“ Kiki cepat berangkat nanti terlambat !” “Ya mam....! sebentar belum selesai makai jilbab.” Kiki keburu waktu hingga jilbab yang dia kenakan masih agak berantakan. Kiki keluar dari kamar berlari lari . Dia pamitan pada mamanya dia salami tangan mamanya sambil mencium tangan mama. Asalamualaikum.........berangkat dulu ya....mam.....? “Hati hati dijalan gak usah kenceng-kenceng, pelan saja....?” “Yaa.... mam Kiki berangkat duluan.” Kiki berboncengan naik motor bersama Aisyah. Ki....... kamu sudah hafal belum doa yang diberikan oleh ustadah Nur kemarin .” Tanya Aisyah . “Nanti aku coba, aku sudah berusaha semoga ketika dites sama ustadah nanti aku bisa lancar.” “Agak cepet sedikit yaaa..............kayaknya kita telat ni....ih.” Aisyah yang didepan langsung menarik gas , motor melesat menuju majlis ta’lim. Maryamah mama kiki merupakan perempuan yang dikenal memiliki profesi kuarng baik. Namun dia sadar betul bahwa apa yang dia lakukan bukan merupakan keinginan hatinya. Jiwanya sebenarnya remuk redam ketika mendengar gunjingan masyarakat sekitarnya. Rupanya masyarakat sudah menilai bahwa profesi yang dia jalani selama ini bisa menjatuhkan martabatnya, bahkan martabat keluarganya dimata orang lain. Ketika menghadapi persoalan itu dia sudah amat biasa bahkan telinganya sudah terlalu tebal untuk sekedar mendengarkan hujatan dari mulut usil. “Persetan dengan gunjingan orang , yang penting aku tidak pernah merugikan mereka.” Tapi rasanya ada sesuatu yang paling Maryamah takutkan jika apa yang sering ia lakukan itu berbalik kepada anaknya sendiri. Kiki ibarat burung pipit yang cantik dengan wajah polos yang begitu suci. Sebagai gadis kecil yang sangat penurut, rasanya amat disayangkan jika ia sampai ternoda. Maryamah berprofesi sbagai penyalur gadis-gadis remaja usia anak SMP dan SMA sebagai santapan lezat laki-laki hidung belang. Celana jens pensil ala remaja abg dipadu dengan tentop dan ditutup dengan jaket kulit, Maryamah siap meluncur ke tempat karaoke. Sebutan mami untuk wanita paroh baya seperti Maryamah sudah sangat akrab buat mereka anak-anak mami. Maryamah memiliki sekitar sepuluh anak buah yang siap untuk menghasilkan pundi- pundi uang setiap saat. Baginya uang adalah segalnya untuk bisa mencapai segala keinginannya. Sementara nasirun sebagai suaminya tak mampu berbuat banyak menghadapi kelakuan istrinya. Hampir setiap malam Maryamah mangkal di tempat karaoke . Dia pulang ketika hari sudah menjelang pagi, setiap kali dia pulang selalu mengeluarkan isi dompetnya berupa gumpalan-gumpalan uang. Nasirun hanya bisa memandangi kelakuan istrinya . Dia merasa muak atas hasil jerih lelah istrinya sebagai perantar prostitusi gadis-gadis remaja. Bahkan dia juga tega memberikan gadis dibawah umur seusia anaknya pada lelaki hidung belang. Kiki hanya bisa diam meskipun dia sudah mulai berfikir bahwa selama ini mamanya menghidupi dia dengan uang haram. Kiki sudah selesai melaksanakan sholat tahajud bersama Nasirun bapaknya. Sementara ibunya baru saja pulang dari tempat karaoke. Kiki tahu betul kebiasaan ibunya yang selalu pergi sore dan pulang hingga mnejelang pagi. Namun dia tidak berani mengganggu ibunya yang sebentar lagi akan tertidur lelap samapai matahari tepat diatas ubun-ubun. *** Kiki sudah selesai membaca Al Qur’an di ta’lim , Ustadah Nur pengasuh Kiki berbisik ditelinganya . ” Mbak Kiki nanti ustadah mau bicara dulu, setelah selesai jangan pulang dulu ya.......?” Kiki memandang wajah ustadah sambil tersenyum. “Baik Ustadah, nanti Kiki tunggu.” Kiki selalu menuruti apa kata ustadahnya yang selama ini menjadi pengasuhnya. Bahkan Kiki merasa lebih dekat dengan ustadah