Anda di halaman 1dari 2

Selamat Jalan Ayah

Seorang gadis kecil yang tertidur pulas di kamar yang begitu luas untuk anak kecil
seukurannya. Sang mentari mulai tersenyum menyapa dunia pagi ini (majas personifikasi)
ditemani nyanyian burung terbang kesana kemari (majas personifikasi). Sinar mentari
menyelinap memasuki jendela kecil samping tempat tidur (majas personifikasi). Udara dingin
pun ikut menyerang masuk ke dalam tulang-tulung (majas personifikasi).

“Kiki…..bangun nak, sudah siang dan saatnya berangkat ke sekolah”, bisik Ibu ke telinga
Kiki.

Namun tidak ada balasan dari Kiki, tetapi ibu terus membangunkan Kiki dan mengajaknya ke
kamar mandi. Setelah mandi dan sarapan Kiki berangkat ke sekolah diantar ayah dengan
kijang (majas metonimia). Sementara ibu tetap di rumah, memang dalam keluarga ini ayah
sebagai kepala keluarga (majas antaklasis) sekaligus tulang punggung keluarga (majas
metafora). Kiki adalah gadis kecil yang selalu ceria, ramah dan tersenyum kepada siapapun
yang ia temui (majas tautologi).

Disuatu sore ditemani hujan rintik-rintik (majas personifikasi), Kiki sedang menunggu ayah
pulang dari kantor. Rasanya hari ini Kiki kangen dengan ayah. Sudah beberapa jam
menunggu di teras rumah, tapi beliau tak kunjung datang. “Tak seperti biasanya”, kata Ibu.
Kecemasan juga tampak di wajah Ibu, tetapi Ibu berusaha menyembunyikan kecemasannya.
Kringgggggg…….kringgggggg….kringgggggg bunyi telepon berdering memecah
keheningan kami (majas personifikasi). Diangkat oleh ibu telephone yang berdering (majas
inversi). Setelah beberapa lama ibu berbicara dengan orang yang menelepon tadi, raut pucat
diwajah Ibu tampak semakin jelas. Diberanikanlah Kiki untuk menanyakan apa yang terjadi
sebenarnya (majas inversi). Tetapi Ibu tak memnjawabnya, Ibu hanya diam membisu, Ibu
hanya diam dan mematung, lalu Ibu menitihkan air mata (majas repetisi). Lama membisu Ibu
menarik Kiki masuk ke dalam kamar (majas pleonasme) dan membawa beberapa peralatan
yang sekiranya ia butuhkan. Sampai saat itu, Kiki bingung tentang apa yang terjadi dan ia
tetap memendamnya dalam hati.

Ibu menyuruh Kiki masuk ke dalam mobil, lalu mobil melaju ke depan meninggalkan
gerbang rumah (majas pleonasme). Mobil yang dikendarai Ibu berhenti di sebuah gedung
yang memiliki halaman luas, rame akan orang-orang, berdinding putih, bersih dan suci
(majastaulogi). Kiki masih belum paham itu bangunan apa dan apa tujuan Ibu mengajaknya
kemari. Ibu membawa Kiki keluar dari mobil kemudian masuk ke dalam gedung tersebut
(majas pleonasme) dan kemudian bertemu dengan beberapa temah ayah Kiki yang sudah
terlebih dahulu datang. Ibu menitipkan Kiki kepada Om Seno teman dekat sekaligus teman
bisnis ayah, Ibu masuk ke dalam suatu ruangan yang berada di pojok belakang bangunan
tersebut.
“Om, Seno……Ayah kemana kok daritadi belum pulang? Om Seno tahu ayah Kiki
dimana?”, tanya Kiki dengan polos kepada Om Seno. Tampak wajah Om Seno menjadi lebih
pucat dari sebelumnya tadi, keraguan untuk menjawab pertanyaan Kiki tampak jelas
diwajahnya. Rasa bingung, gundah, galau, cemas dan ketakutan yang ada dibenak Om Seno
(majas taulogi). Lama sunyi dan tak ada jawaban ketika malam beranjak semakin gelap dan
kelam (majas personifikasi). Akhirnya Om Seno buka suara, “Kiki…………”, kata pertama
yang ia ucapkan. “Jadi Allah sangat sayang sama Ayah Kiki, dan Ayah Kiki diajak pulang ke
rumah Allah”,lanjut Om Seno. Tampak kebingungan diwajah Kiki, Kiki tidak tahu apa
maksud dari kata-kata yang diucapkan Om Seno barusan. Suasana menjadi hening kembali,
Kiki masih tampak memikirkan apa yang barusan dikatakan Om Seno. Hingga malam
semakin larut, hingga hujan turun semakin deras, hingga tak ada satupun orang yang tadi
sibuk berkeliaran kesana kemari (majas repetisi).

Pagi harinya di rumah Kiki tak seperti biasanya, banyak tamu berdatangan baik keluarga,
tetangga, teman, hingga teman kerja ayah di kantor (majas klimaks). Kiki belum paham juga
apa yang terjadi, masih mencari keberadaan dimana Ayahnya. Dan sampai saat ia
menemukan Ibunya berada di ruang tengah rumah bersama Ayah. Namun Ayah dalam
kondisi berbeda, ia tidur, ia diam dan ia terbungkus (majas repetisi) oleh kain putih yang
menutupi seluruh tubuhnya. Tak lama kelapa sekolah Kiki, wali kelas Kiki, guru-guru Kiki,
dan teman-teman Kiki di sekolah Taman Kanak-kanak Al-Hidayah datang ke rumah (majas
antiklimaks). “Bu guru….. kenapa semua datang ke rumah Kiki? Dan kenapa semua terlihat
sedih? Lalu kenapa Ayah Kiki tidur diruang tengah dan dikelilingi orang banyak?”, tanya
Kiki kepada Bu Hana sebagai wali kelas yang dekat dengannya. “Kiki…….”, bu Hana mulai
buka suara. “Sekarang Kiki hanya bersama Ibu Kiki, karena Ayah Kiki sekarang pergi jauh
ke rumah Allah. Jadi Kiki udah gak boleh sama Ayah lagi, Kiki di dunia sama Ibu Kiki, sama
bu guru, sama teman-teman Kiki. Tapi Ayah Kiki sudah gak sama Kiki lagi”, jelas bu guru
kepada Kiki. Mendengar cerita Bu Hana, Kiki sedikit paham bahwa ia sudah tidak memiliki
ayah. Didekatilah ayah yang berada ditengah ruangan dan dikelilingi banyak orang (majas
inversi).

Hari-hari berikutnya suasana rumah menjadi berbeda. Yang biasanya matahari pagi terlalu
cerah menjadi mendung, yang biasanya senyum ceria menjadi murung, yang biasanya
berangkat bersama ayah tidak terjadi lagi (majas pararelisme). Setiap pagi Ibu tetap
menyiapkan sarapan untuk Kiki dan bersiap dengan mengantar Kiki ke sekolah dengan kijang
yang dahulu dipakai Ayah (majas metonimia). Diantarnya kiki sampai depan gerbang
sekolah, lalu dikendarainya mobil menuju kantor perusahaan milik ayah (majas inversi).
Setiap saat Ibu selalu berpesan kepada Kiki untuk kembali ke Kiki yang dulu, yang ceria,
baik, ramah, suka tersenyum (majas repetisi). “Kiki jangan terus-terusan bersedih, ini sudah
jalan yang ditakdirkan Allah kepada kita. Ayah sudah bahagia disana, kita berbuat yang
terbaik di dunia ini, biar nanti kita bisa bertemu ayah dalam keadaan yang bahagia di akherat
nanti”, itu kata-kata Ibu yang selalu ia katakan kepada Kiki. Hari berganti hari, bulan berganti
bulan dan tahun berganti tahun Kiki mulai menyadari hikmah dari semuanya. Kiki kembali
menjadi anak yang ceria, baik, ramah dan ditambah sifat mandiri tumbuh dalam dirinya.

Anda mungkin juga menyukai