Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM PENDIDIKAN S1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Perawatan Pada Pasien Dengan Fraktur

Sasaran : Keluarga dan penunggu pasien Ruang Mawar

RSUD

Tempat : Ruang Pertemuan Bedah Mawar RSUD

Hari/tanggal : Rabu, 4 Desember 2019

Jam : 10.00-11.30 WIT

A. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan keluarga dan penunggu pasien mengetahui
tentang perawatan pasien yang mengalami fraktur.

b. Tujuan Khusus
Diharapkan keluarga pasien dan pengunjung dapat :

1) Menjelaskan pengertian fraktur


2) Menjelaskan penyebab fraktur
3) Menjelaskan tanda dan gejala fraktur
4) Menjelaskan penanganan fraktur di rumah sakit
5) Menjelaskan perawatan fraktur di rumah
B. SASARAN
Keluarga dan penunggu pasien Ruang Bedah Flamboyan RSUD Dr. Soetomo Surabaya

C. KOMUNIKATOR
Mahasiswa PSIK Fakultas Keperawatan UNAIR Surabaya angkatan B12

D. PENGORGANISASIAN
1) Pembicara : Irtan Hendrika Sikowai dan Armawandi F. Latuba

Moderator : Via Retno Sari

Observer : Adetya Eka Pratama

Fasilitator : Sutriani

Gliska A. Tuasuun

Novia S. Sagrim

Novince Sumbiaganan

Everlina R. Salamala

Febri F. Leuwol

Piolita Talakua

Olivia Y. Maga

2) Peserta : Keluarga dan penunggu pasien

Ruang Bedah RSUD

E. METODE
1. Ceramah
2. Diskusi
F. MEDIA
- Laptop
- LCD
- Leaflet
G. MATERI
1. Menjelaskan pengertian fraktur
2. Menjelaskan penyebab fraktur
3. Menjelaskan tanda dan gejala fraktur
4. Menjelaskan penanganan fraktur di rumah sakit
5. Menjelaskan perawatan fraktur di rumah

H. PELAKSANAAN

Kegiatan Waktu Uraian Kegiatan Kegiatan Peserta Pelaksana

Pembukaan 5 1. Mengucapkan salam 1.Menjawab salam Moderator


menit dan
2. Memperkenalkan 2.Mendengarkan fasilitator
fasilitator 3. Menerima Leaflet

3. Membagikan Leaflet 4.Memperhatikan

4.Menjelaskan tujuan
penyuluhan

5. Menjelaskan mekanisme
kegiatan yang akan
dilaksanakan

Pelaksanaan 20 1. Menjelaskan 1. Memperhatikan Pembicara


menit Pengertian fraktur, penjelasan tentang dan
fasilitator
tanda dan gejala fraktur, perawatan pasien
peyebab fraktur, fraktur
penanganan fraktur di
RS, perawatan fraktur 2. peserta menyimak dan
di rumah memperhatikan tentang
2. Tanya jawab tentang perawatan kateter yang
perawatan pasien benar
dengan fraktur
3. Memberikan umpan
balik terkait demontrasi
perawatan kateter

Evaluasi 5 1. Mengucapkan terima 1. Memperhatikan Moderator


menit kasih atas partisipasi 2. Menjawab salam dan
fasilitator
peserta
2. Mengucapkan salam

I. SETTING TEMPAT

Keterangan

: Fasilitator : Pembicara

: Keluarga dan penunggu pasien : LCD monitor

: Observer : Moderator
J. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur

a. Pengorganisasian dilaksanakan sebelum pelaksanaan kegiatan.

b. Kontrak dengan peserta H-1, diulangi kontrak pada hari H.

c. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan sesuai satuan acara penyuluhan

d. Peserta hadir ditempat penyuluhan sesuai kontrak yang disepakati

2. Evaluasi Proses

Peserta antusias dalam menyimak uraian materi penyuluhan dan demontrasi tentang
perawatan pasien dengan fraktur dan bertanya apabila ada yang dianggap kurang
dimengerti dan mengisi kuesioner awal dan akhir yang diberikan.

