Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN


FRAKTUR

Disusun oleh:
Sri Handayani
018.052

AKADEMI KEPERAWATAN YATNA YUANA LEBAK

Jln. Jend. Sudirman Km 2 Rangkasbitung - Lebak 42315 


Telp/Fak 0252-201116 Email:akperyatna@yahoo.co.id
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Fraktur adalah diskontinuitas atau terganggunya kesinambungan jaringan tulang atau
tulang rawan karena adanya trauma. Fraktur terjadi apabila daya traumanya lebih besar dari
daya lentur tulang. Fraktur dapat terjadi karena adanya peristiwa trauma tunggal, tekanan
yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang fraktur patologis. (Hardisman,
2014)
Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas tulang atau
bagian tulang, seperti lempeng epifisisatau kartilago (Chang, 2010)

Imobilisasi lengan atau tungkai menyebebkan otot menjadi lemah dan menciut.
Karena itu sebagian besar penderita perlu menjalani terapi fisik. Tetapi dimulai pada saat
imobilisasi dilakukan dan dilanjutkan sampai pembidaian telah dilepaskan.

Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena
kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen sering melingkupi
satu dan lainnya sampai 2,5 – 5 cm (1-2 inchi). Pembengkakan dan perubahan warna daerah
lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang menyertai fraktur. Tanda
ini bisa terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah terjadinya cidera. Saat ekstrimitas
dperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang (krepitasi) yang teraba akibat gesekan
antara fragmen satu dengan yang lainnya. Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan pada
jaringan lunak yang lebih berat (Lukman & Ningsih, 2009).
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Mata Kuliah : Promosi Kesehatan


Pokok Bahasan  : Pertolongan Pertama Pada Pasien Fraktur
Sasaran : Masyarakat Awam
Waktu : 30 Menit
Tempat             : Kampung Kebon Kopi Rt. 02 Rw. 03
Hari                            : Senin, 25 November 2019

A.      Tujuan Umum


Setelah diberikan penyuluhan pertolongan pertama pada pasien fraktur selama 30
menit ini masyarakat diharapkan tau apa itu fraktur dan dapat mendemontrasikan
kembali tentang pertolongan pertama pada pasien fraktur.

B.       Tujuan Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan tentang pertolongan pertama pada pasien fraktur,
diharapkan masyarakat dapat:
1.       Mengetahui pengertian fraktur
2.       Mengetahui tujuan pertolongan pertama pada pasien fraktur
3.       Mengetahui tanda – tanda fraktur
4.       Mengetahui prinsip penatalaksanaan fraktur
5. Mengetahui manifestasi klinis pada pasien fraktur
6.       Mengetahui bagimana pengelolaan penatalaksanaan pasien fraktur

C.      Metode :
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Demonstrasi

D.      Media :
a. LCD
b. Leaflet
c. Video
d. Model
E.       Kegiatan Penyuluhan
Wakt Tahap Kegiatan
No
u kegiatan Penyuluh Sasaran
1 5 Pembukaan  Pembukaan :  Menjawab salam
menit 2. Mendengarkan
1. Memberi salam Pembuka
2. Memperkenalkan diri 3. Memperhatikan
3. Kontrak waktu 4. Memberi respon
4. Menyebutkan materi yang
akan disampaikan
5. Menyampaikan tujuan dan
penyuluhan
2 15 Kegiatan Penjelasan : 1. Mendengarkan
Menit inti 1.     Mengetahui pengertian 2. Memperhatikan
fraktur
2.     Mengetahui tujuan
pertolongan pertama pada
pasien fraktur
3.     Mengetahui tanda – tanda
fraktur
4.     Mengetahui prinsip
penatalaksanaan fraktur
5. Mengetahui
manifestasiklinis pada
pasien fraktur
6.     Mengetahui bagimana
pengelolaan
penatalaksanaan pasien
fraktur

3 10 Penutup     Penutup : 1. Mengajukan


menit pertanyaan
1. Tanya jawab
2. Memaham
2. Menyimpulkan hasil
3. Membalas salam
penyuluhan
3. Salam penutup
F.       Evaluasi
Prosedur : Post Test
Bentuk : Lisan
Jenis : Tanya Jawab

Jenis Pertanyaan :
1. Sebutkan pengertian fraktur?
2. Sebutkan tujuan pertolongan pertama pada pasien fraktur?
3. Sebutkan tanda – tanda fraktur?
4. Sebutkan prinsip penatalaksanaan fraktur?
5. Bagimana manifestasi klinis pada pasien fraktur?
6. Bagaimana cara penatalaksanaan pasien fraktur?

Rangkasbitung, 25 November 2019


Mengetahui,
Dosen Pembimbing Mahasiswa

(Ns. Antonius Alexander Sinaga, S.Kep) (Sri Handayani)


MATERI PENYULUHAN
PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN
FRAKTUR

A. Pengertian Fraktur
Fraktur adalah diskontinuitas atau terganggunya kesinambungan jaringan
tulang atau tulang rawan karena adanya trauma. Fraktur terjadi apabila daya
traumanya lebih besar dari daya lentur tulang. Fraktur dapat terjadi karena adanya
peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal
pada tulang fraktur patologis. (Hardisman, 2014)
Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas
tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisisatau kartilago (Chang, 2010)

Fraktur dapat diklarifikasikan berbagai macam kriteria :


1. Berdasarkan luasnya fraktur terbagi atas :
a. Fraktur komplet (patah total) : tulang yang fraktur terbagi menjadi dua
fragmen atau lebih.
b. Fraktur inkomplet (patah sebagian) : tulang yang fraktur terpisah secara tidak
lengkap dan priosteum tetap menyatu.
2. Berdasarkan ada tidaknya patah tulang dengan dunia luar :
a. Fraktur terbuka
Disertai kerusakan kulit diatasnya, hingga bagian tulang yang patah
berhubungan langsung dengan dunia luar. Tulang yang patah bisa menonjol
langsung keluar kulit, tertarik kembali kedalam atau tetap berada dibawah
kulit. Kontak dengan lingkungan luar dapat masuk sampai ketulang yang
patah.
b. Fraktur tertutup
Fraktur tanpa disertai kerusakan kulit diatasnya sehingga tidak ada kontak
dengan lingkungan luar.
3. Berdasarkan bentuk garis patahan :
a. Transversal (melintang)
b. Obliqua (serong)
c. Spiral (melingkar)
d. Comminuted (remuk)
e. Compressi (kompresi)
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya :
a. Tidak bergeser (undisplaced)
b. Bergeser (displaced)
B. Tujuan Pertolongan Pertama Pada Pasien Fraktur
1. Meluruskan tulang baik dalam bidang anguler maupun rotasional
2. Restorasi tulang kepada panjangnya yang benar
3. Restorasi aposisi ujung-ujung tulang
4. Imobilisasi yang adekuat
5. Normalisasi fungsi tulang

C. Tanda-tanda Fraktur
1. Perubahan bentuk atau deformitas (pemendekan atau terpuntir) atau diskrepansi
(hilangnya kontinuitas permukaan tulang)
2. Bengkak atau hematom
3. Nyeri
Jenis nyeri :
Nyeri Subjektif : Tidak ada persepsi nyeri yang sama pada tiap orang. Contoh :
orang yang mempunyai persepsi nyeri paling tinggi akan berbeda dengan orang
yang mempunyai persepsi nyeri rendah.
Nyeri Objektif : Dapat juga dikatakan deskriptif dapat diukur dengan
menggunakan skala. Menurut Smeltzer skala nyeri dibagi menjadi 0-10 (0 = tidak
nyeri ; 1-3 = nyeri ringan ; 4-6 = nyeri sedang ; 7-9 = nyeri hebat ; 10 = nyeri
sangat hebat).
Nyeri Lingkar : Dapat berupa lingkar tulang rusuk, panggul, tulang lingkar paha.
Nyeri Sumbu : Pada tarikan atau tekanan
4. Gangguan persyarafan

D. Prinsip Penatalaksanaan Fraktur


Pada prinsipnya penatalaksanaan fraktur adalah 4R :
1. Rekognisi adalah mengenali kerusakan apa saja yang terjadi, baik pada jaringan
lunak maupun jaringan tulang serta mekanisme trauma.
2. Reduksi adalah mengembalikan jaringan atau fragmen komposisi semula
(reposisi).
3. Retaining adalah tindakan mempertahankan hasil reposisi dengan fiksasi atau
imobilisasi.
4. Rehabilitation adalah mengembalikan kemampuan bagian tubuh yang sakit agar
dapat berfungsi kembali.
E. Manifestasi Klinis
Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat fraktur. Fragmen
sering melingkupi satu dan lainnya sampai 2,5 – 5 cm (1-2 inchi). Pembengkakan dan
perubahan warna daerah lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan
yang menyertai fraktur. Tanda ini bisa terjadi beberapa jam atau beberapa hari setelah
terjadinya cidera. Saat ekstrimitas dperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
(krepitasi) yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan yang lainnya. Uji
krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan pada jaringan lunak yang lebih berat
(Lukman & Ningsih, 2009).

F. Pengelolaan Penatalaksanaan Pasien Fraktur


Dengan pembidaian dengan kayu atau rigid splint :
1. Sesuaikan ukuran bidai dengan panjang tangan atau kaki (melewati dua sendi)
2. Periksa fungsi sensorik (peraba), motorik (pegerakan), dan nadi di ujung bagian
yang cidera
3. Letakan dua buah bidai di kanan dan kiri bagian yang cidera
4. Balut bidai dengan kasa menggunakan sistem roll on sampai melewati dua sendi
atau dengan kain menggunakan sistem ikat
5. Periksa tulang fungsi sensorik, motorik serta nadi dibagian ujung yang cidera.
PENUTUP

Fraktur adalah diskontinuitas atau terganggunya kesinambungan jaringan


tulang atau tulang rawan karena adanya trauma. Fraktur terjadi apabila daya
traumanya lebih besar dari daya lentur tulang. Fraktur dapat terjadi karena adanya
peristiwa trauma tunggal, tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal
pada tulang fraktur patologis. (Hardisman, 2014)
Fraktur didefinisikan sebagai suatu kerusakan morfologi pada kontinuitas
tulang atau bagian tulang, seperti lempeng epifisisatau kartilago (Chang, 2010)

Fraktur dapat diklarifikasikan berbagai macam kriteria :


1. Berdasarkan luasnya fraktur
2. Berdasarkan ada tidaknya patah tulang dengan dunia luar
3. Berdasarkan bentuk garis patahan
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

Tanda-tanda Fraktur
1. Perubahan bentuk atau deformitas (pemendekan atau terpuntir) atau diskrepansi
(hilangnya kontinuitas permukaan tulang)
2. Bengkak atau hematom
3. Nyeri
Jenis nyeri :
Nyeri Subjektif : Tidak ada persepsi nyeri yang sama pada tiap orang. Contoh :
orang yang mempunyai persepsi nyeri paling tinggi akan berbeda dengan orang
yang mempunyai persepsi nyeri rendah.
Nyeri Objektif : Dapat juga dikatakan deskriptif dapat diukur dengan
menggunakan skala. Menurut Smeltzer skala nyeri dibagi menjadi 0-10 (0 = tidak
nyeri ; 1-3 = nyeri ringan ; 4-6 = nyeri sedang ; 7-9 = nyeri hebat ; 10 = nyeri
sangat hebat).
Nyeri Lingkar : Dapat berupa lingkar tulang rusuk, panggul, tulang lingkar paha.
Nyeri Sumbu : Pada tarikan atau tekanan
4. Gangguan persyarafan
DAFTAR PUSTAKA

Chang, E. 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC.

Hardisman, dr MHID DrPH. 2014. Gawat Darurat Medis Praktis.


Cetakan Pertama

Lukman & Ningsih, Nurna. 2009. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan system
Muskuloskeletal. Jakarta : Salemba Medika

Krisanty, Paula. 2009. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta.

Prahita PS, Kurniyanta P. 2012. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada Cedera


Fraktur Ekstremitas

Anda mungkin juga menyukai