Anda di halaman 1dari 2

Psikologi kelompok

Individu memerlukan kelompok untuk berinteraksi, untuk bersosialisasi, untuk


pemenuhan kebutuhan hidup, dll. Definisi kelompok sosial secara umum adalah sebuah
kumpulan individu yang saling berinteraksi dan memiliki beberapa sifat serta karakteristik yang
sama atau mengejar tujuan yang sama. Sedangkan definisi khusus kelompok adalah kohesivitas
(keterpaduan), interkoneksi (saling berhubungan) dan entitativitas.
Kohesivitas adalah ketertarikan kelompok sehingga membuat anggota kelompok bertahan
pada kelompok tersebut, misal warga negara Indonesia yang punya pengalaman sama karena
sebangsa dan senasib mempunyai kohesivitas untuk memerdekakan Indonesia. Kohesivitas itu
ada 4, pertama ada social force, yaitu penyatuan kekuatan atau total dari sebuah kekuatan yang
ada pada anggota-anggota kelompok yang tetap bertahan pada kelompok tersebut. Lalu yang
kedua ada grup unity, yaitu sebuah kesatuan kelompok atau sebuah sintesis dari perasaan
individu tentang keberadaan dalam kelompok dan perasaan mereka terhadap moral sebagai
anggota kelompok. Kemudian yang ketiga ada attraction, yaitu sebuah ketertarikan atau sikap
kelompok yang diambil dari jumlah dan kekuatan sikap-sikap positif antara anggota kelompok.
Keempat ada teamwork, yaitu proses dinamik yang menggambarkan kecenderungan sebuah
kelompok yang tetap bersatu dan tetap pada kebersamaan tujuan dan sasaran. Misal, anggota
kelompok saling support tugas masing-masing dan tidak saling iri pada tugas individu dalam
kelompok. Terakhir ada multidimensional, yaitu persatuan dari berbagai macam orang dalam
kelompok dengan memakai 4 konsep kohesivitas dalam beberapa cara sebelumnya. Misal,
Indonesia yang multidimensional memakai core values Bhinneka Tunggal Ika untuk menyatukan
warganya.
Definisi interkoneksi adalah sebuah persamaan dan saling berhubungan. Ketika satu
orang bergerak, maka yang lain akan ikut bergerak atau ketika satu orang melenceng, maka
semua anggota kelompok akan kena imbasnya. Sedangkan definisi entitativitas adalah
kesatupaduan antara kohesivitas, interkoneksi, dan tujuan bersama yang akhirnya akan
membentuk kelompok.
Ada empat tipe kelompok berdasarkan tingkatan entitativitas. Yang pertama ada tipe
kelompok dekat atau akrab. Contohnya keluarga, hubungan kekasih, dan persahabatan. Lalu
yang kedua ada tipe kelompok tugas atau proyek. Contohnya kolega kerja dan komite. Kemudian
yang ketiga ada tipe kelompok berdasarkan kategori sosial. Contohnya sesama muslim, sesama
wanita, sesama anggota dari organisasi tertentu, dan lain-lain. Terakhir ada tipe kelompok
dengan hubungan renggang. Contohnya, penonton konser musik, di mana mereka berkelompok
saat menonton konser, tetapi bisa tidak saling kenal satu sama lain.
Produktivitas kelompok adalah produktivitas kerja yang muncul akibat adanya respon
dominan. Respon dominan bisa positif bisa negatif. Selain itu dukungan dan hambatan sosial ada
tiga yaitu, pertama drive theory, apabila kehadiran orang lain mempengaruhi arausal meningkat
dan respon dominan. Jika respon dominan sesuai, maka kinerja akan meningkat. Tetapi jika
respon dominan tidak sesuai, maka kinerja akan turun. Kedua kekhawatiran evaluasi, yaitu jika
kehadiran orang lain memiliki arausal fisiologis, maka akan menimbulkan kekhawatiran evaluasi
negatif. Contoh, ketika pemimpin perusahaan ganti, seorang karyawan akan menghawatirkan
apakah gajinya akan tetap atau turun. Ketiga, konflik distraksi. Konflik distraksi ada 3, yang
pertama yaitu apabila kehadiran orang lain menimbulkan konflik tergantung perhatian pada tugas
atau pada orang lain, jika pada tugas maka kinerja akan baik. Contoh, seorang karyawan
mengerjakan tugas dengan baik, meski atasannya tidak sedang mengawasinya. Yang kedua,
apabila kehadiran orang lain menimbulkan konflik karena fokus perhatiannya pada orang lain
dan membuat kinerjanya buruk. Contoh, seorang karyawan yang kinerjanya jadi buruk karena
tidak diawasi oleh atasannya. Ketiga, apabila sistem jalan, maka ada orang lain atau tidak sistem
tersebut akan tetap jalan. Contoh, seorang karyawan dengan kinerja yang selalu bagus, baik
karena diawasi atau tidak oleh atasan.
Social loafing adalah kecenderungan individu untuk meminimalkan upaya, tenaga,
energi, atau kemampuan saat bekerja secara kolektif atau kelompok dibanding bekerja secara
individual. Contoh social loafing adalah ungkapan "mengapa saya harus bekerja keras ketika si
pemalas mendapatkan bayaran yang sama besar dengan yang saya kerjakan. Sementara dia (si
pemalas) hanya melakukan setengah dari pekerjaan yang saya lakukan."

Anda mungkin juga menyukai