Anda di halaman 1dari 11

GEOLOGI DAN POTENSI POTENSI BATUGAMPING

UNTUK BAHAN BAKU SEMEN


DAERAH KLAPANUNGGAL DAN SEKITARNYA
KECAMATAN GUNUNG PUTRI DAN CILEUNGSI - KABUPATEN
BOGOR - JAWA BARAT

Oleh :
Averill Lowell Harsawardana. dan Bambang Sunarwan,

Abstrak

Daerah Klapanunggal dan sekitarnya, Kecamatan Gunung Putri Dan Cileungsi, Kabupaten Bogor,
Propinsi Jawa Barat dengan luas ± 9 km x 10 km atau 90 km2 dan terletak ± 30 km arah Timurlaut
Kota Bogor dan ± 40 km arah Tenggara dari Kota Jakarta. Secara fisiografi masuk ke dalam batas
antara zona antiklinorium Bogor dan zona dataran pantai utara Jakarta., dibagi menjadi 5 (lima) satuan
geomorfologi, yaitu Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst, Satuan Geomorfologi Bukit Monoklin,
Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi, Satuan Geomorfologi Dataran Endapan Kipas Aluvial, dan Satuan
Dataran Endapan Aluvial Memiliki pola aliran sungai yang berkembang adalah dendritik dan
multibasinal, dengan stadia sungai muda menuju dewasa, pada jentera geomorfik dewasa menuju tua.

Satuan batuan tertua yang tersingkap adalah Batulempung Gampingan Sisipan Batupasir Gampingan
(Formasi Jatiluhur), berumur Miosen Tengah (N9 - N13), diendapkan pada lingkungan laut dangkal,
secara menjari diendapkan Satuan Batuan Batugamping (Formasi Klapanunggal), umur Miosen Akhir
(N14 – N17) pada lingkungan laut dangkal. Pada Miosen Akhir – Pliosen Awal (N18 – N19) terjadi
Intrusi dan terbentuk satuan Basalt (Gunung Dago). Secara tidak selaras di atasnya diendapkan Satuan
Endapan Kipas Vulkanik berumur Plistosen Awal – Plistosen Akhir (N22 - N23) pada lingkungan
darat dan selanjutnya selama Holosen – sekarang, proses erosi berlangsung terus dan diendapkan
Aluvial.

Berdasar hasil perhitungan cadangan bahwa Daerah Klapanunggal, khususnya pada lokasi Ijin Usaha
Pertambangan (IUP) yang berkode SPID 57 milik perusahaan PT. Holcim Indonesia memiliki potensi
batugamping : (31.549.726,759 ton) dan umur cadangan : (14 tahun).

Kata Kunci : Potensi batugamping untuk bahan baku semen Gunung Putri dan Cileungsi,
Bogor.

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 1


1. PENDAHULUAN 2.1.1. Satuan Geomorfologi Perbukitan
Karst
Secara geografis Daerah Klapanunggal Dan
Sekitarnya, Kecamatan Gunung Putri Dan Satuan meliputi bagian tenggara dan bagian
Cileungsi, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa selatan daerah penelitian, ± 35% dari luas
Barat sebagai daerah penelitian terletak pada daerah penelitian, dengan kontur terendah 100
6' 24" 30.8˚ LS – 106' 53" 0.5˚ BT, 6' 29" m dpl dan tertinggi 350 m dpl.
30.9˚ LS – 106' 53" 0.5˚ BT, 6' 29" 30.9˚ LS –
106' 58" 30.5˚ BT, dan 6' 24" 30.7˚ LS – 106' 2.1.2. Satuan Geomorfologi Bukit Monoklin
58" 30.4˚ BT. Dengan luas + (9 km x 10 km)
atau + 90 Km2. Pada peta berwarna hijau, menempati ± 8%
dari luas daerah penelitian. Tersusun batuan
dengan arah kemiringannya seragam,
memperlihatkan bentuk morfologi landai
sampai bergelombang, yang memanjang dari
baratlaut sampai selatan.