3. Evaluasi Hasil

a. Seluruh peserta kooperatif selama proses diskusi ditunjukkan dengan 30 % bertanya


atau mengklarifikasi.
a. 60-70% peserta mampu menjawab pertanyaan dan memahami pengertian sampai
dengan hal-hal yang harus diperhatikan terkait perawatan pasien dengan fraktur
dengan mampu menjawab kuesioner yang telah diberikan minimal 7 dari 10
pertanyaan yang diberikan dengan jawaban benar
b. Peserta sebanyak 80% mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir
penyuluhan dan tidak ada yang meninggalkan tempat penyuluhan sebelum acara
penyuluhan berakhir kecuali ada kepentingan yang tidak bisa diwakilkan
MATERI

A. Definisi Fraktur

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa menurut (Syamsuhidayat. 2004:
840).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya
menurut (Brunner & Suddarth. 2001 : 2357).

B. Etologi

Menurut Sjamsuhidajat (1997), bahwa terjadinya fraktur dapat disebabkan oleh


karena trauma baik langsung maupun tidak langsung. Trauma langsung seperti benturan
pada lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius ulna, dan dapat berupa trauma
tidak langsung misalnya jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang
klavikula dan radius distal patah.

Menurut Engram (1998) fraktur juga dapat disebabkan oleh karena proses patologis
misalnya adanya tumor, infeksi atau osteoporosis pada tulang. Departemen kesehatan
juga mengatakan bahwa penyebab primer fraktur adalah kecelakaan kendaraan bermotor
atau jatuh, olahraga, exercise yang kuat dan malnutrisi.

C. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari fraktur adalah:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang
untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat
di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik
tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera

D. Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu;
1. Fraktur Tertutup (Simple Fracture). Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen
tulangnya tidak menembus kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan / tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar
2. Fraktur Terbuka (Compound Fracture). Fraktur terbuka adalah fraktur yang
mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak,
dapat berbentuk from within (dari dalam), atau from without (dari luar).
3. Fraktur dengan komplikasi (Complicated Fracture). Fraktur dengan komplikasi
adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya mal-union, delayed union,
non-union, dan infeksi tulang
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi :
a) X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks dan menentukan lokasi/luasnya fraktur
b) Scan tulang dapat memperlihatkan fraktur lebih jelas, mengidentifikasi kerusakan
jaringan lunak
c) Pemeriksaan Rontgen digunakan untuk menegakkan diagnosis dari fraktur (Noor,
2016).
2. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak
sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P mengikat di dalam darah
F. Penatalaksanaan Fraktur

Penatalaksannan fraktur telah banyak mengalami perubahan dalam waktu sepuluh


tahun terakhir ini. Traksi dan spica casting atau cast bracing mempunyai banyak
kerugian karena berbaring lebih lama, meskipun merupakan penatalaksanaan non-invasif
pilihan untuk anak-anak. Oleh karena itu tindakan ini banyak dilakukan pada orang
dewasa (Mansjoer,2000).

Bila keadaan penderita stabil dan luka telah diatasi, fraktur dapat dimobilisasi dengan
salah satu cara dibawah ini :

1. Traksi

Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan traksi adalah untuk menangani
fraktur, dislokasi atau spasme, otot dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan
mempercepat penyembuhan. Traksi menggunakan beban untuk menahan anggota gerak
pada tempatnya , tapi sekarang sudah jarang digunakan. Traksi longitudinal yang
memadai diperlukan selama 24 jam untuk mengatasi spasme otot dan mencegah
pembedahan, dan fragmen harus ditopang di posterior untuk mencegah perlengkungan.
Traksi pada anak-anak dengan fraktur femur harus kurang dari 12 kg, jika penderita yang
gemuk memerlukan beban yang lebih besar.

2. Fiksasi internal

Fiksasi internal dilakukan dengan pembedahan untuk menempatkan piringan atau


batangan logam pada pecahan-pecahan tulang. Fiksasi internal merupakan pengobatan
terbaik untuk patah tulang pinggul dan patah tulang disertai komplikasi.

