Anda di halaman 1dari 87

ANALISATOR DIGITAL MENGGUNAKAN GEAR UNTUK

PENENTUAN MUTU MINYAK GORENG

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat meraih derajat pendidikan Strata Satu (S-1) dengan
gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika

Disusun Oleh :

GEMA NURAN UTOMO


24040115140101

PROGRAM STUDI FISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

Agustus, 2019
ANALISATOR DIGITAL MENGGUNAKAN GEAR UNTUK
PENENTUAN MUTU MINYAK GORENG

Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat meraih derajat pendidikan Strata Satu (S-1) dengan
gelar Sarjana Sains (S.Si) pada Program Studi Fisika

Disusun Oleh :

GEMA NURAN UTOMO


24040115140101

PROGRAM STUDI FISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG

Agustus, 2019

i
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini Dosen Pembimbing dari :


Mahasiswa : Gema Nuran Utomo
NIM : 24040115140101
Program Studi/Fakultas : S-1 Fisika/Sains dan Matematika
Judul Skripsi : ANALISATOR DIGITAL MENGGUNAKAN
GEAR UNTUK PENENTUAN MUTU
MINYAK GORENG
Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut telah melaksanakan Seminar Hasil Skripsi
sehingga menyetujui dan layak untuk melaksanakan Ujian Skripsi.

Semarang, 9 Agustus 2019

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Sumariyah, M.Si. Drs. K. Sofjan Firdausi, M.Sc.


NIP. 196103101998032001 NIP. 196702201992031002

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, 16 Agustus 2019

Gema Nuran Utomo


NIM. 24040115140101

iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI

ANALISATOR DIGITAL MENGGUNAKAN GEAR UNTUK


PENENTUAN MUTU MINYAK GORENG

Disusun Oleh :

GEMA NURAN UTOMO


24040115140101

Telah diujikan dan dinyatakan lulus oleh Tim Penguji


Pada tanggal 16 Agustus 2019

Tim Pembimbing dan Penguji,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sumariyah, M.Si. Drs. K. Sofjan Firdausi, M.Sc.


NIP. 196103101998032001 NIP. 196702201992031002

Penguji I Penguji II

Dr. Jatmiko Endro Suseno, M.Si. Heri Sugito, S.Si., M.Sc.


NIP. 197211211998021001 NIP. 198010072005011002

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si)
16 Agustus 2019

Ketua Program Studi Fisika

Dr. Kusworo Adi, M.T.


NIP. 197203171998021001

iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Diponegoro, saya yang bertanda tangan


dibawah ini :
Nama : Gema Nuran Utomo
NIM : 24040115140101
Program Studi : S-1 Fisika
Departemen : Fisika
Fakultas : Sains dan Matematika
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Univeristas Diponegoro Hak Bebas Royalti Non-eksklusif atas karya ilmiah saya
yang berjudul :
ANALISATOR DIGITAL MENGGUNAKAN GEAR UNTUK PENENTUAN
MUTU MINYAK GORENG
Beserta perangkat yang ada. Dengan Hak Bebas Royalti Non-eksklusif ini
Departemen Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro berhak
menyimpan, mengalihmedia atau memformatkan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan skripsi saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik
Hak Cipta.
Dibuat di Semarang
Pada tanggal 16 Agustus 2019
Yang menyatakan

Gema Nuran Utomo


NIM. 24040115140101

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“ANALISATOR DIGITAL MENGGUNAKAN GEAR UNTUK PENENTUAN
MUTU MINYAK GORENG”. Diajukannya skripsi ini dalam rangka memenuhi
salah satu syarat kelulusan serta menindaklanjuti penelitian terkini pada Program
Studi Fisika, Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas
Diponegoro Semarang.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih atas
arahan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan skripsi ini kepada :
1. Ibu Dr. Sumariyah, M.Si selaku Dosen Pembimbing I.
2. Bapak Drs. K. Sofjan Firdausi, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II.
3. Bapak serta Ibu Dosen Departemen Fisika Universitas Diponegoro
yang telah memberikan pengajaran secara komprehensif kepada
penulis.
4. Ayah Brotoyudo, Ibu Eni Qurotulaeni, adik-adik, serta semua keluarga
penulis yang senantiasa memberikan do’a, kasih sayang, dukungan
moril, dan non moril.
5. Rekan-rekan Fisika Universitas Diponegoro yang selalu mendukung
dan memberi semangat kepada penulis.
6. Semua pihak yang telah berkontribusi hingga selesainya skripsi ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga usaha penyusunan skripsi ini memperoleh ridha dari Allah SWT.
Terakhir, penulis berharap dengan diajukannya skripsi ini dapat memberikan
tambahan informasi, wawasan, serta nilai guna kedepannya kepada seluruh pihak
yang terkait.

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i


PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ......................................................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN .............................................................. xii
ABSTRAK ........................................................................................................... xiii
ABSTRACT ........................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian.................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penelitian................................................................................ 2

BAB II DASAR TEORI.......................................................................................... 3


2.1 Konsep Dasar Polarimeter.................................................................... 3
2.2 Gerak Melingkar Beraturan dan Prinsip Gearbox ................................ 4
2.3 Stepper Motor....................................................................................... 6
2.4 Mikrokontroler ..................................................................................... 7

BAB III RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI............................................... 10


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 10
3.2 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 10
3.2.1 Alat Penelitian ........................................................................ 10
3.2.2 Bahan Penelitian ..................................................................... 10
3.3 Prosedur Penelitian............................................................................. 11
3.4 Rancangan Instrumen ......................................................................... 12
3.5 Implementasi Instrumen ..................................................................... 14

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS ............................................................. 18


4.1 Hasil Uji Skala Busur dan Tampilan OLED Instrumen terhadap
Langkah Stepper Motor ...................................................................... 18
4.2 Hasil Uji Instrumen Analisator Konvensional dan Analisator Digital
menggunakan Hukum Malus ............................................................. 20
4.3 Hasil Aplikasi Instrumen pada Larutan Sukrosa ................................ 21
4.4 Hasil Aplikasi Instrumen pada Minyak Goreng ................................. 23

vii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 25
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 25
5.2 Saran ................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26


LAMPIRAN .......................................................................................................... 28

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil uji skala busur dan tampilan OLED instrumen terhadap langkah
stepper motor ........................................................................................ 19
Tabel 4.2 Mutu minyak goreng berdasarkan rerata perubahan sudut polarisasi ... 23
Tabel A.1 Alat penelitian yang diperlukan ........................................................... 28
Tabel A.2 Bahan penelitian yang diperlukan ........................................................ 29
Tabel A.3 Konfigurasi microstep EasyDriver v4.4 (Electronicos Caldas, 2018) . 32
Tabel B.1 Hasil uji skala busur dan tampilan OLED instrumen terhadap langkah
stepper motor ........................................................................................ 39
Tabel B.2 Hasil uji instrumen analisator konvensional menggunakan Hukum
Malus .................................................................................................... 40
Tabel B.3 Hasil uji instrumen analisator digital menggunakan Hukum Malus .... 41
Tabel B.4 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada larutan sukrosa
(Pengujian I) ......................................................................................... 42
Tabel B.5 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada larutan sukrosa
(Pengujian II) ........................................................................................ 43
Tabel B.6 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak ekstra zaitun
(EXP 23-04-2015) ................................................................................ 44
Tabel B.7 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak ekstra zaitun
(EXP 20-03-2020) ................................................................................ 45
Tabel B.8 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak beras
(EXP 11-09-2016) ................................................................................ 46
Tabel B.9 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak beras
(EXP 20-03-2020) ................................................................................ 47
Tabel B.10 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak sawit
(EXP 07-10-2016) .............................................................................. 48
Tabel B.11 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak sawit
(EXP 19-11-2019) .............................................................................. 49

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema kerja Hukum Malus (Amitasari dkk., 2013)............................ 4


Gambar 2.2 Partikel atau benda yang bergerak melingkar beraturan memiliki
kelajuan konstan (Abdullah, 2007) ..................................................... 4
Gambar 2.3 (a) Dua gear dengan diameter yang berbeda saling bersinggungan dan
(b) circular pitch pada roda gigi (Wibowo dkk., 2016) ...................... 5
Gambar 2.4 Sepasang komparator dan rotor pada stepper motor (McComb, 2007)
............................................................................................................. 6
Gambar 2.5 Diagram blok mikrokontroler pada umumnya (Wahyudianto, 2013) . 8
Gambar 2.6 Organisasi dasar sistem komputer (Bachrum, 1991) .......................... 9
Gambar 2.7 Arsitektur pin mapping ATMega328P (Components101, 2018) ........ 9
Gambar 3.1 Diagram prosedur penelitian ............................................................. 11
Gambar 3.2 Diagram blok instrumen analisator digital ........................................ 12
Gambar 3.3 Arsitektur rancangan instrumen analisator digital ............................ 13
Gambar 3.4 Bentuk instrumen analisator digital yang telah direalisasikan .......... 14
Gambar 3.5 Flowchart pemrograman instrumen analisator digital ...................... 16
Gambar 4.1 Instrumen analisator digital yang telah dipasang untuk melakukan
tahap pengujian ................................................................................. 18
Gambar 4.2 Sudut yang dibentuk skala busur dan tampilan OLED terhadap
langkah stepper motor ....................................................................... 20
Gambar 4.3 Rata-rata perubahan sudut analisator terhadap posisi sudut polarisator
menggunakan Hukum Malus ............................................................ 21
Gambar 4.4 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap konsentrasi
larutan sukrosa .................................................................................. 22
Gambar 4.5 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap posisi sudut
polarisator menggunakan minyak goreng terpilih ............................ 24
Gambar A.1 Tiga buah gear yang saling bersinggungan ...................................... 33
Gambar A.2 Rangkaian komponen atau modul elektronik dari instrumen pengukur
sudut polarisasi digital dalam bentuk skematik................................ 34
Gambar A.3 Interface perangkat lunak Adruino IDE v1.8.7 ................................ 35
Gambar C.1 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap konsentrasi
larutan sukrosa pada pengujian I ...................................................... 50
Gambar C.2 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap konsentrasi
larutan sukrosa pada pengujian II ..................................................... 51
Gambar C.3 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap posisi sudut
polarisator menggunakan minyak ekstra zaitun ............................... 52
Gambar C.4 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap posisi sudut
polarisator menggunakan minyak beras ........................................... 52
Gambar C.5 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap posisi sudut
polarisator menggunakan minyak sawit ........................................... 53

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Data Rancangan dan Implementasi Instrumen ................................. 28


Lampiran B Data Hasil Pengujian Instrumen ....................................................... 39
Lampiran C Grafik Hasil Aplikasi Instrumen pada Larutan Sukrosa dan Minyak
Goreng Terpilih................................................................................. 50
Lampiran D Datasheet Komponen dan Modul ..................................................... 54

xi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

1. 𝜃 : Sudut polarisasi (o)


2. 𝛼 : Sudut putar jenis (o/dm/(g/mL))
3. 𝜆 : Panjang gelombang (m)
4. 𝑓 : Frekuensi (Hz)
5. 𝒄 : Cepat rambat gelombang elektromagnetik (m/s)
6. 𝑙 : Panjang lintasan optis (m)
7. 𝑠 : Panjang lintasan (m)
8. 𝑡 : Waktu (s)
9. 𝒗 : Kecepatan linier (m/s)
10. 𝒗𝟏 : Kecepatan terhadap poros lingkaran 1
11. 𝒗𝟐 : Kecepatan terhadap poros lingkaran 2
12. 𝒅 : Diameter lingkaran (m)
13. 𝒓 : Jari-jari lingkaran (m)
14. 𝒓𝟏 : Jari-jari lingkaran 1
15. 𝒓𝟐 : Jari-jari lingkaran 2
16. 𝐼 : Intensitas (Cd)
17. 𝐼𝑜 : Intensitas awal
18. 𝝎 : Kecepatan sudut (rad/s)
19. 𝝎𝟏 : Kecepatan sudut dengan jari-jari lingkaran 1
20. 𝝎𝟐 : Kecepatan sudut dengan jari-jari lingkaran 2
21. 𝑁 : Jumlah gigi pada suatu gear
22. 𝑃𝑐 : Jarak antar gigi yang berdekatan
23. DC : Direct Current
24. RAM : Random Access Memory
25. ROM : Read Only Memory
26. I/O : Input/Output
27. ADC : Analog to Digital Converter

xii
ABSTRAK

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumya, sifat optis atau sudut
polarisasi yang digunakan sebagai indikator mutu minyak goreng nilainya relatif
sangat kecil, sehingga diperlukan instrumen analisator yang lebih teliti untuk
menghindari kesalahan paralaks dan meningkatkan efektivitas dalam
pengukurannya. Pada penelitian ini hendak dibuat instrumen analisator digital yang
akan digunakan untuk pengukuran sudut polarisasi minyak goreng. Instrumen
tersebut menggunakan stepper motor sebagai aktuator dan dihubungkan pada tiga
gear yang saling bersinggungan dengan rasio jari-jari tertentu, untuk pusat
pengendalian dan pemroses data digunakan mikrokontroler ATMega 328P. Setelah
instrumen tersebut terealisasi, dilakukan kalibrasi tampilan OLED terhadap skala
busur yang terdapat pada instrumen tersebut. Pengujian instrumen dengan panjang
gelombang laser sebesar 532 nm menggunakan Hukum Malus menghasilkan skala
terkecil 0,1°. Untuk pengujian pertama dan kedua menggunakan larutan sukrosa
menghasilkan linieritas masing-masing 𝑅2 = 0,9999 dan 𝑅2 = 0,9997. Adapun
pada uji mutu minyak goreng, dapat dibedakan minyak yang sudah kadaluarsa dan
masih layak konsumsi berdasarkan nilai rerata perubahan sudut polarisasinya.

Kata kunci : Sudut polarisasi, analisator digital, minyak goreng

xiii
ABSTRACT

Based on previous studies, the optical properties or the polarization angle used as
an indicator of the quality of edible oil are relatively low. Therefore, a more
thorough analyzer is needed to avoid parallax errors and increase the effectiveness
of their measurements. In this work, a digital analyzer is used to measure the
polarization angle of the edible oil. The instrument uses a stepper motor as an
actuator and is connected to three gears that intersect with a certain radius ratio.
For the control center and data processing, an ATMega 328P microcontroller is
used. After the instrument has been realized, the OLED display is calibrated to the
bow scale on the instrument. Testing the instrument with a laser wavelength of 532
nm using the law of Malus gave the smallest scale of 0,1 °. For the first and second
tests using sucrose solution, the linearity was 𝑅 2 = 0,9999 and 𝑅2 = 0,9997.
When checking the edible oil quality, it can be distinguished from the mean value
of the change in the polarization angle whether the oil has expired and is still
suitable for consumption.

Keywords : Polarization angle, digital analyzer, edible oil

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode untuk menentukan mutu minyak goreng yang mencakup berbagai
parameter menjadi satu parameter telah diteliti melalui sifat optis minyak goreng
(Firdausi dkk., 2013). Meskipun tidak secara eksplisit semua parameter terkait
langsung, setidaknya sifat optis pada minyak goreng dapat mengakomodasi
berbagai parameter yang dianggap menyebabkan terjadinya penurunan mutu
minyak goreng (Yulianti dkk., 2014). Pada penelitian sebelumnya, metode tersebut
telah berhasil membedakan minyak goreng yang masih layak konsumsi dengan
minyak goreng yang mutunya sudah terdegradasi. Selain itu, metode tersebut telah
digunakan sebagai preliminary test untuk menentukan tingkat kehalalan suatu
bahan makanan yang berasal dari lemak hewani (Yulianti dkk., 2014).
Keuntungan menggunakkan metode tersebut adalah instrumen yang
digunakan lebih praktis, efektif, dan hasil cenderung akurat (Yulianti dkk., 2014).
Namun, perlu diketahui pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya,
sudut polarisasi atau sifat optis minyak goreng terlalu kecil sehingga diperlukan
instrumen yang lebih teliti untuk menghindari kesalahan paralaks dalam melakukan
pengukurannya.
Pada penelitian ini hendak dilakukan digitalisasi analisator menggunakan
mikrokontroler sebagai salah satu perangkatnya. Alasan penggunaan
mikrokontroler pada penelitian ini karena perangkat tersebut telah mampu
menghasilkan efektivitas penggunaan dan pengukuran yang cukup tinggi pada
penelitian sebelumnya seperti pengukuran konduktivitas larutan elektrolit berbasis
mikrokontroler (Sumariyah dkk., 2006), pembuatan prototipe instumen pres tahu
(Sumariyah dkk., 2007), dan pembuatan detektor gerak dengan inframerah berbasis
mikrokontroler (Sumariyah dkk., 2009).

1
2

1.2 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini sebagai berikut :
1. Membuat instrumen analisator digital yang diaplikasikan sebagai
analisator untuk penentuan mutu minyak goreng.
2. Membandingkan nilai sudut polarisasi yang diperoleh dari instrumen
analisator konvensional dan digital menggunakan Hukum Malus.
3. Mengukur mutu minyak goreng berdasarkan rerata perubahan sudut
polarisasi menggunakan instrumen analisator digital.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini sebagai berikut :
1. Meningkatkan efektifitas waktu dalam pengukuran sudut polarisasi
untuk penentuan mutu minyak goreng.
2. Menghindari kesalahan paralaks dalam pengukuran sudut polarisasi
untuk penentuan mutu minyak goreng.
3. Instrumen analisator digital dapat dikembangkan dan diaplikasikan
pada penelitian lain yang memerlukan pengukuran besaran sudut.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Konsep Dasar Polarimeter


Gelombang elektromagnetik merupakan gelombang yang mampu
merambat dalam ruang hampa (vacuum). Cahaya tampak, gelombang radio, sinar-
x, sinar gamma, ultraviolet, inframerah, dan gelombang mikro termasuk gelombang
elektromagnetik yang masing-masing memiliki nilai panjang gelombang (𝜆).
Gelombang elektromagnetik yang disusun berdasarkan nilai panjang
gelombangnya disebut sebagai spektrum gelombang elektromagnetik. Gelombang
elektromagnetik memiliki kecepatan sebesar 𝒄 pada ruang hampa, hubungan
frekuensi (𝑓) dengan panjang gelombang (𝜆) elektromagnetik tertentu secara
matematis ditulis
𝒗 = 𝑓. 𝜆 (2.1)
dengan 𝒗 merupakan cepat rambat gelombang elektromagnetik didalam vacuum
yang nilainya sama dengan c (Setiawan, 2011). Salah satu sifat dari gelombang
elektromagnetik adalah dapat mengalami polarisasi karena termasuk gelombang
transversal (Viridi, 2010).
Perangkat untuk menganalisa sudut putar dari gelombang elektromagnetik
terpolarisasi oleh suatu zat atau medium yang bersifat optis aktif adalah
polarimeter. Gelombang tersebut merambat dengan arah getar secara acak yang
kemudian dipolarisasikan menjadi satu arah getar. Pada Gambar 2.1 gelombang
elektromagnetik akan terpolarisasi dan memenuhi Hukum Malus ketika merambat
dengan arah getar secara acak melalui polarisator yang intensitasnya sebesar 𝐼𝑜 ,
dilanjutkan melalui analisator intensitasnya akan menjadi lebih kecil berdasarkan
persamaan
𝐼 = 𝐼𝑜 cos 2 𝜃 (2.2)
dengan 𝜃 sebagai nilai sudut pada analisator. Sudut polarisasi yang diukur dari
suatu zat bergantung pada banyaknya konsentrasi senyawa zat tersebut, panjang
lintasan (𝑙) yang dilalui gelombang elektromagnetik, panjang gelombang (𝜆) dari

3
4

sinar yang digunakan, dan temperatur saat pengukuran. Pengukuran sudut polarisasi
mengacu pada besaran sudut putar jenis (𝛼) yang dihasilkan dari 1 gram senyawa
dalam 1 mL dengan panjang lintasan sejauh 1 dm (Amitasari dkk., 2013).

Cahaya
Cahaya tak terpolarisasi Perubahan
θ
terpolarisasi linier sudut θ

Polarisator
Analisator

Gambar 2.1 Skema kerja Hukum Malus (Amitasari dkk., 2013)

2.2 Gerak Melingkar Beraturan dan Prinsip Gearbox


Suatu partikel atau benda yang bergerak melingkar beraturan dalam interval
waktu ∆𝑡 yang sama akan menghasilkan lintasan tempuh yang sama. Pada Gambar
2.2 ditunjukkan laju partikel yang bergerak melingkar beraturan konstan terhadap
waktu, tetapi memiliki kecepatan (𝒗) yang tidak konstan karena memiliki arah yang
selalu berubah terhadap lintasan yang ditempuh (Abdullah, 2007).

v
Gambar 2.2 Partikel atau benda yang bergerak melingkar beraturan memiliki
kelajuan konstan (Abdullah, 2007)
5

Jika r merupakan jari-jari dan lintasan dinyatakan dengan 𝑠 maka panjang


satu lintasan tersebut adalah keliling lingkaran
𝑠 = 2𝜋𝒓 (2.3)
dengan menganggap waktu yang diperlukan untuk melakukan satu putaran adalah
𝑡, maka besarnya laju (𝑣) partikel atau benda dapat dinyatakan
𝑠 2𝜋𝒓
𝒗=𝑡= (2.4)
𝑡

satu lingkaran penuh membentuk sudut 360o yang setara dengan 2𝜋, maka
kecepatan sudut partikel atau benda dapat ditulis
𝜃 2𝜋
𝝎= = (2.5)
𝑡 𝑡

pada persamaan (2.2) dan (2.3) didapatkan hubungan nilai kecepatan (𝒗) adalah
hasil kali kecepatan sudut (𝝎) dengan jari-jari lintasan 𝒓 (Abdullah, 2007).

Circular pitch

ꞷ2
ꞷ1
(a) (b)
Gambar 2.3 (a) Dua gear dengan diameter yang berbeda saling bersinggungan dan
(b) circular pitch pada roda gigi (Wibowo dkk., 2016)

Saat dua gear dengan diameter tertentu yang bersinggungan diputar, maka
gear satu dengan gear lainnya akan menghasilkan nilai kelajuan linier (𝒗) yang
sama, kelajuan sudut (𝝎) berbeda, dan arah putaran yang berbeda pula berdasarkan
rasio diameternya (𝒅) yang dinyatakan sebagai
𝒗1 = 𝒗2 (2.6)
𝝎1 𝒓1 = 𝝎2 𝒓2 (2.7)
dengan 𝒓 menyatakan jari-jari yang sesuai dengan Gambar 2.3.a. Untuk
mendapatkan putaran searah seperti poros utama pada aktuator, gear disusun
dengan kelipatan ganjil. Secara teori, gear digambarkan dengan lingkaran dengan
6

diameter yang lebih kecil dari ukuran sebenarnya karena memiliki gigi yang saling
berpotongan (overlap). Jarak antara gigi satu dengan yang lain pada suatu gear
disebut circular pitch yang diperlihatkan pada Gambar 2.3.b, jumlahnya dapat
ditentukan menggunakan rumus
𝜋𝒅
𝑁= (2.8)
𝑃𝑐

dengan 𝜋𝒅 menyatakan keliling gear dan 𝑃𝑐 menyatakan jarak antar gigi yang
berdekatan (Wibowo dkk., 2016).

2.3 Stepper Motor


Stepper motor merupakan motor penggerak dari energi listrik yang banyak
dimanfaatkan saat ini sebagai aktuator, contohnya sebagai penggerak head printer,
disk drive dalam write/read, dan terakhir yang paling populer sebagai rekayasa
robotika dengan bantuan mikrokontroler. Terdapat tiga jenis stepper motor yang
ada dipasaran yakni stepper motor ferromagnetic, variable reluctance, dan tipe
hybrid. Pada dasarnya ketiga jenis itu memiliki fungsi yang sama, tetapi memiliki
perbedaan penting ketika diterapkan (Syahrul, 2011).

B+

Polaritas
phase II

B-

A+ A-

Polaritas phase I
Gambar 2.4 Sepasang komparator dan rotor pada stepper motor (McComb, 2007)
7

Umumnya stepper motor tidak memiliki komutator, namun memiliki


kumparan pada bagian stator yang setiap ujungnya berperan sebagai polaritas
tegangan (A+, A-, B+, atau B-) untuk merubah arah perputarannya sepeti yang
ditunjukkan Gambar 2.4. Sementara itu, pada bagian rotornya merupakan magnet
permanen. Stepper motor memiliki karakteristik putaran dengan langkah-langkah
sudut diskrit dan konstan berdasarkan perintah terprogram. Oleh karena itu, stepper
motor merupakan suatu penggerak memutar yang sangat presisi dan setiap
langkahnya dapat diulang dengan konstan (Wardhana, 2018). Prinsip kerja dari
stepper motor adalah dengan mengubah pulsa input menjadi gerak memutar yang
bersifat diskrit. Pulsa-pulsa input tersebut dibangkitkan dari driver motor sebagai
pengendali pulsa menuju stepper motor secara periodik. Keunggulan stepper motor
dibandingkan motor DC yang lain yakni menghasilkan perputaran dengan sudut
diskrit yang konsisten, stepper motor mempunyai torsi penuh berdasarkan voltase
yang diberikan, dan memiliki respon yang cepat terhadap pulsa input yang
diberikan (Prakasa, 2017).

2.4 Mikrokontroler
Semakin majunya penggunaan teknologi semikonduktor menyebabkan
mikroprosesor semakin diandalkan dalam menangani hal-hal kompleks karena
memiliki tingat fleksibilitas yang tinggi. Terdapat perangkat pendukung seperti
RAM sebagai penyimpanan yang bersifat volatile, ROM yang bersifat tetap, dan
I/O agar mikroprosesor dapat digunakan secara simultan menjadi mikrokomputer
atau mikrokontroler (Malik dan Anistardi, 1999). Gambar 2.5 memperlihatkan
diagram blok mikrokontroler pada umumnya.
Mikrokontroler dapat disebut sebagai komputer dalam satu chip, namun
memiliki kecepatan pengolahan data yang lebih rendah jika dibandingkan dengan
personal komputer. Kecepatan operasi mikrokontroler umumnya berkisar 1 – 16
MHz dengan kapasitas ROM dan RAM yang juga lebih rendah dibandingkan
personal komputer. Gambar 2.6 memperlihatkan struktur organisasi dasar dari
sistem komputer. Pada personal komputer, kecepatan yang ditawarkan oleh
mikroprosesornya telah mencapai orde GHz yang digunakan untuk proses
8

komputasi kompleks. Meskipun demikian ukuran dari mikrokontroler lebih ringkas


dibanding personal komputer, selain itu mikrokontroler lebih aplikatif untuk
menangani proses komputasi yang tidak terlalu kompleks (Wahyuni, 2015).

Counter
External Input
Interrupts
Timer 1
Interrupts
Control FLASH RAM Timer 0

CPU

Osc. Bus Control I/O Port Serial Port

Gambar 2.5 Diagram blok mikrokontroler pada umumnya (Wahyudianto, 2013)

Sistem yang menggunakan mikrokontroler pada dasarnya dibagi menjadi


dua yakni, embedded system dan dedicated system. Embedded system merupakan
sistem yang telah tertanam pada suatu alat atau produk, sedangkan dedicated system
merupakan sistem dalam suatu alat atau produk yang digunakan pada fungsi
spesifik. Hal itulah yang membedakannya dengan personal komputer karena
diperuntukkan untuk berbagai macam proses komputasi, sehingga mikroprosesor
pada personal komputer sering disebut sebagai general purpose microprocessor
(Wahyuni, 2015). Saat ini mikrokontroler sudah tersedia secara open source dalam
menangani pemrosesan data digital berdasarkan perintah terprogram yang
disematkan (Suryono, 2018).
9

CPU

Control Unit
Input Output
ALU

Memory

Gambar 2.6 Organisasi dasar sistem komputer (Bachrum, 1991)

Mikrokontroler telah digunakan sebagai interface card dalam sistem


akuisisi data sensor yang bersifat open source serta memiliki biaya operasi yang
relatif terjangkau. Salah satu platform open source yang memiliki circuit board
mikrokontroler sekaligus perangkat lunak yang dapat diintegrasikan adalah
Arduino (Suryono, 2018). Saat ini circuit board yang paling basic serta umum
digunakan adalah Arduino Uno karena bentuknya ringkas dan memiliki fitur
sederhana yang menyesuaikan kebutuhan didunia instrumentasi, pada circuit board
Arduino Uno terdapat mikroprosesor ATMega328P. Gambar 2.7 menunjukkan
fitur-fitur yang terdapat pada mikroprosesor ATMega328P, diwakilkan oleh
diagram arsitektur pin mapping (Microchip, 2017).

Gambar 2.7 Arsitektur pin mapping ATMega328P (Components101, 2018)


BAB III
RANCANGAN DAN IMPLEMENTASI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilaksanakan selama 7 (tujuh) bulan dimulai pada Desember
2018 sampai Juni 2019. Tempat penelitian di laboratorium Optoelektronika serta
laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Departemen Fisika, Fakultas Sains dan
Matematika, Universitas Diponegoro.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1 Alat Penelitian
Spesifikasi dan fungsi secara detail mengenai alat yang digunakan pada
penelitian ini terdapat pada Tabel A.1. Alat yang digunakan pada penelitian ini
terdiri dari Polarisator berdiameter 4,6 cm dan Laser pointer dengan panjang
gelombang 532 nm.

3.2.2 Bahan Penelitian


Spesifikasi dan fungsi secara detail mengenai bahan yang digunakan pada
penelitian ini terdapat pada Tabel A.2. Adapun bahan yang digunakan pada
penelitian ini meliputi :
1. Tiga buah roda gigi.
2. Dua buah bearing.
3. Mikrokontroler ATMega328P.
4. Kabel Jumper dengan panjang 20 cm.
5. Stepper Motor NEMA 17 0,9° per langkah.
6. Driver Motor.
7. OLED 0,96 inch dengan serial SPI.
8. Joystick Module KY-023.
9. Breadboard 400 points.
10. Papan akrilik.

10
11

3.3 Prosedur Penelitian


Tahap awal pada penelitian ini adalah perancangan serta realisasi instrumen
analisator digital yang mencakup aspek fungsional dan non-fungsional. Setelah
instrumen tersebut terealisasi, dilakukan kalibrasi terhadap skala busur (mekanik)
dan tampilan OLED yang terdapat pada instrumen sebelum diimplementasikan
untuk penentuan mutu minyak goreng menggunakan metode polarisasi sudut yang
telah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Pada Gambar 3.1 ditunjukkan diagram
prosedur penelitian secara bertahap.

Mengumpulkan peralatan dan bahan yang


diperlukan

Merancang dan meralisasikan instrumen analisator digital

Kalibrasi instrumen analisator digital berdasarkan skala busur


dan tampilan OLED yang dimiliki

Pengujian instrumen analisator Pengujian instrumen analisator digital


konvensional dengan hukum Malus dengan hukum Malus

Pengujian instrumen analisator digital


dengan larutan sukrosa yang bersifat
optis aktif

Pengujian instrumen analisator digital


dengan minyak goreng yang telah
dipilih

Memperoleh data pengujian instrumen dan


menganalisis (membandingkan) data
tersebut berdasarkan hubungan sebab-
akibat yang berlaku
Gambar 3.1 Diagram prosedur penelitian
12

Metode tersebut terdiri dari beberapa tahap, yakni dimulai dengan


melakukan kalibrasi instrumen analisator digital menggunakan Hukum Malus dan
dilanjutkan penerapan instrumen analisator digital pada larutan sukrosa dengan
konsentrasi yang telah ditentukan. Tahap selanjutnya melakukan preparasi minyak
goreng, kemudian melakukan pengukuran rerata sudut polarisasi minyak goreng
yang telah dipilih menggunakan instrumen analisator digital dengan laser pointer
yang memiliki panjang gelombang sebesar 532 nm secara bergantian. Setelah itu
diperoleh data pengujian dari instrumen tersebut. Kemudian, menganalisis
(membandingkan) data tersebut berdasarkan hubungan sebab-akibat yang berlaku.
Pada Gambar 3.3 ditunjukkan diagram prosedur penelitian secara bertahap.

3.4 Rancangan Instrumen


Nilai sudut polarisasi menjadi parameter untuk menentukan mutu minyak
goreng pada penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (Yulianti dkk., 2014).
Instrumen yang dirancang ini memiliki fungsi untuk mengukur sudut polarisasi
yang diperoleh dari perputaran analisator yang ditautkan pada gear dengan rasio
jari-jari yang telah ditentukan. Secara keseluruhan prinsip kerja instrumen yang
dirancang ditunjukkan melalui diagram blok pada Gambar 3.2 dan diuraikan
sebagai berikut :

Mikro Stepper
Joystick Driver Motor
kontrol Motor

OLED Gear

Analisator
Gambar 3.2 Diagram blok instrumen analisator digital
13

1. Adaptor memberi tegangan pada mikrokontroler dan driver motor


agar stepper motor mampu beroperasi sesuai perintah terprogram.
2. Joystick digunakan sebagai pemicu pergerakan stepper motor sesuai
dengan arah dan nilai kelajuan yang dikehendaki.
3. Mikrokontroler memberikan nilai input terprogram kepada driver
motor dan memproses data untuk diinformasikan kepada user melalui
OLED (sebagai interface).
4. Driver motor menggerakan stepper motor berdasarkan konfigurasi
pulsa input dan berfungsi menguatkan arus dan tegangan pulsa dari
mikrokontroler
5. Stepper motor yang telah ditautkan dengan gear pada rasio jari-jari
tertentu mengaktualisasikan gerakan sesuai arah dan nilai kelajuan
yang dikehendaki sehingga secara simultan memutar analisator
menuju nilai sudut yang diharapkan.

Bagian elektronik

Tombol
putar
kiri dan Bagian mekanik
Adapter
kanan

Stepper Motor dikopling


dengan gear
OLED
Button Mikrokontrol
Analisator

*kedua gear telah disematkan


Driver bearing agar mampu berputar
Motor bebas sesuai poros.

Adapter
Gambar 3.3 Arsitektur rancangan instrumen analisator digital
14

Rancangan instrumen analisator digital terdiri dari dua bagian utama, yakni
bagian akuisisi data (mekanik) dan bagian pemroses data (elektronik) seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 3.3. Pada bagian mekanik terdapat stepper motor, gear,
dan analisator yang ditautkan agar saling berputar. Di sisi lain, terdapat bagian
elektronik yang meliputi mikrokontroler, driver motor, dan OLED yang berfungsi
untuk menginformasikan data kepada user (sebagai interface).

3.5 Implementasi Instrumen


Instrumen analisator digital yang telah dapat direalisasikan berukuran 30 cm
x 15 cm x 15 cm dengan case berbahan akrilik yang diperlihatkan pada Gambar
3.4. Bagian mekanik pada instrumen ini meliputi bearing bertipe 6202-Z dan 6910-
ZZ yang berfungsi sebagai poros putar, selain itu terdapat tiga gear dengan jari-
jari masing-masing 6 mm, 27 mm, dan 44 mm yang saling bersinggungan. Gear
berjari-jari 6 mm dipasang pada Stepper Motor NEMA 17 dengan 400 langkah per
revolusi (0,9° per langkah) yang akan menghasilkan rasio perputaran 0,2° pada gear
berjari-jari 27 mm dan 0,1° pada gear berjari-jari 44 mm berdasarkan perhitungan
yang terdapat di Lampiran A.1.

OLED 0.96 inch Analisator


Modul 30 cm
Joystick
Gear

Mikrokontroler
15 cm

Driver
Motor

12 cm Stepper
Motor Bearing

Gambar 3.4 Bentuk instrumen analisator digital yang telah direalisasikan


15

Adapun komponen atau modul elektronik dari instrumen ini meliputi Modul
Joystick KY-023, OLED SPI 0,96 inch, Mikrokontroler ATMega328P, Driver
Motor, dan Stepper Motor Bipolar NEMA 17. Skema rangkaian dari komponen
ataupun modul tersebut diperlihatkan pada Gambar A.2. Pada realisasinya,
rangkaian ini ditempatkan pada case berukuran 12 cm x 15 cm x 15 cm yang
terdapat pada instrumen ini. Perangkat lunak yang digunakan untuk memprogram
instrumen ini agar mampu dikendalikan sesuai rasio perputaran gearnya adalah
Arduino IDE v1.8.7 yang sudah terintegrasi dengan mikrokontroler ATMega328P,
adapun interface Arduino IDE v1.8.7 ditunjukkan pada Gambar A.3.
Pada Gambar 3.5 menunjukkan flowchart pemrograman instrumen
analisator digital menggunakan Arduino IDE v1.8.7. Mikrokontroler ATMega328P
memproses nilai sudut dengan menjumlah atau mengurangi setiap 1 langkah
stepper motor. Setiap 1 langkah stepper motor menghasilkan sudut sebesar 0,1°
berdasarkan rasio perputaran gear, kemudian data tersebut diinformasikan kepada
user melalui OLED 0,96 inch yang telah dihubungkan pada mikrokontroler, OLED
0,96 inch yang dihubungkan menggunakan serial SPI dengan paket pemrograman
(library) yang telah tersedia. Pada Lampiran A.2 menunjukkan listing program
instrumen ini yang dibuat pada Arduino IDE v1.8.7.
Besaran yang dikendalikan dengan program tersebut adalah kecepatan putar
dari stepper motor yang digunakan. Nilai kelajuan dan arah perputaran stepper
motor diatur berdasarkan nilai waktu (delay) yang dapat ditentukan melalui
perintah terprogram pada mikrokontroler. Pergerakan stepper motor dipicu oleh
nilai ADC yang diperoleh dari perubahan posisi joystick, joystick tersebut
menerapkan prinsip resistor variabel (nilai resistansi dapat berubah). Apabila
digeser posisi joystick tersebut menyebabkan nilai tegangan ikut berubah dan
mempengaruhi nilai ADC yang terbaca pada mikrokontroler. Joystick KY-023 yang
digunakan memiliki tegangan referensi maksimal 5 V yang diwakilkan oleh nilai
ADC 10 bit dari mikrokontroler ATMega328P pada rentang 0 sampai 1.023.
16

Mulai

Inisialisasi program
(nilai dan variabel)

OLED begin

Nilai ADC Joystick VRy : (Arah


atas) atau (Arah bawah) ?

Tidak Tidak
Arah atas ? Arah bawah ?
OLED
Ya Ya menampilkan
Mengatur waktu nilai frekuensi
Mengatur waktu (delay)
(delay) dengan setiap berdasarkan
dengan setiap
pengurangan 10, Time (delay)
pertambahan 10, sampai
sampai batas minimal
batas maksimal 51
1

Menyimpan nilai Time (delay)


kedalam memory

Nilai ADC Joystick VRx : (Arah


kiri) atau (Arah kanan) ?

Tidak Tidak
Arah kiri ? Arah kanan ?
OLED
menampilkan
Ya Ya
posisi sudut
Stepper motor berputar Stepper motor berputar yang telah
berlawanan jarum jam searah jarum jam ditempuh
dengan kelipatan dengan kelipatan
(pengurangan) 0,123° (pertambahan) 0,123°

Menyimpan nilai langkah


stepper motor kedalam memory

OLED menampilkan nilai sudut


dan frekuensi putar stepper motor

Selesai

Gambar 3.5 Flowchart pemrograman instrumen analisator digital


17

Mikrokontroler ATMega328P memproses nilai ADC tersebut kedalam tiga


segmen pada sumbu vertikal (Y) dan horizontal (X). Sumbu vertikal (Y) berperan
untuk menentukan kelajuan stepper motor berdasarkan waktu (delay) yang dapat
diubah dan sumbu (X) berperan untuk mengatur arah perputaran stepper motor.
Tiga segmen nilai ADC tersebut antara lain 0 sampai 340, 341 sampai 682, dan 683
sampai 1.023. Di sumbu vertikal (Y), nilai ADC 0 sampai 340 memberikan
pengaturan waktu (delay) yang tinggi dan menyebabkan kelajuan stepper motor
rendah, pada 683 sampai 1.023 berlaku sebaliknya, dan pada 341 sampai 682
perintah dikosongkan sehingga tidak terjadi perubahan waktu (delay) pada
mikrokontroler. Pada sumbu horizontal (X), memiliki segmen nilai ADC yang
identik dengan fungsi untuk memberikan pengaturan arah putar stepper motor.
Secara berkelanjutan, mikrokontroler tersebut memberikan nilai input
(pulsa) menuju driver motor untuk menguatkan arus listriknya agar mampu
menggerakkan stepper motor sesuai dengan konfigurasi program yang ditetapkan
(Sumariyah dkk., 2006). Driver motor yang digunakan mampu beroperasi pada
tegangan 4,75 sampai 30 V DC dengan arus ±750 mA untuk menggerakan stepper
motor yang telah disesuaikan. Driver motor tersebut memiliki fitur serta konfigurasi
input pulsa yang unik untuk dapat menggerakan stepper motor. Nilai input pulsa
arah pergerakan (DIR) stepper motor dinyatakan dengan LOW untuk arah ke kiri
dan HIGH untuk arah ke kanan. Untuk menggerakan stepper motor setiap 1
langkah, input pulsa (STEP) yang diberikan berupa nilai LOW kemudian diberi
waktu (delay) sebelum mengalami transisi menjadi HIGH. Driver motor memiliki
1 1 1
konfigurasi microstep 8, 4, 2, atau 1 langkah penuh (2 phase). Keempat konfigurasi

tersebut dipilih melalui nilai logika yang terdapat pada pin MS1 dan MS2 pada
driver motor tersebut. Tabel A.3 memperlihatkan konfigurasi microstep
berdasarkan nilai logika yang terdapat pada driver motor.
BAB IV
PENGUJIAN DAN ANALISIS

Pengujian dilakukan dengan memasangkan instrumen analisator digital


pada instrumen yang telah tersedia sebelumnya. Instrumen analisator digital ini
dipasang untuk menggantikan instrumen analisator konvensional yang berperan
sebagai analisator dalam pengujian ini. Gambar 4.1 menunjukkan instrumen
analisator digital yang telah dipasang pada instrumen yang telah tersedia. Pengujian
awal instrumen ini menggunakan langkah stepper motor sebagai acuan untuk
membandingan nilai sudut yang dihasilkan dari skala busur dengan tampilan
OLED, diikuti pengujian instrumen menggunakan Hukum Malus, kemudian
penerapan instrumen pada larutan sukrosa dengan konsentrasi yang telah
ditentukan, dan terakhir penerapan instrumen pada minyak goreng yang telah
dipilih.

Polarisator Instrumen
Dudukan Analisator
Analisator Sampel minyak Digital
Kuvet Konvensional dalam kuvet
Dudukan
Sumber Kuvet
Sinar

Polarisator

Gambar 4.1 Instrumen analisator digital yang telah dipasang untuk melakukan
tahap pengujian

4.1 Hasil Uji Skala Busur dan Tampilan OLED Instrumen terhadap
Langkah Stepper Motor
Pada pengujian ini dilakukan pengukuran berdasarkan hasil yang
ditunjukkan oleh skala busur dan tampilan OLED yang terdapat pada instrumen ini.
Data hasil pengukuran langkah stepper motor terhadap sudut yang dibentuk oleh

18
19

skala busur dan tampilan OLED terdapat pada Tabel 4.1. Selisih nilai sudut terbesar
yang dibentuk oleh skala busur dan tampilan OLED terjadi pada langkah ke-240
yakni sebesar 1,02°, langkah ke-400 sebesar 1,2°, langkah ke-640 sebesar 1,72°,
dan langkah ke-720 sebesar 1,06°. Hal tersebut diduga terjadi karena cukup sulitnya
membaca skala busur yang saling berhimpit (kesalahan paralaks), sehingga nilai
error cenderung besar. Rata-rata selisih sudut yang dibentuk skala busur dengan
tampilan OLED sebesar 0,696°.

Tabel 4.1 Hasil uji skala busur dan tampilan OLED instrumen terhadap
langkah stepper motor
Hasil Sudut (°)
Langkah Skala Busur Tampilan OLED Selisih Sudut
0 0 0 0
80 10 9,84 0,16
160 20 19,68 0,32
240 28,5 29,52 1,02
320 39 39,36 0,36
400 48 49,2 1,2
480 58,5 59,04 0,54
560 68 68,88 0,88
640 77 78,72 1,72
720 87,5 88,56 1,06
800 98 98,4 0,4

Data tersebut diinterpretasikan dalam grafik seperti yang ditunjukkan pada


Gambar 4.2. Pengukuran berdasarkan skala busur instrumen menghasilkan fungsi
regresi linier (𝑦 = 0,1215𝑥 − 0,0227) dengan nilai 𝑅2 sebesar 0,9998 dan untuk
pengukuran yang mengacu pada tampilan OLED menghasilkan fungsi (𝑦 =
0,123𝑥) dengan nilai 𝑅2 adalah 1. Pengujian sudut dimulai dari 0° sampai 98°
karena pada interval tersebut terdapat nilai sudut yang menghasilkan instensitas
cahaya minimum berdasarkan Prinsip Malus yang menyatakan bahwa intensitas
sinar atau cahaya minimum akan terjadi ketika analisator membentuk sudut 90°
terhadap polarisator (Amitasari dkk., 2013).
20

120
Hasil Sudut (°) Skala Busur
Hasil Sudut (°) Tampilan OLED
100

80
Sudut (°)

60

40

20

0
0 100 200 300 400 500 600 700 800 900
Langkah Stepper Motor
Gambar 4.2 Sudut yang dibentuk skala busur dan tampilan OLED terhadap
langkah stepper motor

4.2 Hasil Uji Instrumen Analisator Konvensional dan Analisator Digital


menggunakan Hukum Malus
Pada pengujian ini, dilakukan pengukuran sudut menggunakan analisator
konvensional dan analisator digital dengan memosisikan polarisator pada sudut 0°,
10°, 20°, 30°, 40°, 50°, 60°, 70°, 80°, dan 90°. Pada masing-masing sudut
polarisator, dilakukan pengukuran sebanyak 20 kali menggunakan analisator
kemudian diambil nilai reratanya. Pada pengukuran ini digunakan laser hijau
dengan panjang gelombang 532 nm. Data hasil pengukuran ditunjukkan pada Tabel
B.2 dan B.3, serta diinterpretasikan dalam grafik seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.3. Pada pengukuran menggunakan analisator konvensional diperlukan
ketelitian pengamatan saat membaca skala busurnya agar dihasilkan pengukuran
yang presisi dan akurat. Pengukuran saat posisi polarisator 70° meleset sejauh
0,15°, saat posisi polarisator 80° meleset sejauh 0,1°, dan saat posisi polarisator 90°
meleset sejauh 0,1°. Pengukuran menggunakan analisator digital menghasilkan
pola nilai yang identik dengan pengukuran menggunakan analisator konvensional,
namun pada saat posisi polarisator 20° menghasilkan pengukuran sebesar 110,132°
yang berarti meleset sejauh 0,132°.
21

200
Rata-rata Sudut Analisator (°) Konvensional
Rata-rata Sudut Analisator (°) Digital
180

160

140

120
Sudut Analisator (°)

100

80

60

40

20

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sudut Polarisator (°)
Gambar 4.3 Rata-rata perubahan sudut analisator terhadap posisi sudut polarisator
menggunakan Hukum Malus

Pengukuran menggunakan Hukum Malus pada analisator konvensional


menghasilkan fungsi regresi linier (𝑦 = 0,9995𝑥 + 90,18) dengan nilai 𝑅2 sebesar
1. Adapun pengukuran analisator digital menghasilkan fungsi (𝑦 = 0,9989𝑥 +
90,083) dengan nilai 𝑅2 yang sama, yakni 1. Adapun data pengukuran yang lain
(menggunakan analisator digital) menghasilkan nilai yang tidak bulat, dikarenakan
data tersebut merupakan kelipatan dari rasio perputaran gear, yakni sebesar 0,1°.

4.3 Hasil Aplikasi Instrumen pada Larutan Sukrosa


Pengujian instrumen menggunakan larutan sukrosa yang pertama
menghasilkan nilai rata-rata perubahan sudut analisator digital yang terdapat pada
22

Tabel B.4 dan pengujian kedua diperlihatkan pada Tabel B.5. Adanya bagian
pertama dan kedua dikarenakan pengujian ini dilakukan pada hari yang berbeda dan
larutan sukrosa tersebut dilakukan pengenceran sebelum pengukuran. Pengujian
dilakukan sampai 20 kali pengukuran untuk setiap larutan sukrosa dan
menggunakan laser dengan panjang gelombang 532 nm pada suhu ruang sebesar
16°C. Gambar 4.4 memperlihatkan grafik sudut yang dibentuk analisator digital
terhadap konsentrasi larutan sukrosa.

12
Δθ Pengujian I
Δθ Pengujian II

10

8
Δθ (°)

0
0 2 4 6 8 10 12
Massa Sukrosa/10 mL (gr)
Gambar 4.4 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap konsentrasi
larutan sukrosa

Mengacu pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, perlu dilakukan


kalibrasi instrumen menggunakan larutan sukrosa sebelum melakukan pengukuran
sudut polarisasi minyak goreng (Widyastuti dkk., 2009). Pada pengujian pertama
23

menghasilkan fungsi regresi sebesar (𝑦 = 0,9923𝑥 + 0,0203) dengan nilai 𝑅2


adalah 0,9999, adapun hasil fungsi regresi pada pengujian kedua sebesar (𝑦 =
0,7163𝑥 + 0,1562) dengan 𝑅2 yakni 0,9997. Pengujian yang pertama
menunjukkan rata-rata perubahan sudut analisator digital per konsentrasi larutan
sukrosa lebih besar dibanding pengujian yang kedua, dugaan sementara hal ini
terjadi karena kurang telitinya dalam melakukan proses pengenceran larutan
sukrosa.

4.4 Hasil Aplikasi Instrumen pada Minyak Goreng


Minyak goreng yang digunakan dalam pengujian ini adalah minyak ekstra
zaitun dengan tanggal kadaluarsa 23 April 2015 dan 27 Februari 2020, minyak
beras dengan tanggal kadaluarsa 11 September 2016 dan 20 Maret 2020, serta
minyak sawit dengan tanggal kadaluarsa 7 Oktober 2016 dan 19 November 2019.
Adapun suhu ruangan yang dijaga konstan selama pengujian sebesar 16°C.
Pengujian dilakukan sebanyak 20 kali pengukuran menggunakan laser dengan
panjang gelombang 532 nm untuk setiap posisi sudut polarisator sebesar 0°, 30°,
60°, dan 90°. Data hasil pengujian tersebut terdapat pada Tabel B.6 sampai B.11.
Berdasarkan data hasil pengujian ini, mutu minyak goreng secara berurutan
disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Mutu minyak goreng berdasarkan rerata perubahan sudut


polarisasi
Sampel ∆𝜽 Rata-rata (°)
Minyak Ekstra Zaitun (EXP 27 Februari 2020) 0,161
Minyak Beras (EXP 20 Maret 2020) 0,181
Minyak Ekstra Zaitun (EXP 23 April 2015) 0,258
Minyak Sawit (EXP 19 November 2019) 0,291
Minyak Beras (EXP 11 September 2016) 0,323
Minyak Sawit (EXP 07 Oktober 2016) 0,647
24

Ketiga jenis minyak goreng yang telah melewati masa kadaluarsa


menghasilkan rerata perubahan sudut polarisasi yang lebih besar terhadap minyak
goreng sejenis yang belum melewati masa kadaluarsa berdasarkan grafik yang
tertera pada Gambar 4.5. Hal tersebut mengindikasikan bahwa minyak goreng yang
telah melewati masa kadaluarsa mengalami penurunan mutu (Yulianti dkk., 2014).
Penurunan mutu minyak goreng tersebut diduga karena telah mengalami hidrolisis,
pirolisis, oksidasi, ataupun polimerisasi yang secara umum menghasilkan asam
lemak bebas dan molekul polar (Firdausi dkk., 2012).

0,8

0,7

0,6

0,5
Δθ (°)

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sudut Polarisator (°)

Δθ Minyak Sawit 07-10-2016 (°) Δθ Minyak Sawit 19-11-2019 (°)


Δθ Minyak Beras 11-09-2016 (°) Δθ Minyak Beras 20-03-2020 (°)
Δθ Minyak Ekstra Zaitun 23-04-2015 (°) Δθ Minyak Ekstra Zaitun 27-02-2020 (°)

Gambar 4.5 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap posisi sudut
polarisator menggunakan minyak goreng terpilih
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Instrumen analisator digital telah dapat direalisasikan dengan nilai
tampilan OLED per langkah stepper motor sebesar 0,1°, nilai ini lebih
presisi dibandingkan instrumen analisator konvensional yang memiliki
ketelitian 0,5°.
2. Pengujian instrumen analisator digital menggunakan Prinsip Malus
menghasilkan sudut 𝜃 = (90,0830 ± 0,9989)° berbanding instrumen
analisator konvensional sebesar 𝜃 = (90,1800 ± 0,9995)°.
3. Penerapan instrumen analisator digital pada uji liniertas larutan sukrosa
yang pertama menghasilkan sudut 𝜃 = (0,9923 ± 0,0203)° dan yang
kedua sebesar 𝜃 = (0,7163 ± 0,1562)° untuk setiap kenaikkan 1 gram
sukrosa dalam 10 mL pelarut.
4. Untuk penerapan pada minyak goreng, instrumen analisator digital
dapat membedakan mutu minyak goreng sejenis yang telah melewati
masa kadaluarsa dan yang belum melewati masa kadaluarsa
berdasarkan nilai rata-rata perubahan sudut polarisasinya.

5.2 Saran
Adapun saran berdasarkan penelitian yang telah dilakukan agar dapat
ditindaklanjuti dan dikembangkan antara lain :
1. Gear yang digunakan dalam instrumen tersebut dapat dibuat ulang
dengan teknologi 3D print SLS (Selective Laser Sintering) yang lebih
presisi sehingga menghasilkan perputaran yang lebih halus.
2. Instrumen yang telah dapat direalisasikan perlu diberi sensor cahaya
untuk mendeteksi intensitas sinar minimum yang diperoleh dari
perputaran analisator.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., 2007, Diktat Fisika Dasar I, Edisi Kedua, Penerbit ITB, Bandung.
Amitasari, R., Istiyawan, W., Sugito, H., Bawono, A. dan Firdausi, K.S., 2013,
Review Pengujian Hukum Malus dan Sifat Optis Aktif Larutan Gula
Menggunakan Sistem Deteksi Cahaya, Berkala Fisika, 16, 1, 1-4.
Bachrum, Achmad, 1991, PC: Kenali Sebelum Membeli. PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Caldas, Electronicos, 2018, Easy Driver Stepper Motor Driver,
https://www.electronicoscaldas.com/datasheet/A3967-
EDMOD_Manual.pdf.
Components101, 2018, ATMega328P Microcontroller,
https://components101.com/microcontrollers/atmega328p-pinout-features-
datasheet.
Denki, Sanyo, 2018, SANM0TION 2-Phase Stepping Systems F2,
https://www.sanyodenki.com/archive/document/product/servo/catalog_E_
pdf/SANMOTION_F2_E.pdf.
DisplayModule, 2018, DM-OLED 096-624 0.96” 128 x 64 White Graphic OLED
Display Module with SPI, I2C Interface,
https://www.displaymodule.com/products/dm-oled096-624.
Farnell, 2018, Arduino Uno Datasheet,
https://www.farnell.com/datasheets/1682209.pdf.
Firdausi, K.S., Sugito, H., Amitasari, R. dan Murni, S., 2013, Metode Elektooptis
sebagai Pendeteksi Radikal Bebas dan Prospek untuk Evaluasi Total Mutu
Minyak Goreng, Indonesian Journal of Applied Physics, 3, 1, 72-78.
Firdausi, K.S., Triyana, K. dan Susan, A.I., 2012, An Improvement of New Test
Method for Determination of Frying Oil Quality Based on Electrooptics
Parameter, Berkala Fisika, 15, 3, 77-86.
Malik, M.I. dan Anistardi, 1999, Bereksperimen dengan Mikrokontroler 8031, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta.
McComb, M., 2007, Introduction to Stepper Motors,
https://www.microchip.com/stellent/groups/SiteComm_sg/documents/Devi
ceDoc/en543047.pdf.
Microchip, 2017, ATmega328P8-bit AVR Microcontroller with 32K Bytes In-
System Programmable Flash Datasheet,
http://ww1.microchip.com/downloads/en/DeviceDoc/Atmel-7810-
Automotive-Microcontrollers-ATmega328P_Datasheet.pdf.
Prakasa, G.N., 2017, Prototipe Kunci Pintu menggunakan Motor Stepper Berbasis
Arduino Mega 2560 dengan Perintah Suara pada Android, Teknik Elektro,
Fakultas Teknik, Universitas Lampung.

26
27

Setiawan, D., 2011, Perambatan Cahaya pada Pandu Gelombang Makro


Berbentuk Trapesium, Fisika, FMIPA, Universitas Sebelas Maret.
Sumariyah, Yulianto, T. dan Priyono, J., 2006, Rancang Bangun Sistem Pengukur
Konduktivitas Larutan Elektrolit menggunakan Mikrokontoler AT89C51,
Berkala Fisika, 9, 3, 157-163.
Sumariyah, Jatmiko, E.S. dan Arimono, I., 2006, Linierisasi Keluaran Pencatu
Daya menggunakan Komputer, Berkala Fisika, 9, 2, 71-80.
Sumariyah, Jatmiko, E.S. dan Purwanto, J., 2007, Rancang Bangun Prototipe Alat
Pres Tahu Otomatis Berbasis Mikrokontroler, Berkala Fisika, 10, 4, 193-
200.
Sumariyah dan Widiyatmoko, A., 2009, Rancang Bangun Detektor Gerak
menggunakan Infra Merah dengan memanfaatkan Layanan SMS pada
Telepon Seluler Berbasis Mikrokontroler AT89S52, Berkala Fisika, 12, 1,
15-20.
Suryono, 2018, Teknologi Sensor : Konsep Fisis dan Teknik Akuisisi Data Berbasis
Mikrokontroler 32 Bit AT91SAM3X8E, Edisi Pertama, UNDIP Press,
Semarang.
Syahrul, 2011, Motor Stepper : Teknologi, Metode, dan Rangkaian Kontrol,
Majalah Ilmiah UNIKOM, 6, 2, 187-201.
Viridi, S., 2010, Fisika Dasar, Edisi Pertama, Penerbit ITB, Bandung.
Wahyudianto, Fajar, 2013, Organisasi Memori,
http://www.fwahyudianto.id/2013/12/organisasi-memori.html.
Wahyuni, S., 2015, Rancang Bangun Perangkat Lunak pada Semo Otomatis Alat
Tenun Selendang Songket Palembang Berbasis Mikrokontroler ATMega
128, Teknik Elektro, Teknik Telekomunikasi, Politeknik Negeri Sriwijaya.
Wardhana, A.W. dan Nugroho, D.T., 2018, Pengontrolan Motor Stepper
Menggunakan Driver DRV 8825 Berbasis Signal Square Wave dari Timer
Mikrokontroler AVR, Jurnal Nasional Teknik Elektro, 7, 1, 80-89.
Wibowo, B.A., Rivai, M. dan Tasripan, 2016, Alat Uji Madu Menggunakan
Polarimeter dan Sensor Warna, JURNAL TEKNIK ITS, 5, 1, 28-33.
Widyastuti, N., Azam, M. dan Firdausi, K.S., 2009, Studi Efek Elektrooptis pada
Minyak Goreng, Berkala Fisika, 12, 2, 63-68.
Yulianti, E., Indriyani, Y., Husna, A., Putri, N.K., Murni, S., Amitasari, R.,
Bawono, A., Sugito, H. dan Firdausi, K.S., 2014, Deteksi Dini Kualitas
Minyak Goreng dan Studi Awal Tingkat Kehalalannya Menggunakan
Polarisasi Alami, Berkala Fisika, 17, 3, 79-84.
Zero, Energia, 2017, Joystick Module,
http://www.energiazero.org/arduino_sensori/joystick_module.pdf.
LAMPIRAN

Lampiran A Data Rancangan dan Implementasi Instrumen


Tabel A.1 Alat penelitian yang diperlukan
Alat Spesifikasi Fungsi Gambar
Penelitian
Diameter 4 – Untuk
4,6 cm. mengukur sudut
polarisasi pada
masing-masing
minyak goreng
Polarisator yang telah
dipilih.

- Panjang Memancarkan
gelombang gelombang
532 nm. elektromagnetik
- Output daya dengan panjang
gelombang gelombang
konstan < tertentu.
Laser 5.0 mW
Pointer (Kelas IIIa).
- Tegangan
operasi 3 V.
- Memiliki
jangkauan
rambat
2.700 m.

28
29

Tabel A.2 Bahan penelitian yang diperlukan


Bahan Spesifikasi Fungsi Gambar
Penelitian
- Tiga buah Memutar
gear dengan analisator
jari-jari dengan 3 buah
masing- gear yang saling
masing 6 bersinggungan.
mm, 27 mm,
dan 44 mm.
- Modulus
Roda Gigi gear 1 mm.
(Gear) - Tebal gear
10 mm.

- Bearing tipe Sebagai poros


6202-Z putar gear yang
dengan saling
diameter bersinggungan
dalam 15 mm agar bergerak
dan diameter sesuai dengan
luar 35 mm. arah yang
- Bearing tipe dikehendaki.
6910-ZZ
Laher dengan
(Bearing) diameter
dalam 50 mm
dan diameter
luar 72 mm.
30

- Mikrokontrol Untuk
er menjalankan
ATMega328 fungsi spesifik
P 10 bit. dengan program
- Flash yang telah
Memory 32 disematkan serta
KB. memiliki
- SRAM 2 KB. fasilitas untuk
- EEPROM 1 menerima sinyal
Mikrokontr KB. analog agar
oler - Clock speed dapat dikonversi
16 MHz. menjadi nilai
- Tegangan digital tertentu.
Operasi 5 V.
- Input
tegangan
(rekomendasi
) 7 -20 V.

Panjang kabel Penghubung


20 cm. arus listrik pada
Kabel sistem rangkaian
Jumper atau prototype
yang berbasis
mikrokontroler
dan breadboard.
- Stepper Sebagai aktuator
Motor yang bergerak
NEMA 17. melingkar
- Winding terhadap poros
resistance dengan langkah
Stepper 0,85 sudut yang
Motor Ω/phase. disesuaikan
- 400 steps per perintah
revolution terprogram.
(0,9 o per
step).
31

- EasyDriver Untuk
v4.4 dengan mengendalikan
driver chip arah putaran dan
Allegro kelajuan dari
A3967. stepper motor
- Arus berdasarkan
Driver maksimum nilai input dari
Motor ±750 mA, mikrokontroler.
pada rentang
tegangan 7 –
30 V.
- Logic Supply
Voltage
Range 3 –
5,5 V.
- OLED 0,96 Untuk
inch dengan menampilkan
serial SPI. nilai sudut
- Resolusi 128 polarisasi yang
x 64. telah diproses
OLED - Input oleh
tegangan 3,3 mikrokontroler.
– 5 V.

- Joystick Pemicu arah


Module KY- pergerakan dan
023 applies kelajuan stepper
for motor.
ARDUINO.
- Pergerakan
Joystick joystick
dilengkapi 2
potensiomete
r.
- Dilengkapi
dengan 5 pin.
- Ukuran 4.0
cm x 2.6 cm x
3.2 cm.
32

- 400 tie Digunakan


points. untuk
- Ukuran 5,5 merangakai
cm x 8,5 cm x komponen
Breadboard 1 cm. elektronik tanpa
menyolder,
sehingga lebih
fleksibel dalam
penanganannya.

- Ketebalan 1 Dibuat sebagai


cm dan 0,3 tempat dudukan
cm. komponen yang
- Ukuran 30 saling berelasi.
cm x 15 cm x
15 cm.
Papan
Akrilik

Tabel A.3 Konfigurasi microstep EasyDriver v4.4 (Electronicos Caldas, 2018)


MS1 MS2 Resolusi

Low Low 1 langkah (2 phase)

High Low 1
langkah
2

Low High 1
langkah
4

High High 1
langkah
8
33

A.1 Rasio perputaran gear


Gear berjari-jari 6 mm dihubungkan dengan stepper motor yang
menghasilkan sudut 0,9° per langkah kemudian saling disinggungkan dengan gear
berjari-jari 27 mm dan 44 mm secara berurutan akan menghasilkan rasio perputaran
sebagai berikut

ω3
ω2
ω1
r2
r3
r1

Gambar A.1 Tiga buah gear yang saling bersinggungan

Untuk gear yang saling bersinggungan, maka arah putar kedua gear adalah
berlawanan dengan kelajuan linier roda adalah sama
𝒗1 = 𝒗2 = 𝒗3 (A.1)
𝝎1 . 𝒓1 = 𝝎2 . 𝒓2 = 𝝎3 . 𝒓3 (A.2)
dengan menganggap gear yang saling bersinggungan ideal (bergerak secara
simultan) dan kecepatan sudut (𝝎) yang terjadi adalah tetap (gerak melingkar
beraturan) maka berlaku
𝜃1 𝜃2 𝜃3
. 𝒓1 = . 𝒓2 = . 𝒓3 (A.3)
𝑡 𝑡 𝑡

𝜃1 . 𝒓1 = 𝜃2 . 𝒓2 = 𝜃3 . 𝒓3 (A.4)
sehingga diperoleh perputaran dari gear berjari-jari 27 mm dan 44 mm sebagai
berikut
𝜃1 .𝒓1 0,9 .6 𝜃2 .𝒓2 0,2 .27
𝜃2 = = = 0,2° 𝜃3 = = ≅ 0,1°
𝒓2 27 𝒓3 44
34

Gambar A.2 Rangkaian komponen atau modul elektronik dari instrumen pengukur
sudut polarisasi digital dalam bentuk skematik
35

Gambar A.3 Interface perangkat lunak Adruino IDE v1.8.7


36

A.2 Listing program menggunakan perangkat lunak Arduino IDE v1.8.7


#include "U8glib.h"
//13(D0) 11(D1) 10(CS) 9(DC) 8(RES)
U8GLIB_SH1106_128X64 u8g(13, 11, 10, 9, 8);
#define DIR 2
#define STEP 3
#define MS1 12
#define MS2 7

unsigned int SW = 4;
unsigned int VRx = A0;
unsigned int VRy = A1;

unsigned int Time = 51;


float AngleCounter = 0.00;

void setup(){
pinMode(STEP, OUTPUT);
pinMode(DIR, OUTPUT);
pinMode(MS1, OUTPUT);
pinMode(MS2, OUTPUT);
pinMode(SW, INPUT);
pinMode(VRx, INPUT);
pinMode(VRy, INPUT);
digitalWrite(STEP, LOW);
digitalWrite(DIR, LOW);
digitalWrite(MS1, LOW);
digitalWrite(MS2, LOW);
delay(10);

u8g.firstPage();
do {
u8g.setFont(u8g_font_helvB10);
u8g.drawStr(12, 15, "Polarizermeter");
u8g.drawStr(49, 35, "Ver");
u8g.drawStr(46, 55, "1.0.1");
} while( u8g.nextPage() );
delay(3000);
}

void loop(){
if (analogRead(VRy) >= 683 && analogRead(VRy) <= 1023){
Time -= 10;
if (Time >= -9){
Time = 1;
}
delay(200);
} else if (analogRead(VRy) >= 0 && analogRead(VRy) <= 340){
Time += 10;
if (Time >= 51){
37

Time = 51;
}
delay(200);
}

if (analogRead(VRx) >= 0 && analogRead(VRx) <= 340){


digitalWrite(DIR, LOW);
digitalWrite(STEP, LOW);
delay(Time);
digitalWrite(STEP, HIGH);
AngleCounter -= 0.1;
if (AngleCounter < -0.0001){
AngleCounter = 359.877;
}
delay(Time);
} else if (analogRead(VRx) >= 683 && analogRead(VRx) <= 1023){
digitalWrite(DIR, HIGH);
digitalWrite(STEP, LOW);
delay(Time);
digitalWrite(STEP, HIGH);
AngleCounter += 0.1;
if (AngleCounter > 359.898){
AngleCounter = 0.02;
}
delay(Time);
}

u8g.firstPage();
do {
u8g.setPrintPos(4, 15);
u8g.print((char)102);
u8g.setPrintPos(100, 15);
u8g.print((char)102);
u8g.setFont(u8g_font_04b_03r);
u8g.drawStr(10, 15, "MIN");
u8g.drawStr(106, 15, "MAX");
u8g.drawFrame(30,1,64,14);
if (Time == 51){
u8g.drawBox(32,3,10,10);
}
if (Time == 41){
u8g.drawBox(32,3,20,10);
}
if (Time == 31){
u8g.drawBox(32,3,30,10);
}
if (Time == 21){
u8g.drawBox(32,3,40,10);
}
if (Time == 11){
u8g.drawBox(32,3,50,10);
38

}
else if (Time == 1){
u8g.drawBox(32,3,60,10);
}
u8g.setFont(u8g_font_helvR14);
u8g.drawStr(4, 47, "Angle :");
u8g.setPrintPos(64, 47);
u8g.print(AngleCounter);
u8g.print((char)176);
} while( u8g.nextPage() );
delayMicroseconds(5);
}
39

Lampiran B Data Hasil Pengujian Instrumen


Tabel B.1 Hasil uji skala busur dan tampilan OLED instrumen terhadap
langkah stepper motor
Hasil Sudut (°)
Langkah Skala Busur Tampilan OLED
0 0 0
80 10 9,84
160 20 19,68
240 28,5 29,52
320 39 39,36
400 48 49,2
480 58,5 59,04
560 68 68,88
640 77 78,72
720 87,5 88,56
800 98 98,4
40

Tabel B.2 Hasil uji instrumen analisator konvensional menggunakan Hukum


Malus
Sudut Polarisator (°)
Pengulanga
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
n
Sudut Analisator (°)
1 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
2 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
3 90 100 110 120 130 140 150 161 170 180
4 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
5 90 100 110 120 130 140 150 161 170 180
6 90 100 110 120 130 140 150 160 170 179
7 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
8 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
9 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
10 90 100 110 120 130 140 150 160 169 180
11 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
12 90 100 110 120 130 140 150 161 170 180
13 90 100 110 120 130 140 150 160 169 180
14 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
15 90 100 110 120 130 140 150 160 170 179
16 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
17 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
18 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
19 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
20 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
Rata-rata 90 100 110 120 130 140 150 160,15 169,9 179,9
Δθ 0 10 20 30 40 50 60 70,15 79,9 89,9
0 0 0 0 0 0 0 0,15 0,1 0,1
41

Tabel B.3 Hasil uji instrumen analisator digital menggunakan Hukum Malus
Sudut Polarisator (°)
Pengulanga
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
n
Sudut Analisator (°)
1 90,04 100 110,09 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
2 90,04 100,12 110,09 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
3 90,16 100 110,21 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
4 90,04 100 110,09 120,05 130,01 140,1 150,06 160,02 169,99 179,95
5 90,04 100 110,09 120,05 130,13 139,97 150,06 160,02 169,99 180,07
6 90,04 100 110,09 120,17 130,01 140,1 150,06 160,02 169,99 179,95
7 90,04 100,12 110,09 120,17 130,13 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
8 90,16 100 110,09 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
9 90,16 100 110,21 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
10 90,04 100 110,09 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
11 90,04 100,12 110,21 120,05 130,13 140,1 150,06 160,02 169,99 179,95
12 90,04 100 110,09 120,05 130,13 140,1 150,06 160,02 169,99 179,95
13 90,04 100 110,09 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
14 90,04 100,12 110,21 120,17 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 180,07
15 90,04 100,12 110,09 120,05 130,01 139,97 150,06 160,15 169,99 179,95
16 90,04 100 110,09 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
17 90,04 100 110,21 120,05 130,01 140,1 150,06 160,02 169,99 179,95
18 90,04 100 110,21 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
19 90,16 100 110,09 120,17 130,13 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
20 90,04 100 110,21 120,05 130,01 139,97 150,06 160,02 169,99 179,95
120,07 140,002 160,02
Rata-rata 90,064 100,03 110,132 130,04 150,06 169,99 179,962
4 5 65
70,026
Δθ 0,064 10,03 20,132 30,074 40,04 50,0025 60,06 79,99 89,962
5
0,064 0,03 0,132 0,074 0,04 0,0025 0,06 0,0265 0,01 0,038
42

Tabel B.4 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada larutan sukrosa
(Pengujian I)
Massa Sukrosa/10 mL (gr)
Pengulangan 0 1 2 3 6 8 10
Sudut Analisator (°)
1 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
2 90,04 91,02 92 92,99 95,94 98,03 100
3 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
4 90,04 91,02 92 92,99 96,06 97,91 100
5 90,16 91,02 92 92,87 96,06 97,91 100
6 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
7 90,04 91,14 92 92,99 95,94 97,91 100
8 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
9 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 99,88
10 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
11 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
12 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
13 89,91 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
14 90,04 91,02 92 92,99 95,94 98,03 99,88
15 90,04 91,02 92 92,87 95,94 97,91 100
16 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
17 90,04 91,02 92 92,99 96,06 97,91 100
18 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
19 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
20 90,04 91,02 92 92,99 95,94 97,91 100
Rata-rata 90,0395 91,026 92 92,978 95,958 97,922 99,988
Δθ 0,0395 1,026 2 2,978 5,958 7,922 9,988
0,0395 1,026 2 2,978 5,958 7,922 9,988
43

Tabel B.5 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada larutan sukrosa
(Pengujian II)
Massa Sukrosa/10 mL (gr)
Pengulangan 0 4 5 7 9
Sudut Analisator (°)
1 90,16 92,99 93,73 95,08 96,56
2 90,16 92,99 93,73 95,08 96,68
3 90,16 93,11 93,73 95,2 96,68
4 90,16 92,99 93,73 95,08 96,68
5 90,28 92,99 93,73 95,08 96,68
6 90,16 92,99 93,73 95,08 96,68
7 90,16 93,11 93,6 95,08 96,56
8 90,04 92,99 93,73 95,2 96,56
9 90,16 93,11 93,73 95,08 96,68
10 90,16 92,99 93,73 95,08 96,68
11 90,16 93,11 93,73 95,08 96,56
12 90,16 92,99 93,6 95,08 96,68
13 90,16 92,99 93,73 95,2 96,68
14 90,16 92,99 93,73 95,2 96,68
15 90,16 92,99 93,73 95,08 96,68
16 90,28 93,11 93,73 95,2 96,68
17 90,28 92,99 93,73 95,08 96,68
18 90,16 93,11 93,73 95,2 96,68
19 90,16 93,11 93,6 95,2 96,68
20 90,16 93,11 93,73 95,08 96,68
Rata-rata 90,172 93,038 93,7105 95,122 96,656
Δθ 0,172 3,038 3,7105 5,122 6,656
0,172 3,038 3,7105 5,122 6,656
44

Tabel B.6 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak ekstra
zaitun (EXP 23-04-2015)
Sudut Polarisator (°)
Pengulangan 0 30 60 90
Sudut Analisator (°)
1 89,79 120,29 150,31 180,32
2 89,79 120,29 150,31 180,2
3 89,79 120,29 150,31 180,2
4 89,79 120,42 150,31 180,2
5 89,79 120,29 150,31 180,2
6 89,91 120,29 150,18 180,2
7 89,79 120,29 150,31 180,32
8 89,79 120,42 150,31 180,2
9 89,91 120,29 150,31 180,2
10 89,79 120,29 150,31 180,2
11 89,79 120,17 150,31 180,2
12 89,91 120,29 150,31 180,2
13 89,79 120,29 150,31 180,2
14 89,79 120,29 150,43 180,32
15 89,79 120,17 150,31 180,32
16 89,67 120,29 150,31 180,2
17 89,67 120,29 150,31 180,2
18 89,79 120,29 150,43 180,2
19 89,79 120,29 150,31 180,2
20 89,79 120,17 150,31 180,32
Rata-rata 89,796 120,285 150,3155 180,23
Δθ 0,204 30,285 60,3155 90,23
0,204 0,285 0,3155 0,23
45

Tabel B.7 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak ekstra
zaitun (EXP 20-03-2020)
Sudut Polarisator (°)
Pengulangan 0 30 60 90
Sudut Analisator (°)
1 90,16 120,17 150,18 180,2
2 90,16 120,29 150,18 180,2
3 90,16 120,29 150,18 180,2
4 90,04 120,17 150,18 180,07
5 90,16 120,17 150,18 180,07
6 90,16 120,17 150,06 180,07
7 90,16 120,17 150,18 180,2
8 90,04 120,17 150,18 180,2
9 90,16 120,17 150,18 180,2
10 90,16 120,29 150,06 180,2
11 90,16 120,17 150,06 180,2
12 90,16 120,17 150,18 180,2
13 90,16 120,17 150,18 180,2
14 90,04 120,17 150,06 180,07
15 90,16 120,29 150,18 180,07
16 90,16 120,17 150,18 180,2
17 90,16 120,17 150,18 180,2
18 90,16 120,17 150,18 180,2
19 90,04 120,17 150,18 180,07
20 90,16 120,29 150,18 180,07
Rata-rata 90,136 120,2 150,156 180,1545
Δθ 0,136 30,2 60,156 90,1545
0,136 0,2 0,156 0,1545
46

Tabel B.8 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak beras
(EXP 11-09-2016)
Sudut Polarisator (°)
Pengulangan 0 30 60 90
Sudut Analisator (°)
1 90,28 120,29 150,43 180,32
2 90,28 120,29 150,43 180,32
3 90,41 120,29 150,31 180,32
4 90,41 120,29 150,31 180,32
5 90,28 120,29 150,31 180,2
6 90,28 120,42 150,31 180,32
7 90,28 120,42 150,31 180,2
8 90,41 120,42 150,31 180,32
9 90,28 120,29 150,31 180,32
10 90,28 120,29 150,31 180,32
11 90,28 120,29 150,43 180,44
12 90,28 120,29 150,43 180,32
13 90,28 120,29 150,31 180,32
14 90,28 120,29 150,31 180,44
15 90,28 120,29 150,43 180,32
16 90,28 120,42 150,31 180,32
17 90,28 120,29 150,31 180,32
18 90,28 120,29 150,43 180,44
19 90,28 120,29 150,31 180,32
20 90,28 120,42 150,31 180,32
Rata-rata 90,2995 120,3225 150,346 180,326
Δθ 0,2995 30,3225 60,346 90,326
0,2995 0,3225 0,346 0,326
47

Tabel B.9 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak beras
(EXP 20-03-2020)
Sudut Polarisator (°)
Pengulangan 0 30 60 90
Sudut Analisator (°)
1 90,16 120,17 150,18 180,2
2 90,16 120,17 150,18 180,32
3 90,16 120,17 150,18 180,2
4 90,16 120,17 150,18 180,2
5 90,16 120,17 150,31 180,2
6 90,16 120,17 150,18 180,2
7 90,28 120,17 150,18 180,2
8 90,16 120,05 150,18 180,32
9 90,16 120,17 150,18 180,32
10 90,16 120,17 150,31 180,2
11 90,16 120,17 150,18 180,2
12 90,16 120,17 150,18 180,2
13 90,16 120,05 150,31 180,2
14 90,16 120,05 150,18 180,2
15 90,16 120,17 150,18 180,2
16 90,16 120,17 150,31 180,2
17 90,04 120,17 150,18 180,2
18 90,04 120,05 150,18 180,2
19 90,16 120,17 150,18 180,2
20 90,16 120,17 150,18 180,2
Rata-rata 90,154 120,146 150,206 180,218
Δθ 0,154 30,146 60,206 90,218
0,154 0,146 0,206 0,218
48

Tabel B.10 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak sawit
(EXP 07-10-2016)
Sudut Polarisator (°)
Pengulangan 0 30 60 90
Sudut Analisator (°)
1 90,65 120,66 150,8 180,69
2 90,65 120,79 150,68 180,69
3 90,65 120,66 150,68 180,57
4 90,65 120,66 150,68 180,69
5 90,65 120,66 150,68 180,69
6 90,65 120,66 150,68 180,57
7 90,53 120,66 150,68 180,57
8 90,65 120,79 150,68 180,69
9 90,65 120,66 150,8 180,57
10 90,65 120,66 150,8 180,57
11 90,65 120,66 150,68 180,57
12 90,65 120,66 150,68 180,57
13 90,53 120,79 150,68 180,57
14 90,53 120,79 150,68 180,57
15 90,65 120,66 150,68 180,57
16 90,65 120,66 150,68 180,57
17 90,65 120,66 150,55 180,57
18 90,53 120,54 150,68 180,57
19 90,65 120,66 150,68 180,57
20 90,65 120,54 150,68 180,57
Rata-rata 90,626 120,674 150,6915 180,6
Δθ 0,626 30,674 60,6915 90,6
0,626 0,674 0,6915 0,6
49

Tabel B.11 Hasil aplikasi instrumen analisator digital pada minyak sawit
(EXP 19-11-2019)
Sudut Polarisator (°)
Pengulangan 0 30 60 90
Sudut Analisator (°)
1 90,28 120,29 150,31 180,32
2 90,28 120,42 150,31 180,32
3 90,28 120,42 150,31 180,32
4 90,16 120,29 150,31 180,2
5 90,28 120,29 150,31 180,32
6 90,28 120,29 150,31 180,32
7 90,28 120,29 150,18 180,32
8 90,28 120,29 150,31 180,32
9 90,28 120,29 150,31 180,32
10 90,28 120,29 150,31 180,32
11 90,28 120,17 150,18 180,32
12 90,16 120,29 150,31 180,32
13 90,16 120,29 150,31 180,32
14 90,28 120,29 150,31 180,2
15 90,28 120,29 150,43 180,2
16 90,28 120,29 150,31 180,07
17 90,41 120,29 150,31 180,2
18 90,28 120,42 150,31 180,32
19 90,28 120,29 150,43 180,32
20 90,28 120,29 150,31 180,32
Rata-rata 90,2685 120,3035 150,309 180,2835
Δθ 0,2685 30,3035 60,309 90,2835
0,2685 0,3035 0,309 0,2835
50

Lampiran C Grafik Hasil Aplikasi Instrumen pada Larutan Sukrosa dan


Minyak Goreng Terpilih
12

10

8
Δθ (°)

0
0 2 4 6 8 10 12
Massa Sukrosa/10 mL (gr)
Gambar C.1 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap konsentrasi
larutan sukrosa pada pengujian I
51

12

10

8
Δθ (°)

0
0 2 4 6 8 10 12
Massa Sukrosa/10 mL (gr)
Gambar C.2 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap konsentrasi
larutan sukrosa pada pengujian II
52

0,8
Δθ Minyak Ekstra Zaitun 23-04-2015 (°)
Δθ Minyak Ekstra Zaitun 27-02-2020 (°)
0,7

0,6

0,5
Δθ (°)

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sudut Polarisator (°)
Gambar C.3 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap posisi sudut
polarisator menggunakan minyak ekstra zaitun

0,8
Δθ Minyak Beras 11-09-2016 (°)
Δθ Minyak Beras 20-03-2020 (°)
0,7

0,6

0,5
Δθ (°)

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sudut Polarisator (°)
Gambar C.4 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap posisi sudut
polarisator menggunakan minyak beras
53

0,8
Δθ Minyak Sawit 07-10-2016 (°)
Δθ Minyak Sawit 19-11-2019 (°)
0,7

0,6

0,5
Δθ (°)

0,4

0,3

0,2

0,1

0,0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Sudut Polarisator (°)
Gambar C.5 Rata-rata perubahan sudut analisator digital terhadap posisi sudut
polarisator menggunakan minyak sawit
54

Lampiran D Datasheet Komponen dan Modul


55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72

Anda mungkin juga menyukai