1. FITRIYAH HANUM
2. BAYU ANGGA AGUM. P
3. ANGGUN PRASETIYA
4. DINA OKTAVIANA
( ) ( )
Kepala Ruangan
( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN
I. TUJUAN UMUM
Setelah dilaksanakan penyuluhan, diharapkan pasien, keluarga pasien, dan
pengunjung diruangan Wijaya Kusuma D RSUD dr. Soedono Madiun
mengetahui tentang fraktur.
V. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
VI. MEDIA
1. Leaflet
2. Flipchart
Keterangan :
: Pembicara
: Notulen
: Moderator
: Observer
: Fasilitator
IX. PENGORGANISASIAN
1. Moderator
Bayu Angga Agum. P
2. Pembicara
Fitriyah Hanum
3. Notulen + Observer
Anggun Prasetiya
4. Fasilitator
Dina Oktaviana
X. URAIAN TUGAS
1. Moderator :
a. Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan.
b. Menjelaskan tujuan pertemuan.
c. Mengarahkan jalannya kegiatan.
2. Pembicara
a. Menyajikan materi
b. Memimpin jalannya diskusi
3. Notulen
Mencatat hasil pelaksanaan dari hasil kegiatan penyuluhan.
4. Observer
a. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Membuat laporan hasil kegiatan penyuluhan.
5. Fasilitator
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya penyuluhan.
b. Memfasilitasi peserta untuk berpartisipasi aktif selama penyuluhan.
A. Proses Kegiatan Penyuluhan
A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan. (Sjamsuhidajat, 2005).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu
sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)
B. PENYEBAB
Berdasarkan penyebab/etiologinya striktur dibagi menjadi 3 jenis :
1. Kekerasan langsung
Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur, fraktur demikian sering bersifat terbuka
dengan garis patah melintang atau miring, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekeuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan (Oswari, 1993). Contoh apabila
seseorang jatuh dari tempat ketinggian dengan posisi tumit kaki terlebih
dahulu, maka yang patah selain tumit itu sendiri terjadi patah tulang tibia,
fibula, femur dan kemungkinan juga patah tulang vertebra.
3. Fraktur Patologis
Fraktur yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa trauma. Contoh
fraktur patologis : Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang,
kanker tulang.
2. Jika patah tulang menembus kulit, luka ditutup dengan pembalut bersih
3. Segera bawa ke RS
G. PENATALAKSANAAN
a Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan foto radiology dari fraktur : menentukan lokasi dan
luasnya
X-ray
CT scan
Bone scanning
MRI (magnetic Resonance Imaging)
EMG (Elektromyogarfi).
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Arteriografi, dilakukan bila kerusakan dicurigai.
4. Kreatinin, trauma otot meningkatkan bebean kreatinin untuk
klirens ginjal.
b Penatalaksanaan di dalam rumah sakit
Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, traksi, reduksi
imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan
rehabilitasi.
1) Rekognisi
Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu suplai
neurovascular ekstremitas yang terlibat. Karena itu begitu diketahui
kemungkinan fraktur tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera
harus dipasang bidai untuk melindunginya dari kerusakan yang lebih
parah.
Kerusakan jaringan lunak yang nyata dapat juga dipakai sebagai
petunjuk kemungkinan adanya fraktur, dan dibutuhkan pemasangan
bidai segera dan pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini khususnya harus
dilakukan pada cidera tulang belakang bagian servikal, di mana
contusio dan laserasio pada wajah dan kulit kepala menunjukkan
perlunya evaluasi radiografik, yang dapat memperlihatkan fraktur
tulang belakang bagian servikal dan/atau dislokasi, serta kemungkinan
diperlukannya pembedahan untuk menstabilkannya. (Smeltzer C dan
B. G Bare, 2001)
2) Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang
fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a. Skin Traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan
bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang
cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan
memasukkan pins / kawat ke dalam tulang.
3) Selanjutnya prinsip penanganan fraktur adalah reduksi. Reduksi
fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang
ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan
manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi,
bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan
bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku. Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan
interna.
4) Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan
logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai
bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
5) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
6) Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
7) Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan.
8) Fisioterapi
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan
kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi,
koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional (Kisner, 1996).
Segera kembali ke instalasi rawat darurat bila timbul warna kebiruan dan
dingin, kesemutan hebat,, bengkak dan nyeri pada organ yang dipasang gips
UNTUK OPERASI
Segera kembali ke IRD atau puskesmas terdekat bila ada keluhan nyeri
seperti perdarahan yang hebat
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham , 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya
Medika, Jakarta
Black, J.M, et al, 1995. Luckman and Sorensens. Medikal Nursing : A Nursing
Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company
Dudley, Hugh AF. 1986. Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II. FKUGM
Mansjoer, Arif, et al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika
Aesculapius FKUI. Jakarta
Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005.
840-841.