PROSEDUR PENELITIAN
Narbuko dan acmadi (2009:1) mengatakan “metode penelitian berasal dari kata
metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan penelitian
adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan dan menganalisis
sampai menyusun laporan”.
Dapat disimpulkan dari beberapa pendapat diatas metode penelitian
merupakan cara ilmiah yang digunakan peneliti untuk tujuan penelitian berupa
kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis dan menyusun laporan.
Bedasarkan hal tersebut maka peneliti menggunakan SIG sebagai metode dengan
alat berupa Argcis.
SIG sebagai metode penelitian yang mempunyai kemampuan yang dapat
digunakan sebagai cara ilmiah untuk mencari, mencatat, merumuskan,
menganalisis hingga menyusun laporan. Kemampuan SIG sebagai metode sejalan
dengan pengertian SIG menurut Prahasta( 2009, hlm 116) “SIG adalah sistem
komputer yang digunakan untuk memasukan, menyimpan, memeriksa,
mengintergrasikan, memanipulasi data-data yang berhubungan dengan posisinya
di permukaan bumi”.
Adapun menurut Prahasta (2009: 135) mengatakan “...selanjutnya SIG dapat
digunakan sebagai alat untuk mengambil keputusan”. Pengertian tersebut sejalan
yang dikatakan setiawan (2010 : 12) bahwa, “satu hal yang sangat penting dari
SIG adalah kemampuannya yang handal dalam menganalisa data dan memadukan
data untuk memperoleh informasi baru”.
3.2.1 Populasi
Menurut Sumaatmaja (1988:122) populasi adalah keseluruhan gejala
(fisik,sosial,ekonomi,budaya,politik), individu (manusia baik perorangan maupun
kelompok), kasus (masalah,peristiwa tertentu) yang ada pada ruang tertentu.
Adapun menurut Arikunto (2010:173) populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Berdasarkan pengertian diatas, populasi yang diambil dalam penelitian
yaitu Seluruh Wilayah di Kabupaten Majelangka.
3.2.2 Sampel
Menurut Arikunto (2010:174) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Menurut sumaatmadja,(1988:104) sampel adalah
bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi yang
bersangkutan, kriteria mewakili ini diambil dari keseluruhan sifat-sifat atau
genarilisasi yang ada pada populasi yang harus diwakili oleh sampel. Sedangkan
menurut Sugiyono (2012: 62) mengungkapkan bahwa sampel merupakan bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.
Dalam penelitian ini sampel wilayah, dimana sampel wilayah tersebut
mengambil sampel di Kabupaten Majalengka dengan tekhnik stratifiel random
sampling atau penarikan sampel proposional di setiap satuan lahan hasil Overlay
peta unit analisis. Peta unit analisisnya adalah, peta kemiringan lereng, peta jenis
tanah dan peta penggunaan lahan. Sampel yang diambil dalam penelitian ini
hanya sampel Ph tanah saja daya yang lainnya diambil dari data sekunder.
Jumlah dan lokasi pengambilan sampel untuk penghitungan tingkat
kemasaman tanah didasarkan pada sebaran dan jumlah satuan lahan yang terdapat
di wilayah Kabupaten Majalengka (lihat pada peta 3.2). Satuan lahan yang
terdapat pada peta 3.2 merupakan hasil overlay tiga unsur lahan, yakni
penggunaan lahan dan jenis tanah.
3.4.10 Kamera
Digunkan untuk mendokumentasikan objek penelitian dilapangan.
3.5 Pengumpulan Data
Dalam penelitian yang menggunakan teknik analisis SIG harusnya
mempunya input data SIG yang terbaru atau ter-Update dan dapat di percaya. Peta
tematik yang digunakan direkomendasikan memiliki skala 1 : 10.000 sampai 1 :
50.000 adapun dalam penelitian ini data dan sumber data sebagai bahan untuk
penelitian.
7 ph Tanah v Observasi
BAPPEDA
8 Erosibilitas Tanah V JABAR
BAPPEDA
9 Penggunaan Lahan V MAJALENGKA
Sumber: Olahan Peneliti
Peta administrasi, peta tanah, dan peta kedalam tanah di buat berdasarkan
data Shp yang diperoleh oleh BAPPEDA Kabupaten Majalengka 2014
selanjutnya Peta Kemiringan lereng dan Ketinggian Tempat diperoleh melalui
data SRTM (Shuttle Radar Topography Mission) yang diolah melui aplikasi
Global Mapper. Peta curah Hujan dibuat melalui persebaran pos hujan yang
berada di Kabupaten Majalengka kemudian dihubungkan satu sama lain dengan
garis khayal yang membuat poligon tyssen sebagai acuan zonasi hujannya, setelah
itu dimasukan data atribut kedalam pos hujan dan membentuk peta persebarah
curah hujan di Kabupaten Majalengka.
tercukupi
4 < 600 1 Kurang persediaan air
Sumber: harjowigeno dan widiatmaka (2007, hlm 294)
1 Andosol 5 Tanah ini berasal dari gunung berapi. Maka disebut pula tanah
gunung. Warna kehitaman hingga kelabu. Warna hitam pada
tanah pegunungan disebabkan oleh kandungan bahan organis
yang cukup tinggi atau yang disebut humus.
2 Latosol 4 Tanah Latosol adalah tanah liat, berwarna kemerahan,
kekuningan atau kecoklatan, karena banyak zat besi, tanah ini
cocok untuk tanaman jagung selama keasaman tanah (Ph)
sesuai untuk pertumbuhannya
3 Grumosol 4 Tanah yang tergolong tanah berat ini dapat juga untuk
pertaman jagung, namun perlu diperhatikan keseimbangan
antara pengairan dan drainase serta aerasi, sebab tanah berat ini
sulit untuk meloloskan air sehingga mudah tergenang
4 Alluvial 3 Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai
yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah
yang subur dan cocok untuk lahan pertanian
5 Regosol 2 Secara spesifik, ciri regosol adalah berbutir kasar, berwarna
kelabu sampai kuning, dan bahan organik rendah. Sifat tanah
yang demikian membuat tanah tidak dapat menampung air dan
mineral yang dibutuhkan tanaman dengan baik.
6 Glei 2 Tanah Glei adalah tanah yang mempunyai ciri adanya lapisan
glei berwarna kelabu, terbentuk karena pengaruh genangan air
/drainase yang buruk
7 Litosol 2 Tanah Litosol merupakan jenis tanah berbatu-batu dengan
lapisan lapisan yang tidak begitu besar, kandungan hara pada
tanah ini tidak begitu banyak bisa dibilang sangat minim.
8 Pedsol 2 Tanah ini dikenal bermaslah untuk digunakan dalam budidaya
Merah tanaman semusim karena kemasaman rendahsehingga fosfor,
Kuning salah satu hara penting bagi tumbuhan tidak terserap optimal
Muhamad husni mubarok S., 2015
ANALISIS KESESUAIAN LAHAN TANAMAN JAGUNG SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS
DI KABUPATEN MAJALENGKA MENGGUNAKAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
46
oleh akar.
Sumber: Aak (1993, hlm. 43)
3.6.2.5 Langkah Kelima : Mencari nilai minimum dan maksimum dari hasil
penjumlahan tiap semua kelas
3.6.2.7 Langkah ketujuh: penentuan nilai tiap kelas kesesuaian tanaman jagung
Kelas kesesuaian lahan tanaman jagung yang akan dihasilkan dari penelitian
ini, antara lain:
Tabel 3.13 Tabel kelas Interval Pembobotan Tingkat kesesuaian tanaman jagung