PENDAHULUA
N
Praktik Kerja Lapangan merupakan unit tugas yang harus diikuti setiap
mahasiswa selain perkuliahan, praktikum, dan Tugas Akhir dalam rangka
pengembangan pengetahuan mahasiswa. Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah
salah satu usaha perguruan tinggi untuk memberikan pegalaman kepada
mahasiswa agar lebih lugas mempelajari dan mengimplementasikan teori yang
didapatkan dibangku perkuliahan.
Pelaksanaan PKL di berbagai perusahaan dan instansi akan sangat berguna bagi
mahasiswa untuk dapat menimba ilmu pengetahuan keterampilan dan
pengalaman pada dunia kerja, mahasiswa akan belajar bagaimana kondisi dunia
kerja yang sesungguhnya dan dituntut untuk bisa beradaptasi dengan lingkungan
dunia kerja, sehingga bisa merasakan bagaimana rasanya bekerja yang
sebenarnya.
1
2
Pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN
(Badan Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak di bidang
listrik, gas, dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Pada saat
yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara (PLN)
sebagai pengelola tenaga listrik milik negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN)
sebagai pengelola gas diresmikan.
Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik
Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan
tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.
1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan
(Persero) dan juga sebagai PKUK dalam menyediakan listrik bagi kepentingan
umum hingga sekarang[2].
Ketika Perang Dunia II berlangsung, Jepang menang atas Sekutu (salah satunya
Belanda) sehingga Jepang mengambil alih daerah kekuasaan Sekutu, termasuk
Indonesia. Menjelang datangnya tentara Jepang ke Indonesia, orang Belanda
yang ada di Denpasar saat itu mengungsi ke luar Indonesia, termasuk pemimpin
N.V Ebalom Denpasar, L de Yong, yang mengungsi ke Australia. Saat itu
Belanda menyerahkan kepengurusan N.V Ebalom Denpasar kepada B.O.W.
(P.U yang sekarang) dan selanjutnya dipimpin oleh I Ketut Mandra (pimpinan
B.O.W ketika itu).
Jepang masuk ke Bali pada Desember 1942 dan mengambil alih perusahaan listrik
N.V Ebalom Denpasar dan mengganti namanya menjadi Nipon Hat sudeng yang
dikepalai oleh Kawaguci. Akan tetapi di akhir Perang Dunia II tahun 1945, Jepang
kalah perang atas Sekutu dan selanjutnya Jepang meninggalkan Indonesia
termasuk Denpasar dan menyerahkan perusahaan listrik Nipon Hatsudeng
kepada P.U yang saat itu dikepalai oleh I Ketut Mandra.
Usai Perang Dunia II sekitar alat tahun1946, Tentara Sekutu yang diwakili Inggris
masuk ke Bali disusul pula dengan pendaratan Tentara Gajah Merah Belanda
dipantai Sanur pada tanggal 2 Maret 1946. Beberapa hari kemudian perusahaan
listrik dikuasai kembali oleh Belanda serta dijaga oleh Tentara Belanda. L de
Yong yang didatangkan dari Australia ke Denpasar, kembali memimpin
perusahaan yang diganti namanya kembali menjadi N.V Ebalom.
dipimpin oleh antara lain L de Yong, J.de Hart, Kwee The Tjong, Renould,
J.J.Welters, Shoerincha, dan lain-lain.
Sekitar tahun 1970 Kantor PLN Exploitasi VIII – Nusra pindah dan menempati
gedung baru yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman Denpasar. Setelah
menempati gedung baru tersebut pada tahun 1974 sebutan PLN Exploitasi VIII
berubah menjadi PLN Exploitasi XI dan pada tahun 1976 sebutan PLN Exploitasi
XI berubah menjadi PLN Wilayah XI. Selanjutnya pada tahun 1992, lokasi Kantor
PLN dipindahkan ke Jl. Letda Tantular No. 1 Renon (hingga sekarang).
