
N

1.1 Pengertian Praktik Kerja Lapangan


Pada era globalisasi ini, segala bidang kehidupan khususnya industri semakin
hari akan berkembang semakin pesat. Hal ini harus diiringi dengan kualitas
sumber daya manusia (SDM) dan teknologi yang semakin baik pula. Untuk
mencetak tenaga kerja yang berkualitas, lembaga-lembaga terkait harus
menerapkan sistem yang dapat mendukung terciptanya kualitas-kualitas tenaga
kerja yang profesional di bidangnya. Perguruan tinggi memiliki tugas untuk
mencetak sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan siap bersaing di
dunia kerja. Politeknik Negeri Bali (PNB) merupakan salah satu perguruan tinggi
vokasi yang ikut mengambil peran dalam mencetak tenaga kerja yang ahli dan
profesional yang dibutuhkan oleh dunia industri/ perusahaan.

Praktik Kerja Lapangan merupakan unit tugas yang harus diikuti setiap
mahasiswa selain perkuliahan, praktikum, dan Tugas Akhir dalam rangka
pengembangan pengetahuan mahasiswa. Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah
salah satu usaha perguruan tinggi untuk memberikan pegalaman kepada
mahasiswa agar lebih lugas mempelajari dan mengimplementasikan teori yang
didapatkan dibangku perkuliahan.

Pelaksanaan PKL di berbagai perusahaan dan instansi akan sangat berguna bagi
mahasiswa untuk dapat menimba ilmu pengetahuan keterampilan dan
pengalaman pada dunia kerja, mahasiswa akan belajar bagaimana kondisi dunia
kerja yang sesungguhnya dan dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan
dunia kerja, sehingga bisa merasakan bagaimana rasanya bekerja yang
sebenarnya.

Praktik Kerja Lapangan adalah model pelatihan yang bertujuan untuk


memberikan kecakapan yang diperlukan dalam pekerjaan tertentu sesuai dengan
tuntutan kemampuan bagi pekerja. Hal ini sangat berguna bagi mahasiswa untuk
dapat beradaptasi dan siap terjun ke dunia kerja, sehingga di dalam bekerja
nantinya dapat sesuai dengan tuntutan dunia kerja[1].

1
2

1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan


Adapun tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan antara lain:
1. Memperkenalkan kepada mahasiswa tentang penerapan ilmu pengetahuan di
lapangan.
2. Menganalisis perbedaan dan persamaan antara ilmu yang diperoleh di
kampus dengan pengalaman praktis di perusahaan/ industri, sehingga
menciptakan sebuah ilmu baru yang bisa diterapkan dalam kegiatan sehari-
hari.
3. Memberikan kesempatan dan memotivasi mahasiswa untuk mengaplikasikan
pengetahuan yang dimiliki pada keadaan yang sesungguhnya di lapangan.
4. Menyerap dan mengumpulkan data tentang penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi dari Praktik Kerja Lapangan.
5. Menumbuhkembangkan sikap profesionalisme mahasiswa sebagai persiapan
memasuki dunia kerja.
6. Menambah wawasan dan pengalaman terhadap jenis-jenis pekerjaan pada
tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan.
7. Membangun sikap kerjasama dengan pekerja di lapangan dan mengasah
kemampuan berkomunikasi di masyarakat.
8. Mahasiswa memperoleh pengetahuan tentang manajemen perusahaan/
industri serta pembagian tugas semua pihak yang terkait dalam perusahaan/
industri.
9. Meningkatkan hubungan kerjasama antara perguruan tinggi dengan
perusahaan tempat Praktik Kerja Lapangan.
BAB II
PROFIL
PERUSAHAAN

2.1 Gambaran Umum PT PLN (Persero)


2.1.1 Sejarah PT PLN (Persero) ULP Singaraja
Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik ketenagalistrikan di
Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan asal Belanda yang
bergerak di bidang pabrik gula dan pabrik teh mendirikan pembangkit tenaga l
istrik untuk keperluan sendiri.

Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan


Belanda tersebut oleh Jepang setelah Belanda menyerah kepada pasukan
tentara Jepang di awal Perang Dunia II.

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada


Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delegasi Buruh/
Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pemimpin KNI Pusat
berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan perusahaan-
perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada 27 Oktober
1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan Gas di bawah
Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas pembangkit
tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang
listrik, gas, dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat
yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelola gas diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan kepada


sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak tahun
3
4

1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan
umum hingga sekarang[2].

