Anda di halaman 1dari 8

INTER CONDYLER FEMUR FRACTURE

No. ICOPIM :

Modul No.:
28 INTERCONDYLAR FEMUR ICD : …………..
FRACTURE
Ilmu ICOPIM : …………..
Orthopaedi & Traumatologi

1. PENDAHULUAN DAN RUANG LINGKUP


1.1. Definisi

1.2. Hubungan dengan modul lain

1.3. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti sesi ini peserta didik memahami cara mendiagnosa , klasifikasi, anatomi terapan,
penatalaksanaan, prosedur bedah, penanganan fraktur post operatif dan komplikasi yang mungkin timbul
pada intercondylar femur fracture

1.4. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah mengikuti sesi ini peserta didik akan memiliki kemampuan untuk:
1. Mampu menentukan cara mendiagnosa intercondylar femur fracture
2. Mengetahui anatomi terapan intercondylar femur fracture
3. Mengetahui prosedur bedah pada intercondylar femur fracture
4. Mengetahui penanganan pasca operatif pada intercondylar femur fracture
5. Mengetahui komplikasi dari intercondylar femur fracture
6. Menjelaskan tipe dan klasifikasi fraktur Intercondyler femur. (Tingkat kompetensi A3)
7. Menjelaskan gambaran klinis, patofisiologi dari masing-masing tipe dan klasifikasi fraktur Intercondyler
femur. (Tingkat kompetensi A3, B3)
8. Menjelaskan penanganan fraktur Intercondyler femur berdasarkan tipe dan klasifikasinya. (Tingkat
kompetensi A3, B3)
9. Menjelaskan komplikasi dari fraktur Intercondyler femur.(Tingkat kompetensi A3, B3)
10.Melakukan komunikasi dengan pasien dan atau keluarga mengenai fraktur Intercondyler femur dan
penanganannya serta hal-hal yang mungkin terjadi selama atau sesudah penanganan.(Tingkat
kompetensi A3, B3, C3)
11. Melakukan penanganan operatif dan konservatif optimal pada fraktur Intercondyler femur.(Tingkat
kompetensi A3, B3, C3)
12. Melaksanakan penanganan rehabilitasi pasca tindakan melalui kerjasama tim.(Tingkat kompetensi A3,
B4, C3)

1.5 Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan


1. Patofisiologi dan klasifikasi fraktur femur
2. Cara pemeriksaan klinis, radiologis dan laboratories pada fraktur femur
a. Persiapan pre operatif dan peri operatif serta pasca operasi/ pasca tindakan
b. Metode penanganan pada fraktur femur berdasarkan tipe dan klasifikasinya
c. Komplikasi pasca penanganan fraktur femur dan penanganannya
d. Rehabilitasi pasca penanganan fraktur femur

1.6 Kompetensi (diisi tingkat kompetensi yang diharapkan untuk setiap sub pokoko bahasan)

Pencapaian Tingkat Kompetensi (Level of Achievement)


A1 Dapat mengetahui dan mengingat materi

1
A2 Dapat memahami dan mengerti materi
A3 Dapat menerapkan, menganalisa, mengevaluasi dan merumuskan

B1 Mampu mendiagnosis dan merujuk


B2 Mampu mendiagnosis dan memberi terapi sementara, dan merujuk
B3 Mampu mendiagnosis dan memberi terapi paripurna
B4 Mampu mendiagnosis, terapi dan rawat bersama

Kemampuan untuk tindakan / prosedur

C1 Melihat
C2 Mengerjakan untuk kasus sederhana
C3 Mengerjakan dan mengajarkan kasus sulit

2. Pembelajaran
2.1. Kegiatan
Waktu-Metode
 Workshop/latihan
 Belajar mandiri
 Kuliah
 Diskusi kelompok
 visite, bed side teaching
 Bimbingan operasi dan assistensi
 Kasus morbiditas dan mortalitas
 Continuing professional development

2.2. Sumber Belajar dan prasarana


Media
 Papan tulis/flip chart
 Komputer
 LCD
 Slide proyektor

Alat bantu pembelajaran


 Internet
 Teleconference
 Workshop
 Pelatihan

Buku bacaan:
1. Buku Apley’s System of Orthopedics and Fractures (Louis Solomon, dkk.)
2. Buku Textbook of Disorders and Injuries of the Musculoskeletal System (Robert Bruce Salter)
3. Buku Skeletal Trauma (Bruce D. Browner, dkk.)

2.3. Uraian Materi Topik Modul


a. Mekanisme trauma
Sebagian merupakan hasil dari beban axial gaya varus, valgus dan rotasi. Pada dewasa muda, gaya ini
merupakan hasil dari cedera energi tinggi seperti kecelakaan lalu-lintas atau jatuh dari ketinggian. Pada
pasien usia lanjut, dapat diakibatkan karena jatuh tergelincir atau jatuh dalam posisi lutut terlipat.

b. Klasifikasi
AO/ OTA Classification

2
Deskripsi
- Fraktur terbuka vs tertutup
- Lokasi supracondiler, interkondiler atau kondiler
- Tipe : Spiral, oblique, atau transverse
- Terkena permukaan sendi
- Kominutif, segmental, atau fragment butterfly
- Deformitas angulasi atau rotasi
- Displacement : pemendekan atau translasi

c. Terapi
Non Operative Treatment
- Indikasi meliputi fraktur inkomplit atau non-displaced, fraktur stabil impaksi pada pasien usia lanjut,
- Fraktur stabil, non displaced

Operative Treatment
Hampir semua fraktur distal femur merupakan indikasi untuk stabilisasi. Jika lebih dari 8 jam, harus
dipertimbangkan penggunaan traksi pada tulang tibia. Fraktur artikular memerlukan rekonstruksi secara
anatomis permukaan sendinya dan difiksasi dengan lag screw. Pada pasien dengan osteopenia atau
yang teramputasi kontralateralnya.

Teknik Operasi
Treatment Options For Spesific Fracture Types
Fracture Type Potential Reduction Technique Potential Fixation Devices
Open Direct, open indirect, or closed 95-degree blade plate, condylar
screw, LCDCP, antegrade IM nail,
retrograde IM nail
Open indirect or closed 95-degree blade plate, condylar
screw, LCDCP, antegrade IM nail,
retrograde IM nail

Open indirect or closed 95-degree blade plate, condylar


screw, LCDCP, antegrade IM nail,
retrograde IM nail
Inter fragmentary lag screws with or
Open Direct without buttress screw or buttress
plate
Inter fragmentary lag screws with or
Open Direct without buttress screw or buttress
plate

Fracture Type Intraarticular component Extraarticular component Intraarticular component


C1 Open Direct Open indirect or closed Interfragmentary lag screws

C2 Open Direct Open indirect or closed Interfragmentary lag screws

C3 Open Direct Open indirect or closed Interfragmentary lag screws

Komplikasi
- Cedera vaskular
- Gagal reduksi

3
- Implant failure
- Infeksi
- Non Union
- Malunion

Mortalitas
Tidak ada

Setelah memahami, menguasai dan mengerjakan modul ini maka diharapkan seorang dokter ortopedi
mempunyai kompetensi operasi untuk supracondylar fracture serta penerapannya dapat dikerjakan di RS
Pendidikan dan RS jaringan Pendidikan.

Kepustakaan
1. O’Brien, JP. Meek, NR. Blachut, AP, Broekhuyse, MR. Fractures of The Distal Femur. In: Bucholz, WR.
Heckman, DJ. Eds. Rockwood and Green Fracture in Adults. 5 th ed. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins, 2002: 1732-71
2. Whittle, PA. Wood, WG. Fracture of Lower Extremity. In Canale, TS. Eds. Campbell’s Operative
Orthopaedics. 10th ed. Philadelphia: Mosby, 2003: 2805-24
3. Krettek, C. Helfet, LD. Fractures of The Distal Femur. In Browner, DB. Jupiter, BJ. Levine, MA. Trafton, GP.
Eds. Skeletal Trauma. Third Ed. Philadelphia: Saunders, 2003: 1957-2011
4. Solomon, L. Warwick, D. Nayagam, S. Injuries of The Hip and Femur. In Apley’s System of Orthopaedics
and Fractures. Eight Ed. New York: Arnold, 2001: 701-3
5. Vrahas, SM. Fractures of The Supracondylar Femoral Region. In Brinker, RM. Review of Orthopaedic
Trauma. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 2001: 77-85
6. Salter, R.B. Intercondylar Fractures of The Femur. In Textbook of Disorders and Injuries of The
Musculoskeletal System. Third Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 1999: 629-0

3. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk MCQ, essay dan oral sesuai dengan tingkat
masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk
mengidentifikasi kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas:
- Penegakan Diagnosis
- Klasifikasi dari fraktu
- Anatomi terapan
- Prosedur bedah
- Penanganan pasca operatif
- Komplikasi

2. Selanjutnya dilakukan small group discussion bersama dengan fasilitator untuk membahas kekurangan
yang teridentifikasi, membahas isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan yang
akan diperoleh pada saat bedside teaching dan prose penilaian

3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, peserta didik diwajibkan untuk mengaplikasikan langkah-langkah
yang tertera dalam penuntun belajar dalam bnetuk role-play dengan teman-temannya ( peer assisted
learning ) atau kepada SP ( standardized Patient ). Pada saat tersebut, yang bersangkutan tidak
diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun belajar dipegang oleh teman-temannya untuk
melakukan evaluasi (peer assisted evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui metoda bedside
teaching di bawah pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar kepada model
anatomic. Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation), dan
mengisi formulir penilaian sebagai berikut:
- Perlu perbaikan: pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak dilaksanakan
- Cukup: pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, missal pemeriksaan terlalu lama atau kurang
member kenyamanan kepada pasien
4
- Baik: pelaksanaan benar dan baik (efisien)

4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk mendapatkan penjelasan dari berbagai
hal yang tidk memungkinkan dibicarakan di depan pasien, dan member masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan

5. Self assessment dan peer assisted evaluation dengan menggunakan penuntun belajar

6. Pendidik/ Fasilitas:
- Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form/ daftar titik (terlampir)
- Penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi
- Kriteria penilaian keseluruhan: cakap/ tidak cakap/ lalai

7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan diberi tugas yang dapat memperbaiki
kinerja (task medical education)

8. Pencapaian pembelajaran:
Soal Pre test
1. Medial condyle pada femur lebih convex di bandingkan condyle lateral secara fisiologis. (T) (F)
2. Umumnya fraktur femur distal karena trauma high energy sama dengan tabrakan kendaraan atau
jatuh dari ketinggian (T) (F)
3. Umumnya fracture displaced pada femur distal lebih baik diterapi dengan non operative (T) (F)
4. Deformitas varus umumnya mal union pada fracture distal femur (T) (F)
5. Kekakuan sendi adalah komplikasi awal pada fraktur supracondyler femur. (T) (F)
6. Fraktur displaced pada interkondiler femur dapat dilakukan tindakan konservatif. (T) (F)
7. Fraktur kominutif pada distal femoral epifisis dapat dideskripsikan sebagai T atau Y fraktur
berdasarkan konfigurasi fragmen artikular. (T) (F)
8. Fraktur patella merupakan cedera penyerta yang paling sering ditemukan pada fraktur interkondiler
femur. (T) (F)
9. Prinsip penanganan pda fraktur interkondiler femur adalah um\ntuk mempertahankan kesejajaran dari
kedua kolum femur. (T) (F)
10. Pada lateral approach fraktur distal femur diseksi dilakukan melalui iliotibial band dan antara vastus
lateralis dan lateral intermuskular septum ke tulang. (T) (F)