3. Pembidaian

Pembidaian adalah suatu cara pertolongan pertama pada cedera/ trauma sistem
muskuloskeletal untuk mengistirahatkan (immobilisasi) bagian tubuh kita yang
mengalami cedera dengan menggunakan suatu alat yaitu benda keras yang ditempatkan
didaerah sekeliling tulang.
4. Pemasangan Gips Atau Operasi Dengan Orif

Gips adalah suatu bubuk campuran yang digunakan untuk membungkus secara keras
daerah yang mengalami patah tulang. Pemasangan Gips bertujuan untuk menyatukan
kedua bagian tulang yang patah agar tak bergerak sehingga dapat menyatu dan fungsinya
pulih kembali dengan cara mengimobilisasi tulang yang patah tersebut

5. Penyembuhan Fraktur

Penyembuhan Fraktur dibantu oleh pembebanan fisiologis pada tulang, sehingga


dianjurkan untuk melakukan aktifitas otot dan penahanan beban secara lebih awal.
Tujuan ini tercukup dalam tiga keputusan yang sederhana : reduksi mempertahankan dan
lakukan latihan.

G. Cara Melaksanakan Latihan Rom Range Of Motion (ROM)

Tujuan :

1. Mempertahankan / memelihara kekuatan otot


2. Memelihara mobilitas persendian
3. Menstimulasi sirkulasi

Petunjuk :

1. Ada dua jenis latihan Range of Motion

- Latihan pasif
- Latihan aktif

2. Latihan pasif biasanya dilakukan pada :

- Pasien semikoma dan tidak sadar


- Pasien lansia dengan mobilitas terbatas
- Pasien bedrest
- Pasien dengan paralysis ekstremitas tepat
3. Latihan Aktif biasanya dilakukan pada :

- Klien dengan paralysis ekstremitas sebagian


- Klien bedrest / tirah baring (tanpa kontraindikasi)

4. Definisi istilah – istilah Range of Motion

- Fleksi : menekuk persendian


- Ekstensi : meluruskan persendian
- Abduksi : gerakan suatu anggota tubuh ke arah aksis tubuh
- Adduksi : gerakan suatu anggota tubuh menjauhi aksis tubuh
- Rotasi : memutar atau menggerakkan suatu bagian melingkar
- Pronasi : memutar ke bawah
- Supinasi : memutar ke atas
- Infersi : menggerakkan ke dalam
- Efersi : menggerakkan ke luar

5. Range of motion harus dilakukan sekitar 7-10 kali dan dikerjakan sekurang-
kurangnya dua kali sehari. Lakukan pelan-pelan dan hati-hati dan tidak
melelahkan klien.
6. Dalam merencanakan suatu program latihan, perhatikan umur klien, diagnosa,
tanda-tanda vital dan lama bedrest (tirah baring).
7. Latihan seringkali diprogramkan dokter dan dikerjakan oleh para terapis fisik.
8. Bagian tubuh yang akan dilakukan latihan range of motion adalah: leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, pergelangan kaki.
9. Latihan terapeutik dilakukan, dapat dikerjakan pada semua persendian tubuh atau
hanya pada bagian-bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.
10. Waktu melakukan latihan yang tepat misalnya setelah memandikan atau
perawatan.

Pelaksanaan

1. Kaji klien dan rencanakan program latihan yang sesuai untuk klien
2. Memberitahu klien tentang tindakan yang akan dilakukan, area yang akan
digerakkan dan peran klien dalam latihan
3. Jaga privacy klien
4. Jaga/atur pakaian yang menyebabkan hambatan pergerakan
5. Angkat selimut sebagaimana diperlukan
6. Anjurkan klien berbaring dalam posisi yang nyaman
7. Lakukan latihan sebagaimana dengan cara berikut
8. Kaji pengaruh/efek latihan pada klien
9. Atur klien pada posisi yang nyaman
10. Benahi selimut dan linen

Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

a. Atur posisi lengan klien menjauhi sisi tubuh dengan siku menekuk dengan lengan
b. Pegang tangan klien dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang
pergelangan tangan klien
c. Tekuk tangan klien ke depan sejauh mungkin

Latihan ROM Pasif


Latihan pasif seringkali dilakukan oleh perawat epada klien yang menderita paralysis
atau lemah otot pada salah satu bagian tubuh. Pemilihan latihan yang spesifik tergantung
batas kemampuan klien.
Petunjuk dalam melakukan latihan pasif terdiri dari :
- Pastikan bahwa klien mengerti alasan dilakukannya latihan ROM
- Gunakan body mekanik yang baik sewaktu melakukan ROM, untuk mencegah
keseleo atau injury pada perawat atau klien
- Gerakkan hanya bagian yang akan dilatih untuk menghindari klien merasa malu
- Tahan persendian untuk menghindari injury dengan menggunakan telapak tangan
- Gerakkan bagian otot tersebut dengan lembut, perlahan dan teratur
- Hindari melakukan gerakan yang pasien tersebut tidak mampu karena injury bisa
saja terjadi.
Leher – gerakan berputar
Flexi : Gerakkan kepala dari posisi tegak lurus ke arah depan sehingga dagu
menempel pada dada. Jarak normal yaitu 45o dari garis tengah tubuh. Otot utama
adalah sternocleidomastoideus.
Extensi : Gerakkan kepala dari posisi ditekuk ke posisi tegak lurus. Jarak normal
yaitu 45 o dari garis tengah tubuh. Otot utama adalah trapezius.
Hiperextensi : Gerakkan kepala dari posisi tedak lurus ke belakang sejauh mungkin.
Jarak normal yaitu 10o. Otot utama adalah trapezius.

Flexi lateral : Gerakkan kepala secara lateral ke kanan dan ke kiri bahu, sedangkan
wajah tetap menghadap ke depan. Jarak normalnya yaitu 40o dari garis tengah tubuh.
Otot utama adalah sternocleidomastoideus.
Rotasi : Putar kepala sejauh mungkin ke kiri dan ke kanan. Jarak normal yaitu 80o
dari garis tengah tubuh. Otot utama adalah sternocleidomastoideus dan trapezius.

Bahu – sendi peluru


Flexi : Angkat tangan dari arah depan dan atas ke posisi samping kepala. Jarak
normal yaitu 180o dari sisi tubuh. Otot utama adalah pectoralis major,
coracobrachialis, dan deltoideus.
Extensi : Gerakkan tangan dari posisi vertical di samping kepala ke atas dan ke
bawah pada posisi istirahat di samping tubuh. Jarak normal yaitu 180o dari posisi
vertical di samping kepala. Otot utama adalah latissimus dorsal, deltoideus, dan teres
major.
Hiperextensi : Gerakkan masing-masing tangan ke belakang tubuh. Jarak normal
yaitu 50o dari sisi. Otot utama adalah latissimus dorsi, deltoideus, dan teres major.
Abduksi : Gerakkan tiap lengan dari posisi istirahat ke atas, di samping kepala,
telapak tangan menghadap keluar. Jarak normal yaitu 180o. Otot utama adalah
deltoideus dan supraspinatus.
Anterior addukasi : Gerakkan tiap lengan dari samping kepala ke bawah secara
lateral dan ke arah depan tubuh sejauh mungkin. Jarak normal yaitu 230o. Otot utama
adalah pectoralis major, dan teres major.
Abduksi posterior : Gerakkan tiap lengan dari posisi di samping kepala ke bawah
samping dan ke arah samping sejauh mungkin. Jarak normal yaitu 230 o. Otot utama
adalah latissimus dorsi dan teres major.
Fleksi horizontal (adduksi – horizontal) : Lebarkan tiap lengan ke arah lateral
dengan berat badan pada bahu dan pindahkan melalui garis horizontal menyilang

depan tubuh sejauh mungkin. Jarak normal : 130o 135o. Otot utama : pectoralis
major dan coracobrachialis.
Ekstensi horizontal (abduksi horizontal) : Lebarkan tiap lengan secara lateral dengan
berat badan pada bahu dan pindahkan melalui garis horizontal ke sebelah tubuh
sejauh mungkin. Jarak normal : 360o. Otot utama : latissimus dorsi, teres major dan
deltoideus.
Cirkumduksi : Pindahkan tiap lengan ke depan atas, belakang dan atas secara
berputar. Jarak normal : 360o. Otot utama : deltoideus, coracobrachialis, latissimus
dorsi dan teres major.
Rotasi eksternal : Tiap lengan ditahan sehingga bahu dan siku dapat ditekuk pada
sendi yang tepat, jari mengarah ke bawah, pindahkan lengan ke atas sehingga jari
mengarah ke atas. Jarak normal : 90o. Otot utama : infranfinatus dan teres minor.
Rotasi internal : Tiap lengan ditahan sehingga bahu dan siku dapat ditekuk pada
sendi yang tepat, jari mengarah ke atas, angkat lengan ke atas dan ke bawah. Jarak
normal : 90o. Otot utama : subscapularis, pectoralis major, latissimus dorsi dan teres
major.

Sendi engsel/Siku
Fleksi : Angkat tangan mendekati bahu. Jarak normal : 150o. Otot utama : biceps
brachii, brachialis dan brachioradialis.
Ekstensi : Gerakkan lengan bawah ke depan dan menurun kemudian lurus. Jarak
normal: 150o. Otot utama : triceps brachii.
Hiperekstensi : Gerakkan lengan bawah dipindah ke belakang dari posisi lurus. Jarak
normal : 0 – 15o. Otot utama : triceps brachii.
Rotasi untuk supinasi : Putar tangan dan lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke atas. Jarak normal : 70 – 90o. Otot utama : biceps brachii dan
supinator.
Rotasi untuk pronasi : putar tangan dan lengan bawah sehingga telapak tangan
menghadap ke bawah. Jarak normal : 70 -90o. Otot utama : promator teres dan
pronator quadratus.

Sendi Condyloid pada pergelangan tangan


Fleksi : Gerakkan jari tangan menghadap ke dalam pada lengan bawah. Jarak normal:
80 – 90o. Otot utama : flexor carpi radialis dan flexor carpi ulnaris.
Ekstensi : Luruskan tangan sejajar. Jarak normal : 80 – 90o. Otot utama : extensor
carpi radialis longus, extensor carpi radialis brevis dan extensor carpi ulnaris.
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin. Jarak normal :
70 – 90o. Otot utama : extensor carpi radialis longus, extensor carpi radialis brevis,
dan extensor carpi ulnaris.
Abduksi (Fleksi radialis) : Tekuk pergelangan tangan secara menyamping ke dalam
ibu jari di samping dengan tangan supinasi. Jarak normal : 0 – 20o. Otot utama :
extensor carpi radialis.
Abduksi (Fleksi ulnaris) : Tekuk pergelangan tangan menyamping ke dalam kelima
jari dengan tangan supinasi. Jarak normal : 30 – 50o. Otot utama : extensor carpi
ulnaris.

Tangan dan jari – jari


Fleksi : Buat kepalan tangan. Jarak normal : 90o. Otot utama : interossei dorsalis
manus dan flexor digitarum superfisialis.
Ekstensi : Luruskan jari-jari tangan. Jarak normal : 90o. Otot utama : extensor indicis
dan extensor digitiminmi.
Hiperekstensi : Tekuk jari-jari tangan ke belakang sejauh mungkin. Jarak normal :
30o. Otot utama : extensi radialis dan extensor digitiminimi.
Abduksi : Regangkan jari-jari tangan. Jarak normal : 20o. Otot utama : interossei
dorsalis manus, abduabduktor digiti minimi manus dan oppones digiti manus.
Adduksi : Rapatkan jari-jari tangan. Jarak normal : 20o. Otot utama : interossei
palmares.

Sendi Ibu jari


Fleksi : Gerakkan ibu jari menyilang permukaan palmar di atas kelima jari. Jarak
normal : 90o. Otot utama : flexi pollicicis brevis dan opponens pollicis.
Ekstensi : Gerakkan tiap ibu jari menjauhi tangan. Jarak normal : 90o. Otot utama :
extensor pollicis brevis dan extensor pollicis longus.
Abduksi : Gerakkan ibu jari ke arah lateral. Jarak normal : 30o. Otot utama : abductor
pollicis brevis dan abductor pollicis longus.
Adduksi : Gerakkan ibu jari ke belakang. Jarak normal : 30o. Otot utama : adductor
pollicis.
Oposisi : Gerakkan ibu jari dan sentuhkan ke tiap jari pada tangan yang sama.
Gerakan ibu jari meliputi adduksi, rotasi dan fleksi. Otot utama : opponens pollicis
dan flexor opponens brevis.

Sendi Peluru (Ball & Socket)


Fleksi : Gerakkan kaki ke depan dan ke atas, lutut mengulur atau melentur. Lutut
menekuk dengan sudut 90o dan melentur dengan sudut 120o. Otot utamanya adalah
psoas major dan iliacus.
Extensi : Gerakkan kaki ke sebelah kaki lainnya. Jarak normal : 90 – 120o. Otot
utama : gluteus maximus, adductor magnus, semitendinosus, dan semimembranosus.
Hiperextensi : Gerakkan setiap kaki ke belakang tubuh. Jarak normal : 30 – 50o. Otot
utama : gluteus maximus semitendinosus, semimembranosus.
Abduksi : Gerakkan masing-masing kaki ke samping luar. Jarak normal : 45 – 50o.
Otot utama : gluteus medius, gluteus minimus.
Adduksi : Gerakkan masing-masing kaki ke belakang dan ke depan melebihi kaki
yang lain. Jarak normal : 20 – 30o. Otot utama : adductor magnus, adductor brevis,
adductor longus.
Sirkumduksi : Gerakkan masing-masing kaki memutar ke belakang atas, samping,
dan ke bawah secara melingkar. Jarak normal : 360o. Otot utama : psoas major,
gluteus maximus, gluteus medius, adductor magnus.
Rotasi dalam : Angkat telapak kaki dan putar ke arah dalam dan ibu jari sebagai
tumpuan. Jarak normal : 90o. Otot utama : gluteus minimus, tensor fascialatae.
Rotasi luar : Angkat telapak kaki dan putar ke luar dan ibu jari sebagai tumpuan.
Jarak normal : 90o. Otot utama : obturator externus, obturator internus, quadratus
femoris.

Sendi Lutut
Fleksi : Bengkokkan kaki ke belakang, dekatkan ke paha. Jarak normal : 120 – 130o.
Otot utama : rectus femoris, vastus lateralis, vastus mdialis, vastus intermedius.
Extensi : Lururskan masing-masing kaki kembali ke posisi semula di samping kaki
yang lain. Jarak normal : 120 -130o. Otot utama : biceps femoris, semitendinosus,
semimembranosus.
Hiperekstensi : Beberapa orang dapat hiperekstensi lutut 10o. Otot utama : rectus
femoris, vastus lateralis, vastus medialis, vastus intermedius.

Sendi Mata Kaki


Extensi : Tekuk telapak kaki ke bawah. Jarak normal : 45 – 50o. Otot utama :
gastronemius,soleus.
Fleksi : Tekuk telapak kaki ke atas. Jarak normal : 20o. Otot utama : peroneus tertius,
tibialis anterior.

Sendi Jari Kaki


Eversi : Putar masing-masing telapak kaki ke samping. Jarak normal : 30o. Otot
utama : peroneus longus, peroneus brevis.
Inversi : Putar masing-masing telapak kaki ke tengah. Jarak normal : 5o. Otot utama :
tibialis posterior, tibialis anterior.
Fleksi : Gerakkan masing-masing ibu jari ke bawah. Jarak normal : 35 -60o. Otot
utama : flexor hallucis brevis, lumbricales pedis, flexor digitorum brevis.
Ekstensi : Luruskan ibu jari kaki. Jarak normal : 35 – 60o. Otot utama : extensor
digitorum longus, extensor digitorum brevis, extensor hallucis longus.
Abduksi : Regangkan masing-masing jari kaki. Jarak normal : 0 -15o. Otot utama :
interossei dorsalis pedis, abductor hallucis.
Adduksi : Rapatkan masing-masing jari kaki bersamaan. Jarak normal : 0 – 15o. Otot
utama : adductor hallucis, interossei plantares.

Sendi – sendi tubuh


Fleksi : Bungkukkan tubuh ke arah jari kaki. Jarak normal : 70 – 90o. Otot utama :
rectus abdominis, psoas major, psoas minor.
Extensi : Luruskan tubuh dari posisi fleksi. Jarak normal : 70 – 90o. Otot utama :
longissimus thoracis, iliocostalis thoracis, iliocostalis lumborum, erector spinae,
longissimus cervicis.
Hiperekstensi : Bungkukkan tubuh ke arah belakang. Jarak normal : 20 – 30o. Otot
utama : longissimus thoracis, iliocostalis thoracis, iliocostalis lumborum, erector
spinae, longissimus cervicis.
Fleksi lateral : Lekukkan tubuh ke kanan dan ke kiri. Jarak normal : 30o dari
samping. Otot utama : Quadratus lumborum.
Rotasi : Lekukkan tubuh dari bagian atas, dari samping ke samping. Jarak normal :
30 – 45o dari samping. Otot utama : erector spinae.

Anda mungkin juga menyukai