Sebelum Perang Dunia II pada zaman penjajahan Belanda perusahaan li strik di


Denpasar bernama N.V Electriciteit Bali Lombok (N.V Ebalom Denpasar) yang
dibangun pada tahun 1927 dan dioperasikan pada tahun 1928. Perusahaan ini
dipimpin oleh seorang warga Belanda bernama L de Yong dan berlokasi di
lingkungan Banjar Gemeh (saat ini lokasi Kantor PLN Distribusi Bali Area
Pengatur Distribusi Jl. Diponegoro No. 17 Denpasar).

Ketika Perang Dunia II berlangsung, Jepang menang atas Sekutu (salah satunya
Belanda) sehingga Jepang mengambil alih daerah kekuasaan Sekutu, termasuk
Indonesia. Menjelang datangnya tentara Jepang ke Indonesia, orang Belanda
yang ada di Denpasar saat itu mengungsi ke luar Indonesia, termasuk pemimpin
N.V Ebalom Denpasar, L de Yong, yang mengungsi ke Australia. Saat itu
Belanda menyerahkan kepengurusan N.V Ebalom Denpasar kepada B.O.W.
(P.U yang sekarang) dan selanjutnya dipimpin oleh I Ketut Mandra (pimpinan
B.O.W ketika itu).

Jepang masuk ke Bali pada Desember 1942 dan mengambil alih perusahaan listrik
N.V Ebalom Denpasar dan mengganti namanya menjadi Nipon Hat sudeng yang
dikepalai oleh Kawaguci. Akan tetapi di akhir Perang Dunia II tahun 1945, Jepang
kalah perang atas Sekutu dan selanjutnya Jepang meninggalkan Indonesia
termasuk Denpasar dan menyerahkan perusahaan listrik Nipon Hatsudeng
kepada P.U yang saat itu dikepalai oleh I Ketut Mandra.

Usai Perang Dunia II sekitar alat tahun1946, Tentara Sekutu yang diwakili Inggris
masuk ke Bali disusul pula dengan pendaratan Tentara Gajah Merah Belanda
dipantai Sanur pada tanggal 2 Maret 1946. Beberapa hari kemudian perusahaan
listrik dikuasai kembali oleh Belanda serta dijaga oleh Tentara Belanda. L de
Yong yang didatangkan dari Australia ke Denpasar, kembali memimpin
perusahaan yang diganti namanya kembali menjadi N.V Ebalom.

Setelah penyerahan kedaulatan oleh Pemerintah Belanda kepada Pemerintah


Republik Indonesia pada Desember 1949, N.V Ebalom masih dikuasai oleh
Belanda sampai saat terakhir penguasaan oleh Belanda, N.V Ebalom Denpasar
5

dipimpin oleh antara lain L de Yong, J.de Hart, Kwee The Tjong, Renould,
J.J.Welters, Shoerincha, dan lain-lain.

Sekitar tahun 1956 – 1957 N.V Ebalom Denpasar dinasionalisasi oleh


Pemerintah Republik Indonesia. Namanya pun diganti menjadi Perusahaan
Listrik Negara (PLN) dan ditempatkan di bawah pengawasan/ pembinaan Kantor
Besar PLN Surabaya, yang kemudian kantor Besar Surabaya berganti sebutan
menjadi Kantor PLN Exploitasi IX Surabaya. Dengan penggantian nama tersebut,
PLN Cabang Denpasar, dengan sendirinya pula menjadi Perusahaan Listrik
Negara Exploitasi IX Cabang Denpasar. Lokasinya pada saat itu masih tetap di
Banjar Gemeh, Jalan Diponegoro – Denpasar.

Jika sebelumnya di Denpasar hanya terdapat PLN Cabang Denpasar yang


berlokasi di Jln. Diponegoro (Banjar Gemeh) Denpasar, maka pada tanggal 4 Mei
1965 di Denpasar diresmikan berdirinya Kantor PLN Exploitasi VIII – Nusra yang
membawahi semua unit-unit atau cabang PLN yang ada diseluruh Nusa
Tenggara termasuk yang ada di Bali.

