Anda di halaman 1dari 3

CHRONIC ANKLE INSTABILITY

Apa itu Chronic Ankle Instability?

Chronic ankle instability (CAI) atau instabilitas pergelangan kaki kronis adalah dampak dari terjadinya
ankle sprain. Sebanyak 20-40% individu dengan riwayat ankle sprain dapat berkembang menjadi CAI
yang dapat berakibat pada disabilitas jangka panjang serta mempengaruhi aktivitas fisik sehari-hari yang
persisten hingga lebih dari 6 bulan.

Bagaimana tanda dan gejalanya?

Individu dengan CAI dapat memiliki masalah insufisiensi secara mekanis, fungsional, maupun keduanya.
Insufisiensi mekanis dapat diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik untuk melihat ada/tidaknya masalah
mekanis seperti hipermobilitas sendi yang patologis, restriksi ROM ankle, perubahan cairan sendi atau
degeneratif. Instabilitas fungsional lebih cenderung pada laporan atau keluhan gejala yang dialami
pasien berupa rasa “give way” dan dapat diikuti dengan kelemahan ligamen namun tanpa defisit
mekanis. Individu dengan instabilitas fungsional ankle biasanya memiliki masalah pada kontrol
proprioseptif, neuromuskular, postur, dan kurangnya kekuatan otot yang dapat diidentifikasi dengan
pemeriksaan fisik.

Apa saja faktor risiko CAI?

Faktor risiko utama CAI adalah adanya riwayat ankle sprain. Faktor risiko lain yang berperan adalah IMT
yang lebih tinggi, kekuatan otot penopang sendi pergelangan kaki hingga pinggul yang inadekuat,
kontrol keseimbangan dan postur yang kurang baik, serta kinematik kejadian pencetus timbulnya gejala
instabilitas. Aktivitas fisik yang banyak melibatkan transisi dari non-weight bearing ke weight-bearing
merupakan kinematik yang paling berpengaruh pada CAI.

Bagaimana tata laksananya?

Tata laksana secara konservatif (non operatif) direkomendasikan selama 2 bulan awal sejak diagnosis
CAI ditegakkan. Pada fase ini pasien akan menjalani rehabilitasi yang terdiri dari fisioterapi, latihan
proprioseptif dan keseimbangan, serta penggunaan orthotik yang diperlukan. Jika telah dilakukan tata
laksana konservatif disertai penggunaan taping atau brace namun CAI tetap persisten maka tata laksana
operatif akan dipertimbangkan dengan menilai kondisi anatomis ankle pada pemeriksaan radiografi.

Apa saja terapi latihan yang dapat dilakukan?


 Quadriceps stretch
 Hamstring stretch
 Gluteal stretch
 Iliotibial band stretch
 Prone hip extension
 Side-lying leg lift
Bagaimana pencegahannya?

 Melakukan pemanasan sebelum latihan fisik atau olahraga


 Melakukan peregangan dinamis dan statis secara berkala
 Tidak meningkatkan intensitas latihan secara tiba-tiba dan berlebihan
 Menyediakan waktu istirahat/pemulihan yang cukup setelah latihan fisik atau olahraga

Referensi :

American Academy of Orthopaedic Surgeons. (n.d.). Snapping Hip. Retrieved November 10, 2021, from
https://orthoinfo.aaos.org/en/diseases--conditions/snapping-hip/
Giai Via, A., Fioruzzi, A., & Randelli, F. (2017). Diagnosis and Management of Snapping Hip Syndrome: A
Comprehensive Review of Literature. Rheumatology: Current Research, 07(04).
https://doi.org/10.4172/2161-1149.1000228
Lewis, C. L. (2010). Extra-articular snapping hip: A literature review. Sports Health, 2(3), 186–190.
https://doi.org/10.1177/1941738109357298
Musick, S. R., & Varacallo, M. (2021). Snapping Hip Syndrome - StatPearls - NCBI Bookshelf.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448200/

Anda mungkin juga menyukai