Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN FRAKTUR

DIRUANG WIJAYA KUSUMA D


RSUD Dr.SOEDONO MADIUN

Disusun Oleh kelompok 10:

1. FITRIYAH HANUM
2. BAYU ANGGA AGUM. P
3. ANGGUN PRASETIYA
4. DINA OKTAVIANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB


JOMBANG
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2017/2018
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan acara penyuluhan (SAP) Fraktur diruangan Wijaya Kusuma D


RSUD Dr. SOEDONO MADIUN sesuai praktek yang dilakukan oleh kelompok
10.
Nama Anggota :
1. Fitriyah Hanum
2. Bayu Angga A.
3. Anggun Prasetiya
4. Dina Oktaviana
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Semester : Satu ( 1 )

Sebagai pemenuhan tugas praktek Pendidikan Profesi Ners STIKES


PEMKAB JOMBANG yang dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2017 s/d 12
November 2017 telah disetujui dan disahkan pada:
Hari :
Tanggal :

Madiun, 04 November 2017

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

( ) ( )

Kepala Ruangan

( )
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Fraktur (Patah Tulang)


Sasaran : Pasien, keluarga pasien dan pengunjung diruangan Wijaya
Kusuma D RSUD dr. Soedono Madiun
Tempat : Ruangan Wijaya Kusuma D RSUD dr. Soedono Madiun
Hari/ Tanggal : Rabu / 08 November 2017
Waktu : 2 x 15 menit

I. TUJUAN UMUM
Setelah dilaksanakan penyuluhan, diharapkan pasien, keluarga pasien, dan
pengunjung diruangan Wijaya Kusuma D RSUD dr. Soedono Madiun
mengetahui tentang fraktur.

II. TUJUAN KHUSUS


Diharapkan Pasien, keluarga pasien dan pengunjung diruangan Wijaya
Kusuma D RSUD dr. Soedono Madiun
1) Mengetahui pengertian fraktur
2) Mengetahui penyebab fraktur
3) Mengetahui macam-macam fraktur
4) Mengetahui tanda dan gejala fraktur
5) Mengetahui komplikasi fraktur
6) Mengetahui faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur
7) Mengetahui penatalaksanaan fraktur

III. SASARAN DAN TARGET


Pasien, keluarga pasien dan pengunjung diruangan Wijaya Kusuma D RSUD
dr. Soedono Madiun

IV. MATERI (TERLAMPIR)


1. Pengertian fraktur
2. Penyebab fraktur
3. Macam-macam fraktur
4. Tanda dan gejala fraktur
5. Komplikasi fraktur
6. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur
7. Penatalaksanaan fraktur

V. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab

VI. MEDIA
1. Leaflet
2. Flipchart

VII. WAKTU DAN TEMPAT


Hari : Rabu
Tanggal : 08 November 2017
Pukul : 11.00 WIB
Tempat : Ruangan Wijaya Kusuma D RSUD Dr.Soedono Madiun

VIII. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Pembicara
: Notulen
: Moderator
: Observer
: Fasilitator

: Audience (Pasien, Keluarga Pasien, dan pengunjung )

IX. PENGORGANISASIAN
1. Moderator
Bayu Angga Agum. P
2. Pembicara
Fitriyah Hanum
3. Notulen + Observer
Anggun Prasetiya
4. Fasilitator
Dina Oktaviana

X. URAIAN TUGAS
1. Moderator :
a. Memperkenalkan pelaksanaan kegiatan.
b. Menjelaskan tujuan pertemuan.
c. Mengarahkan jalannya kegiatan.
2. Pembicara
a. Menyajikan materi
b. Memimpin jalannya diskusi
3. Notulen
Mencatat hasil pelaksanaan dari hasil kegiatan penyuluhan.
4. Observer
a. Mengamati proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.
b. Membuat laporan hasil kegiatan penyuluhan.
5. Fasilitator
a. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya penyuluhan.
b. Memfasilitasi peserta untuk berpartisipasi aktif selama penyuluhan.
A. Proses Kegiatan Penyuluhan

