Anda di halaman 1dari 10

TUGAS APLIKASI RISET

NASKAH PUBLIKASI

DISUSUN OLEH :

Etika Astari

P17020

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2020
Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien
Dengan Stroke Hemoragik Di Ruangan Instalasi Gawat Darurat
Rs Kusuma Surakarta

Etika Astari*
Maula Mar'atus S, S.Kep., Ns., M. Kep*

1
Universitas Kusuma Husada /Fakultas Ilmu Kesehatan/D3 Keperawatan/ Rs Kusuma
Husada, Surakarta
2
Universitas Kusuma Husada /Fakultas Ilmu Kesehatan/D3 Keperawatan/ Rs Kusuma
Husada, Surakarta

*Email penulis: etikaastari11@gmail.com

Abstrak

Stroke atau Cerebro Vaskuler Ascident adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah keotak. Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi
sarafserebral yang munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi saraf pada
stroke disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. Gangguan saraf tersebut
menimbulkan gejala antara lainkelumpuhan wajah atau anggota badan, bicara tidak lancar,
bicara tidak jelas, bisa menimbulkan perubahan kesadaran, gangguan penglihatan, dan lain-lain.
(Sylvia, 2012). Tujuan penelitian ini untuk menerapkan asuhan keperawatan pada dengan
diagnosa medis Stroke Hemoragik. Metode penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan
metode penelitian pendekatan studi kasus, Subjek dalam studi kasus ini adalah 1 orang pasien
stroke hemoragik. Hasil penelitian pada kasus stroke hemoragik dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
Kesimpulan asuhan keperawatan pada pasien stroke hemoragik menunjukan bahwa masalah
keperawatan belum teratasi, hal ini disebabkan perlu perawatan lebih lanjut dan rawat nginap
sampai pemulihan perfusi serebral normal.

Kata kunci: Hambatan Mobilitas Fisik, Stroke Hemoragik


Abstract

A stroke is a loss of brain function caused by the cessation of blood supply to the brain.
Stroke is a disease of the brain in the form of impaired cerebral nerve function that
emerges suddenly, progressively, and quickly. Impaired nerve function in stroke is
caused by non-traumatic brain blood circulation disorders. Nerve disorders that cause
symptoms include facial paralysis or limbs, speech is not fluent, speech is unclear, can
cause changes in consciousness, vision problems, and others. The purpose of this study
was to apply nursing care to medical diagnoses of hemorrhagic stroke. The research
method was descriptive using a case study approach research method, the subjects in
this case study were 1 hemorrhagic stroke patient. The results of research on
hemorrhagic stroke cases can be established in nursing diagnoses of physical mobility
barriers associated with neuromuscular disorders. Conclusion of nursing care in
hemorrhagic stroke patients shows that the nursing problem has not been resolved,
this is due to the need for further treatment and stay overnight until recovery of
normal cerebral perfusion.

Keywords : Barriers to Physical Mobility, Hemorrhagic Stroke


PENDAHULUAN  Keadaan pasien dengan Stroke
Stroke atau Cerebro Vaskuler hemoragik yang berada dalam kondisi
Ascident adalah kehilangan fungsi otak gawat darurat, peran perawat sangatlah
yang diakibatkan oleh berhentinya penting. Perawat Intalasi Gawat Darurat
suplai darah keotak. Stroke adalah dituntut untuk selalu menjalankan
penyakit pada otak berupa gangguan perannya diberbagai situasi dan kondisi
fungsi sarafserebral yang munculnya yang meliputi tindakan penyelamatan
mendadak, progresif, dan cepat. pasien secara professional khususnya
Gangguan fungsi saraf pada stroke penanganan pada pasien dengan gawat
disebabkan oleh gangguan peredaran darurat. sebagai pelaku atau pemberi
darah otak non traumatik. Gangguan asuhan keperawatan perawat dapat
saraf tersebut menimbulkan gejala memberikan pelayanan keperawatan
antara lainkelumpuhan wajah atau pada pasien stroke hemoragik secara
anggota badan, bicara tidak lancar, langsung atau tidak langsung kepada
bicara tidak jelas, bisa menimbulkan pasien dengan mengunakan pendekatan
perubahan kesadaran, gangguan proses keperawatan. Penanganan di
penglihatan, dan lain-lain (Sylvia, Instalasi Gawat Darurat mengunakan
2012). suatu ketrampilan yang disebut triase
yang merupakan salah satu ketrampilan HASIL
perawat yang harus dimiliki oleh Hasil pengkajian didapatkan data

perawat unit gawat darurat.(Elisabeth, subyektif keluarga pasien mengatakan

2011). lemah dan mati rasa di tubuh bagian

Sistem triase ini berdasarkan kanan dan kiri, klien tampak berbaring

level kegawatan berfungsi lebih dari di tempat tidur. hasil pengukuran

sekedar alat untuk mengukur level kekuatan otot didapatkan ekstremitas

kegawatan pasien akan tetapi sistem ini atas bagian dekstra bernilai 2 dan

berfungsi sebagai bahasa, standar ekstremitas bagian bawah dekstra 1,

komunikasi untuk menginformasikan ekstremitas bagian atas dan bawah

level kegawatan pasien di Instalasi sinistra 1.

Gawat Darurat. Pada stroke hemoragik Diagnosa keperawatan yang ditegakkan

triase dikategorikan pasien yang pada pasein stroke hemoragik yaitu

prioritas ditangani. (Sylvia, 2012) dan Hambatan mobilitas fisik berhubungan

(Elisabeh, 2011). dengan gangguan neuromuskuler

Tujuan dari penulisan ini untuk ditandai dengan keluarga pasien

menerapkan asuhan keperawatan pada mengatakan lemah dan mati rasa di

dengan diagnosa medis Stroke tubuh bagian kanan dan kiri, klien

Hemoragik. tampak berbaring di tempat tidur. hasil


pengukuran kekuatan otot didapatkan

METODE ekstremitas atas bagian dekstra bernilai


Jenis metode penelitian ini 2 dan ekstremitas bagian bawah dekstra
adalah deskriptif dengan menggunakan 1, ekstremitas bagian atas dan bawah
metode penelitian pendekatan studi sinistra 1.
kasus. Studi kasus ini untuk mengetahui Intervensi keperawatan ini berfokus
gambaran asuhan keperawatan gawat pada diagnosa hambatan mobilitas fisik
darurat pada pasien stroke hemoragik. berhubungan dengan gangguan
Subjek dalam studi kasus ini neuromuskuler. Tujuan: pasien akan
adalah 1 orang pasien stroke mempertahankan mobilitas fisik yang
hemoragik . tempat penelitian di ruang efektif selama dalam perawatan.
instalasi gawat darurat RS Kusuma Objektif: dalam jangka waktu sau kali
Surakarta. dua puluh empat jam perawatan pasien
akan menunjukan outcomes: Pergerakan
(0208) yang diharapkan meningkat dari neuromuskuler, gangguan
2 (banyak terganggu) menjadi 4 (sedikit komunikasi verbal berhubungan
terganggu) denganindikator yang dengan perubahan. Pada kasus
diambil yaitu: keseimbangan, kordinasi, nyata pasien mengatakan kram
gerakan otot dan berjalan. Standar dari kepala, tangan, sampai kaki
Intervensi Keperawatan Indonesia: bagian kanan dan kiri disertai
pengaturan posisi: neurologi (0844) lemas dan pusing. Pasien
dengan tujuh aktifitas yang diambil nampak sulit bergerak dan
yaitu: 1) imobilisasi atau topang bagian berbicara pelo, pasien hanya
tubuh yang terganggu dengan tepat, 2) terbaring di tempat tidur.
berikan posisi yang terapeutik, 3) Kekuatan otot yang didapatkan
jangan berikan tekanan pada bagian tangan: dekstra 2 sinistra 1,
tubuh yang terganggu 4) lindungi kaki: dekstra 1, sinistra 1.
bagian tubuh yang terganggu, 5) topang Menurut T. H. Herdman, 2015
leher dengan tepat, 6) pertahankan dalam buku Aplikasi Asuhan
kesejajaran yang tepat, 7) posisikan Keperawatan Berdasarkan
kepala dan leher dengan lurus. Diagnosa Medis,gejala klinis
Intervensi terapi monitor neurologi pada pasien dengan stroke
(2620) dengan lima aktifitas yang adalah sebagai berikut:
diambil yaitu: 1) monitor tanda-tanda kelumpuhan wajah atau anggota
vital, 2) monitor terhadap adanya badan (hemiparesis) yang timbul
tremor, 3) monitor gangguan visual: mendadak; gangguan
penglihatan kabur,penyempitan lapang sensibilitas pada satu atau lebih
pandang dan ketajaman visual, 4) catat anggota badan(gangguan
keluhan sakit kepala, 5) hindari kegiatan hemisensorik); perubahan
yang bisa meningkatkan tekanan mendadak status mental
intrakranial. (konfusi, delirium, letargi,
stupor, atau koma); afasia
PEMBAHASAN (bicara tidak lancar, kurang
1. Pengkajian ucapan, atau kesulitan
Menurut T.H. Herdman, 2015 memahami ucapan); disartia
yaitu hambatan mobilitas fisik (bicara pelo atau cadel);
berhubungan dengan gangguan
gangguan penglihatan kasus dimana hanya dua
(hemianopia atau monokuler) diagnosis keperawatan yang
atau diplopsia; ataksia (trunkal penulis tegakkan, hal ini
atau anggota badan; vertigo, disebabkan karna pada kasus
mual, dan muntah atau nyeri nyata ditemukan data-data yang
kepala. sesuai dengan batas karakteristik
Berdasarkan teori di atas dan dari diagnosis keperawatan
hasil pengkajian pada kasus hambatan mobilitas fisik,
nyata didapatkan tidak adanya hambatan komunikasi verbal.
kesenjangan antara teori dan 3. Intervensi keperawatan
kasus dikarenakan pada kasus Tahap perencanaan keperawatan
ditemukan tanda dan gejala yang ada tahap tujuan, objektif, SIKI
sesuai dengan kasus yaitu pasien yang dibuat adalah: diagnosa
nampak sulit bergerak dan pertama hambatan mobilitas
berbicara pelo, adanya fisik berhubungan dengan
penurunanan pergerakan pada gangguan neuromuskuler,
bagian ekstremitas bagian kanan dipilih sebagai diagnosis
dan kiri. pertama karena dapat
2. Diagnosa Keperawatan mengancam jiwa. Diagnosis
