Tafsir Tarbawi
Tafsir Tarbawi
NIM : 1192020148
Kelas : PAI 4 D
- Yasin 77-83
TAFSIR AYAT KE-77
77. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai
kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata, “Sesungguhnya Al ‘Aash bin
Wa’il mengambil tulang dari Bath-ha’, lalu ia meremukkannya dengan tangannya,
kemudian berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Apakah Allah
akan menghidupkan benda ini setelah hancur?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab, “Ya, Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu
dan akan memasukkanmu ke neraka Jahanam.” Ibnu Abbas berkata, “(Maka) turunlah
beberapa ayat akhir surat Yaasiin.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Hakim dalam
Mustadraknya juz 2 hal. 429 dari jalan ‘Amr bin ‘Aun dari Hasyim dst. Ia berkata,
“Shahih sesuai syarat dua syaikh (Bukhari-Muslim), namun keduanya tidak
menyebutkannya.”).“ [15] Ayat yang mulia ini di dalamnya menyebutkan syubhat
orang-orang yang mengingkari kebangkitan serta jawabannya.“ Dan tidakkah
manusia[16] Yaitu orang yang mengingkari kebangkitan dan
meragukannya.“memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani[17]
Lalu Allah merubah keadaannya sedikit demi sedikit sehingga menjadi sosok yang
kuat.“, ternyata dia menjadi musuh yang nyata
- TAFSIR AYAT KE-78
Menolak adanya kekuasaan Allah SWT untuk menghidupkan kembali
orang-orang yang sudah mati seperti sedia kala merupakan tindakan yang aneh.
Penolakan itu seperti menyatakan sendiri kelemahannya, dengan tidak pernah
memikirkan proses penciptaannya sendiri.
- TAFSIR AYAT KE-79
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
menyampaikan berita kepada Ubay bin Kholaf, “Yang mampu menghidupkan tulang-
tulang yang sudah hancur itu adalah Dzat yang telah menciptakannya pada
penciptaan yang pertama kali. Dialah Yang Maha Mengetahui akan semua makhluk-
Nya. Dialah Maha Pencipta yang telah menciptakan berbagai bentuk dari setetes air
mani. Kenapa dia menganggap Allah SWT tidak kuasa untuk menciptakan makhluk
dari tanah? Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
- TAFSIR AYAT KE-80
Ibn Abbas mengatakan bahwa ada dua jenis kayu di daratan, yaitu
kayu marikh dan ifar. Barang siapa yang ingin menyalakan api, hendaklah ia
memotong dahan dari keduanya dan menjadikanya seperti penggosok. Keduanya
merupakan kayu yang hijau yang mengandung air. Kemudian, kayu marikh
digosokkan di atas kayu ifar, maka dengan kehendak Allah SWT akan keluar api dari
gosokan itu.
Ada orang Arab yang mengatakan bahwa setiap pohon mengandung
unsur api. Jika tidak, maka kayu marikh dan ifar ridak akanmengeluarkan air.
Para Hukama’ (orang-orang yang perkataan dan perbuatannya
sesuai/bijak) menyatakan bahwa setiap pohon mengandung unsur api, kecuali anggur.
Karenanya, Dzat Yang Maha Kuasa untuk menyatukan unsur api dan air pada
sesuatu, berarti tidak diragukan lagi, Dia Maha Kuasa untuk menghidupkan yang
mati.
- TAFSIR AYAT KE-81
Benarlah, Allah Maha Kuasa untuk menciptakan satu makhluk yang
sama seperti pada penciptaan pertamanya. Dia lah yang Maha Mengetahui seluruh
makhluk yang telah diciptakan-Nya. Dialah Dzat yang berkuasa untuk menciptakan
langit dan bumi. Bukankah Dzat yang berkuasa untuk menciptakan manusia setelah
mati pasti Dia berkuasa pula atas segala sesuatu?
- TAFSIR AYAT KE-82
Jika Allah SWT berkehendak untuk membuat sesuatu dari ketiadaan
menjadi ada, maka dengan tanpa membutuhkan peralatan atau pun bantuan, Dia
hanya berfirman, “Jadilah!” maka sesuatu itu pasti akan jadi seketika itu juga tanpa
ada sedikit pun waktu penangguhan.
Yang dimaksud dengan kata Kun (jadilah!) adalah sebuah pernyataan
keindahan. Disebutkan dalam tafsir al-Taisir, yang dimaksud dengan kata itu bukan
berarti Allah SWT mengucapkannya, tetapi sebagai gambaran cepatnya kekuasaan
Allah SWT dalam menciptakan segala macam makhluk-Nya. Sehingga jika diukur
dengan kata itu pun, kecepatan-Nya tidak bisa ditandingi.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa kata itu merupakan kata yang
biasa diucapkan Allah SWT, sehingga ketika para malaikat mendengar kata itu,
mereka mengetahui bahwa Dia menciptakan sesuatu.
- TAFSIR AYAT KE-83
Kata Subhaana (Maha Suci) merupakan bentuk pensucian (Tanziih).
