Oleh :
LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB
Dosen
SILABUS PRAKTIKUM
MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141)
SEMESTER I - 2019/2020
Catatan : Tugas dibuat dengan tulisan tangan, pemotongan nilai akan dilakukan untuk setiap tugas
yang sama dengan praktikan lainnya.
I. PENGENALAN ALAT
Mikroskop Polarisasi
Gambar 2. Jalannya sinar pada pengamatan ortoskopik (kiri) dan konoskopik (kanan)
Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada pengamatan ortoskopik nicol sejajar:
Sifat optik yang berhubungan dengan sumbu-sumbu kristalografi (crystal habit, crystal
shape, belahan, pecahan), dapat langsung diamati dengan mata biasa atau binokuler.
Sifat optik yang berhubungan dengan sumbu-sumbu sinar pada kristal (warna,
pleokroisme, relief dan indeks bias) hasil dari kedudukan sumbu sinar yang sejajar
dengan arah getar polarisator.
Sifat-sifat lainnya (ketembusan cahaya, inklusi mineral, ukuran mineral).
Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada pengamatan ortoskopi nicol bersilang:
Sifat optik yang berkaitan dengan perjalanan cahaya melalui polarisator, peraga dan
analisator: bias ganda dan pemadaman
Sifat optik yang berkaitan dengan hubungan sumbu-sumbu kristalografi dengan sumbu-
sumbu sinar: orientasi mineral serta jenis dan besarnya sudut pemadaman
Sifat-sifat optik yang lain: kembaran, zonasi komposisi, tekstur pertit, antipertit,
mirmekitik, dll.
a b c d e f g
Bentuk kristal pada sayatan tipis akan sangat tergantung dari cara menyayatnya (prismatik
panjang, prismatik pendek, poligonal, heksagonal, membutir, menjarum, radial, berserabut,
kubik, dll.).
Belahan
Kecenderungan suatu mineral untuk membelah sesuai dengan arah tertentu
Dikontrol oleh struktur atomnya
Dapat menunjukkan kedudukan sumbu-sumbu kristalografinya
Apabila belahan lebih dari 1 arah, lihat sudut antara bidang belahannya (sifat khas dari
beberapa mineral tertentu)
Pecahan (fracture)
Kecenderungan mineral untuk pecah dengan cara tertentu dan tidak dikontrol oleh struktur
atomnya
Choncoidal fracture (contoh: kuarsa)
Cross fracture (contoh: olivin, ortopiroksen, nefelin): biasanya tegak lurus terhadap
sumbu c (sumbu panjang)
IV. WARNA
Warna mineral:
Berhubungan dengan gejala absorpsi cahaya yang melintasi suatu kristal tertentu
Antara sayatan tipis dengan hand specimen dapat memperlihatkan warna yang berbeda
Warna dapat terjadi karena penyerapan cahaya secara selektif dari mineral itu sendiri yang
dapat disebabkan karena adanya unsur pengotor, biasanya terjadi bila mengandung unsur-
unsur transisi (Ti, Y, Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn).
Pada pengamatan dengan mikroskop polarisasi, warna dihasilkan akibat absorpsi satu/lebih
gelombang cahaya yang bergetar sejajar dengan arah polarisator.
V. PLEOKROISME
Pleokroisme adalah gejala perubahan warna yang terjadi (bila meja mikroskop diputar)
karena adanya perbedaan absorpsi dari sumbu-sumbu kristalnya.
n c
Keterangan:
P P arah getar polarisator
n b = n n = biru, n = ungu, n = netral
c
Indeks bias (n) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan antara kecepatan rambat
sinar pada dua (2) media yang berbeda. Indeks bias ini dapat pula diketahui dengan
perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut pantul ( n = sin i/sin r ). Indeks bias
juga merupakan fungsi dari sinar di dalam medium.
VII. RELIEF
Relief adalah kenampakan yang timbul karena adanya perbedaan indeks bias mineral dengan
media di sekitarnya. Makin besar perbedaan indeks bias tersebut, makin tinggi reliefnya.
Relief biasanya dibandingkan dengan epoxy (n = 1,54) atau dibandingkan dengan n mineral
kuarsa (n = 1,544)
Suatu mineral anisotrop yang mempunyai perbedaan indeks bias yang ekstrim antara indeks
bias maksimum dan minimum, akan dicirikan oleh perubahan relief sesuai dengan sumbu
sinar yang bergetar searah dengan polarisator (disebut sebagai relief bergelombang), misal
kalsit dan muskovit.
Macam-macam relief:
Relief tinggi (contoh: zirkon, olivin, titanit).
Relief sedang (contoh: analcit, natrolit).
Relief rendah (contoh: andesin, oligoklas, albit).
Bias rangkap adalah angka yang menunjukkan perbedaan maksimum indeks bias antara sinar
cepat dan sinar lambat yang berjalan pada 2 sumbu optik yang berbeda dalam suatu mineral.
Retardasi adalah perbedaan jarak yang ditempuh oleh sinar cepat dan sinar lambat setelah
keluar dari mineral. Perbedaan ini yang akan menentukan warna interferensi dan ordenya.
Catatan :
Kadang-kadang retardasi suatu mineral
dikatakan lemah, sedang, kuat, bahkan
ekstrem, tergantung order warnanya.
Order I bawah : retardasi lemah
Order I atas – order II : retardasi sedang
Order III bawah – atas: retardasi kuat
Order IV : retardasi ekstrim
Bias rangkap akan sama dengan 0 (nol)
atau bersifat isotrop kalau:
Sayatan dari mineral bersumbu
isometri
Mineral bersumbu optik I disayat
sumbu c (sumbu optik)
Mineral bersumbu optik II disayat
sumbu optik
Material gelas dan rongga kosong
pada sayatan
IX. ORIENTASI
Orientasi mineral tujuannya untuk menentukan arah indikatriks di dalam suatu mineral.
Pengamatan orientasi mineral harus dibantu dengan komparator. Komparator adalah
perlengkapan dari suatu mikroskop polarisasi, ada 3 jenis komparator yaitu:
Komparator gipsum 530 nm
Komparator mika ¼
Komparator baji kuarsa
Macam-macam orientasi :
A. Length Slow Orientation
Orientasi suatu mineral length slow artinya sumbu panjang indikatriks (arah getar sinar
lambat) sejajar atau hampir sejajar dengan arah memanjang kristal/sumbu panjang kristal
(sumbu c), (Gambar 9).
d. Keadaan pada gambar 11 menunjukkan bahwa orientasi mineral adalah length slow,
sedangkan gambar 12 menunjukkan bahwa orientasi mineral adalah length fast.
Catatan: - gejala addisi tidak selalu berarti orientasi mineral adalah length slow
- gejala substraksi tidak selalu berarti orientasi mineral adalah length fast
X. PEMADAMAN
Pemadaman terjadi apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak lurus
terhadap arah getar polarisator dan analisator.
a b c
Sumbu c
Indikator Sumbu c
Sumbu c
Sumbu c
b. Putar meja sayatan sedemikian rupa (misalnya diputar ke kanan) sehingga mineral pada
posisi terang maksimum (Gambar 15).
c. Catat warna interferensinya (misal: warna …. order ….).
d. Masukan gypsum plate pada posisi seperti Gambar 15. Perhatikan gejala yang terjadi,
apakah addisi atau subtraksi (dari perubahan warna interferensinya), tentukan kedudukan
sumbu panjang indikatriks mineral.
e. Kalau ternyata gejala addisi, berarti sumbu gypsum plate // sumbu panjang indikatriks
(gambar 16). Pada kondisi seperti Gambar 16, maka untuk menentukan sudut pemadaman
meja sayatan diputar ke kiri sampai mineral menunjukkan gelap maksimum. Catat posisi
ini (lihat angka pada meja sayatan; misal: Y) -- Gambar 17.
f. Sudut pemadaman adalah selisih antara X dan Y = …….0
Plagioklas mempunyai bidang-bidang kembar, maka dari itu dalam menentukan sudut
pemadamannya berbeda dari mineral-mineral lainnya.
Plagioklas adalah kelompok mineral yang dihasilkan dari solid-solution antara Anorthit (An)
dan Albit (Ab), sehingga plagioklas bervariasi komposisinya dari An0Ab100 hingga An100Ab0
(dari Albit hingga Anorthit). Dengan demikian perlu ditentukan jenis plagioklas pada tiap
batuan beku. Macam-macam kembaran adalah Albit, Carlsbad, Carlsbad-Albit, dan lain-
lainnya (Gambar 18 dan 19)
.
Gambar 18. Macam-macam kembaran plagioklas
Kalau syarat di atas sudah terpenuhi, maka kerjakan hal-hal sebagai berikut (pengamatan
ortoskopi nicol bersilang, lihat gambar 20 bagian atas):
a. Letakan mineral dimana garis-garis kembarnya (sisi mineral) pada posisi vertikal (//
analisator) kemudian catat posisi ini (misalnya A) ------ posisi normal
b. Putar ke kiri atau ke kanan sampai gelap maksimum terjadi pada beberapa bagian lalu
catat posisi ini (misalnya B) ------ sudut pemadaman adalah X1 = |A – B|
c. Kemudian meja sayatan diputar lagi ke arah yang berlawanan (ke kiri atau ke kanan),
sampai gelap maksimum kemudian catat posisi ini (misalnya C)
Jangan lupa mengembalikan dulu pada posisi 1 dan catat posisi ini (misalnya A1) (untuk
pengecekan).
d. Tentukan sudut pemadaman X2 = | A1 – C |
e. Harus dipastikan bahwa | X1 – X2 | < 60. Jika telah memenuhi syarat tersebut maka dapat
dihitung sudut pemadaman rata-rata yaitu X rata-rata = (X1 + X2) / 2.
Contoh : misalnya dari hasil pengukuran didapatkan nilai sudut pemadaman rata-rata 300,
kemudian plot nilai 300 ini pada kurva Michel Levy, dan diperoleh jenis plagioklasnya adalah
An54 (Labradorit).
Gambar 19. Sayatan tipis yang menunjukkan macam-macam kembaran pada plagioklas
Catatan :
untuk nilai X rata-rata 200 terdapat 2 kurva (kiri dan kanan), untuk itu ada beberapa
ketentuan:
a. Kalau plagioklas tersebut mempunyai N < n balsam, maka gunakan kurva kiri; namun
kalau N > n balsam maka gunakan kurva kanan.
b. Atau kalau plagioklas tersebut bertanda optik positif, gunakan kurva kiri; kalau tanda
optik negatif, gunakan kurva kanan.
Dari hasil pembacaan didapat 2 sudut pemadaman X dan Y, dimana X adalah sudut yang
relatif lebih kecil. X = (X1 + X2) / 2 dan Y = (Y1 + Y2) / 2 (Gambar 21).
Contoh : misalnya dari hasil pengukuran didapatkan nilai sudut pemadaman X = 100 dan Y =
250, kemudian plot nilai-nilai ini pada kurva F.E. Wright, dan diperoleh jenis plagioklas An47
(Andesin).
Catatan :
untuk harga X rata-rata 200 maka terlihat 2 kurva, untuk itu ada beberapa ketentuan:
a. Kalau plagioklas tersebut mempunyai N < n balsam, maka gunakan kurva kiri; namun
kalau N > n balsam maka gunakan kurva kanan.
b. Atau kalau plagioklas tersebut bertanda optik positif, gunakan kurva kiri; kalau tanda
optik negatif, gunakan kurva kanan.
(a) (b)
Catatan:
Gambar 22a adalah untuk batuan beku plutonik, gambar 22b untuk batuan beku volkanik
Gambar interferensi dapat terlihat dengan pengamatan konoskopik nicol bersilang dan
bertujuan untuk menentukan tanda optik mineral.
A.1 Indikatriks
Indikatriks adalah gambaran geometrik dalam 3 dimensional yang memperlihatkan variasi
indeks bias-indeks bias sinar monokromatis pada masing-masing arah getarnya dari suatu
media transparan.
Untuk media isotrop, indikatriks berupa bola dengan jari-jari (r) sebesar indeks biasnya,
sedangkan untuk media anisotrop, indikatriks bukan berupa bola. Indikatriks mineral bersumbu
optik I positif dan negatif dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Indikatriks optik mineral bersumbu optik I positif dan negatif (Kerr, 1977; Nesse, 2004)
Melatop
Gambar 24. Mineral dengan biasrangkap Gambar 25. Mineral dengan biasrangkap
kuat/ekstrim, contoh : kalsit lemah, contoh : kuarsa
Gambar 26. Sayatan // sumbu c (flash figure) Gambar 27. Sayatan sembarang (off center)
a b c d
Gambar 28. Gambar interferensi berdasarkan jenis sayatan (Kerr, 1977): a. sayatan sumbu c
(sumbu optik), b. sayatan sembarang (off center), c. sayatan sembarang (off center), d Sayatan //
sumbu c (flash figure)
Masukan komparator (keping gipsum, mika atau baji kuarsa) (Gambar 30, 31 dan 32).
Jika kuadran 1 & 3 addisi maka kuadran 2 & 4 subtraksi ---- berarti tanda optik positif
(+).
Jika kuadran 1 & 3 subtraksi maka kuadran 2 & 4 addisi ----- berarti tanda optik
negatif (-).
Gambar 30. Penentuan tanda optik untuk kristal bersumbu optik I menggunakan komparator
gypsum (adisi berwarna biru dan subtraksi berwarna kuning) atau dapat juga dengan
komparator mika (subtraksi ditunjukan oleh noktah hitam).
Gambar 31. Penentuan tanda optik I dengan komparator gipsum, mika dan baji kuarsa (Kerr, 1977)
Gambar 32. Penentuan tanda optik I pada sayatan sembarang (Kerr, 1977)
B.1 Indikatriks
Indikatrik mineral bersumbu optik II mempunyai bagian-bagian pokok: arah getar sinar cepat
(X), menengah (Y) dan lambat (Z) (lihat Gambar 33).
Ada dua sumbu optik yang membentuk sudut lancip (sudut optik atau 2V). Sumbu yang
sesuai dan membagi dua sama besar sudut lancip (2V) ini disebut sumbu Bxa, sedang sumbu
yang membagi sama besar sudut tumpul disebut sumbu Bxo. Bidang-bidang tempat
kedudukan sumbu-sumbu optik disebut bidang optik. Hubungan antara sumbu Bxa (atau
Bxo) terhadap arah-arah getar sinar X maupun sinar Z akan menentukan jenis tanda optik
(positif atau negatif) dari kristal sumbu optik II.
Gambar 33. Indikatrik optik mineral bersumbu optik II positif dan negatif (Nesse, 2004)
Sayatan Bxa
Sayatan Bxo
b. Untuk sayatan Bxa, atau Bxo, atau sembarang (off center) penentuan tanda optik
positif atau negatif dilakukan dengan cara:
Tentukan daerah yang akan diamati (untuk melihat gejala subtraksi/addisi warna
interferensi yang terjadi). Misalnya yang akan diamati adalah daerah di antara 2
isoger (lihat Gambar 36 atau 37)
Masukan komparator (keping gipsum, mika atau baji kuarsa) dan perhatikan
gejala subtraksi/addisi warna interferensi yang terjadi (Gambar 39)
Tentukan jenis sumbu yang mengarah ke mata kita (misal sumbu Z/ atau X/) di
daerah di antara 2 isoger tersebut berdasarkan kenampakan addisi/subtraksi
(NOTE: perhatikan Gambar 33 a dan b untuk memahami hal ini)
Berdasarkan hubungan antara jenis sayatan (misal: sayatan Bxa, atau Bxo)
dan jenis sumbu yang mengarah ke mata kita (misal: sumbu Z/ atau X/)
tentukan tanda optik mineral tersebut (yaitu: II positif atau negatif)
(NOTE: perhatikan Gambar 33 c dan d untuk memahami hubungan ini)
Gambar 38. Gambar interferensi ”flash figure” setiap pemutaran 90o (Kerr, 1977)
Gambar 39. Penentuan tanda optik II dengan komparator gipsum, mika dan baji kuarsa (Kerr, 1977)
Pada umumnya setiap mineral mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dengan mineral
lainnya tanpa harus melihat sifat optik secara keseluruhan. Beberapa mineral yang
mempunyai sifat khas adalah:
1. Kuarsa
Warna : colorless
Bentuk : tidak beraturan (dalam batuan umumnya berbentuk anhedral)
Belahan : tidak ada
Pemadaman : paralel (kadang bergelombang ketika sudah terkena deformasi)
Bias rangkap : abu-abu order I
Tanda optik : I (+)
2. Ortoklas
Warna : colorless tapi agak keruh
Kembaran : Carlsbad pada sayatan (001)
Bias rangkap : abu-abu putih order I
Tanda optik : II (-)
3. Plagioklas
Warna : colorless tapi agak keruh
Kembaran : Albit/Carlsbad/Carlsbad-Albit
Tanda optik : II (+) atau II (-)
4. Olivin
Warna : agak kehijauan (transparan)
Relief : tinggi
Bentuk : poligonal, rekahan tidak beraturan
Bias rangkap : kuat, order II atas
Ciri lain : Sering terubah menjadi serpentin atau iddingsite (melalui rekahan-
rekahannya)
5. Augit
Warna : colorless/agak kehitaman/agak kecoklatan
Bentuk : prismatik, sayatan basal ( sumbu c), berbentuk rhombik,
: memperlihatkan sudut belahan 900
Pemadaman : miring 450 - 540
Tanda optik : II (+)
6. Diopsid
Warna : colorless, agak kehijauan
Bentuk : sama dengan augit
Pemadaman : miring 370 - 440
7. Pigeonit
Warna : colorless
Bentuk : sama dengan augit
Pemadaman : miring 220 - 400
8. Hipersten
Warna : agak kehijauan/agak kemerahan, netral
Pleokroik : ada
Pemadaman : paralel
Bias rangkap : agak lemah, kuning order I (maksimum kuning kemerahan order I)
17. Zirkon
Warna : colorless
Bentuk : prismatik, dalam batuan umumnya euhedral
Relief : sangat tinggi
Pemadaman : paralel
Bias rangkap : sangat kuat, bahkan ekstrem
Tanda optik : I (+)
Ciri lain : memperlihatkan pleochroic haloes
18. Apatit
Warna : colorless
Bentuk : segi enam
Pemadaman : paralel
Bias rangkap : abu-abu putih, order I
Tanda optik : I (-)
19. Kalsit
Warna : colorless
Relief : bergelombang
Belahan : sempurna, rhombohedral
Pemadaman : simetri
Bias rangkap : sangat kuat, bahkan ekstrem
Tanda optik : I (-)
20. Gelas volkanik (mineraloid)
Warna : colorless/agak abu-abu/agak kemerahan
Bentuk : amorf, kadang-kadang vesikuler, perlitik, dsb.
Relief : rendah, indeks bias < balsam kanada
Bias rangkap : tidak ada (isotrop)-sangat lemah
Ciri lain : seringkali mengalami devitrifikasi menjadi felspar, silika,
lempung, atau palagonit
21. Klorit
Warna : hijau/agak kehijauan
Bentuk : berupa agregat berserabut atau flaky
Bias rangkap : tidak ada-lemah
22. Stilpnomelane
Warna : coklat/kuning-hijau
Pleokroik : ada (seperti biotit)
Bentuk : berupa masa seperti mica (micaceous masses), halus
Bias rangkap : sedang-kuat
Ciri lain : merupakan mineral sekunder hasil ubahan hirotermal
23. Hidromuskovit (Illite)
Warna : colorless/ kuning agak kecoklatan
Bentuk : berserabut
Relief : rendah
Ciri lain : seringkali merupakan mineral hasil ubahan dari gelas
Nama : Shift :
NIM : Asisten :
No. sayatan :
Nama mineral :
Crystal habit :
Crystal shape :
Belahan :
Warna :
Pleokroik :
Relief :
Pengamatan : //-nikol
Perbesaran : Indeks bias :
D:
Biasrangkap :
Orientasi :
Pemadaman :
Pengamatan : X-nikol
Jenis sayatan :
Tanda optik :