Anda di halaman 1dari 16

Nama : Muhammad Daffa F

NIM : 1192020148

Kelas : PAI 4 D

Lembar jawaban UAS mata kuliah Tafsir Tarbawi

1. Jelaskan Pendapat Para Mufassirtentang Materi Pendidikan menurut QS. Al-Ghosiyah :


17-21, Ali Imron : 170-171, Al-Dzariyat : 20-21
Jawaban :
QS. Al- Ghosiyah (17-21)
- Ayat ْ‫ َأفَاَل يَنظُ رُونَ ِإلَى اِإْل بِ ِل َك ْي فَ ُخلِقَت‬Tidaklah mereka perhatikan unta, bagaimana ia
diciptakan?! Disini Allah swt. mengkhususkan unta sebagai objek pengamatan,
mengingat bahwa ia adalah hewan paling berguna bagi bangsa arab ketika itu. Dan
memang ia sesungguhnya adalah hewan yang mengagumkan. Meski memiliki tubuh
serta kekuatan yang amat besar, ia begitu patuhnya, bahkan kepada seorang yang
lemah atau anak kecil sekalipun. Demikian pula dalam hal kemampuannya
mengangkut beban yang berat ke tempat-tempat yang berjarak jauh. Dengan
mudahnya ia duduk ketika akan dibebani atau ditunggangi, lalu bangkit berdiri lagi
untuk meneruskan perjalanan. Memiliki watak sabar menghadapi beratnya perjalanan,
haus dan lapar. Sedikit saja rerumputan sudah cukup baginya, berbeda dengan hewan-
hewan lain yang sejenis. Dan masih banyak lagi kelebihan dn keistimewaannya yang
tidak dimiliki hewan selainnya. Kelebihan keistimewaan itu bukan karena besar
tubuhnya, sehingga dapat disamakan dengan gajah, misalnaya. Sebab, gajah –
meskipun memiliki sebagian keistimewaan yang dimiliki oleh unta – namun ia tidak
menghasilkan susu, dagingnya tidak dimakan, dan cara mengendalikannya pun tidak
semudah unta.
- َّ ‫ َواِلَى‬Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Yang dimaksud
Ayat ْ‫الس َما ِء َك ْي فَ ُرفِ َعت‬
dengan ‘ditinggikan’ adalah pengaturan benda-benda yang berada diatas kepala kita,
seperti matahari, bulan dan bintang-bintang, masing-masing dalam garis
peredarannya, tidak pernah menyimpang dan tidak pernah pula merusak tatanannya.
- Ayat ْ‫ص بَت‬ ِ َ‫ َواِلَى ْال ِجب‬Dan gunung-gunung, bagaimana ditegakkan. Yakni untuk
ِ ُ‫ال َكيْفَ ن‬
menjadi tanda bagi para musafir dan tempat berlindung dari kejaran orang-orang
zalim. Di samping itu, pada galibnya ia adalah juga pemandangan indah bagi siapa
yang melihatnya.
- Ayat ْ‫س ِط َحت‬ ِ ‫ َواِلَى ْاَأل ْر‬Dan bumi, bagaimana dihamparkan. Yakni dengan
ُ َ‫ض َك ْي ف‬
meratakan permukaannya dan menjadikannya mudah dimanfaatkan oleh manusia,
untuk bermukim diatasnya atapun berjalan di segala penjurunya.
- Penjelasan
Pemilihan unta, langit, gunung-gunung, dan bumi sebagai contoh,
mengingat bahwa semua ciptan ini adalah yang senantiasa dilihat oleh orang-orang
Arab dilembah-lembah dan gurun pasir mereka. Karenanya, memang selayaknya
semua itu disebutkan dalam satu rangkaian, agar dapat pula tercakup dengan mudah
dalam pengamatan yang diminta dari mereka. Oleh sebab itu, seandainya orang-orang
yang mengingkari maupun yang lalai itu, mau memperhatikan sebagian yang mereka
saksikan sehari-hari, bagaimana semua itu terjadi – tentunya masing-masing orang
sesuai kemampuan penalarannya – niscaya mereka akan menyadari bahwa semua itu
adalah ciptaan yang tak mungkin terwujud dan terpelihara kecuali oleh adanya Sang
Pencipta, yaitu Allah Swt. Dan bahwa Dia Yang Maha Kuasa atas penciptan semua
itu, lalu memeliharanya dan mengaturnya dalam suatu tatanan yang dibangun-Nya
atas dasar hikmah, niscaya Dia Maha Kuasa pula untuk membangkitkan kembali
manusia pada suatu hari, ketika setiap pelaku akan menerima balasan atas segala
perbuatannya.
Dan sebagaimana Allah Awt. telah menciptakan semua itu, sedangkan
manusia tidak mengetahui cara penciptaanya, dan yang mereka ketahui hanyalah apa
yang dapat mereka saksikan dihadapan mereka. maka sedemikian itu pula berkenaan
dengan apa yang Ia ciptakan pada ‘hari’ itu kelak. Mereka tidak akan mengetahui cara
Ia melakukannya, tetapi yang mereka ketahui hanyalah keberadaan semua itu
dihadapan mereka, persis sebagaimana mereka kini menyaksikan segala ciptaan Allah
Swt. (dalam kehidupan dunia).
Nah, apabila keadaannya sudah begitu jelas, maka yang diperlukan sekarang hanyalah
sekerdar peringatan dan penalaran, yang dapat membuahkan pelajaran dan kesadaran.
QS. Al- Imran (170-171)
- Dinyatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Ya’qub, telah menceritakan
kepada kami ayahku, dari Ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Al-Haris ibnu
Fudail Al-Ansari, dari Mahmud ibnu Labid, dari Ibnu Abbas yang menceritakan
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda: Orang-orang yang
mati syahid berada di tepi sungai yang ada di pintu surga, padanya terdapat kubah
hijau, rezeki mereka dikeluarkan dari dalam surga setiap pagi dan petang. Hadits ini
hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad sendiri.
- Mereka gembira menerima balasan berlipat ganda sebagai perjuangan mereka. Betapa
mereka tidak bahagia jikalau yang mereka terima tidak hanya balasan berlipat ganda
itu, tetapi juga karunia tambahan yang dia datangnya dari Allah SWT. Bagi Allah,
tiada suatu perbuatan baik yang sia-sia, semuanya pasti memperoleh balasan berlipat
ganda dari-nya(ni’mah), bahkan di tambah-Nya lagi dengan karunia-Nya(fadl).
- Penjelasan
(ayat 170) Dengan kata lain, orang-orang yang mati syahid di jalan
Allah itu hidup di sisi Tuhan mereka, sedangkan mereka dalam keadaan gembira
karena kenikmatan dan kebahagiaan yang mereka peroleh. Mereka merasa gembira
dan amat bangga kepada saudara-saudara mereka yang masih tetap berperang di jalan
Allah sesudah mereka; mereka telah mendahuluinya, dan bahwamereka yang belum
sampai tidak usah takut dalam menghadapi apa yang ada di depan mereka dan tidak
usah bersedih hati atas apa yang mereka tinggalkan di belakang mereka nanti.
(ayat 171) Orang orang pada zaman dahulu seringnya berperang
sehingga bayak orang yang meninggal dimedan perang dan dinyatakan mati syahid
karena peperangan tersebut. Pada zaman sekarang bukan lagi peperangan yang ada
anatara satu kaum dengan kaum yang lainnya, pada zaman sekrang peperangan nya
yakni dengan melawan hawa nafsu juga dengan menuntut ilmu.
Ada pepatah yang mengatakan jika kalian meninggal dan dengan itu
kalian sedang menuntut ilmu maka meninggalnya dapat disebut dengan meninggal
ketika berperang yang dimana bisa kita sebut mati syahid. Maka dari itu islam
mewajibkan orang orang muslim menuntuk ilmu untuk berperang melawan
kebodohan.
Al-Dzariyat : 20-21
- Al-Dzariyat : 20
(Dan di bumi itu) yakni gunung-gunung, tanahnya, lautan, pohon-
pohonan, buah-buahan, dan tumbuh-tumbuhannya serta lain-lainnya (terdapat tanda-
tanda) yang menunjukkan akan kekuasaan Allah swt. dan keesaan-Nya (bagi orang-
orang yang yakin).
- Al-Dzariyat : 21
(Dan juga pada diri kalian sendiri) terdapat pula tanda-tanda yang
menunjukkan kekuasaan dan keesaan-Nya, yaitu mulai dari permulaan penciptaan
kalian hingga akhirnya, dan di dalam susunan penciptaan kalian terkandung pula
keajaiban-keajaiban. (Maka apakah kalian tidak memperhatikan?) akan hal tersebut
yang karena itu lalu kalian dapat menyimpulkan akan Penciptanya dan kekuasaan-
Nya yang Maha Besar.
- Penjelasan
Setiap orang mempunyai potensinya sendiri sekalipun yang memeiliki kekurangan
fisik. Potensi – potensi yang Allah berika kepada setiap manusia sangat lah luar biasa
sehingga banyak orang -orang yang ahli dalam bidangnya sendiri. Dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki seseorang dan sampai menjadikan potensi
tersebut sampai menjadi ahli, itu adalah suatu rasa syukur orang tersebut ketika sudah
di berikan potensinya oleh Allah.
2. Jelaskan Pendapat Para Mufassir tentang Metode Pendidikan menurut QS. Al-Maidah :
67, An-Nahl : 125-128, al-A’rof : 175-177
Jawaban :
- Al-Maidah : 67
Wahai utusan Allah, berikan lah kabar kepada manusia akan apa-apa yang telah
diwahyukan Tuhan kepadamu. Ajaklah mereka untuk mengikutinya. Jangan takut
disakiti oleh seseorang. Bila kamu takut, maka berarti kamu tidak menyampaikan
risalah Allah. Sebab, kamu telah diperintahkan untuk menyampaikannya kepada
semua. Allah akan memelihara kamu dari gangguan orang-orang kafir. Sebab, sudah
merupakan ketentuan Allah yang berlaku bahwa kebatilan tidak akan mengalahkan
kebenaran. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk orang-orang kafir
kepadajalan yang lurus.
- An nahl ayat 125-128
Berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Terhadap orang-
orang yang dalam rangka menyeru mereka diperlukan perdebatan dan bantahan.
Maka hendaklah hal ini dilakukan dengan cara yang baik, ia itu dengan lemah lembut,
tutur kata yang baik, sertacara yang bijak.
Jika orang yang didakwahi menyangka bahawa yang dipegangnya
adalah kebenaran atau sebagai penyeru kepada kebatilan, maka dibantah dengan cara
yang baik,yaitu cara yang dapatmembuat orang tersebut mau mengikuti secara akal
maupun dalil.
Hal ini mengukuhkan perintah bersabar, sekaligus sebagai pemberitaan
bahawa kesabaran itu tidak dapat diraih melainkan berkat kehendak Allah dan
pertolonganNya, sertaberkatupaya dan kekuatanNya.
Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-
orang yang berbuat kebaikan melalui dukunganNya, pertolonganNya, bantuanNya,
petunjuk dan upayaNya. Bertakwa adalah dengan meninggalkan hal-hal yang
diharamkan, menjauhi kufur dan kemaksiatan, sedangkan berbuat ihsan adalah
dengan mengerjakan ketaatan, beribadah kepada Allah seakan-akan melihatNya, atau
merasakan pengawasan dariNya.
- QS. Al-araf 175-177
Mengenai firman Allah: watlu ‘alaiHim naba-alladzii aatainaaHu
aayaatinaa fansalakha minHaa (“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang
telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami [pengetahuan tentang isi al-Kitab],
kemudian dia melepaskan diri dart pada ayat-ayat itu.”) Abdur Razzaq mengatakan
dari ‘Abdullah bin Masud ia berkata: “Yaitu seseorang dari Bani Israil yang bemama
Bal’am bin Ba’ura’.” Sedangkan Malik bin Dinar mengatakan: la adalah seorang
ulama dari Bani Israil, yang do’anya senantiasa dikabulkan. Mereka
mendahulukannya ketika menghadapi berbagai kesulitan. Dialah yang Allah sebutkan
dalam firman-Nya: fansalakha minHaa (“Kemudian ia melepaskan diri dari ayat-ayat
itu”)
Dan firman-Nya: fa atba’aHusy syaithaanu (“Lalu ia diikuti oleh
syaithan”) maksudnya, maka ia tergoda syaithan dan dikuasainya, sehingga apa yang
diperintahkannya ia mengikuti dan mentaatinya. Oleh karena itu, Allah berfirman: fa
kaana minal ghaawiin (“Maka jadilah ia termasuk orang-orang yang binasa, bingung
dan celaka.”)
Firman Allah: walau syi’naa larafa’naaHu biHaa wa lakinnaHuu
akhlada ilaa ilal ardli wat taba’a HawaaHu (“Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan [derajat]nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung
kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang reendah.”)
Allah berfirman: wa lau syi’naa larafa’naaHu biHaa (“Dan kalau Kami
menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan [derajatnya] dengan ayat-ayat ini.”)
maksudnya, Kami sucikan ia dari berbagai kotoran dunia, dengan ayat-ayat yang
Kami berikan kepadanya.
Wa lakinnaHu akhlada ilal ardli (“tetapi ia cenderung pada dunia”)
maksudnya ia lebih cenderung pada perhiasan kehidupan dunia dan memilih
kelezatan dan menikmatinya, serta tertipu olehnya, sebagaimana telah tertipu orang-
orang lain yang tidak memiliki akal pikiran. Dan Firman-Nya: fa matsaluHu
kamatsalul kalbi in tahmil ‘alaiHi yalHats au tat-rukHu yalHats (“Maka
perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya.
Dan jika kamu membiarkannya, ia mengulurkan lidahnya [juga].”)
Para ahli tafsir telah berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut
ungkapan Ibnu Ishaq, dari Salim, dari Abu Nadhr, bahwa Bal’am keluar lidahnya
sampai ke dadanya. Maka tasybih (penyerupaan) dirinya dengan anjing yang
menjulurkan lidahnya dalam kedua situasi itu cukup jelas.
Ada juga yang mengatakan bahwa makna firman-Nya itu adalah
Bal’am menjadi seperti anjing dalam kesesatannya yang terus-menerus, serta tidak
mau mengambil manfaat, baik diseru kepada iman maupun tidak, sehingga menjadi
seperti anjing yang menjulurkan lidahnya, baik ketika dihalau atau dibiarkan.
Demikianlah keadaan Bal’am, di mana sama saja baginya, ia tidak
mengambil manfaat ketika diberi pelajaran dan seruan kepada keimananan ataupun
tidak sebagaimana firman Allah yang artinya: “Sama saja bagi mereka, engkau beri
peringatan atau tidak engkau beri peringatan mereka tetap tidak akan beriman.” (Al-
Baqarah: 6)
Dan firman Allah: faqshushil qashasha la’allaHum yatafakkaruun
(“Maka ceritakanlah [kepada mereka] kisah-kisah itu agar mereka berfikir.”) Allah
berfirman kepada Nabi-Nya, Muhammad saw. demikian maksudnya supaya bani
Israil mengetahui keadaan Bal’am dan yang terjadi padanya, ketika disesatkan oleh
Allah dan dijauhkan dari rahmat Allah, dengan sebab ia menggunakan nikmat Allah
yang diberikan kepadanya berupa pengajaran nama-Nya yang Agung (yang jika
diminta dengan nama itu, Allah pasti akan mengabulkan dan jika diseru dengannya,
Allah pasti akan memenuhi) bukan dalam rangka ketaatan kepada Allah, bahkan ia
pernah mendo’akan keburukan dengan menggunakan nama itu terhadap Hizbullah
(golongan Allah) dan Hizbul Mukminin (golongan orang-orang yang beriman), para
pengikut hamba Rasul-Nya pada zaman itu, yaitu Musa bin Imran as.
Oleh karena itu, Allah berfirman: la’allaHum yatafakkaruun (“Agar
mereka befikir.”) Sehingga dengan demikian, mereka menghindarkan diri agar tidak
mengalami hal yang serupa dengan Bal’am. Karena Allah telah memberikan kepada
mereka ilmu dan kelebihan atas bangsa lainnya dari orang-orang Badui (Arab
pedalaman) dan kepada mereka telah diberikan berita tentang sifat Muhammad saw,
yang mereka semua mengenal sifatnya, seperti mereka mengenal anak mereka
sendiri, maka mereka itulah yang sebenarnya lebih berhak dan lebih patut untuk
mengikuti, membela dan mendukung Muhammad saw, sebagaimana hal itu telah
diberitahukan dan diperintahkan oleh para Nabi mereka. Oleh karena itu, barangsiapa
antara mereka yang menentang isi kitab-Nya dan menyembunyikannya, sehingga
tidak diketahui para hamba-Nya, maka Allah akan menimpakan kepadanya kehinaan
di dunia yang disambung dengan kehinaan di akhirat.
Firman Allah lebih lanjut: saa-a matsalanil qaumul ladziina
kadzdzabuu bi-aayaatinaa (“Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami.”) Maksudnya, sungguh sangat buruk perumpamaan
kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami, di mana mereka diserupakan dengan anjing
yang keinginannya hanya mencari makan dan memenuhi hawa nafsunya. Dengan
demikian, orang yang keluar dari lingkup ilmu dan petunjuk, serta cenderung
mengikuti nafsu syahwatnya, maka ia menjadi seperti anjing. Yang demikian itu
benar-benar yang sangat buruk.
Oleh karena itu, di dalam hadits shahih ditegaskan bahwa Rasulullah
pernah bersabda: “Bukan bagi kami perumpamaan yang buruk, orang yang
mengambil kembali pemberiannya, seperti anjing yang rnenjilat kembali muntahnya.”
Dan firman-Nya: wa anfusaHum kaanuu yadhlimuun (“Dan kepada
diri mereka sendirilah mereka berbuat dhalim.”) Maksudnya, Allah tidak mendhalimi
mereka, tetapi merekalah yang telah mendhalimi diri mereka sendiri, dengan
penolakan mereka untuk mengikuti petunjuk dan melakukan ketaatan kepada Allah
dan lebih memilih kehidupan dunia yang fana, serta cenderung kepada kelezatan
duniawi dan mengikuti hawa nafsu.
3. Jelaskan Pendapat Para Mufassir tentang Pendidikan Jasmani menurut QS. Al-Baqarah :
247, Hud : 52, Al-Anfal : 60
- Al-Baqarah : 247
(Kata nabi mereka kepada mereka, "Sesungguhnya Allah telah
mengangkat Thalut bagi kamu sebagai raja." Jawab mereka, "Bagaimana), artinya
betapa (ia akan menjadi raja, padahal kami lebih berhak terhadap kerajaan ini dari
padanya). Ia bukanlah dari keturunan raja-raja atau bangsawan dan tidak pula dari
keturunan nabi-nabi. Bahkan ia hanyalah seorang tukang sama katau gembala,
(sedangkan ia pun tidak diberi kekayaan yang mencukupi") yakni yang amat
diperlukan untuk membina atau mendirikan sebuah kerajaan. (Kata nabi) kepada
mereka, ("Sesungguhnya Allah telah memilihnya sebagai rajamu (dan menambahnya
pula keluasan) dan keperkasaan (dalamilmu dan tubuh"). Memang ketika itu dialah
orang Israel yang paling berilmu, paling gagah dan paling berakhlak. (Dan Allah
memberikan kerajaan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya) suatu pemberian
yang tidak seorang pun mampu untuk menghalanginya. (Dan Allah Maha Luas)
karunia-Nya, (lagi Maha Mengetahui) orang yang lebih patut menerima karunia-Nya
itu.
- Hud : 22
(Dan diaberkata, "Hai kaumku! Mohon lah ampun kepada Rabb
kalian) dari kemusyrikan (lalu bertobatlah kalian) kembalilah kalian (kepada-Nya)
dengan menjalankan ketaatan (niscaya Dia menurunkan hujan) air hujan yang
sebelumnya mereka kekeringan (kepada kalian dengan derasnya) sangat deras (dan
Dia akan menambahkan kekuatan kepada) bersama dengan (kekuatanmu) yaitu
berupa harta benda dan anak-anak (dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat
dosa.") yakni berbuat kemusyrikan.
Penjelasan :
Ayat ini menjelaskan bahwa haruslah kita memohon ampunan kepada
Allah atas segala kesalahan yang kita punya dan kesalahan yang kita lakukan dan
juga meminta menjauhkan dari kemusyrikan yang ada.
Niscaya apa yang kita inginkan akan bisa terkabul dengan se ixin
Allah dari kesengsaraan menjadi kecukupan, dari kesakitan menjadi kesehatan dan
banyak yang lainnya jika kita meminta amupun kepada Allah SWT.
- Al anfal : 60
Wahai orang-orang Muslim, persiapkanlah segala kemampuan perang
yang kalian miliki, yang meliputi segala perlengkapan perang, untuk menghadapi
musuh-musuh kalian. Lengkapilah penjaga-penjaga perbatasan dan kawasan-kawasan
rawan negeri kalian dengan pasukan berkuda untuk membuat musuh- musuh Allah
dan musuh-musuh kalian gentar, yaitu orang-orang kafir yang setiap waktu mengintai
dan menunggu kelengahan kalian. Juga untuk membuat takut musuh-musuh lain yang
tidak kalian ketahui, tapi Allah mengetahui mereka. Karena, dengan ilmu-Nya, Allah
mengetahui segala sesuatu. Dan sesungguhnya apa saja yang kalian belanjakan untuk
persiapan perang demi mengharap Allah, maka Dia akan memberi balasan setimpal
dari karunia-Nya, dan tidak akan sedikit pun balasan itu dikurangi, meski sekecil
atom(1). (1) Dalam ayat tersebut kita dapat menangkap perintah yang jelas sekali
mengenai keharusan menyiapkan segala perlengkapan dalam menghadapi musuh,
sebagai suatu hal yang teramat penting karena menyangkut hidup matinya suatu
bangsa. Persiapan itu meliputi segala aspek, baik kualitas dan kuantitas perlengkapan.
Berperang tanpa kesiapan berarti suatu kekalahan dan kehancuran. Pada masa-masa
damai seperti sekarang ini saja hampir semua negara seolah-olah bersiap-siap untuk
perang, sehingga kebijakan-kebijakan politik strategis masing-masing negara
diarahkan, meskipun secara tidak langsung, untuk memenangkan pertempuran.
Penjelasan :
Dalam tarsir yang di kutip dalam tafsir qurys syihab adalah sebuah
penjelasan bagi kita selaku muslim untuk senantiasa berjaga jaga dalam menghadapi
sebuah ancaman yang tak tahu kapan datangnya, di sana juga ada sebuah petintah
yang memberikan pengertian kepadakita untuk melengkapi segala perlengakapan
yang berkaitan dengan kemanan, karena hal itu kita harus senanatiasa berjaga jaga
dalam khirarti sebuah tatanan kenegaraan guna menciptakan keamanan untuk
msyarakat di negara tersebut, karena ancaman dari negara manapun dapat dating
begitu saja tanpa ada yang tahu kapan hal itu akan terjadi .
4. Jelaskan Pendapat Para Mufassir tentang Pendidikan Keimanan menurut QS. Al-Waqi’ah
: 57-74, Yasin : 77-83 dan al-Isro : 22
- Al-Waqi’ah : 57-74
- Al-Waqi’ah Ayat 57:
Setelah menjelaskan azab bagi orang yang mengingkari hari
kebangkitan, pada ayat-ayat ini Allah menguraikan tanda-tanda kekuasaan-Nya yang
terkait kiamat tersebut. Dalam ayat ini Allah menciptakan manusia dari tidak ada
sama sekali.
Al-Waqi’ah Ayat 58 – 59
Pastilah orang kafir tidak dapat menjawab kecuali mengakui bahwa
sebenarnya Allah yang menyebabkan air mani tersebut menjadi manusia, dan Allah
pula yang menentukan apakah air mani tersebut menjadi manusia pria atau wanita
Al-Waqi’ah Ayat 60-61:
Ayat ini menjelaskan, bahwa sesungguhnya Allah menentukan
kematian manusia, dan bahkan Ia telah menetapkan waktu tertentu bagi kematian
setiap manusia, yang semuanya itu ditentukan dan ditetapkan menurut kehendak-Nya,
suatu hal yang mengandung hikmah dan kebijaksanaan yang tidak dapat diketahui
oleh manusia.
Al-Waqi’ah Ayat 62:
Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya manusia itu mengetahui
bahwa Allah-lah yang menciptakan mereka dari semula dari sejak tidak ada, dan tidak
pernah menjadi sebutan sebelumnya
Al-Waqi’ah Ayat 63 – 64
Allah mengungkapkan kepada manusia bahwa sebagian besar dari
mereka lupa akan keagungan nikmat yang diungkapkan tersebut, walaupun mereka
merasakan kelezatan nikmat-nikmat tersebut sepanjang masa.
Al-Waqi’ah Ayat 65-67:
Kemudian dijelaskan oleh Allah bahwa walaupun tanaman tersebut
sangat baik pertumbuhan dan buahnya yang menimbulkan harapan untuk
mendatangkan keuntungan berlimpah-limpah, namun apabila Allah menghendaki lain
daripada itu, maka tanaman yang diharapkan itu dapat berubah menjadi tanaman yang
tidak berbuah, hampa atau terserang berbagai macam penyakit dan hama
Al-Waqi’ah Ayat 68-70:
Dalam ayat-ayat ini Allah mengungkapkan salah satu dari nikmat-Nya
yang agung, untuk direnungkan dan dipikirkan oleh manusia apakah mereka
mengetahui tentang fungsi air yang mereka minum.
Al-Waqi’ah Ayat 71-74:
Dalam ayat ini Allah mengungkapkan tentang nikmat yang hampir dilupakan manusia.

- Yasin 77-83
TAFSIR AYAT KE-77
77. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai
kepada Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma ia berkata, “Sesungguhnya Al ‘Aash bin
Wa’il mengambil tulang dari Bath-ha’, lalu ia meremukkannya dengan tangannya,
kemudian berkata kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, “Apakah Allah
akan menghidupkan benda ini setelah hancur?” Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab, “Ya, Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu
dan akan memasukkanmu ke neraka Jahanam.” Ibnu Abbas berkata, “(Maka) turunlah
beberapa ayat akhir surat Yaasiin.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh Hakim dalam
Mustadraknya juz 2 hal. 429 dari jalan ‘Amr bin ‘Aun dari Hasyim dst. Ia berkata,
“Shahih sesuai syarat dua syaikh (Bukhari-Muslim), namun keduanya tidak
menyebutkannya.”).“ [15] Ayat yang mulia ini di dalamnya menyebutkan syubhat
orang-orang yang mengingkari kebangkitan serta jawabannya.“ Dan tidakkah
manusia[16] Yaitu orang yang mengingkari kebangkitan dan
meragukannya.“memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani[17]
Lalu Allah merubah keadaannya sedikit demi sedikit sehingga menjadi sosok yang
kuat.“, ternyata dia menjadi musuh yang nyata
- TAFSIR AYAT KE-78
Menolak adanya kekuasaan Allah SWT untuk menghidupkan kembali
orang-orang yang sudah mati seperti sedia kala merupakan tindakan yang aneh.
Penolakan itu seperti menyatakan sendiri kelemahannya, dengan tidak pernah
memikirkan proses penciptaannya sendiri.
- TAFSIR AYAT KE-79
Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
menyampaikan berita kepada Ubay bin Kholaf, “Yang mampu menghidupkan tulang-
tulang yang sudah hancur itu adalah Dzat yang telah menciptakannya pada
penciptaan yang pertama kali. Dialah Yang Maha Mengetahui akan semua makhluk-
Nya. Dialah Maha Pencipta yang telah menciptakan berbagai bentuk dari setetes air
mani. Kenapa dia menganggap Allah SWT tidak kuasa untuk menciptakan makhluk
dari tanah? Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
- TAFSIR AYAT KE-80
Ibn Abbas mengatakan bahwa ada dua jenis kayu di daratan, yaitu
kayu marikh dan ifar. Barang siapa yang ingin menyalakan api, hendaklah ia
memotong dahan dari keduanya dan menjadikanya seperti penggosok. Keduanya
merupakan kayu yang hijau yang mengandung air. Kemudian, kayu marikh
digosokkan di atas kayu ifar, maka dengan kehendak Allah SWT akan keluar api dari
gosokan itu.
Ada orang Arab yang mengatakan bahwa setiap pohon mengandung
unsur api. Jika tidak, maka kayu marikh dan ifar ridak akanmengeluarkan air.
Para Hukama’ (orang-orang yang perkataan dan perbuatannya
sesuai/bijak) menyatakan bahwa setiap pohon mengandung unsur api, kecuali anggur.
Karenanya, Dzat Yang Maha Kuasa untuk menyatukan unsur api dan air pada
sesuatu, berarti tidak diragukan lagi, Dia Maha Kuasa untuk menghidupkan yang
mati.
- TAFSIR AYAT KE-81
Benarlah, Allah Maha Kuasa untuk menciptakan satu makhluk yang
sama seperti pada penciptaan pertamanya. Dia lah yang Maha Mengetahui seluruh
makhluk yang telah diciptakan-Nya. Dialah Dzat yang berkuasa untuk menciptakan
langit dan bumi. Bukankah Dzat yang berkuasa untuk menciptakan manusia setelah
mati pasti Dia berkuasa pula atas segala sesuatu?
- TAFSIR AYAT KE-82
Jika Allah SWT berkehendak untuk membuat sesuatu dari ketiadaan
menjadi ada, maka dengan tanpa membutuhkan peralatan atau pun bantuan, Dia
hanya berfirman, “Jadilah!” maka sesuatu itu pasti akan jadi seketika itu juga tanpa
ada sedikit pun waktu penangguhan.
Yang dimaksud dengan kata Kun (jadilah!) adalah sebuah pernyataan
keindahan. Disebutkan dalam tafsir al-Taisir, yang dimaksud dengan kata itu bukan
berarti Allah SWT mengucapkannya, tetapi sebagai gambaran cepatnya kekuasaan
Allah SWT dalam menciptakan segala macam makhluk-Nya. Sehingga jika diukur
dengan kata itu pun, kecepatan-Nya tidak bisa ditandingi.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa kata itu merupakan kata yang
biasa diucapkan Allah SWT, sehingga ketika para malaikat mendengar kata itu,
mereka mengetahui bahwa Dia menciptakan sesuatu.
- TAFSIR AYAT KE-83
Kata Subhaana (Maha Suci) merupakan bentuk pensucian (Tanziih).
Sedangkan kata Malakuut bermakna Mulk (kekuasaan), seperti halnya kata Rahamuut
yang bermakna Rahmat (kasih sayang). Artinya, semua kerajaan dan kekuasaan
adalah milik Allah SWT, bukan milik selain-Nya.
Di hari kiamat nanti, semua makhluk akan dikembalikan kepada Allah
SWT dengan membawa semua amal perbuatannya. Mereka akan dibalas sesuai
dengan perbuatannya itu; jika perbuatannya baik maka baik pula balasannya, dan jika
pebuatannya jelek maka jelek pula balasan yang akan diterimanya. Pada saat itulah
Allah SWT memberikan balasan kenikmatan kepada orang-orang soleh dan siksaan
bagi orang-orang yang berbuat dzalim dan maksiat.
- Surat Al-Isra Ayat 22
Tafsir Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Wahai hamba Allah! Janganlah engkau mengadakan tuhan lain di
samping Allah yang engkau sembah, nanti engkau akan tercela dan tak terpuji di
hadapan Allah dan di hadapan hamba-hamba-Nya yang saleh serta terhina dan tidak
akan ada yang menolongmu dari-Nya.
- Penjelasan :
Dari penjelas tafsir muyassar diatas bahwa orang yang mana mereka
menyebah kepada selain allah SWT mereka tidak akan mendapatkan kesenangan,
melainkan mereka akan celaka karena telah berbuat syirik di hadapan Allah SWT,
dan juga mereka akan di hinakan oleh allah SWTdi hadapan hamba hambanya yang
sholeh, yakni hamba hamba allah yang senantiasa beriman dan beribadah kepada
allah SWT.
- Al isra 22
Wahai orang yang mukallaf (dibebankan tugas kewajiban), janganlah
kamu menjadikan sekutu bagi Allah. Sebab dengan begitu kamu akan menjadi terhina
dan tercela.
Penjelasan :
Dijelaskan pada sural Al – Ikhlas bahwa Allah lah yang paling kuasa,
Allah lah yang mengetahui segala hal yang hambanya lakukan dari kebaikan mapun
keburukan, jadi jangan lah engkau mensekutukan Allah sedangan segala hal. Ketika
kamu malkukan hal tersebut maka kamuakan menjadi terhina dan juga tercel.
5. Jelaskan Pendapat Para Mufassir tentang Pendidikan Intelektual menurut QS. Al-Isro :
36, Yunus : 35-36 dan Yusuf : 22
- Al-Isro : 36
(Dan janganlah kamu mengikuti) menuruti (apa yang kami tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati) yakni kalbu (semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya) pemiliknya
akan dimintai pertanggungjawabannya, yaitu apakah yang diperbuat dengannya?
- Yunus : 35-36
Yunus : 35
(Katakanlah, "Apakah di antara sekutu-sekutu kalian ada yang dapat
menunjuki kepada kebenaran?") dengan menegakkan hujah-hujah dan memberikan
petunjuk (Katakanlah, "Allahlah yang menunjuki kepada kebenaran." Maka apakah
Zat yang menunjuki kepada kebenaran itu) yang dimaksud adalah Allah (lebih berhak
diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk) lafal yahiddiy asalnya
yahtadii; artinya mendapat petunjuk (kecuali bila diberi petunjuk?) lebih berhak untuk
diikuti? Kata tanya di sini mengandung makna mengukuhkan dan sekaligus sebagai
celaan, makna yang dimaksud ialah bahwa yang pertamalah yang lebih berhak untuk
diikuti (Mengapa kalian berbuat demikian? Bagaimanakah kalian mengambil
keputusan) dengan keputusan yang rusak ini, yaitu mengikuti orang-orang yang tidak
berhak untuk diikuti.
Yunus : 36
(Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti) di dalam penyembahan
mereka terhadap berhala-berhala (kecuali persangkaan saja) dalam hal ini mereka
hanya menirukan apa yang telah diperbuat oleh nenek-moyang mereka
(Sesungguhnya prasangka itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai kebenaran)
yang membutuhkan ilmu pengetahuan tentangnya (Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang mereka kerjakan) oleh sebab itu maka Dia membalas semua
amal perbuatan yang telah mereka kerjakan itu.
- Yusuf : 22
Pada ayat 22 Allah menjelaskan, kelak saat dewasa Nabi Yusuf akan
diberi hikmah dan ilmu. Dan di akhir ayat ditutup dengan firman Allah:
“Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik”.
Imam al-Razi menjelaskan, lewat penutup ayat tersebut banyak ulama yang
menyimpulkan, segala nikmat yang diterima Nabi Yusuf tatkala di mesir adalah buah
kesabarannya dalam menghadapi ujian dari Allah.
Terkait hikmah dan ilmu yang diberikan kepada Nabi Yusuf, para
ulama berbeda pendapat. Imam ibnu katsir menjelaskan bahwa hikmah tersebut
adalah diangkatnya Nabi Yusuf sebagai Nabi. Pendapat serupa juga dinyatakan oleh
Ibnu ‘Asyur dan ia menambahi, bahwa ilmu yang dimaksud adalah ilmu tafsir mimpi.
Sedang Imam Al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain hanya mentafsiri lafad hukman
sebatas ilmu hikmah saja tanpa menyinggung soal kenabian, dan mentafsiri ilmu
dengan ilmu agama secara umum.

Anda mungkin juga menyukai