Sedangkan kata Malakuut bermakna Mulk (kekuasaan), seperti halnya kata Rahamuut
yang bermakna Rahmat (kasih sayang). Artinya, semua kerajaan dan kekuasaan
adalah milik Allah SWT, bukan milik selain-Nya.
Di hari kiamat nanti, semua makhluk akan dikembalikan kepada Allah
SWT dengan membawa semua amal perbuatannya. Mereka akan dibalas sesuai
dengan perbuatannya itu; jika perbuatannya baik maka baik pula balasannya, dan jika
pebuatannya jelek maka jelek pula balasan yang akan diterimanya. Pada saat itulah
Allah SWT memberikan balasan kenikmatan kepada orang-orang soleh dan siksaan
bagi orang-orang yang berbuat dzalim dan maksiat.
- Surat Al-Isra Ayat 22
Tafsir Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Wahai hamba Allah! Janganlah engkau mengadakan tuhan lain di
samping Allah yang engkau sembah, nanti engkau akan tercela dan tak terpuji di
hadapan Allah dan di hadapan hamba-hamba-Nya yang saleh serta terhina dan tidak
akan ada yang menolongmu dari-Nya.
- Penjelasan :
Dari penjelas tafsir muyassar diatas bahwa orang yang mana mereka
menyebah kepada selain allah SWT mereka tidak akan mendapatkan kesenangan,
melainkan mereka akan celaka karena telah berbuat syirik di hadapan Allah SWT,
dan juga mereka akan di hinakan oleh allah SWTdi hadapan hamba hambanya yang
sholeh, yakni hamba hamba allah yang senantiasa beriman dan beribadah kepada
allah SWT.
- Al isra 22
Wahai orang yang mukallaf (dibebankan tugas kewajiban), janganlah
kamu menjadikan sekutu bagi Allah. Sebab dengan begitu kamu akan menjadi terhina
dan tercela.
Penjelasan :
Dijelaskan pada sural Al – Ikhlas bahwa Allah lah yang paling kuasa,
Allah lah yang mengetahui segala hal yang hambanya lakukan dari kebaikan mapun
keburukan, jadi jangan lah engkau mensekutukan Allah sedangan segala hal. Ketika
kamu malkukan hal tersebut maka kamuakan menjadi terhina dan juga tercel.
5. Jelaskan Pendapat Para Mufassir tentang Pendidikan Intelektual menurut QS. Al-Isro :
36, Yunus : 35-36 dan Yusuf : 22
- Al-Isro : 36
(Dan janganlah kamu mengikuti) menuruti (apa yang kami tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati) yakni kalbu (semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya) pemiliknya
akan dimintai pertanggungjawabannya, yaitu apakah yang diperbuat dengannya?
- Yunus : 35-36
Yunus : 35
(Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat
menunjuki kepada kebenaran?") dengan menegakkan hujah-hujah dan memberikan
petunjuk (Katakanlah, "Allahlah yang menunjuki kepada kebenaran." Maka apakah
Zat yang menunjuki kepada kebenaran itu) yang dimaksud adalah Allah (lebih berhak
diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk) lafal yahiddiy asalnya
yahtadii; artinya mendapat petunjuk (kecuali bila diberi petunjuk?) lebih berhak untuk
diikuti? Kata tanya di sini mengandung makna mengukuhkan dan sekaligus sebagai
celaan, makna yang dimaksud ialah bahwa yang pertamalah yang lebih berhak untuk
diikuti (Mengapa kalian berbuat demikian? Bagaimanakah kalian mengambil
keputusan) dengan keputusan yang rusak ini, yaitu mengikuti orang-orang yang tidak
berhak untuk diikuti.
Yunus : 36
(Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti) di dalam penyembahan
mereka terhadap berhala-berhala (kecuali persangkaan saja) dalam hal ini mereka
hanya menirukan apa yang telah diperbuat oleh nenek-moyang mereka
(Sesungguhnya prasangka itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran)
yang membutuhkan ilmu pengetahuan tentangnya (Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan) oleh sebab itu maka Dia membalas semua
amal perbuatan yang telah mereka kerjakan itu.
- Yusuf : 22
Pada ayat 22 Allah menjelaskan, kelak saat dewasa Nabi Yusuf akan
diberi hikmah dan ilmu. Dan di akhir ayat ditutup dengan firman Allah:
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Imam al-Razi menjelaskan, lewat penutup ayat tersebut banyak ulama yang
menyimpulkan, segala nikmat yang diterima Nabi Yusuf tatkala di mesir adalah buah
kesabarannya dalam menghadapi ujian dari Allah.
Terkait hikmah dan ilmu yang diberikan kepada Nabi Yusuf, para
ulama berbeda pendapat. Imam ibnu katsir menjelaskan bahwa hikmah tersebut
adalah diangkatnya Nabi Yusuf sebagai Nabi. Pendapat serupa juga dinyatakan oleh
Ibnu ‘Asyur dan ia menambahi, bahwa ilmu yang dimaksud adalah ilmu tafsir mimpi.
Sedang Imam Al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain hanya mentafsiri lafad hukman
sebatas ilmu hikmah saja tanpa menyinggung soal kenabian, dan mentafsiri ilmu
dengan ilmu agama secara umum.