Kantor PLN Exploitasi VIII – Nusra berlokasi di Sanglah (Jln Diponegoro –


Denpasar) dengan menyewa sebuah ruangan di Gedung BALIAGE dan sebuah
bangunan di seberang jalan yang juga berlokasi di Jalan Diponegoro – Denpasar.
Sejak saat berdirinya itu, Kantor PLN Exploitasi VIII – Nusra dipimpin oleh
Soetrisno Oerip selaku Pemimpin. Dengan telah berdirinya Kantor PLN Exploitasi
VIII – Nusra di Denpasar, maka PLN Cabang Denpasar terlepas dari Kantor
Exploitasi Surabaya, dan selanjutnya menjadi PLN Exploitasi VIII Cabang
Denpasar.

Sekitar tahun 1970 Kantor PLN Exploitasi VIII – Nusra pindah dan menempati
gedung baru yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman Denpasar. Setelah
menempati gedung baru tersebut pada tahun 1974 sebutan PLN Exploitasi VIII
berubah menjadi PLN Exploitasi XI dan pada tahun 1976 sebutan PLN Exploitasi
XI berubah menjadi PLN Wilayah XI. Selanjutnya pada tahun 1992, lokasi Kantor
PLN dipindahkan ke Jl. Letda Tantular No. 1 Renon (hingga sekarang).

Pada tahun 1994 Perusahaan Umum Listrik Negara berubah status menjadi PT
PLN (Persero) dengan Akte Notaris: 169 tanggal 30 Juli 1994. Dalam tahap
restrukturisasi PLNselanjutnya melalui Surat Keputusan Direksi PT PLN
(Persero)
6

Nomor: 32.K/010/DIR/2001, PT PLN (Persero) Wilayah XI diganti menjadi PT


PLN (Persero) Unit Bisnis Bali, NTB, dan NTT. Perkembangan selanjutnya
adalah bahwa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Nomor: 119.K/010/DIR/2002
tentang perubahan keputusan Direksi PLN (Persero) Nomor: 089.K/010/DIR/2002
maka PT PLN (Persero) Unit Bisnis Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa
Tenggara Timur ditetapkan menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Bali. PT PLN
(Persero) Wilayah Bali berubah menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Bali dengan
Keputusan Direksi PT PLN (Persero) Nomor:120.K/010/DIR/2002 tanggal 27
Agustus 2002.

Setelah melewati perjalanan yang panjang akhirnya pada tanggal 12 Desember


2008 yang lalu PLN Distribusi Bali mendeklarasikan Pelayanan Kelas Dunia
(World Class Services) sebagai komitmen PLN dalam memberikan pelayanan
terbaik kepada pelanggan di Pulau Dewata.

Usaha-usaha dalam mencapai Layanan Kelas Dunia atau World Class Services
(WCS) telah dirintis sejak tahun 2004 dengan terbitnya Keputusan Direksi
PLNNo: 119.K/010/DIS/2004 mengenai “PLNDistribusi Bali sebagai Percontohan
Layanan Kelas Dunia”. Deklarasi tersebut sebagai momentum penghargaan
terhadap segala usaha yang telah dilakukan dan sekaligus untuk menciptakan
daya dorong dalam menggerakkan seluruh pegawai dalam mencapai tujuan-
tujuan baru. Dengan Deklarasi WCS diharapkan pula agar pelanggan PLN
Distribusi Bali menjadi semakin aktif berpartisipasi untuk memberikan masukan-
masukan yang konstruktif agar PLN Distribusi Bali dapat mewujudkan layanan
yang lebih baik lagi[3].

Pada awalnya PT PLN (Persero) ULP Singaraja berada di tempat yang sama
dengan PT PLN (Persero) UP3 Bali Utara. Pada tahun 2000, ULP Singaraja
bernama Kantor Cabang Singaraja. Nama Kantor Cabang Singaraja berakhir
sampai tahun 2004. Pada tahun 2004, Kantor Cabang Singaraja berubah nama
menjadi Area Pelayanan (AP) Singaraja. Perubahan nama ini diikuti dengan
pemindahan kantor yang semula berada di Jalan Udayana menjadi di jalan
Ngurah Rai No. 68 Singaraja. Nama AP Singaraja berakhir sampai tahun 2010.
Pada tahun 2010 AP Singaraja berubah nama menjadi Rayon Singaraja hingga
tahun 2018. Rayon Singaraja berubah nama menjadi Unit Layanan Pelanggan
atau ULP Singaraja dari tahun 2018 hingga saat ini. Berikut adalah nama-nama
pejabatyang pernah menjabat di ULP Singaraja:
7

1. Reza Indrawan (tahun 2000-2002)


2. I Ketut Dirgha (tahun 2002-2004)
3. Yohanes Sukrislismono (tahun 2004-2007)
4. Dwi Purnomo (tahun 2007-2009)
5. Hartono (tahun 2009-2010)
6. I Wayan Sukerana (tahun 2010-2013)
7. Nyoman Putu Wirada (tahun 2013-2016)
8. Ges Mulyadi (tahun 2016-2018)
9. Ketut Dody Darmawan (tahun 2018-2021)
10. IB Komang Darma Yudanta (tahun 2021-sekarang)[4]

2.1.2 Visi, Misi, dan Motto PT PLN (Persero)


A. Visi
Menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara dan #1 Pilihan
Pelanggan untuk Solusi Energi[2].

B. Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan[2].

C. Motto
“Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik”[2]

2.1.3 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) ULP Singaraja


Adapun batas wilayah kerja PT PLN (Persero) ULP Singaraja yaitu:
 Sebelah Utara: Kecamatan Buleleng
 Sebelah Selatan: Kecamatan Sukasada
 Sebelah Timur: Kecamatan Sawan
 Sebelah Barat: Kecamatan Banjar
8

Gambar 2.1 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) ULP Singaraja


(Sumber: Bagian Pelayanan Pelanggan dan Administrasi ULP Singaraja, 2021)

Luas wilayah kerja PT PLN (Persero) ULP Singaraja yaitu 462,3 km 2 yang terdiri
dari 4 kecamatan (50 desa & 18 kelurahan). Berikut merupakan data aset yang
dimiliki oleh PT PLN (Persero) ULP Singaraja:
Tabel 2.1 Data Aset PT PLN (Persero) ULP Singaraja

URAIAN KONDISI MARET 2021


Gardu Induk 2 GI
Jumlah Penyulang 14 Penyulang
Panjang JTM 478,781 kms
Panjang JTR 1.044,17 kms
Panjang SR 2.297,286 kms
Gardu Distribusi 593 Buah
Daya Trafo Distribusi 76.764 kVA
Jumlah Pelanggan 110.351 Pelanggan

(Sumber: Bagian Teknik ULP Singaraja, 2021)


9

2.2 Struktur Organisasi

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) ULP Singaraja


(Sumber: Bagian Pelayanan Pelanggan dan Administrasi ULP Singaraja, 2021)

2.2.1 Tugas dan Wewenang


Berikut merupakan uraian tugas dan wewenang dari masing-masing bagian yang
ada di PT PLN (Persero) ULP Singaraja:
1. Manager
Tugas dan wewenang manager ULP Singaraja, yaitu:
a. Mengkoordinasikan program kerja dan anggaran sebagai pedoman kerja
untuk mencapai kinerja unit.
b. Mengkoordinir pelaksanaan Pedoman Keselamatan Ketenagalistrikan (K2)
dan K3 untuk keselamatan dan keamanan pegawai dalam bekerja.
c. Mengoptimalkan operasi dan pemeliharaan jaringan distribusi untuk
mempertahankan keandalan pasokan energi tenaga listrik.
d. Mengkoordinasikan dan mengendalikan pelaksanaan Tata Usaha
Langganan (TUL).
e. Mengkoordinir proses pengelolaan keuangan dan pendapatan.
f. Melakukan evaluasi realisasi kinerja unit.
g. Melakukan evaluasi teknis kegiatan sistem operasi dan pemeliharaan
jaringan distribusi.
h. Melakukan pengendalian komunikasi dan hubungan kerja internal dan
eksternal dengan stakeholder perusahaan.
10

i. Merumuskan sasaran perusahaan jangka pendek dan jangka panjang sesuai


dengan kebijakan induk.
j. Menyusun strategi dalam rangka mencapai sasaran.
k. Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan pelayanan pelanggan dan
pemasaran, pencacatan meter, dan penagihan rekening.
l. Melakukan pengawasan tingkat kepuasan pelanggan.
m. Memberdayakan SDM (sumber Daya Manusia) untuk mengoptimalkan
produktifitas, memanfaatkan aset dan sumber daya lain secara optimal.
n. Mengevaluasi hasil kerja secara periodik sebagai bahan untuk
penyempurnaan rencana selanjutnya.

2. Bagian K3L
Tugas dan wewenang yang dilakukan di bagian K3L yaitu:
a. Memonitoring pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap
pekerjan.
b. Melakukan sosialisasi terkait keselamatan di lingkungan internal kantor (baik
kepada pegawai, petugas pelayanan teknik, maupun rekan – rekan yang
terkait).
c. Mengawasi pekerja di lapangan agar menggunakan peralatan K3 saat
bekerja.
d. Memastikan keselamatan di masyarakat baik dalam sosialisasi dengan
bersurat maupun dengan melakukan sosialisasi lisan.
e. Melakukan kegiatan CBD (Checklist, Briefing, dan Doa) sebelum
melaksanakan kegiatan harian.

3. Bagian Teknik
Tugas dan wewenang yang dilakukan di bagian Teknik yaitu:
a. Meningkatkan keandalan sistem operasi jaringan distribusi.
b. Memelihara jaringan distribusi.
c. Mengendalikan pelayanan gangguan dan mengkoordinir petugas pelayanan
teknik.
d. Memantau dan mengevaluasi susut distribusi dan upaya penurunannya.
e. Mengelola aset jaringan dan konstruksi distribusi.
f. Mengendalikan SAIDI dan SAIFI.
11

g. Memastikan penyusunan RAB dan SPK pekerjaan distribusi sesuai


ketentuan yang berlaku.
h. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan jaringan untuk
melayani pelanggan dan pengembangan sistem.
i. Menyusun SOP dan mengatur pengoperasian jaringan distribusi.
j. Menyusun rencana pemeliharaan dan melaksanakan pemeliharaan jaringan
distribusi.
k. Membuat data peta jaringan (mapping) dan memelihara akurasi data sesuai
dengan perkembangan.
l. Menyusun laporan sesuai bidang tugas bagian teknik.

4. Bagian Transaksi Energi (TE)


Tugas dan wewenang yang dilakukan di bagian Transaksi Energi yaitu:
a. Mengawasi kegiatan pencatatan meter dan melaksakan pembinaan dalam
rangka meningkatkan kualitas hasil pembacaan meter.
b. Melaksanakan dan memonitor proses pengolahan data dalam rangka
pembuatan tagihan listrik sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ada.
c. Melaksanakan bongkar rampung dan penyambungan sementara.
d. Mengendalikan susut PJU, P2TL, pemeliharaan APP, pemeliharaan meter
transaksi.
e. Melaksanakan pengawasan dan mengkoordinir kegiatan penagihan
pembayaran listrik dalam rangka pengelolaan piutang.
f. Menyusun laporan sesuai bidang tugas bagian transaksi energi.
g. Memantau tunggakan pembayaran rekening listrik setiap bulannya.
h. Memantau proses pemutusan, jika pelanggan memiliki tunggakan
pembayaran rekening listrik (> 3 bulan).
i. Memantau proses billing.

5. Bagian Pelayanan Pelanggan dan Administrasi (PA)


Tugas dan wewenang yang dilakukan di bagian Pelayanan Pelanggan dan
Administrasi yaitu:
a. Melaksanakan fungsi Tata Usaha Langganan (TUL).
b. Mengatur administrasi perkantoran, pemeliharaan gedung/ kantor dan
fasilitas kerja.
12

c. Mengelola fungsi keuangan.


d. Mengelola fungsi kehumasan.
e. Melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan pelayanan pelanggan/ calon
pelanggan.
f. Menyusun dan memelihara Data Induk Pelanggan.
g. Melaksanakan pencatatan dan pembukuan aset.
h. Menyusun dan memelihara Data Induk Kepegawaian serta melaksanakan
monitoring dan evaluasi SDM.
i. Memonitor program pelayanan pelanggan dan sistem informasi pelanggan
sesuai TMP.
j. Memonitor target Penjualan secara periodik / perbulan.
k. Memonitor kegiatan program promosi produk pelayanan.
l. Mengevaluasi pembuatan dan penerbitan SIP/ SPJBTL.
m. Melaksanakan pengelolaan Tenaga Kerja.
n. Menyusun laporan sesuai bidang tugas bagian pelayanan dan administrasi.
13

BAB III
Pemeliharaan Material Isolasi Cair Pada Transformator Untuk Mengantisipasi
Terjadinya Transformator Bocor Yang Dapat Menurunkan Keandalan Kinerja
Transformator Distribusi
3.1 Latar Belakang
Keandalan suatu sistem distribusi tenaga listrik sangat diperlukan untuk menjaga
kontinuitas penyaluran energi listrik dari gardu induk sampai ke pelanggan melalui gardu
distribusi. Namun, pada kenyataannya sistem distribusi sering mengalami
gangguan,salah satunya yaitu gangguan transformator bocor atau rembes
Transformator adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang dapat menjaga
agar kebutuhan listrik masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus . Gangguan
pada transformator akan menyebabkan terputusnya daya ke konsumen rumah tangga
dan perusahaan. Salah satu penyebab utama munculnya gangguan pada transformator
adalah adanya panas berlebih yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pembebanan berlebih, rugi histeris dan lain-lain. Panas berlebih pada transformator
akan memacu reaksi berantai yang akan mempengaruhi kualitas kerja isolasi baik pada
minyak isolator maupun isolator kertas . Oleh karena itu, perawatan dan pendeteksian
kerusakan transformator perlu dilakukan secara rutin agar transformator bisa bekerja
sesuai dengan masa pemakaian maksimumnya
Salah satu komponen transformator yang membutuhkan perhatian dan perawatan
secara teratur adalah material isolasinya, terutama isolasi cair (minyak). Keberadaan
isolasi sangat penting karena berfungsi sebagai pemisah antara bagian inti transformator
dan juga sebagai pendingin transformator sehingga mampu meminimalisir panas yang
timbul pada transformator . Banyak data yang menunjukan bahwa kebanyakan
transformator daya mengalami kerusakan diakibatkan oleh kegagalan dari sistem isolasi.
Salah satu contohnya adalah transformator daya di Sukasada yang terbakar akibat
kuantitas kontaminan pada minyak transformer mengalami kenaikan, sehingga sifat
isolasi pada minyak tidak berfungsi dengan baik dan menyebabkan transformator
mengalami kegagalan . Oleh karena itu, untuk menjaga keandalan kinerja dari suatu
transformator perlu dilakukan suatu pengujian pada minyak isolasi untuk mengetahui
keadaan dan kondisi dari transformator tersebut.
14

PLN memiliki beberapa standar untuk menguji minyak isolasi baik isolasi yang masih
baru ataupun yang telah digunakan, diantaranya adalah pengujian DGA (Dissolved
Gas Analysis) dan pengujian tegangan tembus. Metode pengujian DGA merupakan
metode pengujian yang dilakukan untuk menguji keadaan minyak isolasi dengan
mengambil sampel minyak dari unit transformator untuk mengetahui jenis jenis gas yang
terlarut dalam minyak isolasi transformator sedangkan metode pengujian tegangan
tembus merupakan metode pengujian untuk mengetahui kemampuan minyak isolasi
dalam menahan tegangan bocor / stress tegangan (PLN, 2014). Metode pengujian DGA
dan metode pengujian tegangan tembus, merupakan metode pengujian yang dapat
digunakan untuk menentukan kualitas minyak dan menentukan perawatannya. Tetapi,
apakah kedua parameter pengujian ini memiliki hasil yang sama dalam menentukan
kualitas minyak transformator, sehingga dengan salah satu parameter pengujian DGA
ataupun tegangan tembus, dapat diprediksi hasil uji parameter lainnya, dan tidak perlu
dilakukan pengujian terhadap kedua parameter. Atau keduanya merupakan parameter
uji yang berdiri sendiri/tidak berkaitan. Selain itu kedua metode pengujian ini
menggunakan alat yang berbeda dan biaya perawatan alat yang berbeda. Sehingga
apabila melakukan kedua pengujian tersebut secara bersamaan, kemungkinan
perawatan kedua alat uji akan menjadi lebih sering dan memerlukan biaya perawatan.
Penelitian tentang analisis kandungan gas terlarut (DGA) dan tegangan tembus
pada minyak transformator telah banyak dilakukan oleh peneliti. Penelitian dengan
menggunakan metode analisis kandungan gas terlarut (DGA) dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi kinerja dan dapat menentukan indikasi gangguan/kegagalan pada
transformator serta menentukan tindakan pencegahan kegagalan transformator (R &
Sukmadi, 2011). Nilai tegangan tembus dapat menunjukan kualitas minyak berada pada
kondisi baik dan layak dioperasikan, apabila nilai tegangan tembus rendah dapat diatasi
dengan cara rekondisioning/filter (Nawawi, 2016).

3.1 Tujuan
15

Adapun tujuan dari Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT PLN (Persero) ULP
Singaraja, antara lain:
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan transformator bocor atau
rembes
2. Untuk mengetahui metode pemelihaaran transformator distribusi

Anda mungkin juga menyukai