Menurut T.H. Herdman, 2015 keperawatan pertama hambatan
diagnosis keperawatan yang mobilitas fisik berhubungan
muncul pada pasien dengan dengan gangguan
stroke yaitu: perubahan perfusi neuromuskuler SIKI tujuan:
jaringan serebal, kerusakan pasien akan mempertahankan
mobilitas fisik, kerusakan mobilitas fisik yang efektif
komunikasi verbal dan tertulis, selama dalam perawatan.
perubahan nutrisi kurang dari Objektif: dalam jangka waktu
kebutuhan, deficit perawatan satu kali duapuluh empat jam
diri.Berdasarkan teori di atas perawatan pasien akan
dan hasil pengkajian pada kasus menunjukan outcomes:
nyata didapatkan adanya Pergerakan (0208) yang
kesenjangan antara teori dan diharapkan meningkat dari 2
(banyak terganggu) menjadi 4 dengan tepat. Keenam,
(sedikit terganggu)yang pertahankan kesejajaran yang
memiliki dua belas indikator. tepat. Ketujuh, posisikan kepala
Tetapi hanya empat indikator dan leher dengan lurus. (Gloria
yang penulis ambil sedangkan B, 2016).
delapan indikator tidak diambil, Intervensi monitor neurologi
ini dikarenakan empat indikator (2620) yang memiliki tiga puluh
tersebut sesuai dengan kasus delapan aktifitas tetapi hanya
nyata. Empat Indikator yang lima aktifitas yang penulis
diambil yaitu: keseimbangan, ambil, ini dikarenakan lima
koordinasi, gerakan otot dan aktifitas tersebut sesusai dengan
berjalan(Gloria B, 2016). kasus nyata. lima aktifitas yang
Gloria B, 2016 mengatakan : diambil yaitu: pertama, Monitor
Intervensi pengaturan posisi: tanda-tanda vital. kedua,
neurologi (0844) yang memiliki monitor terhadap adanya tremor.
tiga puluh enam aktifitas. Tetapi ketiga, monitor gangguan visual.
hanya tujuh aktifitas yang keempat, catat keluhan sakit
penulis ambil sedangkan dua kepala. kelima, hindari kegiatan
puluh sembilan aktifitas yang yang bisa meningkatkan tekanan
lain tidak diambil, ini intrakranial (Gloria B, 2016).
dikarenakan tujuh aktifitas 4. Implementasi keperawatan
tersebut sesuai dengan kasus Implementasi dilakukan setelah
nyata. Tujuh aktifitas yang perencanaan dirancang dengan
diambil yaitu: pertama, baik. Tindakan keperawatan
imobilisasi atau topang bagian dilakukan pada diagnosa
tubuh yang terganggu dengan Hambatan mobilitas fisik
tepat. Kedua, berikan posisi berhubungan dengan gangguan
yang terapeutik. Ketiga, jangan neuromuskuler tindakan
berikan tekanan pada bagian keperawatannya yaitu,
tubuh yang terganggu. Keempat, mengatur posisi yang nyaman
lindungi bagian tubuh yang bagi pasien, mengukur tanda-
terganggu. Kelima Topang leher tanda vital, memonitoring
terhadap adanya tremor, Tahap evaluasi merupakan tahap
Mencatat keluhan sakit kepala, akhir dari proses yang
menghindari kegiatan yang bisa digunakan untuk menilai
meningkatkan tekanan keberhasilan asuhan
intrakranial. keperawatan atas tindakan yang
5. Evaluasi Keperawatan diberikan, mahasiswa
melakukan evaluasi pada setiap
tindakan berdasarkan diagnosis
yang telah ditetapkan dengan
menggunakan metode Subject
Object Assesment Planing.
Diagnosis 1: Hambatan
mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan
neuromuskuler, Subjektif:
keluarga pasien mengatakan
kaki dan tangan kanan serta kiri
masih terasa lemah, mati
rasadan sulit bergerak, Objektif:
pasien hanya terbaring,belum
dapat bergerak dengan aktif,
kekuatan otot yang didapatkan
tangan: dekstra 2 sinistra 1,
kaki: dekstra 1, sinistra
1,Assesment: masalah belum
teratasi, Planing: semua
intervensi dilanjutkan.
Berdasarkan teori di atas dan
hasil evaluasi keperawatan pada
kasus nyata didapatkan tidak
adanya kesenjangan antara teori
dan kasus, ini dikarenakan
perubahan keadaan pasien terganggu, bantu pasien dalam
setelah dilakukan tindakan melakukan aktivitas.
keperawatan masih dalam
Implementasi yang dilakukan pada
keadaan belum optimal,
diagnosa hambatan mobilitas fisik
sehingga pencapaian tujuan dan
sesuai dengan intervensi yang disusun
kriteria hasil dari kedua
mulai dari monitor tanda-tanda vital,
diagnosis keperawatan tersebut
monitor terhadap adanya
belum tercapai
tremor,monitor gangguan visual:
KESIMPULAN penglihatan kabur,penyempitan lapang
pandang dan ketajaman visual,catat
Pengkajian yang didapatkan pasien
keluhan sakit kepala,hindari kegiatan
Pada kasus nyata anggota badan pasien
yang bisa meningkatkan tekanan
bagian kiri dan kanan mengalami mati
intrakranial.
rasa dan sulit untuk berbicara.

Evaluasi keperawatan yang dilakukan


Diagnosa keperawatan utama yang
pada pasien dengan stroke hemoragik
muncul pada pasien stroke hemoragik
menunjukan bahwa masalah
yaitu: hambatan mobilitas fisik
keperawatan belum teratasi, hal ini
berhubungan dengan gangguan
disebabkan perlu perawatan lebih lanjut
neuromuskuler.
dan rawat nginap sampai pemulihan
Intervensi keperawatan pada ketiga perfusi serebral normal
diagnosa keperawatan yang diambil
SARAN
adalah imobilisasi bagian tubuh yang

Diharapkan dengan adanya studi


kasus ini, dapat meningkatkan
Dalam hal ini penulis memberikan
kualitas pembelajaran bagi
beberapa saran setelah secara langsung
mahasiswa/i di kampus
mengamati lebih dekat perkembangan
Universitas Kusuma Husada
status kesehatan pasien:
Surakarta Prodi D-III
1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan khususnya pada
keperawatan gawat darurat
terutama pada pembelajaran Gloria B, Howard B,
tentang asuhan keperawatan Joanne D & Cheryl W.
gawat darurat. NursingInterventions Singapore:
2. Bagi Rumah sakit Elsevier: Moco Media.
Diharapkan rumah sakit dapat
Gloria B, Howard B, Joanne D &
memberikan penangan gawat
Cheryl Nursing Outcome (2016).
darurat yang lebih cepat dan
Singapore: Elsevier: Moco Media.
tepat kepada pasien-pasien yang
mengalami kegawat daruratan.
Kemenkes RI. (2013).
3. Bagi Perawat
RisetKesehatanDasar.Jakarta:
Diharapkan bagi perawat-
Kemenkes RI.
perawat yang berada di Instalasi
Gawat Darurat yang melakukan Mahar M. & Priguna S (2013).
tindakan keperawatan darurat Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian
bisa lebih memperhatikan dan Rakyat.
menekankan perawatan secara
Sylvia P & Lorraine W. (2012).
tepat dan cepat.
Patofisiologi Konsep klinis Proses-
DAFTAR PUSTAKA proses penyakit. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Andra W & Yessie P.
(2013).Keperawatan Medikal Bedah. Taufan N. (2011). Asuhan Keperawatan
Yogyakarta:Nuha Medika. Maternitas, Bedah, dan Penyakit
Dalam.Yogyakarta:Nuha Medika.
Arif M. (2014). Kapita Selekta
Kedokteran. Jakarta: Media T.H.Herdman(2015).Diagnosis
Aescuapalius. Elisabeth C. (2011). Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Patofisiologi.Jakarta: Penerbit Buku 2015-2017. Edisi10.Jakarta:EGC.
Kedokteran: EGC
Redaksi Vital Health. (2013). Stroke.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utam

Anda mungkin juga menyukai