daripada mamanya sendiri. Kiki menunggu di ruang para ustad sebelah ruang taklim. Sementara Aisyah menanti di luar ruangan. *** “Apa kabarnya Ki..........? kamu sehat......? Bagaimana keadaan keluargamu....? Ustadah Nur membuka percakapan dengan Kiki mengawali pertemuan pada waktu itu. “Alhamdulilah sehat ustad.......? Keluarga juga semua sehat Us....” “Kii....... Ustadah melihat akhir –akhir ini kamu sering murung, sering melamun, kamu punya masalah apa kii........? Ustadah Nur berusaha mengorek informasi dari Kiki. Meskipun dia sebenarnya sudah dapat menduga bahwa Kiki memiliki masalah serius seputar prifesi ibunya. “Kiki tidak ada masalah apa-apa ustad Cuma mungkin kurang tidur saja ,sehingga kelihatannya ngantuk.” Padahal sebenarnya Kiki sering kali bergadang sampai hampir pagi karena memikirkan ibunya yang sering kali keluar malam. “Yaa sudah ya ki..... semoga kamu tetap sehat, tetap menjadi anak sholehah disayang oleh Alloh swt. Amin.” Kiki berpamitan pada ustadah Nur untuk segera pulang bersama Aisyah. “Mari Ustad asalamualaikum “ “Waalaikum salam kiki, Aisyah , hati-hati dijalan.” Ustadah Nur membuat laporan tentang observasi terhadap santri Kiki yang baru saja dia proses. Namun rupanya ustadah Nur belum juga bisa mengorek keterangan dari Kiki sepenuhnya. Kiki masih ada rasa hormat dan melindungi nama baik keluarga sebagai sikap baktinyaterhadap orang tua , terutama ibunya meski dia sebenarnya merasa prihatin atas apa yang diperbuat oleh mamanya. *** Maryamah datang ke rumah ustadah Nur . Pintu rumah dia ketuk tiga kali. Rumahnya kelihatan sepi sekali. Seperti tak ada tanda – tanada ada orang didalam. “Asalamualaikum ustad.....?” “Maaf siapa.....? “ “saya ibu Maryamah ibunya Kiki ustad.” “Oh iya ada apa ibu.....?” “Kemarin saya juga sempat memanggil Kiki , karena akhir –akhir ini saya melihat Kiki ini sering kali terlihat murung, memangnya ada apa dengan Kiki bu....? “Begini ustad, saya sebenarnya bingung, Kiki anak saya satu-satunya, Ustad mungkin pernag dengar rumor oarng tentang saya. Selama ini saya berprofesi kurang baik, saya bekerja ditempat kotor, dan saya tahu itu dosa ustad.” Ustadah Nur bergidik tanda heran dengan keterus terangan Bu Maryamah. “Tapi mau bagaimana lagi semua ini saya lakukan karena kepepet kebutuhan ekonomi ustad, sementara bapaknya Kiki hanya bekerja sebagai tenaga serabutan. sementara kebutuhan hidup jaman sekarang kan tidak bisa ditunda. Yaah...... mau tidak mau saya harus banting tulang sendiri, cari uang buat menopang kebutuhan hidup keluarga.” Istighfar bu maryamah , ingat dosa, kasihan Kiki . Dia anak yang solehah bu, sayang jika ibunya seperti itu.” Ustadah Nur berusaha menyadarkan Maryamah dari pekerjaan yang kurang mulia. “Maka dari itu ustad saya mau bagaimana lagi sementara masyarakat sudah kadung menuding saya sebagai perempuan kotor yang berprofesi sebagai penyalur anak-anak remaja kepada laki-laki hidung belang.” “Ya sekarang Bu Maryamah harus percaya , tempat manusia untuk kembali hanya pada Alloh swt, maka bergabunglah dengan ta’lim bu, biar mendapatkan siraman rohani, sehingga jiwa kita tentram bu.....” Maryamah meneteskan air mata haru atas apa yang diucapkan oleh Ustadah Nur .Hatinya mulai tergugah untuk menuju pintu taubat. “Ustad sekarang Ustad sudah tahu bagaimana kondisi saya sebagai orang tua Kiki, maka saya berniat mau nitipkan Kiki pada Ustad. Saya yakin Ustad bisa menjadi orang tua yang baik untuk anakku.” Ustadah Nur merasa trenyuh melihat Ibu Maryamah yang sudah pesimis akan peranannya sebagai ibu bagi anaknya. “Mari kita sama-sama mencari jalan Tuhan ibu, jalan yang senantiasa diridloi untuk setiap umatNya.