KEGIATAN WAKTU URAIAN KEGIATAN KEGIATAN PELAKSANA


PESERTA
Pembukaan 5 menit 1. Mengucapkan salam 1.Menjawab salam Moderator
2. Memperkenalkan 2.Mendengarkan dan fasilitator
fasilitator
3. Menjelaskan tujuan 3.Memperhatikan
penyuluhan
4. Menjelaskan 4. Memperhatikan
mekanisme kegiatan
yang akan
dilaksanakan
15 1. Menjelaskan 1.Memperhatikan Pembicara
Pelaksanaa menit Pengertian fraktur, penjelasan dan fasilitator
n tentang fraktur
peyebab fraktur,
tanda dan gejala
fraktur,komplikasi
fraktur, faktor yang
mempengaruhi
penyembuhan
fraktur, penanganan
fraktur di RS,
perawatan fraktur di
rumah
2. Peserta
2. Tanya jawab tentang menyimak dan
fraktur memperhatikan
tentang fraktur
Evaluasi 5 menit 1. Mengucapkan terima 1. Memperhatikan Moderator
kasih atas partisipasi dan fasilitator
peserta
2. Mengucapkan salam 2. Menjawab
salam
B. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. 80% peserta hadir dalam acara penyuluhan.
b. Kesiapan materi penyaji 100%.
c. Kesiapan Satuan Acara Penyuluhan 100%.
d. Kesiapan leaflet 100%.
e. Keluarga dan pasien siap di tempat penyuluhan.
f. Tempat yang digunakan nyaman dan mendukung
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga dan pasien bersedia hadir sesuai dengan kontrak waktu yang
ditentukan.
b. Pelaksanaan kegiatan dimulai pada pukul 11.00 WIB
c. 70% peserta yang hadir mengikuti proses kegiatan.
d. 30% peserta yang hadir memberi respon dan antusias menanyakan hal
hal yang tidak diketahuinya.
3. Mahasiswa
a. Dapat memfasilitasi jalannya penyuluhan.
b. Dapat menjalankan peran sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.
4. Evaluasi Hasil
a. Kegiatan penyuluhan berjalan sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b. Kegiatan penyuluhan selesai pada pukul 11.30 WIB
MATERI
FRAKTUR

A. PENGERTIAN
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, Arif, et al, 2000).
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh tekanan yang
berlebihan. (Sjamsuhidajat, 2005).
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau
tenaga fisik kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu
sendiri, dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur
yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price and Wilson, 1995 : 1183)

B. PENYEBAB
Berdasarkan penyebab/etiologinya striktur dibagi menjadi 3 jenis :
1. Kekerasan langsung
Trauma tidak langsung, apabila trauma dihantarkan ke daerah yang
lebih jauh dari daerah fraktur, fraktur demikian sering bersifat terbuka
dengan garis patah melintang atau miring, misalnya jatuh dengan tangan
ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan ini
biasanya jaringan lunak tetap utuh
2. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat
yang jauh dari terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian
yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor kekerasan.
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekeuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan (Oswari, 1993). Contoh apabila
seseorang jatuh dari tempat ketinggian dengan posisi tumit kaki terlebih
dahulu, maka yang patah selain tumit itu sendiri terjadi patah tulang tibia,
fibula, femur dan kemungkinan juga patah tulang vertebra.
3. Fraktur Patologis
Fraktur yang disebabkan trauma yang minimal atau tanpa trauma. Contoh
fraktur patologis : Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang,
kanker tulang.

C. MACAM MACAM FRAKTUR


1. Complete fraktur, patah tulang pada seluruh garis tengah tulang, luas dan
melintang. Biasanya disertai dengan perpindahan posisi tulang.
2. Closed fraktur, tidak menyebabkan robeknya kulit, imtegritas kulit masih
utuh.
3. Open fraktur, merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit
rusak dan ujung tulang menonjol samapai menembus kulit) atau
membran mukosa sampai ke patahan tulang.
4. Greenstick, fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
5. Tranversal, fraktur sepanjang garis tengah tulang
6. Spiral, fraktur memuntir seputar batang tulang.
7. Komunitif, fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
8. Oblik, fraktur membentuk sudut dengan garis tulang tengah.
9. Depresi, fraktur dengan fragmen patahan terdorong kedalam (sering
terjadi pada tulang tengkorak dan wajah).
10. Kompresi, fraktur dimana tulang mengalami kompresi.
11. Patologik, fraktur yang terjadi pada daerah tulang yang berpenyakit (kista
tulang, paget, metastasis tulang, tumor, dsb).
12. Avulsi, teretariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendon pada
perlekatannya.
13. Epifisial, fraktur melalui epifisis.
14. Impaksi, fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang
lainnya.
D. TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi, hematoma, dan edema.
2. Perubahan bentuk (deformitas) karena adanya pergeseran fragmen tulang
yang patah.
3. Hilangnya fungsi.
4. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang
melekat diatas dan dibawah tempat fraktur.
5. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya.
6. Pembengkakan dan perubahan warna local pada kulit.
7. Ada riwayat trauma atau kecelakaan.

E. APA YANG HARUS DILAKUKAN BILA MENGALAMI PATAH


TULANG ?
1. Pertahankan jangan sampai terjadi pergerakan

2. Jika patah tulang menembus kulit, luka ditutup dengan pembalut bersih

3. Segera bawa ke RS

F. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYEMBUHAN FRAKTUR


1) Faktor yang Mempercepat Penyembuhan Fraktur:
a Imobilisasi fragment tulang
b Kontak fragment tulang maksimal
c Asupan darah yang memadai
d Nutrisi yang baik
e Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang
f Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid
anabolik.

2) Faktor yang Menghambat Penyembuhan Tulang:


a Trauma lokal ekstensif
b Kehilangan tulang
c Imobilisasi tak memadai
d Rongga atau jaringan di antara fragmen tulang
e Infeksi
f Keganasan lokal
g Penyakit tulang metabolik (mis. penyakit Paget)
h Radiasi tulang (nekrosis radiasi)Nekrosis avaskuler
i Usia (lansia sembuh lebih lama). (Smeltzer dan Bare, 2001 : 2386)

G. PENATALAKSANAAN
a Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan foto radiology dari fraktur : menentukan lokasi dan
luasnya
X-ray
CT scan
Bone scanning
MRI (magnetic Resonance Imaging)
EMG (Elektromyogarfi).
2. Pemeriksaan darah lengkap
3. Arteriografi, dilakukan bila kerusakan dicurigai.
4. Kreatinin, trauma otot meningkatkan bebean kreatinin untuk
klirens ginjal.
b Penatalaksanaan di dalam rumah sakit
Prinsip penanganan fraktur meliputi rekognisi, traksi, reduksi
imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan
rehabilitasi.
1) Rekognisi
Pergerakan relatif sesudah cidera dapat mengganggu suplai
neurovascular ekstremitas yang terlibat. Karena itu begitu diketahui
kemungkinan fraktur tulang panjang, maka ekstremitas yang cedera
harus dipasang bidai untuk melindunginya dari kerusakan yang lebih
parah.
Kerusakan jaringan lunak yang nyata dapat juga dipakai sebagai
petunjuk kemungkinan adanya fraktur, dan dibutuhkan pemasangan
bidai segera dan pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini khususnya harus
dilakukan pada cidera tulang belakang bagian servikal, di mana
contusio dan laserasio pada wajah dan kulit kepala menunjukkan
perlunya evaluasi radiografik, yang dapat memperlihatkan fraktur
tulang belakang bagian servikal dan/atau dislokasi, serta kemungkinan
diperlukannya pembedahan untuk menstabilkannya. (Smeltzer C dan
B. G Bare, 2001)
2) Traksi
Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang
fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:
a. Skin Traksi
Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan
menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan
bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang
cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).
b. Skeletal traksi
Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang
cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan
memasukkan pins / kawat ke dalam tulang.
3) Selanjutnya prinsip penanganan fraktur adalah reduksi. Reduksi
fraktur berarti mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya
dan rotasi anatomis Reduksi tertutup, mengembalikan fragmen tulang
ke posisinya ( ujung ujungnya saling berhubungan ) dengan
manipulasi dan traksi manual. Alat yang digunakan biasanya traksi,
bidai dan alat yang lainnya. Reduksi terbuka, dengan pendekatan
bedah. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat,
paku. Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksterna dan
interna.
4) Imobilisasi fraktur
Setelah fraktur di reduksi, fragment tulang harus diimobilisasi, atau
dipertahankan dalam posisi dan kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai,
traksi kontinu, pin dan teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan
logam dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai
bidai interna untuk mengimobilisasi fraktur.
5) Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
6) Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
7) Status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri,
perabaan, gerakan.
8) Fisioterapi
Terapi latihan adalah salah satu modalitas fisioterapi dengan
menggunakan gerak tubuh baik secara active maupun passive untuk
pemeliharaan dan perbaikan kekuatan, ketahanan dan kemampuan
kardiovaskuler, mobilitas dan fleksibilitas, stabilitas, rileksasi,
koordinasi, keseimbangan dan kemampuan fungsional (Kisner, 1996).

