Anda di halaman 1dari 13

Satuan Acara Penyuluhan (SAP)

Range Of Motion (ROM)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Range Of Motion (ROM) : Latihan Aktif dan Pasif

Hari / Tanggal : Jumat, 6 Desember 2019

Waktu : 08.00 WIB (30 menit)

Penyaji : Mahasiswa STIKES BHM Madiun

Tempat : Ruang Tunggu Poli

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan klien
diharapkan mampu melakukan latihan aktif dan pasif / ROM dengan maksimal.
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah dilakukan tindakan keperawatan / pendidikan kesehatan selama 1 x 30
menit klien diharapkan mampu :
a. Mengetahui pengertian dari latihan aktif dan pasif / ROM
b. Mengetahui tujuan dari latihan aktif dan pasif / ROM
c. Mengetahui jenis – jenis dari latihan aktif dan pasif / ROM
d. Mendemonstrasikan gerakan latihan aktif dan pasif / ROM dengan benar

B. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan


Media/
Kegiatan Waktu Perawat Peserta
Alat
Pembuka 4 menit 1. Salam Pembuka - Menjawab Salam
2. Memperkenalkan diri - Mendengarkan
3. Menjelaskan topic yang akan
disampaikan
4. Menjelaskan TIU dan TIK
Kerja 5 menit 1. Penyampaian Materi : Mendengarkan Leaflet
a. Pengertian latihan ROM dengan penuh
aktif dan pasif perhatian
b. Tujuan latihan ROM aktif
dan pasif
c. Jenis – jenis latihan ROM
aktif dan pasif
d. Langkah – langkah
latihan ROM aktif dan
pasif
10 menit 2. Mendemonstrasikan latihan Memperhatikan dan
ROM aktif dan pasif mengikuti ROM
5 menit 3. Tanya Jawab Bertanya dan
menjawab pertanyaan
3 menit 4. Evaluasi Menjelaskan dan
mempraktekkan
Penutup 3 menit 1. Menyimpulkan - Mendengarkan
2. Memberikan salam penutup - Menjawab salam

C. Sasaran
Sasaran ditujukan pada klien dan keluarga di ruang tunggu poli.

D. Strategi Pelaksanaan
1. Metode :
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Demonstrasi
2. Media :
a. Leaflet
E. Evaluasi
1. Evaluasi Struktural
a. Membuat SAP
b. Kontrak Waktu
c. Menyiapkan Peralatan : Peralatan atau media yang digunakan adalah leaflet
d. Setting : Tempat penyuluhan adalah ruang tunggu Poli
2. Evaluasi Proses
a. Peserta
1) Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan sampai selesai.
2) Peserta penyuluhan kooperatif dan aktif berpartisipasi selama proses
penyuluhan
3) Pertemuan berjalan dengan lancar.
b. Penyuluh
1) Bisa memfasilitasi jalannya penyuluhan.
2) Bisa menjalankan perannya sesuai tugas dan tanggung jawab.
3) Suasana selama kegiatan penyuluhan kondusif.