Soal Mid Test


1. Insiden fraktur distal femur berkisar antara
a. 4-7 % dari seluruh fraktur femur
b. 10-15 % dari seluruh fraktur femur
c. 25-30 % dari seluruh fraktur femur
d. 40-50 % dari seluruh fraktur femur
e. 50-75 % dari seluruh fraktur femur
2. Distal fragmen dari fraktur distal femur mengalami rotasi dan ekstensi oleh tarikan otot:
a. Gastrocnemius
b. Hamstring
c. Quadriceps femoris
d. Infrapatellar ligament
e. Vastus medialis
3. Komplikasi dini pada fraktur distal femur:
a. Cedera a.polplitea
b. Non union
c. Malunion
d. Infeksi
e. Keterbatasan gerak pada sendi lutut
5
4. Faktor2 yang meningkatkan resiko artritis pasca trauma pada fraktur distal femur adalah kecuali:
a. Varus malalignment
b. Valgus malalignment
c. Articular incongruity
d. Impact injury
e. Gerakan aktif dini pada sendi lutut
5. Gaya yang menyebabkan deformitas pada fraktur interkondiler femur terutama disebabkan oleh:
a. Otot soleus
b. Otot plantaris
c. Otot gastrocnemius
d. Otot Vastus medialis
e. Otot vastus lateralis
6. Sehubungan dengan cedera vaskuler pada fraktur distal femur:
a. Insidennya sekitar 2%
b. Jika diperlukan rekonstruksi arter, harus dilaukakn sesudah stabilisasi tulang
c. Reduksi fraktur dan fiksasi temporer dengan fiksasi eksterna dapat dipikirkan
d. Fasciotomi pada ektremitas bawah dilakukan pada semua kasus
e. Betul semua
7. Medial approach pada fraktur distal femur insisinya dilakukan :
a. Antara vastus medialis dan hamstring
b. Vastus lateralis dan intermuscular septum
c. Rectus femoris dan vastus medialis
d. A dan B benar
e. A dan B salah
8. Faktor predisposisi untuk kehilangan fiksasi tulang pada fraktur distal femur adalah kecuali:
a. Osteopenia
b. Fraktur interkondiler kominutif tipe tinggi
c. Infeksi
d. Early weight bearing
e. Early bone fixation
9. Yang salah mengenai 95 degree blade plate
a. Digunakan untuk stabilisasi kedua kolum
b. Jika dipasang dari lateral akan mentransfer gaya dari medial kolum ke lateral kolum
c. Jika dipasang dari medial akan mentransfer gaya dari medial kolum ke lateral kolum
d. Paling mudah dilakukan dengan medial approach
e. Insersi blade plate ke dalam interkondiler fragmen dilakukan dari lateral ke medial tanpa
mengganggu femoral notch
10. Faktor predisposisi untuk terjadinya malunion pada fraktur interkondiler femur, kecuali:
a. Bone loss
b. Cedera energi tinggi
c. Infeksi luka
d. Fiksasi dini
e. Kegagalan bone graft

Moduls renewals/evaluation
 Cognitive evaluation
 Psychomotor skill evaluation
 Affective skill evaluation
4. Penutup

4.1. Kata Penutup

6
4.2. Daftar Pustaka

DAFTAR CEK PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR OPERASI

No. Daftar Cek Penuntun Belajar Prosedur Operasi Sudah Belum


Dikerjakan Dikerjakan
PERSIAPAN PRE OPERASI
1. Informed Concent
Diagnosis
Rencana tindakan
Alternatif tindakan
Risiko komplikasi
Risiko Anestesi
Rehabilitasi
2. Laboratorium
3. Pemeriksaan tambahan
Rontgen ekstremitas
Penunjang lain sesuai kebutuhan :
- EKG
- Rontgen thoraks
- Penunjang lain
ANESTESI
1 Narcose dengan general, regional, local anesthesia
PERSIAPAN LOKAL DAERAH OPERASI
1 Narcose diatur dalam posisi...... sesuai dengan letak ...........
2 Lakukan disinfeksi dan tindakan asepsis/antisepsi pada daerah
operasi
3 Lapangan pembedahan diperluas dengan linen steril
TINDAKAN OPERASI
1 Insisi kulit sesuai dengan indikasi operasi...................
2 Selanjutnya irisan diperdalam menurut jenis operasi tersebut
diatas
3 Prosedur operasi sesuai kaedah bedah orthopaedi
PERAWATAN PASCA BEDAH
1 Observasi keadaan umum dan vital sign
2 Pengawasan terhadap ABC
3 Komplikasi dan penanganannya
4 Perawatan luka operasi
5 Observasi luka operasi
6 Program rehabilitasi


Catatan : Sudah / Belum dikerjakan beri tanda

7
DAFTAR TILIK
Beri tanda √ dalam kotak yang tersedia bila ketrampilan/tugas yang telah dikerjakan dengan memuaskan dan
berilah tanda  bila tidak dikerjakan dengan memuaskan serta T/D bila tidak dilakukan pengamatan.

√ Memuaskan Langkah/tugas dikerjakan sesuai dengan prosedur standar / penuntun


 Tidak Memuaskan Tidak mampu mengerjakan langkah/tugas sesuai dengan prosedur standar atau penuntun
T/D Tidak Diamati Langkah, tugas atau ketrampilan tidak dilakukan oleh peserta latih selama penilaian oleh
pelatih

Nama Peserta Didik Tanggal


Nama Pasien No Rekam Medik

DAFTAR TILIK
NO. Kegiatan / Langkah Klinik Kesempatan ke
1 2 3 4 5

Peserta dinyatakan : Tanda tangan pelatih


 Layak
 Tidak Layak

Melakukan Prosedur Tanda tangan dan nama terang

Anda mungkin juga menyukai