Anda di halaman 1dari 12

Tugas : Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen : Amriati Mutmainnah, S.Kep.,Ns.,MSN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

“PENCEGAHAN PRIMER PADA MASALAH GANGGUAN SISTEM


MUSKULOSKELETAL”

OLEH :
KELOMPOK I

NURHILDA JALIL (NH0117109)


NURSINDI (NH0117112)
NURUL HASMI T. (NH0117115)
NURUL KHALISA (NH0117116)
RAHAYU BADAR (NH0117117)
RISDANIAR (NH011728)
WAN HASLINDA (NH0117150
YULIANTI MAKABA (NH0117153)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESAHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Sistem Muskuloskleletal


Sub pokok bahasan : Konsep dan Aplikasi Pencegahan Primer pada fraktur
Topik : Cara Mencegah Terjadinya Fraktur
Sasaran : Masyarakat
Hari/tanggal : Senin, 14 oktober 2019
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : STIKES NANI

A. Tujuan Intruksional (TI)


Setelah mengikutih penyuluhan selama 30 menit diharapkan
masyarakat dapat mengetahui cara mencegah terjadinnya fraktur.

B. Tujuan Intruksional Umum (TIU)


Setelah memberikan pendidikan kesehatan selama 30 menit diharapkan
masyarakat dapat mengetahui cara terjadi fraktur.

C. Karakteristik Peserta Penyuluhan


Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar Stikes Nani Hasanuddin

D. Analisa Tugas
1. Know
a. Pengertian fraktur
b. Penyebab faktur
c. Tanda ada gejala fraktur
d. Komplikasi fraktur
e. Pencegah primer, sekunder dan teriser fraktur
2. Do
Memberi tanggapan/pertanyaan pada saat penyuluhan berlangsung
3. How
Mendengarkan dengan penuh perhatian saat penyeluhan.

E. Media
a. Materi Sap
b. Leaflat

F. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab

G. Pengorganisasian
Pembimbing Akademik :
1. Pembicara : Nurul Khalisa
2. Moderator : Nurhilda
3. Observer : Nursindi
4. Fasilitator :
Nurul Hasmi T.
Nurul Khalisa
Rahayu Badar
Risdaniar
Wan Haslinda
Yulianti Makaba
H. Pelaksanaan
Kegiatan Kegiatan Peserta
Tahap Metode Waktu
Penyuluhan Penyuluhan
Pembukaan 1. Salam dan Menjawab Ceramah
memperkenalan salam dan
diri mendengarkan 5 menit
2. Mengadakan penyaji
kontrak waktu
3. Menjelaskan
tujuan
penyuluhan
4. Menjelaskan
manfaat dari
penyuluhan
Uraian Menjelaskan materi 1. Menyimak 1. Ceramah
Meliputi: penjelasan 2. Tanya
1. Definisi fraktur yang jawab
2. Penyebab fraktur diberikan
20
3. Tanda dan gejala 2. Memberikan
menit
fraktur pertanyaan
4. Komplikasi setelah
5. Pencegahan penyampaian
materi
Penutup 1. Menjelaskan 1. Menjawab 1. Tanya
evaluasi dengan pertanyaan jawab
menanyakan 2. Menyimak 2. Ceramah
kembali materi – kesimpulan
materi yang telah 3. Menjawab
disampaikan salam
5 menit
2. Menyimpulkan
materi
penyuluhan dan
hasil diskusi
3. Mengucapkan
salam
I. LAMPIRAN MATERI
1. Pengertian
Fraktur adalah kondisi tulang yang patah atau terputus
sambungannya akibat tekanan berat. Tulang merupakan bagian tubuh yang
keras, namun jika diberi gaya tekan yang lebih besar daripada yang dapat
diabsorpsi, maka bias terjadi fraktur. Gaya tekan berlebihan yang di
maksud antara lain seperti pukulan keras, gerakan memuntir ata meremuk
yang terjadi mendadak dan bahkan kontraksi otot ekstreem. (Istianah, Umi,
2002)
Fraktur tidak hanya mempengaruhi bagian tulang yang patah, namun
juga jaringan di sekitarnya. Fraktur dapat membuat jaringan lunak
membengkak (edema), perderahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, otot
robek ( ruptur tendo), serta kerusakan saraf dan pembuluh darah. (Istianah,
Umi, 2002)

2. Etiologi
Menurut sjamsuhidayah (1997:1138) dalam buku (Rosyidi, 2013)
bahwa terjadinya fraktur dapat disebabkan oleh karena trauma baik
langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung seperti benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radiusulna dan dapat
berupa trauma tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang
menyebabkan tulang klavikula dan radius distal patah.
a. Kekerasan langsung
Kekerasan langsung menyebabkan patah tulang pada titik
terjadinya kekerasan. Fraktur demikian-demikian sering bersifat fraktur
terbuka dengan garis patah melintang atau miring.
b. Kekerasan tidak langsung
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang di tempat
yang jauh dari tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya
adalah bagian yang paling lemah dalam jalur hantaran vektor
kekerasan.
c. Kekerasan akibat tarikan otot
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan
dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekukan,
kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur menurut (Ningsih, 2013) adalah yaitu
a. Deformitas
b. Bengkak/edema
c. Memar
d. Spasme otot
e. Nyeri
f. Kurang/hilang sensasi
g. Krepitas
h. Pergerakan abnormal
i. Rontgen abnormal

4. Patofisiologi
Sewaktu tulang patah maka sel-sel tulang mati, perdarahan biasanya
disekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar tulang
tersebut, jaringan lunak biasanya juga mengalami kerusakan. Reaksi
peradangan hebat timbul setelah fraktur. Sel-sel darah putih dan sel mast
berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sisa-sisa sel mati dimulai. Di tempat patah
tersebut bekuan fibrin (hematom fraktur) dan berfungsi sebagai jala untuk
melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblast segera terangsang dan
terbentuk tulang baru imatur yang disebut callus. Bekuan fibrin
direabsorpsi dan sel-sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling
untuk membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan callus dan
secara perlahan mengalami klasifikasi. Penyembuhan memerlukan waktu
beberapa minggu sampai beberapa bulan. Penyembuhan dapat terganggu
atau terlambat apabila hematom fraktur atau callus rusak sebelum tulang
sejati terbentuk atau apabila sel-sel tulang baru rusak selama proses
klasifikasi dan pengerasan. (Risnanto U. I., 2013)

5. Klasifikasi
Menurut (Istianah, Umi, 2002), klasifikasi fraktur yaitu :
a. Berdasarkan garis raktur
1) Fraktur komplit. Apabila garis patah melalui seluruh penampang
tulang atau melalui kedua konteks tulang
2) Fraktur inkomplit. Apabila garis patah tidak melalui penampang
tulang.
b. Berdasarkan bentuk fraktur dan kaitanya dengan mekanisme trauma.
1) Fraktur transfersal. Fraktur dengan garis patah tegak lurus terhadap
sumbuh panjang tulang. Jika segmen patah tulang direposisi atau
direduksi kembali ke tempat semulah, maka segmen akan stabil dan
biasanya akan mudah di control dengan bidai gips.
2) Fraktur oblique. Fraktur dengan garis patah membentuk sudut
terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil.
3) Fraktur serial. Fraktur ini terjadi akibat torsi pada ekstremitas atas.
Kondisi ini dapat menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak
dan cenderung cepat sembuh dengan imobilisasi luar.
4) Fraktur kompresi. Fraktur yang terjadi ketika dua tulang
menumpuk pada tulang ketiga dengan vetrebran lain.
5) Fraktur anulas. Raktur yang memisahkan fragmen tulang pada
tempat insisi tendon atau ligament. Contohnya fraktur petala.
c. Berdasarkan jumlah fraktur garis fraktur
1) Fraktur komminute. Terjadi banyak garis fraktur atau banyak
fragmen kecil yang terlepas
2) Fraktur segmental. Apabilah garis patah lebih dari satu tetapi tidak
berhubungan sehingga satu ujung yang tidak memiliki pembuluh
drah menjadi sulit untuk sembuh.
3) Fraktur multiple. Garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang
belainan tempat.

6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan fraktur menurut (Rosyidi, 2013), :
a. Fraktur terbuka
Merupakan kasus emergensi karena dapat terjadi kontaminasi
oleh bakteri dan disertai perdarahan yang hebat dalam waktu 6 – 8
jam. Kuman belum terlalu jauh meresap dilakukan :
1) Membersihkan luka
2) Exici
3) Hectingsituasi
4) Antibiotik
b. seluruh fraktur
1) Rekognisis / pengenalan
Riwayat kejadian harus jelas untuk menentukan diagnosa
dan tindakan selanjutnya.
2) Reduksi / manipulasi / reposisi
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimal. Dapat juga di artika seduksi
fraktur (setting tulang) adalah mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasfanatomis.
c. Retensi / immobilisasi
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimum. Omobilisasi fraktur.setelah
fraktur di reduksi, fragmen tulangharus di imolisasi, atau di
pertahankan dalam posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi
penyatuan. Imobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau
interna. Metode fiksasi gips, atau fiksator eksterna. Implant logam
dapat digunakan untuk fiksasi interna yang berperan sebagai bidan
interna untuk mengimbilisasi fraktur.
d. Rehabilitates
Menghindari atropi dan kontak dengan fisioterapi.

7. Komplikasi
Komplikasi fraktur menurut (Istianah, Umi, 2002) antara lain :
1. Komplikasi Awal
a. kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma di tandai dengan menghilangnya
denyut nadi, Menurut CRT, sianosis bagian distal, dan hematoma
melebar.
b. Kompartement Syndrom
Merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot,
tulang, saraf, dan pembulu darah dalam jaringan perut. Afaskuler
c. Nekrosis
Afaskuler (AVN) terjadi karena aliran darah ketulang rusak atau
terganggu. Kondisi ini dapat menyebabkan nekrosis tulang yang di
awali dengan munculnya volkman's Ischemia.
d. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler. Kondisi yang umum terjadi pada kasusu
fraktur ini bisa menyebabkan turunnya osegenasi.
e. Fat Embolism syndrom
Fat embolism syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang.
f. Infeksi
Trauma pada jaringan dapat menurunkan fungsi sistem pertahanan
tubuh. Pada trauma ortopedik, infeksi di mulai pada kulit dan masuk
kedalam tubuh. .
2. Komplikasi Lanjutan
a. Fraktur gagal menyatu sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang
untuk menyambung. Umumnya di sebabkan oleh penurunan suplei
darah ke tulang.
b. Non union merupakan kondisi ketika fraktur gagal menyatu dan
memproduksi sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah
enam bulan.
c. Mal Union merupakan kondisi penyembuhan tulang yang terlihat
dari meningkatnya kekuatan tulang dan perubahan bentuk
(deformitas).

8. Pencegahan Primer
Upaya yang ditujukan kepada orang sehat dan kelompok resiko
tinggi yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi yang
mengalami multi trauma. Tujuan dari pencehagan primer yaitu untuk
mencegah timbulnya multi trauma pada indifidu yang berisiko mengalami
multi Tauma atau pada populsi umum. Sasaran pencegahan primer yaitu
orang-orang yang belum sakit dan klien yang berisiko terhadap kejadian
multi trauma. (Bararah, 2013)
Pencegahan primer adalah interfensi biologi,sosial, atau
fisilogis,yang bertujuan meningkatkan kesehatan dan kesejahtraan atau
menurunkan insiden penyaakit di masyarakat dengan mengubah faktor-
faktor penyebab sebelum membahayakan seperti penyuluhan kesehatan,
pengubahan lingkungan sistem sosial. (Bararah, 2013)
Pencegahan primer dapat dilakukan upaya menghindari terjadinya
trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam melakukan
aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati
– hati , memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat
pelindung diri. Pencegahan yang dapat di lakukan menurut (Bararah,
2013) yaitu :
a. Mengkomsumsi kalsium atau vitamin D
b. Didik mengenai aturan – aturan di jalan raya bagi pengemudi kendaraan
bermototr dan tak bermotor
c. Didik mengenai pentingnya penggunaan yang tepat teratur dari
perangkat pelindung untuk mengurangi resiko cedera (misalnya, kursi,
mobil, sabuk pengaman dan helm)
d. Anjurkan menggunakan sabuk pengaman dan praktik berkendara aman.
e. Hindari mengangkat benda
f. Sediakan permukaan lantai yang tidak licin dan anti slip
DAFTAR PUSTAKA

Asikin. (2015). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Muskuloskeletal.


Yogyakarta: Erlangga.

Bararah, T. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat


Profesional . Jakarta: Prestasi Pustakaraya.

Istianah, Umi. (2002). asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem


muskulokeletal. yogyakarta: pustaka baru press.

Ningsih, L. N. (2013). Asuhan Keperawatan pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Muskulokeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Risnanto, U. I. (2013). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Sistem


Muskuloskeletal). Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

Rosyidi, K. (2013). MUSKULOSKELETAL. Jakarta: CV TRANS INFO


MEDIA.

Anda mungkin juga menyukai