28.inter Condyler Femur Fracture
28.inter Condyler Femur Fracture
No. ICOPIM :
Modul No.:
28 INTERCONDYLAR FEMUR ICD : …………..
FRACTURE
Ilmu ICOPIM : …………..
Orthopaedi & Traumatologi
1.6 Kompetensi (diisi tingkat kompetensi yang diharapkan untuk setiap sub pokoko bahasan)
1
A2 Dapat memahami dan mengerti materi
A3 Dapat menerapkan, menganalisa, mengevaluasi dan merumuskan
C1 Melihat
C2 Mengerjakan untuk kasus sederhana
C3 Mengerjakan dan mengajarkan kasus sulit
2. Pembelajaran
2.1. Kegiatan
Waktu-Metode
Workshop/latihan
Belajar mandiri
Kuliah
Diskusi kelompok
visite, bed side teaching
Bimbingan operasi dan assistensi
Kasus morbiditas dan mortalitas
Continuing professional development
Buku bacaan:
1. Buku Apley’s System of Orthopedics and Fractures (Louis Solomon, dkk.)
2. Buku Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System (Robert Bruce Salter)
3. Buku Skeletal Trauma (Bruce D. Browner, dkk.)
b. Klasifikasi
AO/ OTA Classification
2
Deskripsi
- Fraktur terbuka vs tertutup
- Lokasi supracondiler, interkondiler atau kondiler
- Tipe : Spiral, oblique, atau transverse
- Terkena permukaan sendi
- Kominutif, segmental, atau fragment butterfly
- Deformitas angulasi atau rotasi
- Displacement : pemendekan atau translasi
c. Terapi
Non Operative Treatment
- Indikasi meliputi fraktur inkomplit atau non-displaced, fraktur stabil impaksi pada pasien usia lanjut,
- Fraktur stabil, non displaced
Operative Treatment
Hampir semua fraktur distal femur merupakan indikasi untuk stabilisasi. Jika lebih dari 8 jam, harus
dipertimbangkan penggunaan traksi pada tulang tibia. Fraktur artikular memerlukan rekonstruksi secara
anatomis permukaan sendinya dan difiksasi dengan lag screw. Pada pasien dengan osteopenia atau
yang teramputasi kontralateralnya.
Teknik Operasi
Treatment Options For Spesific Fracture Types
Fracture Type Potential Reduction Technique Potential Fixation Devices
Open Direct, open indirect, or closed 95-degree blade plate, condylar
screw, LCDCP, antegrade IM nail,
retrograde IM nail
Open indirect or closed 95-degree blade plate, condylar
screw, LCDCP, antegrade IM nail,
retrograde IM nail
Komplikasi
- Cedera vaskular
- Gagal reduksi
3
- Implant failure
- Infeksi
- Non Union
- Malunion
Mortalitas
Tidak ada
Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang dokter ortopedi
mempunyai kompetensi operasi untuk supracondylar fracture serta penerapannya dapat dikerjakan di RS
Pendidikan dan RS jaringan Pendidikan.
Kepustakaan
1. O’Brien, JP. Meek, NR. Blachut, AP, Broekhuyse, MR. Fractures of The Distal Femur. In: Bucholz, WR.
Heckman, DJ. Eds. Rockwood and Green Fracture in Adults. 5 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins, 2002: 1732-71
2. Whittle, PA. Wood, WG. Fracture of Lower Extremity. In Canale, TS. Eds. Campbell’s Operative
Orthopaedics. 10th ed. Philadelphia: Mosby, 2003: 2805-24
3. Krettek, C. Helfet, LD. Fractures of The Distal Femur. In Browner, DB. Jupiter, BJ. Levine, MA. Trafton, GP.
Eds. Skeletal Trauma. Third Ed. Philadelphia: Saunders, 2003: 1957-2011
4. Solomon, L. Warwick, D. Nayagam, S. Injuries of The Hip and Femur. In Apley’s System of Orthopaedics
and Fractures. Eight Ed. New York: Arnold, 2001: 701-3
5. Vrahas, SM. Fractures of The Supracondylar Femoral Region. In Brinker, RM. Review of Orthopaedic
Trauma. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 2001: 77-85
6. Salter, R.B. Intercondylar Fractures of The Femur. In Textbook of Disorders and Injuries of The
Musculoskeletal System. Third Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 1999: 629-0
3. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk MCQ, essay dan oral sesuai dengan tingkat
masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk
mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas:
- Penegakan Diagnosis
- Klasifikasi dari fraktu
- Anatomi terapan
- Prosedur bedah
- Penanganan pasca operatif
- Komplikasi
2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama dengan fasilitator untuk membahas kekurangan
yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan yang
akan diperoleh pada saat bedside teaching dan prose penilaian
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah
yang tertera dalam penuntun belajar dalam bnetuk role-play dengan teman-temannya ( peer assisted
learning ) atau kepada SP ( standardized Patient ). Pada saat tersebut, yang bersangkutan tidak
diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun belajar dipegang oleh teman-temannya untuk
melakukan evaluasi (peer assisted evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui metoda bedside
teaching di bawah pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar kepada model
anatomic. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation), dan
mengisi formulir penilaian sebagai berikut:
- Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan
- Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, missal pemeriksaan terlalu lama atau kurang
member kenyamanan kepada pasien
4
- Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan dari berbagai
hal yang tidk memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan member masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan
5. Self assessment dan peer assisted evaluation dengan menggunakan penuntun belajar
6. Pendidik/ Fasilitas:
- Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form/ daftar titik (terlampir)
- Penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan: cakap/ tidak cakap/ lalai
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat memperbaiki
kinerja (task medical education)
8. Pencapaian pembelajaran:
Soal Pre test
1. Medial condyle pada femur lebih convex di bandingkan condyle lateral secara fisiologis. (T) (F)
2. Umumnya fraktur femur distal karena trauma high energy sama dengan tabrakan kendaraan atau
jatuh dari ketinggian (T) (F)
3. Umumnya fracture displaced pada femur distal lebih baik diterapi dengan non operative (T) (F)
4. Deformitas varus umumnya mal union pada fracture distal femur (T) (F)
5. Kekakuan sendi adalah komplikasi awal pada fraktur supracondyler femur. (T) (F)
6. Fraktur displaced pada interkondiler femur dapat dilakukan tindakan konservatif. (T) (F)
7. Fraktur kominutif pada distal femoral epifisis dapat dideskripsikan sebagai T atau Y fraktur
berdasarkan konfigurasi fragmen artikular. (T) (F)
8. Fraktur patella merupakan cedera penyerta yang paling sering ditemukan pada fraktur interkondiler
femur. (T) (F)
9. Prinsip penanganan pda fraktur interkondiler femur adalah um\ntuk mempertahankan kesejajaran dari
kedua kolum femur. (T) (F)
10. Pada lateral approach fraktur distal femur diseksi dilakukan melalui iliotibial band dan antara vastus
lateralis dan lateral intermuskular septum ke tulang. (T) (F)
Moduls renewals/evaluation
Cognitive evaluation
Psychomotor skill evaluation
Affective skill evaluation
4. Penutup
6
4.2. Daftar Pustaka
√
Catatan : Sudah / Belum dikerjakan beri tanda
7
DAFTAR TILIK
Beri tanda √ dalam kotak yang tersedia bila ketrampilan/tugas yang telah dikerjakan dengan memuaskan dan
berilah tanda bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan.
DAFTAR TILIK
NO. Kegiatan / Langkah Klinik Kesempatan ke
1 2 3 4 5