Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DI RUANG ANGGREK RSUD WALED


CIREBON

Di Susun Oleh :
M. Rofi Almahmudy
22149011042

Program Studi Profesi Ners

Fakultas Kesehatan

Universitas YPIB Majalengka

2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP) FRAKTUR NASAL

Topik Penyuluhan : Fraktur Nasal


Sasaran : Pasien dan Keluarga di Ruang Anggrek
Hari/Tanggal : Rabu, 02 November 2022
Waktu : 15 Menit
Tempat : Ruang Penyuluhan Ruang Anggrek
Penyaji : Mahasiswa

A. Latar Belakang
Fraktur os nasal merupakan fraktur paling sering ditemui pada trauma muka
sekitar 40%. Lokasi hidung di tengah dan kedudukan dibagian anterior
wajah merupakan faktor predisposisi yang memudahkan terjadinya fraktur
jika terdapat trauma pada wajah (Efiaty, 2007). Fraktur os nasal lebih
sering terjadi pada laki-laki dibandingkan perempuan dengan perbandingan
adalah 2:1 (Haraldson, 2009). Di dunia berdasarkan penelitian Cavalcanti
dan Melo (2008), angka kejadian fraktur os nasal terjadi pada usia 13-17
tahun (60.9%) dengan penyebab terbanyak adalah jatuh (37.9%) dan
kecelakaan lalu lintas (21.1%). Di Amerika Serikat berdasarkan penelitian
Erdmann et al (2008) penyebab terbanyak adalah kekerasan (36%), jatuh
(18%), olahraga (11%), pekerjaan (3%), dan luka tembak (2%). Frakturos
nasaldapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka atau tertutup.
Identifikasi awal dan penanganan trauma di awal periode penting untuk
menghindari komplikasi dari fraktur. Pemastian tidak adanya
hematomapenting untuk menghindari kerusakan lebih lanjut
danmenghindari komplikasi antara lain kompresi jaringan serta infeksi yang
berbahaya (Efiaty, 2007)
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan tentang Fraktur Nasal diharapkan peserta
dapat mengetahui dan memahami tentang materi yang telah disampaikan.
2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan peserta mampu menjelaskan :
a. Pengertian tentang Fraktur Nasal
b. Penyebab terjadinya Fraktur Nasal
c. Tanda dan Gejala Fraktur Nasal
d. Komplikasi pada Fraktur Nasal Pencegahan dan pengobatan penyakit
Fraktur Nasal

C. Metode
1. Ceramah Presentasi
2. Tanya Jawab

D. Media
1. Leaflet

E. Materi Terlampir
F. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Media dan
Metode
1. 2 Menit Pembukaan : Menjawab Salam, Ceramah
a. Membuka kegiatan Mendengarkan,
dengan Memperhatikan
mengucapkan salam
b. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
c. Menyebutkan
materi yang akan
diberikan

2. 10 Menit Pelaksanaan : Memperhatikan, Ceramah


a. Menjelaskan Mendengarkan, dengan
tentang pengertian Bertanya dan membagikan
Fraktur Nasal menjawab leaflet
b. Menjelaskan pertanyaan yang
tentang macam- diajukan
macam Fraktur
Nasal
c. Menjelaskan
tentang tanda dan
gejala Fraktur Nasal
d. Menjelaskan cara
pencegahan dan
pengobatan Fraktur
Nasal
e. Menjelaskan cara
perawatan pasien
dengan Fraktur
Nasal
f. Memberikan
kesempatan kepada
peserta untuk
bertanya
3. 3 Menit Evaluasi : Menjawab Tanya Jawab,
a. Menanyakan kepada Pertanyaan, Ceramah
peserta tentang Mendengakan,
materi yang telah Menjawab salam
diberikan, kepada
pasien Fraktur
Nasal dan keluarga
yang dapat
menjawab
pertanyaan
b. Menyampaikan
Kesimpulan
c. Mengucapkan salam
penutup

G. Evaluasi
1. Pemantauan
a. Input
1) Kegiatan penyuluhan kelompok dihadiri minimal 5 orang pesera
2) Media penyuluhan yang digunakan adalah : leaflet
3) Paket penyuluhan harus sesuai SOP dan up to date
4) Waktu penyuluhan adalah 15 menit
5) Tempat penyuluhan di lakukan di ruang penyuluhan
6) Pengorganisasian penyuluhan disampaikan beberapa hari sebelum
kegiatan penyuluhan
b. Proses
1) Peserta aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan
2) Tidak ada peserta yang meninggalkan kegiatan penyuluhan saat
penyuluhan berlangsung
3) Narasumber menguasai materi dengan baik
c. Output
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan peserta mengerti dan
memahami materi penyuluhan.
d. Outcome
Setelah dilakukan kegiatan penyuluhan ada perubahan perilaku
kesehatan yang lebih baik
2. Evaluasi
Evaluasi pelaksanaan penyuluhan untuk mengetahui efektifitas
penyuluhan terhadap indikator dampak (dampak dari program seperti
peningkatan PHBS).
Lampiran Materi Penyuluhan
“Fraktur Nasal”

A. Definisi Fraktur Nasal


Fraktur adalah terputusnya kontunuitas tulang dan ditentukan sesuai
jenis dan luasnya, fraktur dapat disebabkan oleh pukulan langsung, gaya
meremuk dan bahkan kontraksi otot eksterm Brunner dan suddarth, 2001).
Fraktur adalah hilangnya konstinuitas tulang, tlang rawan baik yang
bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Arif, 2008). Fraktur
adalah rusaknya kontinuitas tulang yang disebabkan tekanan eksternal yang
datang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang.
Fraktur nasal disebabkan oleh trauma dengan kecepatan rendah.
Sedangkan jika disebabkan oleh trauma kecepatan tinggi biasanya
berhubungan dengan fraktur wajah Le Fort tipe 1 dan 2. Selain itu, injury
nasal juga berhubungan dengan cedera leher atau kepala. Fraktur os nasal
adalah truma tulang rawan pada nasal yang disebabkan oleh ruda paksa,
misal: kecelakaan, benturan hebat yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, dan lain-lain.

B. Etiologi
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada
berbagai keadaan berikut:
a. Tumor Tulang (Jinak atau Ganas): pertumbuhan jaringan baru yang
tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut
atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif, lambat
dan sakit nyeri
c. Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain yang
biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
3. Secara Spontan Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus,
misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
Trauma nasal biasanya disebabkan oleh trauma langsung, seperti terpukl,
kecelakaan lalulintas maupun pada saat olahraga (Sjamsuhidayat, 2004).

C. Klasifikasi
1. Fraktur hidung sederhana, jika fraktur dari tulang hidung, dapat dilakukan
perbaikan dari fraktur tersebut dengan anastesi local.

2. Fraktur Tulang Hidung Terbuka, fraktur tulang hidung terbuka


menyebabkan perubahan tempat dari tulang hidung dan disertai laserasi
pada kulit atau mukoperiosteum rongga hidung.

3. Fraktur Tulang Nasoetmoid, fraktur ini merupakan fraktur hebat pada


tulang hidung, prosesus frontal pars maksila dan prosesus nasal pars
frontal. Fraktur tulang nasoetmoid dapat menyebabkan komplikasi.
D. Tanda dan Gejala
1. Depresi atau pergeseran tulang-tulang hidung
2. Pada perabaan dirasakan nyeri
3. Pembengkakan jaringan lunak yang berdekatan dengan hidung
4. Epistaksis
5. Krepitasi

E. Penatalaksanaan Medik
1. Penatalaksanaan Awal
a. Pertolongan pertama ( emergency )
b. Resusitasi
c. Penilaian klinis
2. Enam prinsip umum pengobatan fraktur
a. Jangan membuat keadaan lebih jelek komplikasi
b. pengobatan latrogenik mal praktek
c. Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang
d. akurat
e. Seleksi pengobatan
f. Menghilangkan nyeri
g. Memperoleh posisi fragmen yang baik
h. Mengusahakan penyambungan tulang
i. Pengembalian fumgsi yang obtimal
j. Mengingat proses penyembuhan secara alami
k. Bersifat realistic dan praktek dalam memilih jenis
pengobatan
l. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individu
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer C. Suzannne, (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih


Bahasa Andry Hartono, dkk., Jakarta, EGC.

Doenges, EM. (2000), Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Alih Bahasa I Made
Kariasa, dkk. (2001),Jakarta, EGC. 4.

Mansjoer, Arief. Et all. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media


Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai