Anda di halaman 1dari 33

MODUL PRAKTIKUM

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141)


( Bagian I – Mineral Optik )

Oleh :

Nurcahyo Indro Basuki


I G.B. Eddy Sucipta
Arif Susanto

LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2019
LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

TATA TERTIB PRAKTIKUM


MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141)
SEMESTER I - 2019/2020

1. Praktikan wajib hadir tepat pada waktunya.


2. Praktikan yang hadir terlambat lebih dari 15 menit tidak diperkenankan mengikuti tes awal.
Bila terlambat lebih dari 30 menit dianggap absen pada hari tersebut, namun diperbolehkan
mengikuti praktikum pada saat itu.
3. Praktikan tidak diizinkan pindah hari praktikum.
4. Praktikan hanya dapat absen maksimum 2 kali, lebih dari itu dianggap mengundurkan
diri.
5. Praktikan tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium sebelum praktikum berakhir
tanpa seizin asisten yang bertugas.
6. Setiap praktikan akan menggunakan sebuah mikroskop yang tetap selama 1 semester
praktikum. Praktikan bertanggungjawab atas pemeliharaan mikroskop dan atas setiap
kerusakan yang diakibatkan oleh kelalaiannya.
7. Setiap kerusakan barang milik laboratorium yang diakibatkan oleh kelalaian praktikan
harus diganti dengan barang yang sejenis. Sayatan yang pecah/retak yang diakibatkan
oleh kelalaian praktikan harus diganti dengan 2 kali sayatan yang pecah/retak.
Kerusakan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan akan menjadi tanggungan seluruh
praktikan dalam kelompok tersebut.
8. Praktikan diharuskan membuat deskripsi sayatan batuan (minimum 2 deskripsi) pada
tiap hari praktikum.
9. Ketua kelas (yang mewakili) bertugas menghitung sayatan sebelum dan sesudah praktikum.
Praktikum berakhir setelah ketua kelas (yang mewakili) selesai mengerjakan tugasnya di
akhir praktikum.
10. Pada beberapa materi praktikum akan ada tugas yang harus dikumpulkan sebelum materi
praktikum berikutnya berlangsung. Keterlambatan akan dikenai potongan nilai 10% per
hari dengan batas maksimun keterlambatan adalah 5 hari. Praktikan yang terlambat
menyerahkan tugas lebih dari 5 hari dianggap tidak mengerjakan tugas.
11. Praktikan wajib memakai pakaian yang sopan dan mengenakan sepatu. Jika ini dilanggar
Asisten berhak dan wajib mengeluarkan praktikan.
12. Mikroskop/buku/chart petrografi yang telah digunakan wajib dimasukan dan dirapikan
kembali ke dalam lemari mikroskop dan kuncilah lemari dengan benar.
13. Meja dan kursi yang telah digunakan wajib dirapikan kembali.
14. Praktikan wajib menjaga kebersihan, kerapian dan keamanan laboratorium.
15. Praktikan dilarang merokok/makan di dalam laboratorium.
16. Praktikan dilarang membuat kegaduhan/kebisingan di dalam laboratorium.

Bandung, September 2019

Dosen

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) i


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

SILABUS PRAKTIKUM
MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141)
SEMESTER I - 2019/2020

MINGGU TANGGAL MATERI TUGAS PENGUMPULAN


I Pengenalan mikroskop, mineral Tugas 1
optik 1 (sifat-sifat optik mineral
9 - 13 : bentuk & belahan, warna,
September pleokroisme, indeks bias, relief,
bias rangkap, orientasi,
pemadaman)
II 16 - 20 Mineral optik 2 (jenis Tugas 2
September plagioklas, tanda optik 1)
III 23 - 27 Mineral optik 3 (tanda optik 2) Tugas 3 Tugas 1
September
IV 30 September Batuan Kelompok Peridotit dan Tugas 2
- 4 Oktober Batuan Kelompok Gabro
V 7 - 11 Batuan Kelompok Diorit - Tugas 3
Oktober Monzonit – Syenit
VI 14 - 18 Batuan Kelompok Granodiorit - Tugas 4
Oktober Adamelit – Granit
VII 21 - 25 Batuan Piroklastik Tugas 5 Tugas 4
Oktober
VIII 28 Oktober - Batuan Sedimen Klastik Tugas 6 Tugas 5
1 November
IX 4-8 Batuan Sedimen Karbonat Tugas 7 Tugas 6
November
X 11 - 15 Batuan Metamorf Non Foliasi Tugas 8 Tugas 7
November
XI 18 - 22 Batuan Metamorf Foliasi Tugas 9 Tugas 8
November
XII 25 - 29 Ujian Praktikum Tugas 9
November (materi petrografi)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) ii


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

DAFTAR TUGAS PRAKTIKUM


MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141)

 Deskripsi secara singkat mineral-mineral Kelompok Olivin (Olivin, Forsterit, Fayalit),


Kelompok Piroksen (Ortopiroksen : Enstantit, Hipersten; Klinopiroksen : Diopsid,
Augit, Pigeonit, Hadenbergit, Aegirin, Jadeit, Wolastonit), Kelompok Amfibol
(Tremolit-Aktinolit, Hornblenda, Glaukofan, Antofilit, Nefrit), Kelompok Mika
(Muskovit, Biotit, Phlogopit, Lepidolit), Kelompok Silika (Kuarsa, Opal, Tridimit,
Kristobalit), Kelompok Alkali Felspar (Ortoklas, Anortoklas, Mikroklin, Sanidin,
Adularia), Kelompok Plagioklas (Albit, Oligoklas, Andesin, Labradorit, Bitonit,
Anortit), Kelompok Felspatoid (Leusit, Nefelin, Sodalit, Melilit), Kelompok Zeolit
TUGAS (Natrolit, Analcim, Stilbit, Laumontit, Heulandit, Thomsonit), Kelompok Scapolit
1 (Scapolit), Kelompok Karbonat (Kalsit, Dolomit, Siderit, Aragonit, Magnesit),
Kelompok Oksida (Koroundum, Hematit, Rutil, Spinel), Kelompok Sulfat (Anhidrit,
Gipsum, Barit, Alunit, Jarosit), Kelompok Fosfat (Apatit, Monasit), Kelompok Garnet
(Pyrop, Almandin, Grosularit, Andradit), Keluarga Silimanit (Andalusit, Silimanit,
Kianit, Topaz), Kelompok Epidot (Epidot, Lawsonit, Pumpeliit, Zoisit, Piedmontit),
Kelompok Klorit (Proklorit, Klinoklor), Kelompok Mineral Lempung (Kaolinit,
Monmorilonit, Ilit, Dickit, Halloysit), Kelompok Serpentin (Antigorit, Chrysotil),
Kelompok Mika “Brittle” (Stilpnomelane, Kloritoid), Mineral-mineral Turmalin,
Kordierit, Staurolit, Sfen, Zirkon, Idingsit, Talk, Pirofilit. Prehnit, Glaukonit, Gelas
Volkanik
 Gambarkan dan buat resume tentang tekstur : poikilitik, intergranular, intersertal,
TUGAS hyaloofitik, porfiritik, vitrofirik, ofitik, subofitik, trakhitik, pilotaksitik, hyalopilitik,
2 kelyfitik rim, grafik, granofirik, mirmekitik, pertit, antipertit, embayment.
TUGAS  Buatlah resume tentang ciri khas dari Kel. Ultrabasa, Kel. Gabro, Kel. Diorit Monsonit
3 Syenit, Kel. Granodiorit Adamelit Granit.
 Jelaskan apa persamaan dan perbedaan secara mineralogi dan tekstur antara Gabro
TUGAS dengan Basalt, Gabro dengan Diorit, Diorit dengan Andesit, Basalt dengan Andesit,
4 Diorit dengan Syenit, Granodiorit dengan Granit, Andesit dengan Trakhit, Andesit
dengan Dasit, Dasit dengan Trakhit.
TUGAS  Gambarkan dan buat resume tentang genesa pembentukan batuan piroklastik dan ciri-
5 ciri mikroskopis dari Tuf.
TUGAS  Jelaskan apa yang dimaksud dari batupasir bersifat arenit dan batupasir bersifat wacke.
6  Jelaskan dan gambarkan klasifikasi batupasir.
 Jelaskan dan gambarkan klasifikasi batuan karbonat.
TUGAS  Buatlah resume tentang proses diagenesis dari batupasir yang anda deskripsi pada
7 minggu lalu.
 Buatlah resume tentang proses diagenesis dan fasies dari batuan karbonat yang anda
deskripsi pada minggu lalu.
TUGAS  Buatlah resume tentang ciri khas secara mikroskopis dari batuan hornfels, marmer,
8 kuarsit, amfibolit, slate, filit, sekishijau, sekisbiru, gneis, eklogit, granit kataklastik,
milonit, filonit.
 Buatlah resume tentang proses metamorfosa (fasies, temperatur dan tekanan) dari
batuan yang anda deskripsi pada minggu lalu.
TUGAS  Buatlah resume tentang persamaan dan perbedaan secara mikroskopis batuan beku,
9 batuan piroklastik, batuan sedimen klastik (batupasir), batugamping, dan batuan
metamorf.

Catatan : Tugas dibuat dengan tulisan tangan, pemotongan nilai akan dilakukan untuk setiap tugas
yang sama dengan praktikan lainnya.

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) iii


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

I. PENGENALAN ALAT

Mikroskop Polarisasi

Bagian-bagian dari mikroskop polarisasi dan fungsinya

Gambar 1. Bagian-bagian mikroskop polarisasi

Bagian-bagian mikroskop polarisasi

1. Tempat tangan 21. Pengatur intensitas cahaya


2. Tempat lampu 22. Pengunci kondensor
3. Skala fokus mikro 23. Pengatur fokus kondensor
4. Pengunci pengatur fokus 24. Kabel
5. Pengunci tempat lensa 25. Pengatur fokus mikro
6. Pengunci intermediate tube 26. Pengatur fokus makro
7. Analisator (upper polarizer) 27. Skala analisator
8. Alat centring lensa Bertrand 28. Lingkaran pemutar analisator
9. Pengunci eyepiece tube 29. Pengunci analisator
10. Binocular eyepiece tube 30. Alat centring lensa bertrand
11. Intermediate tube 31. Lensa okuler
12. Tempat alat centring lensa objektif 32. Pengatur fokus lensa okuler
13. Pemutar pengganti lensa objektif 33. Alat pemakai lensa Bertrand
14. Lensa objektif 34. Pengatur fokus lensa Bertrand
15. Penjepit sayatan 35. Gypsum plate/quartz wedge
16. Meja putar 36. Pengunci meja putar
17. Alat centring kondensor 37. Alat pemakai kondensor
18. Pengontrol diafragma kondensor 38. Kondensor achromat
19. Pengatur diafragma sinar polarisasi 39. Dia-polarizer (lower polarizer)
20. Saklar lampu 40. Filter

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 1


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

II. METODA OBSERVASI

Gambar 2. Jalannya sinar pada pengamatan ortoskopik (kiri) dan konoskopik (kanan)

Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada pengamatan ortoskopik nicol sejajar:
 Sifat optik yang berhubungan dengan sumbu-sumbu kristalografi (crystal habit, crystal
shape, belahan, pecahan), dapat langsung diamati dengan mata biasa atau binokuler.
 Sifat optik yang berhubungan dengan sumbu-sumbu sinar pada kristal (warna,
pleokroisme, relief dan indeks bias) hasil dari kedudukan sumbu sinar yang sejajar
dengan arah getar polarisator.
 Sifat-sifat lainnya (ketembusan cahaya, inklusi mineral, ukuran mineral).

Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada pengamatan ortoskopi nicol bersilang:
 Sifat optik yang berkaitan dengan perjalanan cahaya melalui polarisator, peraga dan
analisator: bias ganda dan pemadaman
 Sifat optik yang berkaitan dengan hubungan sumbu-sumbu kristalografi dengan sumbu-
sumbu sinar: orientasi mineral serta jenis dan besarnya sudut pemadaman
 Sifat-sifat optik yang lain: kembaran, zonasi komposisi, tekstur pertit, antipertit,
mirmekitik, dll.

Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada pengamatan konoskopik:


 Perjalanan cahaya melalui polarisator, kondensor, peraga, lensa objektif 50x, analisator,
lensa Amici Bertrand, ± komparator
 Sifat optik yang berkaitan dengan gambar interferensi (isogyre, isophase, melatop), yang
digunakan untuk menentukan arah/tipe sayatan dan jenis gambar interferensi (sayatan 
sumbu c, // sumbu c, sembarang, Bxa, dan Bxo).
 Menentukan tanda optik I atau II, positif atau negatif.

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 2


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

III. BENTUK MINERAL DAN BELAHAN

Crystal Habit dan Crystal Shape


Bentuk mineral dilihat dari bidang/garis batas mineral, dikontrol oleh :
 Struktur atom mineral
 Pengaruh dari proses-proses selama pembentukan mineral

Crystal habit dalam tiga dimensi (Gambar 3) :

a b c d e f g

Gambar 3. Beberapa crystal habit : a. prismatik-amfibol, b. prismatik piroksen,


c. tabular, d. kubik, e. lathlike, f. jarum, g. pipih.

Bentuk kristal pada sayatan tipis akan sangat tergantung dari cara menyayatnya (prismatik
panjang, prismatik pendek, poligonal, heksagonal, membutir, menjarum, radial, berserabut,
kubik, dll.).

Kesempurnaan bentuk kristal (crystal shape) (Gambar 4):


 Euhedral (dibatasi oleh bidang-bidang kristal sendiri)
 Subhedral (hanya sebagian dibatasi oleh bidang-bidang kristal sendiri)
 Anhedral (tidak dibatasi oleh bidang-bidang kristal sendiri)

Gambar 4. Sketsa bentuk kristal/mineral : a. euhedral, b. subhedral, c. anhedral.

Belahan
 Kecenderungan suatu mineral untuk membelah sesuai dengan arah tertentu
 Dikontrol oleh struktur atomnya
 Dapat menunjukkan kedudukan sumbu-sumbu kristalografinya
 Apabila belahan lebih dari 1 arah, lihat sudut antara bidang belahannya (sifat khas dari
beberapa mineral tertentu)

Sifat belahan (kemenerusan belahan):


 Belahan sempurna (perfect cleavage)
 Belahan baik (good cleavage)
 Belahan buruk (poor cleavage)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 3


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Pecahan (fracture)
Kecenderungan mineral untuk pecah dengan cara tertentu dan tidak dikontrol oleh struktur
atomnya
 Choncoidal fracture (contoh: kuarsa)
 Cross fracture (contoh: olivin, ortopiroksen, nefelin): biasanya tegak lurus terhadap
sumbu c (sumbu panjang)

IV. WARNA

Warna mineral:
 Berhubungan dengan gejala absorpsi cahaya yang melintasi suatu kristal tertentu
 Antara sayatan tipis dengan hand specimen dapat memperlihatkan warna yang berbeda

Cahaya yang melewati suatu media akan mempunyai kemungkinan:


 Tidak ada cahaya yang diloloskan sehingga media bersifat opak. Pada pengamatan
sayatan tipis media tersebut tampak “berwarna” hitam/gelap.
 Cahaya dapat melewati media namun tersebar (scattered) tidak mengikuti Hukum
Snellius (Snell's law) sehingga media bersifat translusen (translucent).
 Cahaya dapat melewati media dengan mengikuti Hukum Snellius (Snell's law) sehingga
media bersifat transparan (transparent).

Warna dapat terjadi karena penyerapan cahaya secara selektif dari mineral itu sendiri yang
dapat disebabkan karena adanya unsur pengotor, biasanya terjadi bila mengandung unsur-
unsur transisi (Ti, Y, Cr, Mn, Fe, Ni, Cu, Zn).
Pada pengamatan dengan mikroskop polarisasi, warna dihasilkan akibat absorpsi satu/lebih
gelombang cahaya yang bergetar sejajar dengan arah polarisator.

V. PLEOKROISME

Pleokroisme adalah gejala perubahan warna yang terjadi (bila meja mikroskop diputar)
karena adanya perbedaan absorpsi dari sumbu-sumbu kristalnya.

Macam-macam pleokroisme (Gambar 5):


 Dikroik, biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal trigonal
dan heksagonal. Jika mineral diputar maka terjadi perubahan dari warna-1 menjadi
warna-2.
 Trikroik, biasanya dimiliki oleh mineral-mineral yang mempunyai sistem kristal
ortorombik, triklin, dan monoklin. Warna-warna pleokroik ini bergantung pada sumbu-
sumbu X, Y, dan Z. Contoh: glaukofan (monoklin) dengan perubahan warna sebagai
berikut: /X netral, /Y ungu, /Z biru.

Istilah yang umum dipakai dalam pleokroisme: lemah, sedang, kuat.

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 4


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

n c
Keterangan:
P P arah getar polarisator
n b = n n = biru, n = ungu, n = netral
c

Gambar 5. Contoh kristal glaukofan

VI. INDEKS BIAS

Indeks bias (n) adalah suatu angka yang menunjukkan perbandingan antara kecepatan rambat
sinar pada dua (2) media yang berbeda. Indeks bias ini dapat pula diketahui dengan
perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus sudut pantul ( n = sin i/sin r ). Indeks bias
juga merupakan fungsi dari sinar di dalam medium.

Cara Penentuan Indeks Bias


A. Cara Penentuan Indeks Bias Relatif
A.1 Metode Garis Becke (Central Illumination)
Kalau diafragma ditutup sebagian, Garis Becke akan terlihat tepat pada batas mineral
(berimpit, warna putih-kabur). Supaya garis tersebut terlihat maka meja sayatan mikroskop
dinaik-turunkan.
Kalau jarak antara lensa obyektif dan obyek dijauhkan, Garis Becke akan bergerak ke arah
media yang indeks biasnya lebih besar (Gambar 6).

Gambar 6. Metoda Garis Becke


a. fokus pada mineral
b. N min > n canada balsam
c. N min < n canada balsam
N = indeks bias mineral
n = indeks bias canada balsam

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 5


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

A.2 Metode Oblique Illumination


Caranya dengan menutup sebagian jalan sinar yang masuk (diberi kartu).
Kalau bayangan gelap (dark shadow) terjadi pada pihak yang sama dengan penutupan sinar
(jalan sinar yang ditutup), maka N > n (dan sebaliknya), lihat gambar 7.

Gambar 7. Metode Oblique Illumination

B. Cara Penentuan Indeks Bias Mutlak (Absolut)


Untuk penentuan ini digunakan immersion oil, yaitu larutan yang telah ditentukan indeks
biasnya. Metode yang digunakan adalah metode Garis Becke.
Tahapan-tahapan penentuan indeks bias mutlak:
a. Mineral yang akan ditentukan N-nya diletakan di atas gelas preparat.
b. Kemudian ditetesi dengan salah satu immersion oil yang diketahui n-nya (n1).
c. Dengan metode Garis Becke, tentukan N > n atau N < n.
d. Kalau N > n, larutan imersion oil tadi diganti dengan larutan n2, di mana n2 lebih besar
dari pada n1.
e. Ulangi lagi tahapan c, kemudian dilihat lagi hasilnya.
f. Demikian selanjutnya sampai tidak terlihat relief mineral tersebut yang berarti N = n; N=
….. (angka).

Catatan: dalam praktikum, metode ini tidak dilakukan.

VII. RELIEF

Relief adalah kenampakan yang timbul karena adanya perbedaan indeks bias mineral dengan
media di sekitarnya. Makin besar perbedaan indeks bias tersebut, makin tinggi reliefnya.
Relief biasanya dibandingkan dengan epoxy (n = 1,54) atau dibandingkan dengan n mineral
kuarsa (n = 1,544)

Suatu mineral anisotrop yang mempunyai perbedaan indeks bias yang ekstrim antara indeks
bias maksimum dan minimum, akan dicirikan oleh perubahan relief sesuai dengan sumbu
sinar yang bergetar searah dengan polarisator (disebut sebagai relief bergelombang), misal
kalsit dan muskovit.

Macam-macam relief:
 Relief tinggi (contoh: zirkon, olivin, titanit).
 Relief sedang (contoh: analcit, natrolit).
 Relief rendah (contoh: andesin, oligoklas, albit).

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 6


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

VIII. BIAS RANGKAP (BIREFRINGENCE) DAN RETARDASI (RETARDATION)

Bias rangkap adalah angka yang menunjukkan perbedaan maksimum indeks bias antara sinar
cepat dan sinar lambat yang berjalan pada 2 sumbu optik yang berbeda dalam suatu mineral.

Retardasi adalah perbedaan jarak yang ditempuh oleh sinar cepat dan sinar lambat setelah
keluar dari mineral. Perbedaan ini yang akan menentukan warna interferensi dan ordenya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi retardasi:


 Arah potongan sayatan (// sumbu c atau hampir // sumbu c, dll.).
 Bias rangkap
 Ketebalan sayatan
 Panjang gelombang sinar yang masuk

Cara menentukan bias rangkap dan retardasi


Digunakan Michel-Levy chart (Gambar 8).
a. Pengamatan ortoskop nikol bersilang.
b. Letakan mineral pada posisi maksimum terang (warna interferensi maksimum).
c. Tentukan warna interferensinya (lihat pada tabel tsb.), misalnya warna kuning orde I.
d. Dengan asumsi ketebalan sayatan 30 m, maka dapat ditentukan angka bias rangkap
mineral tersebut dengan cara mengikuti garis miring (misalnya 0.011).
e. Warna kuning orde I tersebut menunjukkan harga retardasi tertentu, misal: 330 nm
(nano-meter)

Catatan :
 Kadang-kadang retardasi suatu mineral
dikatakan lemah, sedang, kuat, bahkan
ekstrem, tergantung order warnanya.
Order I bawah : retardasi lemah
Order I atas – order II : retardasi sedang
Order III bawah – atas: retardasi kuat
Order IV : retardasi ekstrim
 Bias rangkap akan sama dengan 0 (nol)
atau bersifat isotrop kalau:
 Sayatan dari mineral bersumbu
isometri
 Mineral bersumbu optik I disayat 
sumbu c (sumbu optik)
 Mineral bersumbu optik II disayat 
sumbu optik
 Material gelas dan rongga kosong
pada sayatan

Gambar 8. Tabel warna interferensi


(menurut Michel Levy) yang menggambar-
kan hubungan antara ketebalan sayatan tipis,
warna interferensi maksimum serta harga
bias rangkap dari mineral-mineral penting.

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 7


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

IX. ORIENTASI

Orientasi mineral tujuannya untuk menentukan arah indikatriks di dalam suatu mineral.
Pengamatan orientasi mineral harus dibantu dengan komparator. Komparator adalah
perlengkapan dari suatu mikroskop polarisasi, ada 3 jenis komparator yaitu:
 Komparator gipsum 530 nm
 Komparator mika ¼ 
 Komparator baji kuarsa

Macam-macam orientasi :
A. Length Slow Orientation
Orientasi suatu mineral length slow artinya sumbu panjang indikatriks (arah getar sinar
lambat) sejajar atau hampir sejajar dengan arah memanjang kristal/sumbu panjang kristal
(sumbu c), (Gambar 9).

B. Length Fast Orientation


Orientasi suatu mineral length fast artinya sumbu pendek indikatriks (arah getar sinar cepat)
sejajar atau hampir sejajar dengan arah kristal/sumbu panjang kristal (sumbu c), (Gambar
10).

Gambar 9. Length Slow Orietation Gambar 10. Length Fast Orientation

Cara menentukan orientasi


Pengamatan ortoskopik nikol bersilang.
a. Letakan mineral pada posisi sumbu panjang tegak lurus arah getar polarisator.
b. Putar meja mikroskop sedemikian rupa sehingga mineral mencapai kedudukan
maksimum terang, catat warna interferensi yang ditimbulkan (warna apa, order berapa).
c. Pada kedudukan b, setelah dicatat warnanya, masukan gypsum plate maka akan terjadi
perubahan warna interferensi. Catat warna order pada kedudukan ini, kemudian
bandingkan keadaan b, sebelum dan sesudah diberi gypsum plate.
 Apabila terjadi kenaikan order -------- menunjukkan gejala addisi.
Berarti sumbu panjang indikatriks // sumbu  gypsum plate (Gambar 11).
 Apabila terjadi penurunan order -------- menunjukkan gejala subtraksi.
Berarti sumbu panjang indikatriks  sumbu  gypsum plate (Gambar 12).

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 8


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Gambar 11. Gejala addisi Gambar 12. Gejala subtraksi

d. Keadaan pada gambar 11 menunjukkan bahwa orientasi mineral adalah length slow,
sedangkan gambar 12 menunjukkan bahwa orientasi mineral adalah length fast.

Catatan: - gejala addisi tidak selalu berarti orientasi mineral adalah length slow
- gejala substraksi tidak selalu berarti orientasi mineral adalah length fast

X. PEMADAMAN

Pemadaman terjadi apabila sumbu-sumbu indikatriks mineral sejajar atau tegak lurus
terhadap arah getar polarisator dan analisator.

Macam-macam pemadaman (Gambar 13):


a. Pemadaman Paralel
Pemadaman paralel terjadi pada posisi sumbu panjang mineral (belahan yang // sumbu c)
sejajar dengan polarisator atau analisator.
b. Pemadaman Miring
Pemadaman miring terjadi pada posisi sumbu panjang mineral (belahan yang // sumbu c)
membentuk sudut dengan arah gerak polarisator atau analisator.
c. Pemadaman Simetri
Pemadaman simetri terjadi pada posisi dimana diagonal bentuk rhombik sejajar dengan
polarisator atau analisator, pemadaman ini khusus untuk mineral dengan sistem belahan
berpola rhombik atau sayatan rhombik.

a b c

Maksimum gelap Maksimum gelap Maksimum gelap


Gambar 13. Macam-macam pemadaman : a. paralel, b. miring, c. simetri

Cara menentukan sudut pemadaman (untuk pemadaman miring)


a. Letakan mineral pada posisi (sumbu panjang tegak lurus polarisator, sejajar dengan
benang tegak), (Gambar 14). Catat posisi ini (lihat angka pada meja sayatan; misal: X)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 9


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Sumbu c
Indikator Sumbu c

Sumbu c
Sumbu c

Maksimum terang Maksimum gelap

Gambar14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17.

b. Putar meja sayatan sedemikian rupa (misalnya diputar ke kanan) sehingga mineral pada
posisi terang maksimum (Gambar 15).
c. Catat warna interferensinya (misal: warna …. order ….).
d. Masukan gypsum plate pada posisi seperti Gambar 15. Perhatikan gejala yang terjadi,
apakah addisi atau subtraksi (dari perubahan warna interferensinya), tentukan kedudukan
sumbu panjang indikatriks mineral.
e. Kalau ternyata gejala addisi, berarti sumbu  gypsum plate // sumbu panjang indikatriks
(gambar 16). Pada kondisi seperti Gambar 16, maka untuk menentukan sudut pemadaman
meja sayatan diputar ke kiri sampai mineral menunjukkan gelap maksimum. Catat posisi
ini (lihat angka pada meja sayatan; misal: Y) -- Gambar 17.
f. Sudut pemadaman adalah selisih antara X dan Y = …….0

XI. PENENTUAN JENIS PLAGIOKLAS

Plagioklas mempunyai bidang-bidang kembar, maka dari itu dalam menentukan sudut
pemadamannya berbeda dari mineral-mineral lainnya.
Plagioklas adalah kelompok mineral yang dihasilkan dari solid-solution antara Anorthit (An)
dan Albit (Ab), sehingga plagioklas bervariasi komposisinya dari An0Ab100 hingga An100Ab0
(dari Albit hingga Anorthit). Dengan demikian perlu ditentukan jenis plagioklas pada tiap
batuan beku. Macam-macam kembaran adalah Albit, Carlsbad, Carlsbad-Albit, dan lain-
lainnya (Gambar 18 dan 19)

.
Gambar 18. Macam-macam kembaran plagioklas

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 10


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Cara menentukan jenis plagioklas


A. Metoda Michel Levy :
Digunakan untuk mineral plagioklas yang mempunyai kembaran albit
Syarat-syaratnya : - sayatan tegak lurus bidang 010
- perbedaan sudut pemadaman tidak lebih dari 60, | X1 – X2 | < 60
- menggunakan grafik/kurva Michel Levy (Gambar 20)

Kalau syarat di atas sudah terpenuhi, maka kerjakan hal-hal sebagai berikut (pengamatan
ortoskopi nicol bersilang, lihat gambar 20 bagian atas):
a. Letakan mineral dimana garis-garis kembarnya (sisi mineral) pada posisi vertikal (//
analisator) kemudian catat posisi ini (misalnya A) ------ posisi normal
b. Putar ke kiri atau ke kanan sampai gelap maksimum terjadi pada beberapa bagian lalu
catat posisi ini (misalnya B) ------ sudut pemadaman adalah X1 = |A – B|
c. Kemudian meja sayatan diputar lagi ke arah yang berlawanan (ke kiri atau ke kanan),
sampai gelap maksimum kemudian catat posisi ini (misalnya C)
Jangan lupa mengembalikan dulu pada posisi 1 dan catat posisi ini (misalnya A1) (untuk
pengecekan).
d. Tentukan sudut pemadaman X2 = | A1 – C |
e. Harus dipastikan bahwa | X1 – X2 | < 60. Jika telah memenuhi syarat tersebut maka dapat
dihitung sudut pemadaman rata-rata yaitu X rata-rata = (X1 + X2) / 2.

Contoh : misalnya dari hasil pengukuran didapatkan nilai sudut pemadaman rata-rata 300,
kemudian plot nilai 300 ini pada kurva Michel Levy, dan diperoleh jenis plagioklasnya adalah
An54 (Labradorit).

Gambar 19. Sayatan tipis yang menunjukkan macam-macam kembaran pada plagioklas

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 11


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Gambar 20. Kurva Michel Levy

Catatan :
untuk nilai X rata-rata  200 terdapat 2 kurva (kiri dan kanan), untuk itu ada beberapa
ketentuan:
a. Kalau plagioklas tersebut mempunyai N < n balsam, maka gunakan kurva kiri; namun
kalau N > n balsam maka gunakan kurva kanan.
b. Atau kalau plagioklas tersebut bertanda optik positif, gunakan kurva kiri; kalau tanda
optik negatif, gunakan kurva kanan.

B. Metoda Kembar Carlsbad-Albit (menggunakan kurva F.E Wright)


Digunakan untuk mineral plagioklas yang mempunyai kembaran Carlsbad-Albit. Cara
menentukan mirip dengan metoda Michel-Levy.

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 12


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Dari hasil pembacaan didapat 2 sudut pemadaman X dan Y, dimana X adalah sudut yang
relatif lebih kecil. X = (X1 + X2) / 2 dan Y = (Y1 + Y2) / 2 (Gambar 21).

Gambar 21. Kurva F.E. Wright (1913)

Contoh : misalnya dari hasil pengukuran didapatkan nilai sudut pemadaman X = 100 dan Y =
250, kemudian plot nilai-nilai ini pada kurva F.E. Wright, dan diperoleh jenis plagioklas An47
(Andesin).
Catatan :
untuk harga X rata-rata  200 maka terlihat 2 kurva, untuk itu ada beberapa ketentuan:
a. Kalau plagioklas tersebut mempunyai N < n balsam, maka gunakan kurva kiri; namun
kalau N > n balsam maka gunakan kurva kanan.
b. Atau kalau plagioklas tersebut bertanda optik positif, gunakan kurva kiri; kalau tanda
optik negatif, gunakan kurva kanan.

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 13


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Penentuan komposisi plagioklas dengan kembar Carlsbad-Albit juga dapat menggunakan


kurva Tobi dan Kroll (1975) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22.

(a) (b)

Gambar 22. Kurva Tobi dan Kroll (1975)

Catatan:
Gambar 22a adalah untuk batuan beku plutonik, gambar 22b untuk batuan beku volkanik

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 14


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

XII. GAMBAR INTERFERENSI DAN PENENTUAN TANDA OPTIK.

Gambar interferensi dapat terlihat dengan pengamatan konoskopik nicol bersilang dan
bertujuan untuk menentukan tanda optik mineral.

Tahapan-tahapan pengamatan dengan sistem konoskopik:


1) Amati obyek (sayatan mineral) dengan pengamatan ortoskopik nicol bersilang dengan
lensa obyektif perbesaran kecil/sedang (P 2.5 atau P 10).
2) Lensa obyektif diganti dengan obyektif perbesaran kuat (high power objective: P 40)
3) Pasang kondensor
4) Ada 2 pilihan tahapan selanjutnya :
a. Dengan lensa B.A (Amici Bertrand) sehingga gambar interferensi akan terlihat.
b. Tanpa lensa B.A (Amici Bertrand) dan lensa okuler dilepas, sehingga gambar
interferensi akan terlihat dengan perbesaran (kenampakan) yang lebih kecil.

Macam-macam mineral (berdasarkan jumlah sumbu optiknya)

A. Mineral Uniaxial (bersumbu optik satu)

A.1 Indikatriks
Indikatriks adalah gambaran geometrik dalam 3 dimensional yang memperlihatkan variasi
indeks bias-indeks bias sinar monokromatis pada masing-masing arah getarnya dari suatu
media transparan.

Untuk media isotrop, indikatriks berupa bola dengan jari-jari (r) sebesar indeks biasnya,
sedangkan untuk media anisotrop, indikatriks bukan berupa bola. Indikatriks mineral bersumbu
optik I positif dan negatif dapat dilihat pada Gambar 23.

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 15


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Gambar 23. Indikatriks optik mineral bersumbu optik I positif dan negatif (Kerr, 1977; Nesse, 2004)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 16


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

A.2 Gambar interferensi berdasarkan jenis sayatan


a. Sayatan  sumbu c (sumbu optik)

Melatop

Gambar 24. Mineral dengan biasrangkap Gambar 25. Mineral dengan biasrangkap
kuat/ekstrim, contoh : kalsit lemah, contoh : kuarsa

b. Sayatan // sumbu c (flash figure) c. Sayatan sembarang (off center)

Gambar 26. Sayatan // sumbu c (flash figure) Gambar 27. Sayatan sembarang (off center)

a b c d

Gambar 28. Gambar interferensi berdasarkan jenis sayatan (Kerr, 1977): a. sayatan  sumbu c
(sumbu optik), b. sayatan sembarang (off center), c. sayatan sembarang (off center), d Sayatan //
sumbu c (flash figure)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 17


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Setelah gambar interferensi terlihat :


a) Identifikasi jenis sayatan atau jenis gambar interferensi (sayatan  sumbu c, // sumbu
c, atau sembarang).
b) Untuk sayatan  sumbu c, atau sembarang (off center) menentukan tanda optik positif atau
negatif, dengan cara :
 Tentukan daerah kuadran yang akan diamati (untuk melihat gejala subtraksi/addisi
warna interferensi yang terjadi). Misalnya pembagian kuadran adalah sebagai berikut
(Gambar 29):

Gambar 29. Contoh pembagian kuadran

 Masukan komparator (keping gipsum, mika atau baji kuarsa) (Gambar 30, 31 dan 32).
 Jika kuadran 1 & 3 addisi maka kuadran 2 & 4 subtraksi ---- berarti tanda optik positif
(+).
 Jika kuadran 1 & 3 subtraksi maka kuadran 2 & 4 addisi ----- berarti tanda optik
negatif (-).

Gambar 30. Penentuan tanda optik untuk kristal bersumbu optik I menggunakan komparator
gypsum (adisi berwarna biru dan subtraksi berwarna kuning) atau dapat juga dengan
komparator mika (subtraksi ditunjukan oleh noktah hitam).

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 18


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Gambar 31. Penentuan tanda optik I dengan komparator gipsum, mika dan baji kuarsa (Kerr, 1977)

Gambar 32. Penentuan tanda optik I pada sayatan sembarang (Kerr, 1977)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 19


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

B. Mineral Biaxial (bersumbu optik dua)

B.1 Indikatriks
Indikatrik mineral bersumbu optik II mempunyai bagian-bagian pokok: arah getar sinar cepat
(X), menengah (Y) dan lambat (Z) (lihat Gambar 33).

Ada dua sumbu optik yang membentuk sudut lancip (sudut optik atau 2V). Sumbu yang
sesuai dan membagi dua sama besar sudut lancip (2V) ini disebut sumbu Bxa, sedang sumbu
yang membagi sama besar sudut tumpul disebut sumbu Bxo. Bidang-bidang tempat
kedudukan sumbu-sumbu optik disebut bidang optik. Hubungan antara sumbu Bxa (atau
Bxo) terhadap arah-arah getar sinar X maupun sinar Z akan menentukan jenis tanda optik
(positif atau negatif) dari kristal sumbu optik II.

Gambar 33. Indikatrik optik mineral bersumbu optik II positif dan negatif (Nesse, 2004)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 20


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

B.2 Gambar interferensi berdasarkan jenis sayatan

Sayatan Bxa

Gambar 34. Sayatan Bxa (Kerr, 1977)

Sayatan Bxo

Gambar 35. Sayatan Bxo (Kerr, 1977)

Setelah gambar interferensi terlihat :


a. Identifikasi jenis sayatan atau jenis gambar interferensi (sayatan  Bxa, atau  Bxo,
atau sembarang off center, atau flash figure) berdasarkan bentuk dan “perilaku” isoger.

b. Untuk sayatan  Bxa, atau  Bxo, atau sembarang (off center) penentuan tanda optik
positif atau negatif dilakukan dengan cara:
 Tentukan daerah yang akan diamati (untuk melihat gejala subtraksi/addisi warna
interferensi yang terjadi). Misalnya yang akan diamati adalah daerah di antara 2
isoger (lihat Gambar 36 atau 37)
 Masukan komparator (keping gipsum, mika atau baji kuarsa) dan perhatikan
gejala subtraksi/addisi warna interferensi yang terjadi (Gambar 39)
 Tentukan jenis sumbu yang mengarah ke mata kita (misal sumbu Z/ atau X/) di
daerah di antara 2 isoger tersebut berdasarkan kenampakan addisi/subtraksi
(NOTE: perhatikan Gambar 33 a dan b untuk memahami hal ini)
 Berdasarkan hubungan antara jenis sayatan (misal: sayatan  Bxa, atau  Bxo)
dan jenis sumbu yang mengarah ke mata kita (misal: sumbu Z/ atau X/)
tentukan tanda optik mineral tersebut (yaitu: II positif atau negatif)
(NOTE: perhatikan Gambar 33 c dan d untuk memahami hubungan ini)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 21


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Gambar 36. Gambar interferensi jenis sayatan Bxa (Kerr, 1977)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 22


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Gambar 37. Bentuk-bentuk isoger dalam sayatan Bxo (bisectrix obtuse)


bila meja mikroskop diputar (Kerr, 1977)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 23


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Gambar 38. Gambar interferensi ”flash figure” setiap pemutaran 90o (Kerr, 1977)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 24


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Gambar 39. Penentuan tanda optik II dengan komparator gipsum, mika dan baji kuarsa (Kerr, 1977)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 25


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

XIII. PENGENALAN MINERAL

Pada umumnya setiap mineral mempunyai ciri khas yang dapat dibedakan dengan mineral
lainnya tanpa harus melihat sifat optik secara keseluruhan. Beberapa mineral yang
mempunyai sifat khas adalah:

1. Kuarsa
Warna : colorless
Bentuk : tidak beraturan (dalam batuan umumnya berbentuk anhedral)
Belahan : tidak ada
Pemadaman : paralel (kadang bergelombang ketika sudah terkena deformasi)
Bias rangkap : abu-abu order I
Tanda optik : I (+)
2. Ortoklas
Warna : colorless tapi agak keruh
Kembaran : Carlsbad pada sayatan (001)
Bias rangkap : abu-abu putih order I
Tanda optik : II (-)
3. Plagioklas
Warna : colorless tapi agak keruh
Kembaran : Albit/Carlsbad/Carlsbad-Albit
Tanda optik : II (+) atau II (-)
4. Olivin
Warna : agak kehijauan (transparan)
Relief : tinggi
Bentuk : poligonal, rekahan tidak beraturan
Bias rangkap : kuat, order II atas
Ciri lain : Sering terubah menjadi serpentin atau iddingsite (melalui rekahan-
rekahannya)
5. Augit
Warna : colorless/agak kehitaman/agak kecoklatan
Bentuk : prismatik, sayatan basal ( sumbu c), berbentuk rhombik,
: memperlihatkan sudut belahan  900
Pemadaman : miring 450 - 540
Tanda optik : II (+)
6. Diopsid
Warna : colorless, agak kehijauan
Bentuk : sama dengan augit
Pemadaman : miring 370 - 440
7. Pigeonit
Warna : colorless
Bentuk : sama dengan augit
Pemadaman : miring 220 - 400
8. Hipersten
Warna : agak kehijauan/agak kemerahan, netral
Pleokroik : ada
Pemadaman : paralel
Bias rangkap : agak lemah, kuning order I (maksimum kuning kemerahan order I)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 26


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

Orientasi : length slow


Tanda optik : II (-)
Ciri lain : kadangkala memperlihatkan struktur schiller (karena adanya
inklusi sepanjang belahan)
9. Enstatit
Warna : umumnya colorless
Tanda optik : II (+)
Ciri lain : sifat lainnya mirip dengan hipersten
10. Hornblenda
Warna : hijau/coklat
Pleokroik : kuat
Bentuk : prismatik, sayatan basal ( sumbu c), berbentuk rhombik,
memperlihatkan sudut belahan 560 atau 1240
Pemadaman : miring 120 - 300
11. Tremolit – Aktinolit
Warna : colorless (tremolit), agak kehijauan (aktinolit)
Pleokroik : lemah (untuk yang berwarna agak kehijauan)
Bentuk : prismatik memanjang/kolom/berserabut
Pemadaman : miring 100 - 200, beberapa paralel
12. Glaukofan
Warna : biru-violet (ungu)
Pleokroik : kuat
Pemadaman : miring 40 - 60
13. Biotit
Warna : coklat/hijau
Bentuk : berlembar
Pleokroik : kuat, absorpsi maksimum saat sumbu panjang mineral // arah getar
polarisator
Pemadaman : paralel
Ciri lain : pada pengamatan nikol bersilang kadangkala memperlihatkan
struktur mata burung (bird’s eye structure)
14. Muskovit
Warna : colorless
Relief : bergelombang
Bentuk : berlembar, belahan // sumbu c
Pemadaman : paralel
Ciri lain : memperlihatkan struktur mata burung (seperti biotit)
15. Serisit
Ciri lain : variasi dari muskovit, umumnya serisit dijumpai berupa agregat
berserabut
16. Epidot (group)
Warna : colorless, agak kekuningan
Relief : tinggi
Bentuk : agregat berbentuk kolom atau memanjang
Belahan : sempurna pada arah (001)
Bias rangkap : lemah, 0.005-0.011 (untuk jenis pistacite, bias rangkap sedang-
kuat, mencapai order III)
Pemadaman : paralel (kecuali klinozoisit, 00 - 120)

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 27


LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI, FITB - ITB

17. Zirkon
Warna : colorless
Bentuk : prismatik, dalam batuan umumnya euhedral
Relief : sangat tinggi
Pemadaman : paralel
Bias rangkap : sangat kuat, bahkan ekstrem
Tanda optik : I (+)
Ciri lain : memperlihatkan pleochroic haloes
18. Apatit
Warna : colorless
Bentuk : segi enam
Pemadaman : paralel
Bias rangkap : abu-abu putih, order I
Tanda optik : I (-)
19. Kalsit
Warna : colorless
Relief : bergelombang
Belahan : sempurna, rhombohedral
Pemadaman : simetri
Bias rangkap : sangat kuat, bahkan ekstrem
Tanda optik : I (-)
20. Gelas volkanik (mineraloid)
Warna : colorless/agak abu-abu/agak kemerahan
Bentuk : amorf, kadang-kadang vesikuler, perlitik, dsb.
Relief : rendah, indeks bias < balsam kanada
Bias rangkap : tidak ada (isotrop)-sangat lemah
Ciri lain : seringkali mengalami devitrifikasi menjadi felspar, silika,
lempung, atau palagonit
21. Klorit
Warna : hijau/agak kehijauan
Bentuk : berupa agregat berserabut atau flaky
Bias rangkap : tidak ada-lemah
22. Stilpnomelane
Warna : coklat/kuning-hijau
Pleokroik : ada (seperti biotit)
Bentuk : berupa masa seperti mica (micaceous masses), halus
Bias rangkap : sedang-kuat
Ciri lain : merupakan mineral sekunder hasil ubahan hirotermal
23. Hidromuskovit (Illite)
Warna : colorless/ kuning agak kecoklatan
Bentuk : berserabut
Relief : rendah
Ciri lain : seringkali merupakan mineral hasil ubahan dari gelas

MODUL PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141) 28


LEMBAR DEKSRIPSI MINERAL OPTIK
PRAKTIKUM MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI (GL-3141)
LABORATORIUM PETROGRAFI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN – ITB

Nama : Shift :
NIM : Asisten :

No. sayatan :

Nama mineral :

Crystal habit :

Crystal shape :

Belahan :

Warna :

Pleokroik :

Relief :
Pengamatan : //-nikol
Perbesaran : Indeks bias :
D:

Biasrangkap :

Orientasi :

Pemadaman :

Pengamatan : X-nikol
Jenis sayatan :

Tanda optik :

Anda mungkin juga menyukai