F. LAMPIRAN
1. Fraktur (Terlampir)
2. Latihan ROM Aktif dan Pasif (Terlampir)
Lampiran 1

FRAKTUR

1. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
Menurut Linda Juall (2001) fraktur adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkanoleh tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang dapat diserap
oleh tulang.
2. Etiologi
Berdasarkan penyebab/etiologinya striktur dibagi menjadi 3 jenis :
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik terjadinya
kekerasan.Fraktur demikian sering bersifat terbuka dengan garis patah melintang
atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yangjauh dari
terjadinya kekerasan.Yang patah biasanya adalah bagianyang paling lemah
dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapatberupa
pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasidari ketiganya,
dan penarikan
d. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah
oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.
(Price & Wilson, 2005).
3. Patofisiologi
Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas
untuk menahan tekanan (Apley, 1993).Tapi apabila tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang
mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontunuitas tulang (Carpenito,
1995).Setelah terjadi fraktur, periosteumdan pembuluh darah serta saraf dalam
kotteks, marrow, dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan
terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medula
tulang. Jaringan tulang segera berdekatan ke bagian tulang yang patah. Jaringan yang
mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang ditandai
dengan vasodilatasi, eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasisel darah putih.
Kejadian inilah yang merupakan dasar sari proses penyembuhan tulang nantinya
(Black, dkk, 1993).
4. Klasifikasi
a. Complete fraktur, patah tulang pada seluruh garis tengah tulang, luas
danmelintang.Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
b. Closed fraktur, tidak menyebabkan robeknya kulit, imtegritas kulit masih utuh.
c. Open fraktur, merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulitrusak dan
ujung tulang menonjol samapai menembus kulit) ataumembran mukosa sampai ke
patahan tulang.
d. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
e. Tranversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang
f. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
g. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
h. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tulang tengah.
i. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (seringterjadi pada
tulang tengkorak dan wajah).
j. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi.
k. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang yang berpenyakit (kistatulang,
paget, metastasis tulang, tumor, dsb).
l. Avulsi, tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon padaperlekatannya.
m. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
n. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.
5. Tanda dan Gejala
a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulangdiimobilisasi,
hematoma, dan edema.
b. Perubahan bentuk (deformitas) karena adanya pergeseran fragmen tulangyang
patah.
c. Hilangnya fungsi.
d. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yangmelekat
diatas dan dibawah tempat fraktur.
e. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
f. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan foto radiology dari fraktur: menentukan lokasi dan luasnya
1) X-ray
2) CT scan
3) Bone scanning
4) MRI (magnetic Resonance Imaging)
5) EMG (Elektromyogarfi).
b. Pemeriksaan darah lengkap
c. Arteriografi, dilakukan bila kerusakan dicurigai.
d. Kreatinin, trauma ototmeningkatkan bebean kreatinin untukklirens ginjal.
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan segera setelah cidera adalah imobilisasi bagian yangcidera
apabila klien akan dipindahkan perlu disangga bagian bawah danatas tubuh yang
mengalami cidera tersebut untuk mencegah terjadinyarotasi atau angulasi.
b. Selanjutnya prinsip penanganan fraktur adalah reduksi. Reduksi fraktur berarti
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi anatomis Reduksi
tertutup, mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung ujungnya saling
berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan
biasanya traksi, bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan
bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku.
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan interna.
Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
c. Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
d. Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri,perabaan,
gerakan.
e. Fisioterapi
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan menggunakangerak
tubuh baik secara active maupun passive untuk pemeliharaan danperbaikan
kekuatan, ketahanan dan kemampuan kardiovaskuler, mobilitas danfleksibilitas,
stabilitas, rileksasi, koordinasi, keseimbangan dan kemampuanfungsional (Kisner,
1996). Teknologi intervensi Fisioterapi yang dapatdigunakan antara lain:
Positioning : Dengan mengelevasikan tungkai yang sakit maka dengan posisi ini
bermanfaat untuk mengurangi oedem.
Rileks passive movement :Merupakan gerakan yang murni berasal dari luar atau
terapis tanpadisertai gerakan dari anggota tubuh pasien. Gerakan ini bertujuan
untuk melatih otot secara pasif, oleh karena gerakan berasal dari luar atau terapis
sehingga dengan gerak rileks passive movement ini diharapkan otot yang
dilatih menjadi rilek maka menyebabkan efek pengurangan atau penurunan
nyeri akibat incisi serta mencegah terjadinya keterbatasan gerak serta menjaga
elastisitas otot (Kisner, 1996).
Latihan jalan : Aspek terpenting pada penderita fraktur tungkai bawah adalah
kemampuanberjalan ,latihan yang yang dilaksanakan adalah ambulasi non weight
bearing, dengan menggunakan alat bantu berupa 2 buah kruk, caranya kedua kruk
dilangkahkan kemudian diikuti kaki yang sehat sementara kaki yang sakit
menggantung (Cash, 1966). Syarat berjalan dengan alat Bantu (1) Otot-otot lengan
harus kuat, (2) Harus mempertahankan keseimbangan dalam posisiberdiri dengan
alat bantu, (3) Bisa berdiri lama minimal 15 menit.
f. Penatalaksanaan dengan konservatif dan operatif
1) Cara konservatif :Dilakukan pada anak-anak dan remaja dimana masih
memugkinkanterjadinya pertumbuhan tulang panjang. Selain itu, dilakukan
karena adanyainfeksi atau diperkirakan dapat terjadi infeksi. Tindakan yang
dilakukanadalah gips dan traksi
a. Gips
Indikasi pemasangan gips adalah:
(1) Perlu immobilisasi dan penyangga fraktur
(2) Mengistirahatkan dan stabilisasi bagian tubuh yangfraktur
(3) Koreksi deformitas
(4) Mengurangi aktifitas bagian tubuh yang fraktur
(5) Membuat cetakan tubuh yang orthotic
b. Traksi
Secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali
padaekstremitas pasien.Tempat tarikan disesuaikan sedemikian rupa
sehinggaarah tarikan segaris dengan sumbu panjang tulang yang
patah.Tujuanpenggunaan traksi mekanik adalah perbaikan dislokasi,
mengurangi fraktur,dan pada keadaan emergensi.
Kegunaan pemasangan traksi, antara lain: Mengurangi nyeri akibat
spasme otot, Memperbaiki dan mencegah deformitas, Immobilisasi,
Difraksi penyakit (dengan penekanan untuk nyeri tulang sendi),
Mengencangkan pada perlekatannya.
2) Operatif :Pada saat ini metode penatalaksanaan yang paling banyak
keunggulannyamungkin adalah pembedahan. Metode perawatan ini disebut
fiksasi internadan reduksi terbuka. Pada umumnya insisi dilakukan pada
tempat yangmengalami cedera dan diteruskan sepanjang bidang anatomic
menuju tempat yang mengalami fraktur. Sesudahdireduksi, fragmen-fragmen
tulang ini dipertahankan dengan alat-alatortopedik berupa pen, sekrup, pelat,
dan paku.

DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham , 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya
Medika, Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan.
EGC, Jakarta
Hudak and Gallo, 1994.Keperawatan Kritis, Volume I EGC, Jakarta
Ignatavicius, Donna D, 1995. Medical Surgical Nursing : A Nursing Process
Approach, W.B. Saunder Company
Long, Barbara C, 1996.Perawatan Medikal Bedah, Edisi 3 EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, et al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika
Aesculapius FKUI. Jakarta
Price, Evelyn C, 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia,
Jakarta
Lampiran 2
LATIHAN AKTIF DAN PASIF /
RANGE OF MOTION (ROM)

1. Pengertian
Latihan aktif dan pasif / ROM adalah merupakan suatu kebutuhan manusia
untuk melakukan pergerakan dimana pergerakan tersebut dilakukan secara
bebas.Latihan aktif dan pasif / ROM dapat dilakukan kapan saja dimana keadaan fisik
tidak aktif dan disesuaikan dengan keadaan pasien.
Range of motion ( ROM ) adalah gerakan dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008). Latihan range of
motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau
memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara
normal dan lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005).
Latihan ROM biasanya dilakukan pada pasien semikoma dan tidak sadar,
pasien dengan keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua
latihan rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total.
2. Tujuan
a. Untuk memelihara fungsi sendi dan mencegah kemunduran.
b. Untuk memelihara dan meningkatkan pergerakan dari persendian.
c. Untuk memperlancar sirkulasi darah.
d. Untuk mencegah kelainan bentuk.
e. Untuk memelihara dan meningkatkan kekuatan otot.
3. Jenis-jenis ROM (Range Of Motion)
ROM dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
a. ROM Aktif
ROM Aktif yaitu gerakan yang dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan
menggunakan energi sendiri.Perawat memberikan motivasi, dan membimbing
klien dalam melaksanakan pergerakan sendiri secara mandiri sesuai dengan
rentang gerak sendi normal (klien aktif).Kekuatan otot 75 %.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif. Sendi yang digerakkan pada ROM aktif
adalah sendi di seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri
secara aktif.
b. ROM Pasif
ROM Pasif yaitu energi yang dikeluarkan untuk latihan berasal dari orang lain
(perawat) atau alat mekanik. Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif).Kekuatan otot 50 %.
Indikasi latihan pasif adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan
keterbatasan mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan
rentang gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan
persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien. Sendi yang digerakkan pada ROM
pasif adalah seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu
dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
4. Langkah-langkah Latihan Aktif dan Pasif / ROM
Menurut Potter & Perry, (2005), ROM terdiri dari gerakan pada persendian
sebagai berikut :
a. Leher, Spina, Serfikal
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°
Ekstensi Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°
Hiperektensi Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin, rentang 40-45°
Fleksi lateral Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh rentang 40-45°
mungkin kearah setiap bahu,
Rotasi Memutar kepala sejauh mungkin dalam rentang 180°
gerakan sirkuler,