c Penanganan Fraktur di luar rumah sakit


1) Cegah kerusakan lebih lanjut dengan memakaikan bidai pada bagian
tubuh yang tulangnya patah sebelum berusaha memindahkan si
korban.
2) Jika terjadi pendarahan seperti pada fraktur terbuka, tekanlah dengan
keras pembuluh-pembuluh darah yang sedang mengeluarkan darah,
dengan memakaikan pembalut (kain) atau kain kasa yang bersih. Ada
baiknya menerapkan langkah tourniquet. Gunting atau lepaskanlah
pakaian si korban yang menutupi/mengganggu pandangan si penolong
pada bagian tubuh yang patah.
3) Jika penolong melihat adanya tulang yang menonjol keluar dari kulit,
tutupilah dengan kain kasa (boleh kain lainnya) yang bersih dan
pakaikan sebuah bidai. Anggota badan sebaiknya tetap pada posisi
sewaktu fraktur terjadi. Untuk perawatan selanjutnya, serahkan saja
kepada dokter atau rumah sakit.
4) Jika merasa ragu apakah ada fraktur atau tidak, sebaiknya ambil aman
saja, pakaikanlah sebuah bidai seperti halnya pada kejadian fraktur.
Fungsi pemakaian bidai ini adalah untuk menahan patahan tulang
supaya persendian yang didekatnya tidak dapat bergerak.
Menggerakkan anggota tubuh yang patah bisa menyebabkan
kerusakan yang lebih serius.

CARA PEMASANGAN BIDAI


Jika tidak didapati kayu atau bahan keras lainnya yang pas untuk
dijadikan bidai. Pakaikan apa saja yang mudah didapat seperti kain
tebal yang keras (dilipat), bantal, selimut (dilipat), majalah atau juga
koran yang dilipat. Cabang-cabang pohon, payung, tongkat, logam,
gagang sapu, atau apa saja yang memungkinkan bisa dijadikan bidai.
Yang terpenting, pastikan bidai tersebut kuat menahan bagian tubuh
yang patah dari pergerakan.

H. HAL HAL YANG DILAKUKAN SETELAH PENDERITA PULANG


UNTUK PEMASANGAN GIPS

Kontrol ke poli ortopedi

Segera kembali ke instalasi rawat darurat bila timbul warna kebiruan dan
dingin, kesemutan hebat,, bengkak dan nyeri pada organ yang dipasang gips

UNTUK OPERASI

Kontrol ke poli ortopedi

Segera kembali ke IRD atau puskesmas terdekat bila ada keluhan nyeri
seperti perdarahan yang hebat
DAFTAR PUSTAKA

Apley, A. Graham , 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley, Widya
Medika, Jakarta

Black, J.M, et al, 1995. Luckman and Sorensens. Medikal Nursing : A Nursing
Process Approach, 4 th Edition, W.B. Saunder Company

Dudley, Hugh AF. 1986. Ilmu Bedah Gawat Darurat, Edisi II. FKUGM

Mansjoer, Arif, et al, 2000. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Medika
Aesculapius FKUI. Jakarta

Price, Evelyn C, 1997. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia,


Jakarta

Reksoprodjo, Soelarto, 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah FKUI/RSCM,


Binarupa Aksara, Jakarta

Sjamsuhidajat R, Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005.
840-841.

Anda mungkin juga menyukai