Pada tahun 1994 Perusahaan Umum Listrik Negara berubah status menjadi PT
PLN (Persero) dengan Akte Notaris: 169 tanggal 30 Juli 1994. Dalam tahap
restrukturisasi PLNselanjutnya melalui Surat Keputusan Direksi PT PLN
(Persero)
6
Usaha-usaha dalam mencapai Layanan Kelas Dunia atau World Class Services
(WCS) telah dirintis sejak tahun 2004 dengan terbitnya Keputusan Direksi
PLNNo: 119.K/010/DIS/2004 mengenai “PLNDistribusi Bali sebagai Percontohan
Layanan Kelas Dunia”. Deklarasi tersebut sebagai momentum penghargaan
terhadap segala usaha yang telah dilakukan dan sekaligus untuk menciptakan
daya dorong dalam menggerakkan seluruh pegawai dalam mencapai tujuan-
tujuan baru. Dengan Deklarasi WCS diharapkan pula agar pelanggan PLN
Distribusi Bali menjadi semakin aktif berpartisipasi untuk memberikan masukan-
masukan yang konstruktif agar PLN Distribusi Bali dapat mewujudkan layanan
yang lebih baik lagi[3].
Pada awalnya PT PLN (Persero) ULP Singaraja berada di tempat yang sama
dengan PT PLN (Persero) UP3 Bali Utara. Pada tahun 2000, ULP Singaraja
bernama Kantor Cabang Singaraja. Nama Kantor Cabang Singaraja berakhir
sampai tahun 2004. Pada tahun 2004, Kantor Cabang Singaraja berubah nama
menjadi Area Pelayanan (AP) Singaraja. Perubahan nama ini diikuti dengan
pemindahan kantor yang semula berada di Jalan Udayana menjadi di jalan
Ngurah Rai No. 68 Singaraja. Nama AP Singaraja berakhir sampai tahun 2010.
Pada tahun 2010 AP Singaraja berubah nama menjadi Rayon Singaraja hingga
tahun 2018. Rayon Singaraja berubah nama menjadi Unit Layanan Pelanggan
atau ULP Singaraja dari tahun 2018 hingga saat ini. Berikut adalah nama-nama
pejabatyang pernah menjabat di ULP Singaraja:
7
B. Misi
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat.
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan[2].
C. Motto
“Listrik untuk Kehidupan yang Lebih Baik”[2]
Luas wilayah kerja PT PLN (Persero) ULP Singaraja yaitu 462,3 km 2 yang terdiri
dari 4 kecamatan (50 desa & 18 kelurahan). Berikut merupakan data aset yang
dimiliki oleh PT PLN (Persero) ULP Singaraja:
Tabel 2.1 Data Aset PT PLN (Persero) ULP Singaraja
2. Bagian K3L
Tugas dan wewenang yang dilakukan di bagian K3L yaitu:
a. Memonitoring pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja di setiap
pekerjan.
b. Melakukan sosialisasi terkait keselamatan di lingkungan internal kantor (baik
kepada pegawai, petugas pelayanan teknik, maupun rekan – rekan yang
terkait).
c. Mengawasi pekerja di lapangan agar menggunakan peralatan K3 saat
bekerja.
d. Memastikan keselamatan di masyarakat baik dalam sosialisasi dengan
bersurat maupun dengan melakukan sosialisasi lisan.
e. Melakukan kegiatan CBD (Checklist, Briefing, dan Doa) sebelum
melaksanakan kegiatan harian.
3. Bagian Teknik
Tugas dan wewenang yang dilakukan di bagian Teknik yaitu:
a. Meningkatkan keandalan sistem operasi jaringan distribusi.
b. Memelihara jaringan distribusi.
c. Mengendalikan pelayanan gangguan dan mengkoordinir petugas pelayanan
teknik.
d. Memantau dan mengevaluasi susut distribusi dan upaya penurunannya.
e. Mengelola aset jaringan dan konstruksi distribusi.
f. Mengendalikan SAIDI dan SAIFI.
11
BAB III
Pemeliharaan Material Isolasi Cair Pada Transformator Untuk Mengantisipasi
Terjadinya Transformator Bocor Yang Dapat Menurunkan Keandalan Kinerja
Transformator Distribusi
3.1 Latar Belakang
Keandalan suatu sistem distribusi tenaga listrik sangat diperlukan untuk menjaga
kontinuitas penyaluran energi listrik dari gardu induk sampai ke pelanggan melalui gardu
distribusi. Namun, pada kenyataannya sistem distribusi sering mengalami
gangguan,salah satunya yaitu gangguan transformator bocor atau rembes
Transformator adalah salah satu bagian dari sistem tenaga listrik yang dapat menjaga
agar kebutuhan listrik masyarakat dapat terpenuhi secara terus menerus . Gangguan
pada transformator akan menyebabkan terputusnya daya ke konsumen rumah tangga
dan perusahaan. Salah satu penyebab utama munculnya gangguan pada transformator
adalah adanya panas berlebih yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti
pembebanan berlebih, rugi histeris dan lain-lain. Panas berlebih pada transformator
akan memacu reaksi berantai yang akan mempengaruhi kualitas kerja isolasi baik pada
minyak isolator maupun isolator kertas . Oleh karena itu, perawatan dan pendeteksian
kerusakan transformator perlu dilakukan secara rutin agar transformator bisa bekerja
sesuai dengan masa pemakaian maksimumnya
Salah satu komponen transformator yang membutuhkan perhatian dan perawatan
secara teratur adalah material isolasinya, terutama isolasi cair (minyak). Keberadaan
isolasi sangat penting karena berfungsi sebagai pemisah antara bagian inti transformator
dan juga sebagai pendingin transformator sehingga mampu meminimalisir panas yang
timbul pada transformator . Banyak data yang menunjukan bahwa kebanyakan
transformator daya mengalami kerusakan diakibatkan oleh kegagalan dari sistem isolasi.
Salah satu contohnya adalah transformator daya di Sukasada yang terbakar akibat
kuantitas kontaminan pada minyak transformer mengalami kenaikan, sehingga sifat
isolasi pada minyak tidak berfungsi dengan baik dan menyebabkan transformator
mengalami kegagalan . Oleh karena itu, untuk menjaga keandalan kinerja dari suatu
transformator perlu dilakukan suatu pengujian pada minyak isolasi untuk mengetahui
keadaan dan kondisi dari transformator tersebut.
14
PLN memiliki beberapa standar untuk menguji minyak isolasi baik isolasi yang masih
baru ataupun yang telah digunakan, diantaranya adalah pengujian DGA (Dissolved
Gas Analysis) dan pengujian tegangan tembus. Metode pengujian DGA merupakan
metode pengujian yang dilakukan untuk menguji keadaan minyak isolasi dengan
mengambil sampel minyak dari unit transformator untuk mengetahui jenis jenis gas yang
terlarut dalam minyak isolasi transformator sedangkan metode pengujian tegangan
tembus merupakan metode pengujian untuk mengetahui kemampuan minyak isolasi
dalam menahan tegangan bocor / stress tegangan (PLN, 2014). Metode pengujian DGA
dan metode pengujian tegangan tembus, merupakan metode pengujian yang dapat
digunakan untuk menentukan kualitas minyak dan menentukan perawatannya. Tetapi,
apakah kedua parameter pengujian ini memiliki hasil yang sama dalam menentukan
kualitas minyak transformator, sehingga dengan salah satu parameter pengujian DGA
ataupun tegangan tembus, dapat diprediksi hasil uji parameter lainnya, dan tidak perlu
dilakukan pengujian terhadap kedua parameter. Atau keduanya merupakan parameter
uji yang berdiri sendiri/tidak berkaitan. Selain itu kedua metode pengujian ini
menggunakan alat yang berbeda dan biaya perawatan alat yang berbeda. Sehingga
apabila melakukan kedua pengujian tersebut secara bersamaan, kemungkinan
perawatan kedua alat uji akan menjadi lebih sering dan memerlukan biaya perawatan.
Penelitian tentang analisis kandungan gas terlarut (DGA) dan tegangan tembus
pada minyak transformator telah banyak dilakukan oleh peneliti. Penelitian dengan
menggunakan metode analisis kandungan gas terlarut (DGA) dapat digunakan untuk
mengetahui kondisi kinerja dan dapat menentukan indikasi gangguan/kegagalan pada
transformator serta menentukan tindakan pencegahan kegagalan transformator (R &
Sukmadi, 2011). Nilai tegangan tembus dapat menunjukan kualitas minyak berada pada
kondisi baik dan layak dioperasikan, apabila nilai tegangan tembus rendah dapat diatasi
dengan cara rekondisioning/filter (Nawawi, 2016).
3.1 Tujuan
15
Adapun tujuan dari Laporan Praktik Kerja Lapangan di PT PLN (Persero) ULP
Singaraja, antara lain:
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya gangguan transformator bocor atau
rembes
2. Untuk mengetahui metode pemelihaaran transformator distribusi