b. Bahu
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh rentang 180°
ke depan ke posisi di atas kepala,
Ekstensi Mengembalikan lengan ke posisi di samping rentang 180°
tubuh,
Hiperektensi Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku rentang 45-60°
tetap lurus,
Abduksi Menaikan lengan ke posisi samping di atas rentang 180°
kepala dengan telapak tangan jauh dari
kepala,
Adduksi Menurunkan lengan ke samping dan rentang 320°
menyilang tubuh sejauh mungkin,
Rotasi dalam Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan rentang 90°
menggerakan lengan sampai ibu jari
menghadap ke dalam dan ke belakang,
Rotasi luar Dengan siku fleksi, menggerakan lengan rentang 90°
sampai ibu jari ke atas dan samping kepala,
Sirkumduksi Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°

c. Siku
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakkan siku sehingga lengan bahu rentang 150°
bergerak ke depan sendi bahu dan tangan
sejajar bahu,
Ektensi Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang 150°

d. Lengan bawah
Gerakan Penjelasan Rentang
Supinasi Memutar lengan bawah dan tangan sehingga rentang 70-90°
telapak tangan menghadap ke atas,
Pronasi Memutar lengan bawah sehingga telapak rentang 70-90°
tangan menghadap ke bawah,

e. Pergelangan tangan
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian rentang 80-90°
dalam lengan bawah,
Ekstensi Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari, rentang 80-90°
tangan, lengan bawah berada dalam arah yang
sama,
Hiperekstensi Membawa permukaan tangan dorsal ke rentang 89-90°
belakang sejauh mungkin,
Abduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu rentang 30°
jari,
Adduksi Menekuk pergelangan tangan miring ke arah rentang 30-50°
lima jari,

f. Jari- jari tangan


Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Membuat genggaman, rentang 90°
Ekstensi Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°
Hiperekstensi Menggerakan jari-jari tangan ke belakang rentang 30-60°
sejauh mungkin,
Abduksi Mereggangkan jari-jari tangan yang satu rentang 30°
dengan yang lain,
Adduksi Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°

g. Ibu jari
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan ibu jari menyilang permukaan rentang 90°
telapak tangan,
Ekstensi menggerakan ibu jari lurus menjauh dari rentang 90°
tangan,
Abduksi Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°
Adduksi Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°
Oposisi Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari –
tangan pada tangan yang sama.

h. Pinggul
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-
120°
Ekstensi Menggerakan kembali ke samping tungkai rentang 90-
yang lain, 120°
Hiperekstensi Mengerakan tungkai ke belakang tubuh, rentang 30-50°
Abduksi Menggerakan tungkai ke samping menjauhi rentang 30-50°
tubuh,
Adduksi Mengerakan tungkai kembali ke posisi media rentang 30-50°
dan melebihi jika mungkin,
Rotasi dalam Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai rentang 90°
lain,
Rotasi luar Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai rentang 90°
lain,
Sirkumduksi Menggerakan tungkai melingkar –

i. Lutut
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-
130°
Ekstensi Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-
130°

j. Mata kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Dorsifleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki rentang 20-30°
menekuk ke atas,
Plantarfleksi Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki rentang 45-50°
menekuk ke bawah,
k. Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Inversi Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°
Eversi Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°

l. Jari-Jari Kaki
Gerakan Penjelasan Rentang
Fleksi Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°
Ekstensi Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°
Abduksi Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang rentang 15°
lain,
Adduksi Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15o

Daftar Pustaka

Depkes R.I Pusdiknakes, 1995. Penerapan Proses Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal.Jakarta : Depkes R.I.
Potter, Patricia A. & Perry, Anne Griffin (2005).Buku Ajar Fundamental Keperawatan, Edisi
4. Jakarta: EGC
Warfield, Carol .1996 .Segala Sesuatu yang Perlu Anda Ketahui Terapi Medis .Jakarta :
Gramedia Widiasarana Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai