Anda di halaman 1dari 6

PEMBERIAN AKTIVITAS BERTAHAP UNTUK MENGATASI MASALAH

INTOLERANSI AKTIVITAS
PADA PASIEN CHF

Nadiah Nur Isnaeni2 1


Emilia puspitasari
Akademi Keperawatan Widya Husada Semarang

Abstrak
Intoleransi aktivitas merupakan ketidakcukupan energi psikologis untuk menyesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari
atau yang ingin dilakukan. Intoleransi Aktivitas ditandai dengan Sesak dalam beraktivitas berat, gangguan frekuensi
dan irama jantung: aritmia (takikardia, bradiakardia), perubahan pola EKG, palpitasi. Dengan gangguan preload:
edema, keletihan, peningkatan atau penurunan tekanan vena sentrat, distensi vena jugularis, murmur, kenaikan BB.
Pasien dengan intoleransi aktivitas perlu dilatih aktivitas, salah satunya dengan melatih aktivitas secara bertahap
dapat meningkatkan kemampuan aktivitas pasien. Tujuan studi kasus ini untuk memperoleh pembelajaran dalam
mengimplementasikan prosedur pemberian aktivitas bertahap untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif. Subyek penelitian ini 2 orang pasien dengan kriteria inklusi adalah Pasien CHF
dengan Intoleransi Aktivitas, laki-laki dan perempuan yang mengalami CHF dengan Intoleransi Aktivitas, kesadaran
komposmentis, pasien yang menjalani rawat inap, dan bersedia menjadi responden penelitian. Hasil penelitian pada
pasien 1 setelah dilatih aktivitas pasien mampu berjalan dengan jarak 20 meter, pasien ke 2 mampu berjalan dengan
jarak 30 meter. Ada pengaruh latihan aktivitas secara bertahap untuk mengatasi masalah intoleransi aktivitas pada
pasien CHF, sehingga dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan tenaga kesehatan khususnya perawat dapat
mengaplikasikan latihan aktivitas secara bertahap untuk meningkatkan toleransi pasien CHF.

Kata kunci : CHF, Intoleransi Aktivitas, aktivitas bertahap

1. Latar Belakang jantung, 670.000 kasus baru didiagnosa setiap


Gagal jantung adalah ketidakmampuan tahun. Sedangkan data Riskesdas (2013)
jantung untuk memompa darah ke seluruh menjelaskan bahwa prevalensi penyakit gagal
tubuh. Resiko Gagal jantung kongestif (CHF) jantung di indonesia tahun 2013 sebesar
akan meningkatkan pada orang lanjut usia ( 0,13% atau diperkirakan sekitar 229.696
lansia) karena fungsi ventrikel akibat orang. Jumlah penderita penyakit gagal
penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik jantung terbanyak terdapat di Provinsi Jawa
apabila disertai dengan penyakit-penyakit Timur sebanyak 54.826 orang (0,19%). Data
seperti : hipertensi, penyakit katub jantung , tersebut menggambarkan prevalensi penyakit
kardiopati, dan lain-lain. Gagal jantung jantung di Indonesia cukup tinggi.
kongestif (CHF) juga dapat menjadi kondisis Di Asia, akibat tingginya prevalensi
akut dan berkembang secara tiba-tiba pada hipertensi, 50% penderita gagal jantung
miokard infark. (Kasron, 2012) memiliki fungsi sistolik normal dan kejadian
Berdasarkan data Tsao & Gibson (2004) gagal jantung diastolik selanjutnya meningkat
dalamSuharsono, T, (2013) di Amerika selama proses penuaan. Angka kematian
Serikat sekitar 5,7 juta orang menderita gagal gagal jantung diastolik adalah sekitar 5-8%

1
per tahun. Angka ini hanyalah separuh dari sebanyak 27 responden (45,05%). Perilaku
angka kematian akibat gagal jantung sistolik mobilisasi dini sebagian besar tidak
(Syamsudin, 2011). melakukan sebanyak 32 responden (53,3%).
Penelitian Halimuddin (2010) membuktikan Sindrom klinis yang timbul akibat gagal
bahwa setelah diterapkannya model aktivitas jantung diantaranya adalah perfusi jaringan,
dan latihan intensitas ringan klien gagal dan penurunan intoleransi aktivitas sehari-
jantung terhadap tekanan darah didapatkan hari. Gambaran tersebut menunjukan salah
perbedaan rata-rata tekanan darah sistole, dan satu permasalahan orang Gagal jantung
diastole sebelum dan sesudah diberikan adalah intoleransi aktivitas. Intoleransi
intervensi. Penelitian Suharsono (2011) aktivitas menurut (Herdman, 2015) adalah
membuktikan bahwa hasil pengukuran ketidakcukupan energi psikologis untuk
didapatkan perbedaan yang signifikan mempertahankan atau menyelesaikan
kapasitas fungsional setelah perlakuan pada aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus
kedua kelompok. Hasil analisis kapasitas atau yang ingin dilakukan.
fungsional setelah perlakuan antara kelompok Komplikasi dari gagal jantung kongestif
kontrol dan intervensi tidak didapatkan (CHF) diantaranya yaitu syok kardiogenik,
pebedaan yang signifikan, walaupun episode tromboemboli karena pembentukan
kelompok intervensi mempunyai mean bekuan vena karena stasis darah, efusi dan
kapasitas fungsional yang lebih baik. tamponade perikardium (Smeltzer & Bare,
Hasil penelitian dari Budiyarti, (2013) 2002) dalam (Kasron, 2012), toksisitas
membuktikan bahwa Latihan home based digitalis akibat pemakaian obat-obatan
exercise training dapat diterapkan sebagai digitalis (Kasron, 2012). Gagal jantung dapat
salah satu bentuk intervensi keperawatan pada ditangani dengan tindakan umum untuk
pasien dengan gagal jantung dengan masalah menurunkan beban awal kerja jantung dan
keperawatan intoleransi aktivitas, durasi dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu
frekuensi latihan home based exercise training utama dari fungsi miokardium, baik secara
dilakukan sesuai dengan kondisi pasien dan sendiri maupun secara gabungan dari:
level toleransi aktivitas. penurunan beban awal pembatasan asupan
Wijayanti, (2012) membuktikan hasil garam dalam makanan dengan menurunkan
penelitiannya didapatkan tingkat pengetahuan retensi cairan, peningkatan kontraktilitas
tentang mobilisasi dini sebagian besar cukup dengan obat inotropik, pengurangan beban
banyak 26 responden (43,3%). Sikap pasien akhir dengan dua respon kom pensatorik
tentang mobilisasi dini sebagian besar terhadap gagal jantung (aktivasi sistem saraf

2
simpatis dan sistem renin-angiotensin- pendidikan sampai Menengah Atas, lama
aldesteron) (Asikin, 2016). sakit gagal jantung pasien I 2,5 tahun dan
Untuk mengetahui hasil penerapan asuhan pasien II 3 tahun, dan lama rawat pasien 1 9
keperawatan pada CHF dengan intoleransi hari dan untuk pasien ke II 3 hari.
aktivitas, maka peneliti tertarik untuk meneliti 4.1.2 Diagnosa Keperawatan
tentang “Pemberian Aktivitas Bertahap Untuk Tabel 4.2
Karakteristik Diagnosa Keperawatan
Mengatasi Masalah Intoleransi Aktivitas Pada
Intoleransi Aktivitas di RSUD K.R.M.T
Pasien CHF”. Wongsonegoro Semarang Tahun 2017
Karakteristik
2. Metode
Pasien 1 Pasien ll
Metode yang digunakan adalah study kasus Ketidaknyamanan Dispneu saat
beraktivitas Ada Ada
pada 2 pasien yang dirawat di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang di Ruang Melaporkan Keletihan atau kelemahan
secara verbal Ada Ada
Nakula II dan Ruang Bima pada Tanggal 11
Desember 2017 dan Tanggal 20 Desember Ketidaknnyamanan setelah beraktivitas
Ada Ada
2017. Frekuensi jantung atau tekanan darah
3. Hasil yang tidak normal sebagai respon
Ada Ada
Tabel 4. 1 terhadap aktivitas

Karakteristik Responden di RSUD K.R.M.T


Perubahan EKG yang menunjukan
Wongsonegoro Semarang Tahun 2017
aritmia atau iskemia. Ada Ada
Pasien I Pasien II

Pendidikan SMP SMA

Usia 57 tahun 32 tahun 5 5


Jumlah
Nyha 2 2

Pekerjaan Ibu rumah Wiraswasta


tangga
Diagnosa Intoleransi aktivitas dari
Lama sakit 2,5 tahun 3tahun
data diatas dengan 5 tanda dan gejala
Lama rawat 9 hari 3 hari
didapatkan pada pasien I terdapat 5 tanda
gejala yaitu meliputi ketidaknyamanan
Tabel 4.1 menggambarkan
dispneau saat beraktivitas, Melaporkan
karakteristik responden. Dari ke 2 responden
Keletihan atau kelemahan secara verbal,
dilihat dari batasan, bahwa pasien I dan II
Ketidaknnyamanan setelah beraktivitas,
mempunyai Nyha sama. Dari karakteristik
Frekuensi jantung atau tekanan darah yang
untuk pendidikan pasien 1 sampai
tidak normal sebagai respon terhadap
Menengah Pertama, dan pasien ke II
aktivitas, Perubahan EKG yang menunjukan

3
aritmia atau iskemia. Sedangkan pada pasien 5 4 3 1

II juga sama terdapat 5 tanda dan gejala Pasien Hari


Data awal Hari I Hari II
II III
yaitu meliputi: Ketidaknnyamanan setelah
Ketidaknyamanan Ada Tidak Tidak
beraktivitas, Frekuensi jantung atau tekanan dispneau saat

darah yang tidak normal sebagai respon beraktivitas


Melaporkan Ada Ada Tidak
terhadap aktivitas, Perubahan EKG yang
keletihan atau
menunjukan aritmia atau iskemia. kelemahan secara

Dari data subyektif dan data obyektif verbal

pada pasien I dan II tersebut, maka


Ketidaknyamanan Ada Tidak Tidak
ditegakkan diagnosa keperawatan setelah

Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan beraktivitas


Frekuensi jantung Ada Ada Tidak
immobilitas.Sehingga cara pemberian
atau TD yang
aktivitas dengan menggunakan latihan tidak normal

aktivitas (duduk, berjalan) pada pasien. sebagai respon


terhadap aktivitas
Tabel 4.3
Perubahan EKG Ada Tidak Tidak
Peningkatan toleransi pada pasien CHF yang
menunjukkan
Pasien Data awal Hari I Hari II Hari
aritmia atau
1 III
iskemia
Ketidaknyamanan Ada Ada Tidak
5 4 2 0
dispneau saat
beraktivitas
Melaporkan Ada Ada Tidak
keletihan atau Berdasarkan evaluasi pada data awal
kelemahan secara
didapatkan. Gambaran karakteristik klien 1
verbal
Ketidaaknyamana Ada Ada Tidak
pada hari pertama diantaranya adalah ada 4
n setelah tanda intoleransi aktivitas diantaranya
beraktivitas
adalah ketidaknyamanan Dispneau saat
Frekuensi jantung Ada Tidak Tidak
atau TD yang
beraktivitas, melaporkan keletihan atau
tidak normal kelemahan secara verbal, ketidaknyamanan
sebagai respon
setelah beraktivitas, perubahan EKG Yang
terhadap aktivitas
Perubahan EKG Ada Tidak Tidak
menunjukan aritmia atau iskemia.
yang Hari kedua terdapat karakteristik 3
menunjukkan
yaitu: ketidaknyamanan Dispneau,
aritmia atau
iskemia
melaporkan keletihan atau kelemahan secara

4
verbal, ketidaknyamanan setelah aktivitas, verbal, ketidaknyamanan setelah aktivitas,
dan hari ketiga yaitu 1 : melaporkan dan hari ketiga yaitu: 1 : melaporkan
keletihan. keletihan.klien II pada hari pertama
Klien II pada hari pertama diantaranya adalah ada 4 tanda intoleransi
diantaranya adalah ada 4 tanda intoleransi aktivitas diantaranya adalah
aktivitas diantaranya adalah ketidaknyamanan Dispneau saat
ketidaknyamanan Dispneau saat beraktivitas, melaporkan keletihan atau
beraktivitas, melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal, ketidaknyamanan
kelemahan secara verbal, ketidaknyamanan setelah beraktivitas, perubahan EKG yang
setelah beraktivitas, perubahan EKG Yang menunjukan aritmia atau iskemia.Hari kedua
menunjukan aritmia atau iskemia. terdapat karakteristik 2 yaitu: melaporkan
Hari kedua terdapat karakteristik 2 keletihan atau kelemahan secara verbal. Dan
yaitu: melaporkan keletihan atau kelemahan hari ketiga: 0 atau pasien sudah bisa
secara verbal. Dan hari ketiga: 0 atau pasien melakukan intoleransi aktivitas.
sudah bisa melakukan intoleransi aktivitas. Menurut penelitian (Budiyarti, 2013)
bahwa tindakan keperawatan untuk
4. Pembahasan mengatasi intoleransi aktivitas diperoleh
Berdasarkan hasil pasien I pada hasil bahwa level toleransi klien dari hari
pasien II yang dilakukan selama 3 hari kehari mengalami peningkatan. Keluhan
didapatkan hasil bahwa pasien II lebih sesak nafas, dan kelelahan berkurang selama
berpengaruh dari pada pasien I. Berdasarkan maupun sesudah melakukan aktivitas, klien
evaluasi pada data awal didapatkan mampu berpartisipasi dalam kegiatan
Gambaran karakteristik pasien 1 pada hari kebutuhan dasar mandiri, klien mampu
pertama diantaranya adalah ada 4 tanda melakukan latihan aktivitas secara bertahap
intoleransi aktivitas diantaranya adalah sesuai kondisi klien
ketidaknyamanan Dispneau saat
beraktivitas, melaporkan keletihan atau 5. Daftar pustaka
kelemahan secara verbal, ketidaknyamanan
setelah beraktivitas, perubahan EKG Yang Arovah, N. I. (2001). Program Latihan Fisik
menunjukan aritmia atau iskemia. Rehabilitatif Pada Penderita Penyakit
Hari kedua terdapat karakteristik 3 Jantung. Pendidikan Kesehatan
yaitu: ketidaknyamanan Dispneau,
melaporkan keletihan atau kelemahan secara

5
Asikin. (2016). Keperawatan Medikal Bedah RI, P. D. (2013). Situasi Kesehatan Jantung.
Sistem Kardiovaskular. Jakarta: Diambil kembali dari
Erlangga http:/www.depkes.go.id/recources/do
wnlod/pusdatin/infodatin/infodatin-
Budiman, C. (2008). Metodologi Penelitian
Jantung.pdf
Kesehatan. EGC
Suharsono, T. (2013). Dampak Home Based
Budiyarti, L. (2013). Home Based Exercise
Exercise Training terhadap Kapasitas
Training Dalam Mengatasi Dalam
Fungsional Pasien Gagal Jantung di
Masalah Keperawatan Intoleransi
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Jurnal
Aktivitas Pada Pasien Gagal Jantung
Ilmu Keperawatan Volume 1 Nomor 1
Kongestif. Jurnal Karya Ilmiah Akhir
, 12-18

Dony, S. H. (2015). Metodologi Penelitian


Syamsudin. (2011). Buku Ajar Farmakoterapi
Kesehatan . Graha Ilmu.
Kardiovaskular Dan Renal. Jakarta:

Halimuddin. (2010). Pengaruh Model Salemba Medika

aktivitas Dan Latihan Intensitas


Udjianti, W. J. (2013). Keperawatan
Ringan Klien Gagal Jantung Terhadap
Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba
Tekanan Darah. Jurnal Ilmu
Medika
Keperawatan .
Wijayanti, C. (2012). Hubungan Antara
Herdman. (2015). Diagnosa Keperawatan .
Tingkat Pengetahuan Dan Sikap
Jakarta: EGC
Pasien Terhadap Perilaku Mobilisasi

Kasron. (2012). Kelainan dan Penyakit Dini Pada Pasien Ami. Jurnal

Jantung Pencegahan serta Keperawatan Medikal Bedah.Vol 1,

Pengobatannya. Yogyakarta: Nuha No. 1, Mei 2013; 1-7

Medika
Wilkinson, Judith M., 2011. Buku Saku

Kumar, Vinay. (2009). Dasar Patologis Diagnosis Keperawatan : Diagnosis

Penyakit. Jakarta: EGC NANDA, Intervensi NIC, Kriteria


Hasil NOC. Ed. 9. Jakarta : EGC
Pudiastuti, Ratna, D. (2011). Penyakit Pemicu
Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai