Anda di halaman 1dari 30

Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 1

Legacy & Wisdom


THEODORE
PERMADI RACHMAT
2 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Membangun Bisnis
untuk Menebar
Manfaat

Herning Banirestu
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 3

Pengusaha sejati harus


bisa memadukan dua motif
bisnis dalam dirinya: motif
keuntungan dan sosial. Bukan
mempertentangkannya.

Sang Pebisnis dan Filantrop Panutan

T
riputra Group, yang didirikan oleh Theodore Permadi Rachmat
pada 1998, kini merupakan grup usaha yang terkemuka dan
disegani. Bagi sang pendiri, Triputra diharapkan bukan saja sehat
secara bisnis, tapi juga bisa memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Sebagai pebisnis dan pemimpin usaha, Teddy —panggilan akrab
Theodore Permadi Rachmat— telah menjadi panutan (role model) bagi
para pelaku bisnis, khususnya di Tanah Air. Berderet penghargaan, baik
lokal maupun internasional, telah diraih Teddy dan juga perusahaan-
perusahaan di bawah Triputra Group.
Tidak berlebihan jika mantan CEO Astra Group ini menjadi sosok
pebisnis yang disegani. Sebab, sejumlah prestasi mentereng telah dicatatnya
dan legacy besar telah ditorehkannya. Salah satu legacy besarnya adalah ikut
membesarkan nama PT Astra International, perusahaan yang didirikan
William Soeryadjaya pada 1957. Hanya dalam waktu lima tahun sejak
didaulat menjadi CEO PT Astra International pada 1984, Teddy berhasil
membesarkan Astra Group dengan memiliki 235 anak usaha. Di bawah
kepemimpinannya pula, PT Astra International (AI), holding company Astra
Group, go public dan tercatat dengan nama PT Astra International Tbk.
(dengan kode bursa ASII) di Bursa Efek Jakarta (kini Bursa Efek Indonesia)
sejak 4 April 1990.
4 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Bisnis itu seperti menjala


ikan, untuk dapat ikan yang
besar harus menjala di kolam
yang besar. Dan, berbisnis di
bidang yang ‘anginnya kuat’
karena di sana ada tren yang
berkembang.

Penghargaan yang pernah diraih TP Rachmat di antaranya The


Best Chief Executive Officer (CEO) in Asia 1994, CEO of The Years
Europe and Asia 1994 Financial World (19 Juli 1994), Marketing-
Pimpinan Bisnis Terpuji (kemampuan dalam bidang pemasaran)
dari majalah SWA Sembada (1995), Satyalencana Kebaktian Sosial
dari Presiden RI Soeharto (24 Maret 1995), Bhakti Koperasi dan
Pengusaha Kecil Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha
Kecil (1997), Satyalencana Pembangunan RI Bidang Pembinaan
Usaha Kecil Menengah Departemen Koperasi (2000), Lifetime
Achievement Award dari Tahir Foundation (2014), Lifetime
Achievement Otomotif Award dari tabloid Otomotif Kompas Group
(2015), Wajib pajak yang berkontribusi besar dan patuh peraturan
perpajakan di Indonesia (13 Maret 2019), gelar Doktor Kehormatan
(Honoris Causa) dari Institut Teknologi Bandung (2019), Bintang
Jasa Utama dari Presiden RI (2019), Lifetime Achievement Award
Ernst & Young (2019), Forbes Asia’s 2019 Heroes of Philantropy:
Catalysts for Change (4 Desember 2019), Lifetime Achievement
Award CNBC Indonesia (2020), 15 Inspiring Person in Pandemic
Solution dari majalah SWA (2021).
Selain di Astra, jejak legacy Teddy juga tercatat di perusahaan
terkemuka lainnya, PT Adaro Energy Tbk. Bersama sepupunya. Edwin
Soeryadjaya, Teddy berperan membesarkan perusahaan di sektor
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 5

tambang ini dan menjaga kinerjanya tetap kinclong di saat cukup


banyak industri dan pemain lain sedang merosot.
Theodore Permadi Rachmat masuk dalam daftar orang terkaya ke-8 di
Indonesia versi majalah Forbes dengan total kekayaan US$ 1,7 miliar pada
2021. Meski demikian, Teddy tidak menganggap bahwa kekayaannya itu
untuk dirinya dan keluarganya saja, tapi lebih sebagai titipan Tuhan untuk bisa
memberi lebih banyak ke orang yang membutuhkan.
Melalui Yayasan Pelayanan Kasih Adi & Agustine Rachmat (dikenal
dengan A&A Rachmat Compassionate Service Foundation) yang didirikan
pada 2002, di 2018 saja setidaknya sudah Rp 70 miliar dana yang digelontorkan
Teddy untuk kegiatan di bidang pendidikan (beasiswa), kesehatan, dan
kegiatan sosial lainnya.
Di bawah yayasan tersebut, untuk bidang kesehatan, misalnya hingga
Oktober 2020, ada 35 klinik kesehatan yang telah melayani 1,7 juta pasien
tidak mampu di pedalaman Indonesia. Selain itu, juga ada klinik untuk
operasi katarak gratis bagi yang kurang mampu, serta pemberian 16 ribu
lebih kacamata gratis untuk anak SD, guru, serta anak-anak di panti asuhan
dan pesantren. Yayasan juga memberikan donasi tempat tidur ke rumah sakit
yang membutuhkan.

Melalui Yayasan Pelayanan Kasih Adi & Agustine Rachmat (dikenal dengan A&A Rachmat
Compassionate Service Foundation) yang didirikan pada 2002, di 2018 saja setidaknya sudah Rp 70
miliar dana yang digelontorkan Teddy untuk kegiatan di bidang pendidikan (beasiswa), kesehatan,
dan kegiatan sosial lainnya.
6 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

TP Rachmat bersama mantan Wakil Presiden RI Boediono; Mien Uno; Ketua Umum Yayasan A&A Rachmat
Ariano Rachmat (paling kiri); Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagyo (keempat dari kiri); Pemred
Warta Ekonomi M.Ihsan (kedua dari kanan); Chairman Puninar Group Eddy Korompis (ketiga dari kanan);
Sekretaris Korporat Triputra Group Aminuddin (paling kanan); serta tamu undangan dalam acara Scholar
Conference yang diselenggarakan oleh Yayasan A&A Rachmat pada 12 September 2018 di Balai Kartini,
Jakarta

Di dunia pendidikan, ada puluhan ribu pelajar dan pengajar yang


merasakan bantuan yayasan yang didirikan Teddy. Mulai dari beasiswa
dari tingkat SD hingga D-3 dan S-1, bantuan dana pendidikan siswa-siswa
pesantren, pelatihan guru profesional di pedalaman, hingga pembangunan
perpustakaan.
Hingga Oktober 2020, ada 16.500 lebih penerima beasiswa D-3/S-1,
22 kali pelatihan guru profesional diselenggarakan, 7.650 penerima donasi
paket buku, serta ada 7.276 anak panti asuhan yang merasakan manfaat dari
dukungan yayasan. Dan di masa pandemi, dukungan Teddy untuk para
tenaga kesehatan melalui pemberian alat pelindung diri (APD) serta bantuan
makanan. Bahkan, Rp 30 miliar digelontorkan untuk membantu mengatasi
krisis akibat pandemi Covid-19, baik itu berupa sumbangan APD maupun
dana untuk membantu pemerintah membuat alat bantu pernapasan.
Manfaat yang ditebarkan Teddy untuk masyarakat tidak hanya
dilakukan bersama yayasan yang didirikannya. Memiliki jaringan papan
atas pebisnis di Indonesia, pada awal pandemi, tepatnya bulan Maret
2020, melalui Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Teddy bersama para
konglomerat lain menyerahkan bantuan sebesar Rp 1 triliun sebagai
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 7

dukungan kepada pemerintah untuk mengatasi krisis akibat pandemi


Covid-19. “Semua demi kebersamaan, apa yang saya dapat untuk
keluarga sudah cukup, lebih dari cukup; saatnya untuk giving back untuk
negeri ini,” kata peraih penghargaan Lifetime Achievement Award dari
Ernst & Young pada 2019 ini.

Memulai Usaha Sendiri


di Usia yang Tak Muda
Teddy memaknai nilai-nilai hidup yang ditanamkan keluarganya
bukan untuk diri dan keluarganya, melainkan untuk menebarkan
manfaat seluas-luasnya. Dan, Teddy memilih menebar manfaat melalui
dunia bisnis.
Sebelum memulai bisnisnya sendiri, Teddy menghabiskan waktunya
sebagai profesional. Jabatan puncak semasa karier profesionalnya ini
adalah sebagai pemimpin bisnis tertinggi di Astra Group, yakni sebagai
Presdir PT Astra International Tbk. (AI).
Namun, karena merasa masih sehat, masih muda, dan mampu
mengelola bisnis, Teddy tak mau sekadar menikmati uang pensiun
dari Astra saja. “Saat itu, anak-anak saya juga masih butuh biaya
sekolah juga,” ungkapnya terus terang. Karena itu, beliau memutuskan
membangun bisnisnya sendiri.
Ketika memulai bisnisnya sendiri itu, usia Teddy sebetulnya tak lagi
muda, sudah 55 tahun. Dia berandai-andai, misalkan ketika pensiun di
usia tersebut tidak berbisnis, dan misalnya usianya sampai 80 tahun,
berarti ada masa 25 tahun menganggur. “Karena itu, saya ingin berbuat
sesuatu dan ternyata berhasil,” ujar lelaki yang kini berusia 77 tahun ini.
“Kebetulan hobi saya adalah membangun bisnis,” tambahnya.
Toh, bagi Teddy, tidak ada kata terlambat. Passion-nya di bidang
bisnis, dan semangatnya untuk terus menebar manfaat seluas-luasnya
bagi banyak orang, menjadi pendorong buat membangun bisnis sendiri
yang kemudian dikenal sebagai Triputra Group.
Perusahaan pertama yang didirikan Teddy adalah PT Triputra
Investindo Arya, yang menjadi perusahaan induk Adira Mobil dan
8 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Adira Finance, dua perusahaan yang semula dikelola ayahnya, Adi


Raffael Rachmat, bersama dengan Stanley Atmadja.
Di tangan Teddy dan Stanley Atmadja, Adira Finance berkembang
sebagai perusahaan pembiayaan kendaraan bermotor terbesar dan
terbaik di Indonesia. Namun pada tahun 2004, Teddy dan Stanley
memutuskan untuk menjual Adira Finance ke Bank Danamon.
“Saya pikir financial company besar harus ada di belakang Adira
Finance jika ingin lebih besar lagi. Karena itu, kami jual saja ke
Bank Danamon,” kata Teddy memberi alasan. “Dari sana saya jadi
punya cukup uang untuk mengembangkan Triputra,” tambahnya.
Selanjutnya, Triputra Group fokus menggarap bisnis lainnya seperti
di agribisnis (khususnya karet dan kelapa sawit), manufaktur,
pertambangan batu bara, dealership motor, dan logistik.
Pria kelahiran Kadipaten, Majalengka, 15 Desember 1943 ini
menceritakan, Triputra yang dibangun selepas dia pensiun dari Astra,
boleh dibilang dimulai dari nol. Kala itu, beliau berkantor di Menara
Kadin, dengan hanya dibantu oleh tiga pegawai. “Kantor saya di masa
awal membangun bisnis itu hanya seukuran ruang resepsionis saja,”
katanya mengenang. “Hanya saja, karena kami memiliki reputasi
baik, iktikad baik, dan terus cari akal, saya lalu menaruh beberapa
‘taruhan’ (investasi), dan kebetulan ‘jadi,” dia menambahkan.
Sejatinya, investasi bisnis Teddy bukan sekadar kebetulan. Sebab,

POHON BISNIS TRIPUTRA GROUP


Padang Karunia Group Mining Binabusana Internusa
Dharma Group
Pension Fund Manufacturing
Lemindo Group
Foundation Pako Group
Triputra Group
Kirana Megatara Group Assa Rent

Sumber Energi Pangan Agribisnis Trading & Services Daya Group

Triputra Agro Persada Puninar Group


Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 9

investasi bisnis itu dibangun dengan dukungan strategi, sistem, dan


tim yang baik (winning strategy, winning system, dan winning team).
Tidak mengherankan jika kemudian bisnis-bisnis di bawah Triputra
Group berkembang pesat (lihat Pohon Bisnis Triputra Group). Tiga di
antaranya sudah melantai di bursa saham, yakni PT Kirana Megatara
Tbk. (kode bursa: KMTR), PT Adi Sarana Armada Tbk. (ASSA), dan PT
Triputra Agro Persada, Tbk. (TAPG).

Tak Mau Berpikir Njelimet


Teddy mengaku ketika lulus kuliah dulu tidak pernah berpikir untuk
membangun usaha sendiri. Beliau mulai bekerja di Astra pada September
1969, lalu diminta pamannya, Om William Soeryadjaya, untuk belajar di
Belanda selama setahun. Puluhan tahun beliau berkarier di Astra. Namun,
di tahun 1998 —yang berbarengan dengan terjadinya krisis moneter
di Asia Tenggara— Teddy harus pensiun, padahal beliau merasa masih
muda. Karena itulah, dia memulai bisnisnya.
Teddy mengakui bahwa mengelola dan mengembangkan bisnis
itu tidaklah sederhana. Terutama ketika kompetisinya sudah makin
ketat. Tapi, dia menyarankan, bila orang ingin terjun ke bisnis,
sebaiknya jangan terlalu kaku dan berpikir njelimet (rumit). “Yang
paling sukar dalam membangun bisnis itu hanya dua hal, yakni:
mencari jenis bisnis dan mencari orang-orang terbaik yang akan
membantu kita,” katanya mencoba menyederhanakan. Itulah prinsip
simpel yang dijalankannya juga.
Soal pilihan jenis bisnisnya, Teddy menggambarkan bisnis itu seperti
menjala ikan. Karena itu, harus menjala ikan di kolam yang besar, supaya
memungkinkan untuk dapat banyak ikan. Dan berbisnis di bidang yang
“anginnya kuat”, alias ada tren berkembang.
Teddy mengaku ketika mendirikan Triputra sesungguhnya
dia tidak punya grand design akan dijadikan seperti apa. Bahkan,
termasuk ketika beliau dan kawan-kawannya membeli Adaro dari
Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang kemudian
dikembangkan menjadi salah satu pemain terkemuka di bisnis
10 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

tambang batu bara. Begitu juga ketika masuk ke industri kelapa sawit
hingga menjadi salah satu pemain besar yang menguasai area seluas
240 ribu hektare.
“Hanya ada opportunity berupa karunia Tuhan. Tetapi opportunity
kecil itu saya bikin gede,“ katanya. Teddy merasa beruntung di industri
tambang batu bara diberi kesempatan oleh Edwin Soeryadjaya (saudara
sepupunya), untuk ikut, lalu juga bergerak ke industri sawit. “Jadi, angin
dan waktunya tepat,” ujarnya. Hasil positif dari mengembangkan bisnis
tambang batu bara dan sawit memberikan dividen yang lumayan untuk
membangun Triputra Group.
Sekarang, kata Teddy, anginnya ke arah bisnis berbasis teknologi,
sehingga berkembanglah Tokopedia, Gojek, dan Traveloka.

Corporate Values dan Internalisasinya


Teddy mengaku banyak belajar dari pamannya, William
Soer yadjaya, pendiri Astra Group. Dari Om William, Teddy
mempelajari bahwa sebuah entitas bisnis harus dibangun di atas
landasan nilai yang kuat. Terus terang diakuinya, bahwa nilai-nilai
yang dia pelajari sejak masuk Astra Group pada tahun 1969 hingga
menjadi CEO, menjadi latar belakang dan inspirasi nilai-nilai yang
dibangun di Triputra Group, meskipun tentu saja ada sejumlah
penyesuaian.
Keberhasilan bisnis Triputra Group hingga saat ini tentulah tidak
terlepas dari fondasi nilai-nilai yang dibangun Teddy sejak awal
memulai bisnis. Nilai-nilai grup usahanya, atau Corporate Values
Triputra ini disebut dengan istilah “DNA Triputra” , yang menjadi
acuan setiap insan di Triputra Group.
DNA Triputra terdiri dari empat hal, yakni: Integrity, Excellence,
Compassion, dan Humility. Menurut Teddy, nilai-nilai yang terkandung
pada keempat DNA Triputra tersebut merupakan nilai dan karakter
positif yang selama ini dipegangnya dan harus diinternalisasi ke segenap
personel di Triputra Group sebagai suatu Values System. “Nilai-nilai itu
yang saya rasa penting sekali dalam kehidupan,” katanya.
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 11

DNA Triputra Group

Integrity Excellence
• Do not blame others • Never give up and play
to win
• Do what you have to do,
not what you want to do • Disciplined execution,
Continuous
• Speak by data improvement and
innovation
• Walk the talk

Compassion Humility
• Care with truthful act • Egoless and open-minded
• Nurturing for greater good • Express gratitude and
appreciations

Untuk penjabarannya, sebagai berikut. Pertama, Integrity,


bahwa insan Triputra dalam menghadapi masalah harus fokus
pada masalah dan pemecahannya, bukan pada orang (Do not blame
others). Nilai filosofi ini juga berarti melakukan yang benar dan
seharusnya, bukan hanya yang diinginkan (Do what you have to do,
not what you want to do), serta bertindak berdasarkan fakta/data
(Speak by data) dan melakukan apa yang dikatakan (Walk the talk).
Kedua, Excellence. Artinya, insan Triputra harus memiliki
karakter dan bekerja untuk mencapai kinerja unggul. Hal itu
bisa dicapai jika mereka memiliki jiwa pantang menyerah dan
12 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Setiap langkah bisnis yang kita


ambil, harus ada calling (panggilan
hati) yang kuat. Karena dengan ada
calling, kita memiliki daya tahan
untuk bisa melewati kondisi sesulit
apa pun.

bertindak untuk menang (Never give up and play to win). Dan


ketika mengeksekusi tanggung jawab, harus disiplin, dengan terus
melakukan perbaikan berkesinambungan dan inovasi (Disciplined
execution, continuous improvement and innovation).
Ketiga, Compassion. Maknanya, insan Triputra harus memiliki
kepedulian kepada sesama dan lingkungan dengan tindakan nyata
(Care with truthful act). Diiringi pula dengan tanggung jawab
membangun generasi untuk tujuan baik yang lebih besar dari
dirinya (Nurturing for greater good). Dalam konteks ini pula, para
pemimpin bisnis di Triputra harus bisa melahirkan para pemimpin
bisnis baru.
Keempat, Humility. Pengertiannya bahwa insan Triputra harus
bisa mengalahkan ego diri untuk kepentingan lebih besar dan
berpikiran terbuka (Egoless and open-minded), serta bersyukur atas
apa yang dimiliki dan tulus menghargai sesama (Express gratitude
and appreciations).
Teddy mengaku, pimpinan dan manajemen Triputra Group
berupaya secara konsisten menginternalisasi nilai-nilai korporat
atau DNA Triputra tersebut agar bisa menjadi bagian dari filosofi
dan hidup insan Triputra. “Tanpa nilai-nilai, suatu perusahaan atau
negara suatu ketika akan hancur,” ujarnya.
Menurutnya, dunia bisnis, lingkungan, dan teknologi boleh saja
berubah, namun nilai-nilai tetap harus dijaga. Teddy meyakini ada
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 13

batasan tegas apa itu yang disebut “benar”, “jujur”, dan “kerja keras”,
yang kesemua itu tidak boleh berubah. “Karena itu, DNA Triputra
tidak boleh dilanggar, dan harus menjadi habit yang dipegang
setiap insan Triputra,” katanya tandas.

Pentingnya Calling dalam


Menjalankan Bisnis
Selain hal di atas, Teddy meyakini bahwa dalam setiap langkah
bisnis yang kita ambil, harus ada calling (panggilan hati) yang kuat.
“Dengan memiliki calling, kita memiliki daya tahan untuk bisa
melewati kondisi sesulit apa pun,” ujarnya.
Teddy menggambarkan, di zaman perjuangan kemerdekaan,
para pahlawan pun berkorban di medan perang karena adanya
calling. “Intinya, orang bisa kita arahkan melakukan sesuatu karena
merasa terpanggil. Calling itu motivasi paling besar,” ujarnya .
Teddy menceritakan pengalamannya ketika di Astra Group,
yang memiliki filosofi Catur Dharma. Menurutnya, para leader
di Astra berupaya menciptakan kinerja terbaik di perusahaan.
Pasalnya, yang dicapai Astra pada akhirnya untuk mewujudkan
sebuah calling , yakni “menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa
dan negara” (asset to the nation).
Teddy teringat, Om William selalu mendorong para pemimpin
di Astra untuk terus ekspansi, karena calling pendiri Astra itu
ingin menciptakan lapangan pekerjaan seluas mungkin. Di Astra,
orang diajak untuk bekerja bukan sekadar mencari makan, tapi
karena panggilan yang lebih besar. “Inilah calling beliau yang terus
ditularkan pada para leader, bahwa kehadiran Astra harus bisa
memberikan pekerjaan layak pada banyak orang,” katanya lagi.
Besar bersama Astra selama puluhan tahun, tentu memengaruhi
Teddy dalam membangun nilai-nilai dan fondasi di Triputra Group.
Intinya, setiap orang yang bekerja bersamanya harus bekerja
dengan calling. Sifat Om William yang selalu berpikiran positif dan
murah hati menjadi teladan bagi Teddy ketika membangun bisnis.
14 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Milestone Bisnis Triputra Group

2003
Adira Rent
berdiri sebagai
penyedia layanan 2010
transportasi Transformasi
korporat Adira Rent
2007 menjadi
Kirana ASSA Rent
Megatara
Group
1998 didirikan
Triputra
Group
didirikan oleh
TP Rachmat

2002 2009
Triputra Group
Padang Karunia masuk dalam
Group didirikan jajaran Top
dan mulai 100 Groups of
mengeksplorasi Indonesia oleh
sumber daya batu majalah 2011
bara di Indonesia Globe Asia • Daya Group
dibentuk untuk
mengakomodasi
pertumbuhan
2005 bisnis PT Daya
PT Triputra Agro Adira Mustika
Persada memulai
bisnisnya di bidang • PT Daya Adira
perkebunan dan Mustika berubah
pengolahan nama menjadi
kelapa sawit PT Daya Adicipta
Mustika
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 15

2012
• ASSA Rent melebarkan
bisnis ke bidang logistik
dan terdaftar di Bursa 2020
Efek Indonesia PT Anugerah
Mortar Abadi
• Lemindo melakukan 2016 meluncurkan
ekspansi ke bidang Melalui PT Bounty produk
manufactur building Segar Indonesia, andalannya, yaitu
material Triputra Group Tile Adhesive
• PT Triputra Agro Persada melakukan Mortindo M250
menjalin kerjasama ekspansi ke industri (produk semen
strategis dengan GIS dan pengolahan pangan instan dengan
Northstar dan membangun basis perekat)
pabrikdi Subang,
Jawa Barat

2013
Kirana Megatara
Group melebarkan 2019
unit usahanya ke • PT Adi Sarana Armada
industri pangan (ASSA) melalui anak
(beras) perusahaannya, PT Adi
Sarana Lelang (BidWin),
mengakuisisi 51%
kepemilikan saham PT JBA
Indonesia
• Anteraja diperkenalkan oleh
PT Tri Adi Bersama pada
Februari 2019; Anteraja
adalah perusahaan penyedia
jasa pengiriman ekspres
berbasis teknologi
16 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Berupaya Membangun Bisnis dengan Rapi


“Build the first McDonald’s store with good system and
management, then you build 1.000 McDonald’s stores”. Itulah
analogi yang digambarkan Teddy dalam membangun bisnis sejak
awal. Beliau mengaku selalu menekankan bahwa bisnis harus
dijalankan dengan rapi. Menurut Teddy, jika kita menjalankan
bisnis dengan tidak rapi, kehancuran usaha tinggal menunggu
waktu saja. “Rapi dulu, walau dimulai dari kecil, tapi perfect
sistemnya, baru dikembangkan,” dia menegaskan. Menurutnya,
kita tidak bisa langsung membangun 1.000 gerai dengan sistem
yang acak-acakan.
Dalam konsep yang diyakini Teddy, rapi itu harus mencakup
empat hal, yakni: Model Bisnis, SDM, Proses Bisnis, dan
Etika. “Siapkan keempat hal itu, lalu bangun keunikan bisnis
dibandingkan kompetitor,” katanya. “Keunikan itu merupakan
kekuatan bisnis; kita tidak bisa ke mana-mana kalau tidak punya
keunikan,” dia menegaskan.
Menurut Teddy, bisnis yang dibangun dengan fondasi yang
bagus, akan lebih tahan krisis dan berkembang lebih baik
dibanding pesaing. Karenanya, harus dibangun sistem dan
tim yang bagus agar bisa melewati berbagai macam krisis dan
tantangan.

4 FAKTOR
untuk Membangun Bisnis yang Rapi

Model Bisnis SDM Proses Bisnis Etika


Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 17

Memilih dan Mengembangkan Talent


Bisnis yang sukses, diyakini Teddy, hanya dapat terwujud bila dikelola
oleh SDM atau talenta-talenta terbaik. Bagaimana memilihnya? Teddy
punya kriteria tersendiri.
Pertama, yang dilihat adalah karakternya. Jadi, bukan dari
pendidikannya. Karakternya tentu yang sesuai dengan nilai-nilai yang
dianut perusahaan.
Kedua, punya passion atau daya juang terhadap apa yang dikerjakannya.
Menurutnya, hal ini bisa ditumbuhkan jika sang talenta memiliki calling
(panggilan hati), di mana calling setiap orang berbeda-beda. “Orang pintar
banyak, tapi yang pintar, sekaligus punya jiwa ngotot itu yang susah didapat,”
ujarnya.
Teddy mengaku selalu mencari orang yang seperti iklan Rinso, “bisa
mencuci sendiri”. Maksudnya, orang yang mau berusaha keras, di mana
segala cara diupayakan untuk menyelesaikan masalah atau mencapai target.
“Tidak ada yang lebih besar yang bisa menggerakkan orang untuk konsisten
berbuat yang terbaik selain calling,” katanya.
Kriteria ketiga, dengan melihat kompetensinya. Termasuk, dengan
melihat kualitas pendidikan sang talent.
Sementara itu, untuk mengembangkan talenta-talenta tersebut menjadi
business leader yang baik, menurut Teddy, ada syaratnya, yakni harus punya
“lahan” yang bagus. “Kalau bibit bagus bertemu lahan yang bagus, akan jadi
pohon yang rindang dan berbuah bagus,” ujarnya.
Berdasarkan pengalamannya di Astra Group, Teddy perlu memutar
posisi para leader terbaik ini dengan diberi kesempatan untuk berkembang
di berbagai posisi dan unit bisnis. “Mereka kami putar supaya matang, nanti
kami lihat mana yang terbaik dan bagus. Para talenta terbaik ini kami amati
dalam 10 tahun,” tuturnya.
Hasilnya, Teddy bangga Astra Group telah menghasilkan sejumlah
eksekutif bahkan kemudian menjadi pejabat top, misalnya Rini Soemarno
dan Syarif Hasan. Selain itu, juga banyak “lulusan” Astra yang berhasil
menjadi pebisnis andal, misalnya Teddy sendiri dan Benny Soebianto, yang
tak lain sahabat Teddy. Semua praktik terbaik dalam pengelolaan SDM di
Astra tersebut, menurut Teddy, dia terapkan pula di Triputra Group.
18 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Mencontoh dari pamannya, Om William, Teddy juga berupaya


membawa nilai-nilai generousity dan kebebasan mengembangkan diri dalam
mengelola talenta di Triputra Group. Namun, dia mengingatkan tetap perlu
menyediakan mentor yang bagus buat mereka. “Kalau tidak ada mentor yang
bagus, para talenta terbaik itu bisa tersesat,” ujarnya.

Pemisahan Jalur Pemilik dan Profesional


Triputra Group sudah merambah berbagai sektor bisnis. Sekarang
ini, posisi pimpinan di tiap unit bisnis sudah dipegang oleh tenaga-
tenaga profesional.
Alasan Teddy menerapkan profesionalisme di Triputra, dia meyakini
bisnis yang prosesnya benar, hasilnya pun akan semakin baik. Termasuk,
memisahkan secara tegas antara pemegang saham (pemilik) dan
manajemen (pengelola perusahaan). “Antara pemegang saham dan
manajemen itu harus dipisah. Jika tidak, nanti anak-anak pemegang
saham akan berkompetisi dengan pihak manajemen dari kalangan
profesional,” ujarnya.
Dalam pemahamannya, anak-anak pemegang saham harus
disediakan jalur sendiri, yakni diposisikan sebagai “tauke” pemiliknya.
Sedangkan pihak yang mengelola perusahaan 100% dari kalangan
profesional agar tidak saling berkompetisi.
Teddy tidak menginginkan anak-anak pemegang saham yang baru
pulang sekolah dari luar negeri, misalnya, begitu masuk langsung
mengambil posisi penting dan menyingkirkan para profesional yang
sudah lama berkarier. Jadi, ada jalur untuk keluarga pemilik dan jalur
untuk profesional.
Teddy menyebut hal seperti ini juga diterapkan di Astra Group,
yang tidak menyukai adanya unsur keluarga pemilik dalam pengelolaan
perusahaan. “Anak-anak saya tidak ada yang jadi direksi (di Triputra
Group). Mereka kami latih jadi tauke,” ungkapnya. Bila ada anak pemilik
yang dinilai kompeten, dia akan dilatih menjadi komisaris perusahaan
yang aktif.
Teddy bersyukur, tiap unit usaha di Triputra Group dinilainya sudah
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 19

memiliki leader terbaik. Menurutnya, hal ini sejalan dengan ambisinya


bahwa setiap sektor yang dimasuki Triputra harus menjadi yang terbaik
dan paling kompetitif. “Jadi, setiap bidang (yang kami masuki) harus
kompetitif dan dibesarkan oleh orang-orang terbaik. Di sana tauke dan
profesional bekerjasama,” katanya.

Memahami dan Merespons Krisis


“Kita tidak selalu tahu ke depan itu bagaimana. Bukan hanya
sekarang, sejak dulu situasi bisnis sering unpredictable,” kata Teddy.
“Krisis bisa terjadi dengan penyebab yang berbeda-beda tiap masanya,”
tambah lulusan Jurusan Teknik Mesin ITB ini. Baik itu berupa kejadian
krisis ekonomi di tahun 1998, 2008, maupun yang sekarang terjadi akibat
pandemi Covid-19. “Tiap masa ada tantangannya masing-masing,” kata
peraih gelar Doktor Honoris Causa dari ITB ini.

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Prof.Dr. Ir. Kadarsah Suryadi, DEA, mewakili ITB
menganugerahkan gelar kehormatan Doktor Honoris Causa kepada Ir. Theodore Permadi Rachmat,
Rabu, 3 Juli 2019, karena dinilai sebagai figur yang mewakili ITB Values yaitu Kepeloporan,
Kejuangan, Pengabdian, serta Keunggulan, khususnya dalam perjalanan karier dan kiprah beliau di
dunia industri dan sebagai pebisnis yang sukses.
20 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Menengok pengalaman Teddy sendiri, selama memimpin Astra


Group maupun Triputra Group, berbagai kondisi makro yang berat
harus dihadapinya. Namun, menurut pendapat pribadinya, yang paling
berat justru pada saat krisis moneter 1998. Beliau menggambarkan, kala
itu ada penarikan dana/uang secara besar-besaran dari Asia ke Amerika
Serikat, lalu nilai tukar rupiah anjlok dari Rp 2.300 ke Rp 16 ribu-17 ribu
per US$, perbankan kolaps hingga terpaksa didirikan BPPN, dan situasi
politik dan sosial runyam setelah lengsernya Soeharto.
Kemudian pada 2008, terjadi krisis ekonomi lagi akibat subprime
mortgage yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa yang mengakibatkan
krisis ekonomi dunia. Dan sekarang, krisis terjadi akibat pandemi
Covid-19. “Krisis sekarang ini bukan karena adanya bubble economy tapi
akibat krisis kesehatan. Masalahnya, kita harus mencari cara menjaga
keseimbangan antara ekonomi dan kesehatan,” katanya.
Di mata Teddy, krisis bukan hanya mendatangkan ancaman, tapi
juga peluang bisnis. Dia teringat ketika baru membangun Triputra
Group pada 1998 —kala Indonesia dilanda krisis moneter— banyak
pelaku bisnis menahan diri. “Waktu krisis, para kompetitor tidak ada
yang maju, sedangkan kami maju sedikit-sedikit. Jadi, ketika krisis
sudah berlalu, kami lebih maju daripada kompetitor dan bisa lebih
menonjol,” ungkapnya.
Teddy membenarkan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan
beberapa sektor kolaps seperti pariwisata, hotel, dan penerbangan.
Namun dalam setiap krisis, apa pun krisisnya, pasti ada saja sektor atau
industri yang diuntungkan. Di masa krisis akibat pandemi Covid-19,
sektor e-commerce, farmasi, kimia, dan logistik justru berkembang
cukup signifikan.
Agar survive dari krisis, Teddy mengingatkan resep penting yang
harus dipegang para pelaku bisnis, yakni menjaga likuiditas perusahaan
(cash flow). Terutama, agar tetap bisa menggaji karyawan. Lalu,
mempersiapkan langkah-langkah yang bisa diambil secepat mungkin,
sebagai strategi jangka pendek. Jika memang perusahaan menghadapi
kesulitan likuiditas, dia menyarankan agar bisa bernegosiasi dengan
pihak bank untuk memperoleh relaksasi.
Teddy mengingatkan, dalam setiap kondisi sesulit apa pun, para
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 21

Build the first McDonald’s store with


good system and management, then
you build 1.000 McDonald’s store
artinya membangun bisnis harus
dijalankan dengan rapi sejak awal/
sejak bisnis masih kecil.

pelaku usaha mesti bisa menjaga nilai-nilai dan fondasi perusahaan


tetap kokoh, agar bisa melewati krisis dan mampu bertahan dalam
jangka panjang. “Kalau fondasi bisnis kuat, sekencang apa pun badainya,
akan tetap bisa bertahan,” ujarnya.
Teddy mengaku bersyukur, di tahun 2020, ketika banyak perusahaan
lain melakukan pemangkasan biaya dan tenaga kerja, Triputra Group
tetap bisa menjaga kinerjanya, tidak ada PHK karyawan, bahkan tidak
melakukan pemotongan gaji mereka.
Dalam pengamatan Teddy, sektor-sektor bisnis yang sempat kolaps
di awal pandemi, kini sudah mulai bangkit di kuartal ketiga 2020. “Saya
pikir langkah pemerintah sudah bagus, dengan sudah menjalankan
PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan langkah vaksinasi,”
katanya. Apalagi, di sisi ekonomi, Teddy menyebut pemerintah sudah
memberikan stimulus besar-besaran bagi pelaku usaha. Dia yakin, jika
masalah kesehatan ini cepat tertangani, masalah ekonomi juga akan
segera teratasi.
Kabar baiknya, menurut Teddy, dalam situasi krisis akibat pandemi
ini, tidak ada bank yang kolaps seperti saat krisis moneter 1998. Lebih
lanjut dia menuturkan, bagi pebisnis, dengan kondisi ekonomi yang
masih berjalan, masih ada harapan bisnis tetap bergerak. NPL pada
tahun 2020 hanya 3,15%, inflasi di angka 1,68%, perbankan tidak ada
yang tutup; dan investment grade pun secara umum berada di level BBB,
22 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

jauh lebih tinggi dari level di tahun 1998. “Karena itu, untuk dunia usaha
krisis saat ini tidak seberat krisis tahun 1998,” katanya seraya menyebut
ada harapan besar untuk penyelamatan dunia usaha.
Teddy mewanti-wanti, bahwa kondisi sulit akibat krisis bukanlah
alasan bagi pengusaha untuk ngemplang utang atau lari dari tanggung
jawab. Dalam hal ini, dia menyarankan, langkah pertama, bicara ke
bank, untuk menunjukkan iktikad baik untuk membayar utang dengan
meminta relaksasi seperti penjadwalan utang kembali. Kedua, melihat
kembali apa competitive advantages yang dimiliki perusahaan. Ketiga,
tetap menjaga reputasi, baik reputasi individu maupun perusahaan.
Jika terpaksa harus melakukan downsizing, manajemen tetap harus
memastikan orang-orang terbaik tidak keluar dari perusahaan. Namun,
jika terpaksa melakukan PHK, manajemen harus lebih dahulu berbicara
dan melakukan negosiasi dengan karyawan.
Dalam kondisi krisis, menurut Teddy, pemimpin diuji untuk bisa
membawa organisasi yang dipimpinnya bukan saja bertahan tapi juga
menjaga kinerjanya. Di masa krisis akibat pandemi seperti sekarang,
tantangan itu bertambah dengan harus menjaga kesehatan karyawan,
dan juga peduli dengan kondisi sekitar yang mengalami kesulitan.

Empat Hal Kunci dalam Menghadapi


Tantangan Bisnis
Berdasarkan pengalamannya, Teddy menyebutkan ada empat hal
yang selalu menjadi kunci dalam melewati krisis dan tantangan bisnis
yaitu: Core Values, Business Model, Core Competence, dan Cash Flow.
Menurutnya, situasi krisis merupakan momen perusahaan menguji
seberapa kuat keyakinan awak perusahaan terhadap core values yang
diyakini. Sebagai contoh, di Triputra, perusahaan diuji untuk bisa tetap
menjaga kinerja excellent, tapi di saat bersamaan bisa mewujudkan sikap
compassion kepada masyarakat, karyawan, dan keluarganya.
Selanjutnya, menurut Teddy, perusahaan akan bisa berkelanjutan
bila secara terus-menerus teruji relevansi model bisnisnya. Beliau
meyakini model bisnis harus selalu diuji dan ditemukan kembali.
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 23

Kunci melewati krisis dan tantangan


bisnis yaitu: Core Values, Business
Model, Core Competence, dan Cash
Flow.Jika ada utang, jangan ngemplang,
negosiasilah dengan kreditor jika
mengalami kesulitan Cash Flow.

“Dengan adanya disrupsi dan krisis, dan dunia yang terus berubah,
pemimpin bisnis terus ditantang untuk memastikan bisnisnya tetap
kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman,” katanya.
Lalu, soal core competence, Teddy menyebutkan bisa menjadi
pembeda perusahaan dibandingkan pemain lainnya, yang menjadi
alasan pilihan utama pelanggan. “Core competence harus dibangun
secara konsisten dan dilembagakan,” ujarnya.
Dan tak kalah pentingnya, seperti sudah disinggung pula, pelaku
bisnis harus memperhatikan cash flow, kapan harus menekan gas
dan kapan harus menginjak rem. “Saat krisis, pelaku bisnis diuji
kecermatannya dalam mengelola cash flow,” katanya.
Teddy melihat, di era disrupsi digital yang serba cepat sekarang ini,
banyak perusahaan kurang bisa menahan diri untuk segera ekspansi.
Padahal, untuk ekspansi, dibutuhkan dana besar. Salah satu caranya
dengan berutang, meskipun di sisi lain fondasi bisnis belum kuat.
Akibatnya, perusahaan mengalami kesulitan saat krisis menerpa.
“Tahan diri, jangan sampai fundamental belum kuat, ingin ekspansi
besar-besaran, akhirnya serakah untuk berutang,” dia memberi saran.
“Finansial harus terjaga, harus tetap ada cash, Ini penting,” tambahnya.
Apa pun bisnisnya, terlebih startup, menurut Teddy, tidak bisa terlalu
agresif juga, termasuk untuk tidak berutang terlalu banyak. “Mereka harus
lebih berhati-hati dalam ekspansi,” katanya. “Dan, saya ingatkan perlunya
adaptasi, terus adaptasi, jangan jadi seperti Nokia,” dia menambahkan.
24 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Pesan Penting untuk


Generasi Penerus Bisnis
Membesarkan perusahaan memang menjadi keinginan banyak
pengusaha. Namun, bagi Teddy, membesarkan grup usaha agar hasilnya
bisa dinikmati dirinya dan keturunannya saja, bukanlah tujuannya
berbisnis. Hal inilah yang diingatkan terus pada anak-anak dan cucu-
cucunya, sebagai generasi pelanjut bisnisnya (next gen).
Kepada cucu pertamanya ketika memasuki usia16 tahun, Teddy
mulai menanyakan, “Apa calling kamu dalam hidup?” Kemudian, beliau
mengingatkan bahwa yang terpenting dalam hidup adalah “bahagia”.
Kekayaan mungkin bisa membuat bahagia. Tapi, Teddy menekankan
pada keluarganya, juga karyawan di Triputra Group, kekayaan yang didapat
bukanlah untuk diri sendiri. Asalkan cukup untuk hidup dan masa depan.
“Didiklah anak-anak kita dengan tough love, tidak dengan kemewahan.
Mencintai dengan tetap tegas dan disiplin,” katanya menyarankan. Beliau
selalu menyampaikan bahwa ketika kita sudah berkecukupan, harus
melihat ke orang lain, apakah mereka juga sudah cukup.
Bagi Teddy, walaupun perusahaannya itu milik sendiri, bukan berarti
pemilik bisa terus over stay. “Memimpin sebuah organisasi, juga negara,
masa 10 tahun itu cukup,” ujarnya. Karena itu, Teddy menerapkan
hal sama, ketika dirasa sudah cukup waktunya, beliau menyerahkan
kepemimpinan perusahaan ke generasi berikutnya.
Namun, ketika dia sudah tidak lagi terlibat day-to-day operation
perusahaan, Teddy meminta kepada generasi pelanjut bisnisnya untuk
memperhatikan tiga hal. Pertama, ketika memilih bisnis baru, setidaknya
dia diberi informasi. Tidak harus di kantor, bisa di lapangan golf —
beliau masih rutin main golf sebelum pandemi merebak— atau bahkan
via pesan WhatsApp. Kedua, memberitahukannya ketika memilih orang
di posisi strategis, mulai dari posisi manajer ke atas. “Karena, mereka
inilah yang kelak akan memimpin bisnis-bisnis tersebut,” ujarnya.
Ketiga, jangan pernah melanggar value system.
Teddy mengaku beruntung orang-orang di organisasinya mayoritas
berusia muda. Dengan demikian, perusahaan bisa melakukan regenerasi
dengan mulus. Beliau menilai kebanyakan anak-anak muda ini lebih
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 25

pandai daripada yang sudah senior. “Dalam 10 tahun ke depan, 60%


waktu saya akan saya gunakan untuk memperhatikan orang-orang yang
bagus,” katanya.
Teddy mengaku sudah tahu siapa yang akan menggantikan dirinya.
Beliau menyebut nama Hadi Kasim, CEO Triputra Group, sebagai
kandidatnya. Menurutnya, sesudah Hadi juga ada calon-calonnya.
Jadi, hal-hal seperti itu sudah direncanakan untuk 10 tahun ke depan.
“Itu yang menurut saya membuat langgeng. Pemimpin yang hebat
harus bisa melahirkan pemimpin baru,” katanya.
Teddy bersyukur, sejauh ini anak-anaknya tidak memiliki
perbedaan pendapat yang jauh dengannya. Demikian juga dengan
semua direksi Triputra Group. “Kita tidak sempurna, orang memang
tidak pernah sempurna, perusahaan juga tidak sempurna, tapi kita
berusaha sebaik mungkin,” imbuhnya.
Teddy mengaku tidak pernah bosan mengingatkan para penerus
bisnisnya, juga keluarganya, tentang pentingnya menjaga nilai-nilai.
Beliau mengingatkan bahwa nilai-nilai bukan sekadar slogan. “Nilai-
nilai perusahaan yang kita bangun harus menjadi bagian kehidupan
kita. Lalu, kita sebagai pemimpin harus mencontohkan,” katanya
tegas. Beliau ingat betul pepatah “Guru kencing berdiri, murid
kencing berlari”. Karena itu, pemimpin harus memberikan teladan
yang baik.
DNA Triputra, menurut Teddy, dilahirkan dari pengalaman
hidupnya. Bukan saja tentang kesuksesan, tapi juga kegagalan. Dalam
keluarga Teddy, kejujuran, kerja keras, dan berbagi merupakan nilai
karakter yang dipegang sepanjang hidup, bagaimanapun keadaannya.
Bahwa kemudian kita mengalami kegagalan, menurutnya, hal itu
justru akan mendewasakan.
Untuk para nextgen, juga para pelaku bisnis muda, beliau terus
mengingatkan pentingnya menjaga kejujuran, bahkan di saat krisis.
“Karena, ini akan berpengaruh pada reputasi, ” katanya.
Teddy menceritakan, ketika keluar dari Astra, bekal utama yang
dimilikinya adalah reputasi. Dengan reputasi yang baik, Teddy bisa
mendapat kepercayaan banyak orang. “Apa pun keadaan yang dihadapi,
yang penting konsisten dan jujur, sehingga reputasi bisa terjaga,” ujarnya.
26 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

Less for Self, More for Others, and


Enough for Everyone
Teddy percaya bahwa dalam setiap usaha, harus ada tujuan yang lebih
tinggi, higher purpose. Dan, itu bukanlah keuntungan semata-mata. Untuk
itulah, bisnis harus berkelanjutan.
Teddy teringat pesan pamannya, Om William: “Jika sukses, harus mau
memberikan kembali kepada bangsa dan negara.” Dia meyakini, semakin
banyak orang yang berbagi, semakin baiklah kemaslahatan bersama.
Beliau menyebut, ada dua keberuntungan besar yang dia rasakan.
Pertama, saat menjual Adira, dia mendapat harga bagus, sehingga bisa
memasukkan modal cukup di Adaro. Lalu, dari Adaro, dia bisa memutar
keuntungan yang didapat untuk membesarkan Triputra. “Saya rasa inilah
berkah, bisa jualan bagus, lalu didukung orang-orang yang bagus. Sekarang
muter sendiri,” ujarnya.
Teddy merasa keberuntungan dan segala yang diraihnya bersama
Triputra Group harus dikembalikan ke masyarakat, giving back. “Agar berkat
itu terus dirasakan, kita tidak boleh serakah,” ujarnya.
Karenanya, Teddy mengaku tidak pernah terpikir olehnya bahwa grup
bisnis yang didirikannya hanya untuk diwariskan ke keluarganya dari
generasi ke generasi. Ada falsafah hidup yang disampaikan ke anak-anaknya:
“Less for self, more for others, and enough for everyone”. “Kita harus merasa
cukup dengan yang kita miliki. Kalau sudah berlebih, ya dibagi saja. Buat apa
mengumpulkan kekayaan terus secara berlebihan,” katanya.
Teddy bersama sahabatnya yang juga partner bisnisnya, Benny Subianto
(alm.), memiliki prinsip yang sama ketika membangun bisnis bersama:
“Membesarkan bisnis bukan semata untuk memperkaya diri dan keluarga.
Tetapi untuk bisa berbagi lebih banyak.” Menurutnya, untuk bisa berbagi lebih
banyak, kita memang harus kaya. Sama halnya untuk bisa mengajar haruslah
pintar. “Kita tidak akan bisa berbagi banyak dan luas kalau tidak punya lebih,”
imbuhnya. Namun, beliau juga selalu mengingatkan, dalam prinsip berbagi,
bukan semata soal uang, tapi juga bisa dengan memberi kesempatan.
Apa yang dijalankan Teddy dalam filantropinya, juga dalam rangka
membagikan nilai falsafah kepada anak-anak muda supaya memaknai bisnis
bukan sekadar mencari untung saja, tapi memahami arti giving back.
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 27

Presiden RI Joko Widodo memberikan tanda kehormatan Bintang Jasa Utama kepada TP Rachmat di
Istana Negara pada 16 Agustus 2019.

Walaupun masuk ke bisnis natural resources yang dianggap sebagian


kalangan hanya mengeruk dan menyebabkan kerusakan lingkungan,
Teddy menegaskan bahwa di setiap langkah, perusahaannya harus
bertanggungjawab untuk mengembalikan. Jangan ditinggalkan begitu saja.
Mengambil pun tidak berlebihan. “It’s part of Triputra’s DNA,” katanya.
Teddy menjelaskan, batu bara yang dihasilkan Adaro merupakan jenis
yang lebih ramah lingkungan karena konten sulfur, nitrogen, dan debunya
yang rendah. Batu bara ini dijual secara global dengan nama Envirocoal.
Pada September tahun 2020, Adaro Indonesia diganjar lima penghargaan
dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Kelima
penghargaan tersebut yaitu: penghargaan terbaik penerapan kaidah teknik
pertambangan yang baik kelompok komoditas batu bara, penghargaan
Aditama (Gold/Peringkat Pertama) aspek teknis pertambangan, penghargaan
Aditama aspek keselamatan pertambangan, penghargaan Aditama aspek
pengelolaan lingkungan, dan penghargaan Aditama aspek konservasi mineral
28 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

dan batu bara.


Sebelumnya, di awal 2020, Adaro meraih Proper Emas 2019. Ini
penghargaan kedua kali bagi Adaro yang bukan saja ciamik menunjukkan
kinerja perusahaannya, tapi juga dianggap pemerintah beyond compliance
dalam hal pengelolaan lingkungan hidup. “Kami juga tidak bisa berbuat
semuanya, tapi iktikadnya bagaimana membantu sekeliling kami,” ujar Teddy.
Hal yang sama dilakukan di bisnis perkebunan dan pertanian. “Bisa saja
kami tidak peduli pada petani dan tengkulak, kenapa harus pusing dan susah.
Tapi kami berusaha mati-matian agar petani bisa langsung memasok ke kami
agar bisa mendapat lebih dibanding menjual hasil panennya ke tengkulak,”
katanya.
Teddy memang lebih memilih memberikan manfaat seluas mungkin dari
bisnisnya. Tidak mengherankan, setiap usaha yang dibangun ada misi sosial
di dalamnya. Contohnya di PT Sumber Energi Pangan, bisnis yang dibangun
bersama sahabatnya, Benny, yang kemudian mengakuisisi 50% saham Seger
Agro Nusantara (SAN), sebuah perusahaan pengepul dan penyedia beraneka
komoditas pertanian seperti jagung, beras, gaplek, kedelai, dan kacang mede.
Di SAN, dia mendorong pengelolanya bukan sekadar menyediakan
komoditas, tapi harus mengajak petani lebih berdaya. Bersama para petani,
SAN ambil bagian meningkatkan ketahanan pangan. Fokus perusahaan
bukan sekadar keuntungan dan frekuensi panen, tapi menciptakan proses
produksi yang lebih baik dan berkesinambungan.
Teddy pun menceritakan, di Sumbawa dulu petani jagung di sana besaran
panennya hanya 3 ton per hektare. Setelah petani diberdayakan, lalu dibangun
Food Estate dengan lebih mementingkan kemajuan petani, sekarang mereka
bisa memperoleh panen 10 ton jagung per hektare.
Itu sebagai salah satu contoh yang dilakukan Teddy dengan mengulurkan
bantuan kepada masyarakat melalui bisnis sosialnya. Proyek jagung di
Sumbawa merupakan proyek percontohan. Beliau menyebut akan ada 10
proyek Sumbawa semacam itu.
Teddy bersyukur bahwa kini bisnisnya di bidang pangan cukup besar.
Namun, dia tidak mau berhenti di situ saja. Beliau terus mencari cara membantu
para petani agar lebih efisien dan bisa memperoleh panen lebih baik.
Teddy mengingatkan bahwa kita memiliki “rumah besar”, yaitu negara
tercinta ini. “Percuma perusahaan bagus, tapi ‘rumah besar’ kita berantakan,”
Membangun Bisnis untuk Menebar Manfaat 29

TP Rachmat memperoleh penghargaan Honorary Lifetime Achievement 2019 Ernts & Young yang
diberikan oleh Manajemen Ernst & Young pada 3 November 2019 di Jakarta.

ujarnya. Dia mencontohkan ada sejumlah pengusaha punya perusahaan


di Indonesia dan Singapura. Ketika membayar pajak di Singapura full dan
patuh sekali, tapi di negara asalnya tidak patuh. “Jadi, ‘rumah besar’-nya itu di
mana?” katanya retoris.
Dalam kondisi pandemi, dia berpendapat mestinya kalangan perusahaan
lebih memperhatikan masyarakat yang terdampak. Bagi Triputra Group,
social initiative dilakukan bukan semata karena adanya pandemi. Teddy
mengarahkan perusahaannya untuk tetap membantu masyarakat dan negara,
ada atau tidak ada krisis.
Dalam membangun perusahaan, Teddy mengibaratkan seperti halnya
menanam pohon. Jadi, harus dirawat, dan diupayakan berakar kuat dan
kokoh. “Namun, mental kepemilikan harus dilepaskan meski kita yang
menanam dan menyiraminya,” katanya. Jangan hanya mengumpulkan
buahnya untuk diri sendiri. “Menjaga kesuburan pohon dalam jangka
panjang dan bermanfaat bagi sekitar itu lebih penting,” katanya.
Dengan analogi ini, siapa pun pemimpin perusahaan, Teddy selalu
mengingatkan untuk tidak fokus pada kepentingan pemegang saham
dan keluarga pemilik saja. Tapi, juga harus memperhatikan pemangku
kepentingan (shareholders) lainnya, seperti konsumen, pemasok, karyawan,
masyarakat, pemerintah, dan lingkungan.•
30 Legacy & Wisdom | Theodore Permadi Rachmat

TP RACHMAT

Theodore Permadi Rachmat, kini 77 tahun, merupakan pengusaha


warga negara Indonesia.
Teddy Rachmat memulai kariernya di PT Astra International
Tbk. pada tahun 1968 setelah lulus dari Institut Teknologi Bandung
dengan gelar kesarjanaan di bidang Teknik Mesin.
Te d d y m e n j a b a t s e b a g a i P r e s i d e n D i r e k t u r P T A s t r a
International Tbk. (1984-1998) setelah lama berkarier di bidang
penjualan (sales) di Grup Astra. Selesai dengan jabatannya sebagai
Presdir, beliau menjadi Komisaris (1998-2000), tapi kemudian
terpilih kembali sebagai Presiden Direktur PT Astra International
Tbk. (2000-2002). Sesudah itu, beliau menjadi Presiden Komisaris PT
Astra International Tbk. (2005).
Di luar Astra Group, Teddy juga pernah menjadi anggota Dewan
Komisaris di sejumlah perusahaan, antara lain PT Unilever Indonesia
Tbk., PT Multi Bintang Tbk., PT Adira Dinamika Multifinance Tbk.,
PT Surya Esa Perkasa Tbk., Adaro Strategic Investment, dan tentu
saja Triputra Group. Beliau juga pernah didaulat sebagai Member
of Dewan Ekonomi Nasional (1999-2000) serta menjadi Anggota
Komite Ekonomi Nasional (2010-2014).
Pada 1998 Teddy mendirikan Triputra Group, dan tercatat
sebagai Dewan Pembina Yayasan Adaro Bangun Negeri dan Pendiri
Yayasan Pelayanan Kasih A&A Rachmat. Sejak Januari 2007 beliau
menjabat sebagai Vice President Commissioner PT Adaro Energy Tbk.
dan Juli 2008 Teddy menempati posisi Presiden Direktur PT Triputra
Investindo Arya.

Anda mungkin juga menyukai