2.1.3. Satuan Geomorfologi Bukit Intrusi

Merupakan bukit yang terisolir ditempati oleh


intrusi batuan beku, terletak pada bagian
Gambar 1. Peta Lokasi Daerah Penelitian.
baratlaut daerah penelitian dan berwarna
merah pada peta daerah penelitian, dengan luas
± 2% dari luas daerah penelitian.
2. KONDISI GEOLOGI
2.1.4. Satuan Geomorfologi Dataran Kipas
2.1 Geomorfologi Aluvial

Diitempati oleh fragmen – fragmen produk


Berdasarkan pembagian fisiografi Jawa Barat gunungapi, yang lazim berada pada bagian dari
van Bemmelen (1949), daerah penelitian morfologi kaki gunungapi. Memiliki hamparan
termasuk ke dalam zona Bogor dan zona pada sepanjang barat sampai timur, baratlaut
dataran rendah pantai Jakarta., Memiliki 5 sampai timurlaut, dan utara daerah penelitian.
(lima) satuan geomorfologi yaitu (Gambar 2 Luas satuan ini ± 40% dari luas daerah
penelitian.
Peta geomorfologi) :
2.1.5. Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial
Sungai

Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial sungai


ini terdapat pada sepanjang sungai utama,
yaitu Sungai Cileungsi. Berwarna abu – abu
pada peta daerah penelitian, luasnya ± 15%
pada luas daerah penelitian.

2.2 Stratigrafi

Stratigrafi daerah penelitian tersusun dari 5


Gambar.2. Geomorfologi Daerah Klapanunggal
(lima) satuan batuan, dimulai dari tua ke muda
Lampiran (Gambar 3. Peta Geologi Daerah
Klapanunggal ).

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 2


2.2.1. Satuan Batulempung Gampingan N17 (Miosen Tengah – Miosen Akhir), dan
Sisipan Batupasir Gampingan diendapkan pada lingkungan neritik luar –
(Formasi Jatiluhur) neritik tengah.

Satuan Batuan Batulempung Gampingan 2.2.2 Satuan Batuan Batugamping (Forma-


Sisipan Batupasir Gampingan ini, tersingkap di si Klapanunggal)
daerah Desa Nambo dan Desa Lulut,
Kecamatan Citeureup tepatnya di anak Sungai Satuan Batuan Batugamping ini tersingkap di
Cileungsi dan Kali Nambo, yang berada di bagian selatan sampai tenggara daerah
bagian baratdaya daerah penelitian. Satuan penelitian, seperti di daerah Desa Nambo,
Batuan Batulempung Gampingan Sisipan Desa Kembang Kuning, Desa Cipenjo, Desa
Klapanunggal, Desa Cikahuripan, Desa
Batupasir Gampingan menempati sekitar 8%
Bojong, dan Desa Singasari. Satuan
dari luas daerah penelitian, diwakili oleh batugamping ini menempati sekitar 35% dari
warna hijau pada peta geologi. total luas daerah penelitian, diwakili oleh
Ketebalan satuan batuan berdasarkan hasil warna biru pada peta geologi. Ketebalan
satuan ini berdasarkan hasil pengukuran
pengukuran MS (measure section), dengan
penampang geologi, memiliki ketebalan
ketebalan sekitar ± 997 m. sekitar ± 140 m.
Batulempung gampingan: Warna abu – abu
Secara umum, batugamping terumbu
sampai kehitaman dan kecoklatan, detritus
menempati puncak – puncak bukit, meskipun
halus, kemas tertutup, porositas baik, kompak,
ada juga pada lereng – lereng pada daerah
sementasi karbonatan. Ketebalan batulempung
satuan batuan. Ciri – ciri litologi batugamping
bervariasi dari 20 – 30 cm dan 80 – 100 cm.
terumbu adalah warna abu – abu kecoklatan,
karbonatan, porositas baik, pemilahan baik,
Batupasir gampingan, abu – abu kecoklatan
bentuk butir angular, besar butir membundar –
sampai kehitaman, destritus halus, pemilahan
membundar tanggung, kemas baik, kompak.
baik, bentuk butir membulat tanggung –
Pada batugamping berlapis secara umum
menyudut tanggung, kemas terbuka, porositas
memiliki kedudukan N 60˚E – N 62˚E dan N
baik, tidak kompak, sementasi karbonatan.
253˚E – N 260˚E. Dengan kemiringan batuan
memiliki ketebalan antara 5 cm – 10 cm.
52˚ - 57˚. Ciri – ciri batugamping berlapis
adalah warna abu – abu sampai coklat
kehitaman, karbonatan, porositas baik,
pemilahan baik, bentuk butir angular, besar
butir membundar sampai membundar
tanggung, kemas baik, kompak.

Foto 2.1.Singkapan batulempung gampingan


sisipan batupasir gampingan di Desa
Nambo.

Umur Satuan Batulempung Gampingan


Foto 2.2 Singkapan batugamping terumbu di Desa
Sisipan Batupasir Gampingan adalah N9 – Cikahuripan.

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 3


Umur satuan batuan ini berumur Miosen Akhir literatur dan peta geologi regional digunakan
(N14 – N17) dan diendapkan pada neritik untuk melengkapi data penentuan umur. Maka
tengah. Hubungan stratigrafi dengan satuan disimpulkan Satuan Batuan Intrusi berumur
batuan di bawahnya adalah menjari, sedangkan N18 – N19 (Miosen Akhir – Pliosen Awal).
hubungan dengan satuan batuan di atasnya
adalah diterobos. Kedudukan stratigrafi satuan batuan intrusi,
yaitu menerobos batuan sedimen yang ada
Gambar 3. Peta Geologi daerah Klapanungga disekitarnya secara diskordan. Sedangkan
dengan satuan di atasnya diendapkan secara
2.2.3 Satuan Batuan Intrusi (Basalt Gu- tidak selaras.
nung Dago)
2.2.4 Satuan Endapan Kipas Vulkanik Alu-
Tersingkap berbentuk bukit, bewarna merah vial (Kipas Aluvium)
pada peta geologi. Satuan Batuan Intrusi
terdapat pada bagian barat, dengan persentase
luas ± 2% dari luas daerah penelitian. Satuan Endapan Kipas Vulkanik Aluvial
Memiliki ketinggian ± 10 m dpl – 20 m dpl. tersingkap di sepanjang barat sampai timur,
baratlaut sampai timurlaut, dan utara pada
Secara umum kondisi singkapan segar sampai dengan luas ± 40%, dari luas daerah penelitian.
agak lapuk berekar (kekar kolom). Tipe batuan
mafik, golongan afanit. Warna abu – abu Secara umum satuan endapan kipas vulkanik
keputihan, bentuk butir subhedral, tekstur
aluvial merupakan fragmen – fragmen lepas,
hipidiomorfik granular. Fragmen : Plagioklas,
Olivin, dan Piroksen. berukuran lempung hingga kerikil, berwarna
coklat kemerahan sampai kehitaman.
berbentuk bulat tanggung sampai membulat.

Foto 2.3. Singkapan batuan Intrusi pada desa


Gunung Putri.

Penentuan umur dengan hukum Steno Foto 2.4. Singkapan Satuan Endapan Kipas Vulkanik
Aluvial pada Sungai Cikeas.
(superposisi) serta memperhatikan hubungan
stratigrafi yang di bawahnya (N14 – N17),
yaitu tidak selaras. Umur berdasarkan hukum Steno (superposisi)
serta memperhatikan hubungan stratigrafi yang
Serta dikaitkan dengan adanya orogenesa yang di bawahnya (N18 – N19), yaitu tidak selaras.
diikuti oleh intrusi – intrusi batuan beku Dalam buku Stratigraphy Lexicon Of
(Pliosen – Plistosen). Dalam buku Stratigraphy Indonesia (2003) menyatakan umur Kipas
Lexicon Of Indonesia (2003) menyatakan Aluvium adalah Plistosen Awal – Plistosen
umur Satuan Batuan Intrusi Gunung Dago Akhir. Serta studi literatur dan peta geologi
adalah Miosen akhir – Pliosen. Selain itu, studi regional digunakan untuk melengkapi data

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 4


penentuan umur. Maka disimpulkan Satuan 2.4 Mekanisme Pembentukan Struktur
Endapan Kipas Vulkanik Aluvial berumur N22
– N23 (Plistosen Awal – Plistosen Akhir). Kejadian struktur geologi di daerah penelitian
terbentuknya lipatan berupa Sinklin Nambo.
Hubungan Satuan Endapan Kipas Vulkanik Hubungan pola struktur yang terdapat di
Aluvial dengan Satuan Batuan Intrusi adalah daerah penelitian dengan pola struktur yang
tidak selaras, menutupi satuan Batuan di terdapat pada Cekungan Jawa Barat Utara
bawahnya.. bagian barat mempunyai pola yang sama, yaitu
pola struktur yang berarah barat – timur
1.2.5 Satuan Endapan Aluvial (Soejono Martodjojo dan Pulunggono, 1994).

Menyebar di sepanjang sungai utama di daerah 2.5. Sejarah Geologi


penelitian, menempati sekitar ± 15 % luas
daerah penelitian., di sekitar Sungai Cileungsi. Sejarah geologi daerah penelitian dimulai pada
dengan ketebalan dari beberapa centimeter Miosen Tengah (N9 – N13), ditandai
hingga ± 2 m. munculnya foraminifera plankton Orbulina
Universa dan punahnya fosil Globigerinoides
Subquadratus.

Pada daerah penelitian ditandai oleh


pengendapan Satuan Batuan Batulempung
Gampingan Sisipan Batupasir Gampingan
(Formasi Jatiluhur), yang diendapkan pada
lingkungan laut dangkal (neritik luar sampai
neritik tengah). Pada Miosen Akhir (N14 –
17), ditandai munculnya foraminifera plankton
Globogerinoides Praebulloides dan punahnya
fosil Globorotalia Obesa, secara menjari
Foto 2.5 Endapan aluvial Sungai Cileungsi di
diendapkan Satuan Batuan Batugamping
daerah Desa Citeureup.
(Formasi Klapanunggal), yang diendapkan
2.3 Struktur geologi pada lingkungan laut dangkal (neritik tengah).

Struktur geologi yang berkembang di daerah


penelitian adalah struktur lipatan berupa
sinklin Nambo melewati daerah Desa Nambo
pada bagian baratdaya . Arah umum sumbu
sinklin hampir berarah barat – timur dengan
panjang diperkirakan ± 2,5 km.

Kedudukan lapisan batuan sayap utara dengan


jurus berkisar antara N 253° E – N 260° E,
dengan kemiringan lapisan batuan antara 52° –
56°. sayap selatan dengan jurus berkisar antara
N 55° E – N 56° E, dengan kemiringan antara Pada Miosen Akhir hingga Pliosen Awal (N18
46° - 55°. diklasifikasikan sebagai sinklin – N19) terjadi aktivitas tektonik, yang
simetris. mengakibatkan proses deformasi, serta
pembentukan sinklin. Pembentukan struktur
geologi dan disertakan terjadinya

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 5


pengangkatan, mengakibatkan daerah aluvial. Proses – proses tersebut menghasilkan
penelitian berubah dari lingkungan laut Satuan Endapan Aluvial.
dangkal menjadi daratan. Di kala tersebut juga
terjadi batuan terobosan, yaitu Satuan Batuan
Intrusi.

Pada Pliosen Awal (N22), awal terbentuk 3 POTENSI BATUGAMPING UNTUK


gunung api dan aktivitas vulkanik. Awal BAHAN BAKU SEMEN
pembentukan gunung api dan aktivitas
vulkanik ini menghasilkan fragmen – fragmen 3.1. Latar Belakang
vulkanik yaitu Satuan Endapan Kipas
Vulkanik Aluvial. Fragmen – fragmen Dalam pembangunan, baik sekarang maupun
vulkanik tersebut menutupi dataran – dataran waktu yang akan datang, kebutuhan semen
yang ada di sepanjang aliran sungai. Pada T. selalu meningkat. Dalam hal ini membuktikan
Turkandi, Sidarto, D. A. Agustiyanto, dan M. bahwa pembangunan di Negara Kesatuan
M. Purbo Hadiwidjoyo, (1992), dalam buku Republik Indonesia (NKRI) semakin maju atau
Effedi, (1975), mengatakan endapan lahar modern. Selain kebutuhan di dalam negeri,
tersebut berasal dari Gunung Api Limo yang seperti pembangunan pemukiman,
terdapat di sekitar Kabupaten Cianjur. pembangunan gedung, pembangunan
bendungan, pembangunan jalan dan jembatan,
beberapa tahun terakhir semen dijadikan
sebagai komoditi ekspor nonmigas.

3.2. Bahan Baku Semen

Bahan baku atau material yang digunakan


sebagai bahan baku semen, dapat diperoleh
secara langsung di alam. Bahan – bahan
tersebut dapat dikelompokkan dalam dua
golongan, yaitu : bahan pokok yang terdiri dari
batugamping dan tanah liat, dan bahan
tambahan atau pengoreksi yang terdiri dari
pasir silika, pasir besi, dan gipsum.
Setelah terjadinya aktivitas gunung api
tersebut berakhir pada Holosen, maka proses 3.2.1 Bahan Pokok Semen
yang berlangsung hingga saat sekarang adalah
proses pelapukan secara mekanis dan kimiawi, Bahan pokok atau dikenal sebagai bahan dasar
erosi transportasi, serta proses pengendapan dalam pembuatan semen, terdiri dari

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 6


batugamping dan batulempung. Kedua bahan 3.2.1.2. Tanah Liat
tersebut disebut sebagai bahan pokok, karena
dalam pembuatan semen, bahan ini Unsur utama tanah liat terbentuk dari senyawa
berprosentase cukup tinggi dalam jumlah alumina silikat hidrat. Berdasarkan komposisi
penggunaannya. mineralnya, dapat dikelompokan menjadi tiga
kelompok, yaitu : kaolin, montmorilonit, dan
Batugamping (batu kapur) sebagai komponen tanah liat ber- alkoli. Senyawa organic dan
utama dalam pembuatan semen. Dibutuhkan besi yang di kandung pada tanah liat akan
sekitar 78% dari jumlah keseluruhan dalam memberikan warna kekuningan hingga abu –
pembuatannya, sedangkan batulempung (tanah abu kehitaman, sedangkan tanah liat murni
liat) dibutuhkan sekitar 17%. memberikan warna putih. Pada pembuatan
semen portland, tanah liat yang memenuhi
3.2.1.1. Batugamping persyaratan adalah tanah liat yang mempunyai
komposisi SiO2 antara 60% – 65%, A12O3
Dalam penyediaan batugamping sebagai bahan antara 17% - 20%, FeO2 antara 5% - 10%, dan
industri semen terkadang kurang memenuhi MgO kurang dari 1%.
persyaratan dalam komposisi kimianya.
Batugamping yang memenuhi persyaratan 3.2.2 Bahan Tambahan Semen
adalah batugamping yang mempunyai
kadungan CaCO3 lebih besar dari 90% sesuai Selain batugamping dan tanah liat sebagai
standart. Dalam mengatasi hal tersebut, maka bahan utama dalam pembuatan semen,
sering dilakukan penambahan unsur lain dibutuhkan juga bahan – bahan tambahan yang
berupa kapur (chalk). dikenal sebagai bahan pengkoresi.

Batugamping dan kapur merupakan bahan Bahan tambahan tersebut terdiri dari pasir
baku yang mengandung senyawa CaCO3, silika, pasir besi, dan gipsum. Bahan – bahan
kedua bahan ini dibedakan atas kandungan ini sesuai dengan fungsinya yaitu bagi
senyawa CaCO3 dan kekerasannya. pengkoreksi atau penambah, apabila senyawa
kimia yang terdapat dalam batugamping dan
Selain Kandungan CaCO3, kandungan lain tanah liat kekurangan senyawa tertentu sesuai
yang menentukan kualitas batugamping standart atau komposisi yang diinginkan.
sebagai bahan untuk semen adalah kandungan
senyawa Magnesium Oksida (MgO), dimana 3.2.2.1. Pasir Silika Dan Pasir Besi
kandungan MgO sesuai standart adalah kurang
dari 3% (SK: 32/KEP/BSN/4/2010, No. SNI Pasir silika digunakan untuk menaikan kadar
7574:2010). SiO2, apabila kandungan SiO2 pada
batugamping dan tanah liat belum memenuhi
MgO sangat berpengaruh terhadap mutu standart.
semen, karena mempunyai sifat mengembang, Demikian juga dengan pasir besi untuk
sehingga apabila semen mempunyai kadar menaikan kadar Fe2O3.
MgO tinggi, dapat mengakibatkan semen retak
– retak setelah mengering.

Penambahan kedua bahan tersebut, dilakukan 3.2.2.2 Gipsum


pada proses penggilingan bahan mentah, yang
sebelumnya telah di uji laboratorium terlebih Gipsum (CaSO4) sangat diperlukan sebagai
dahulu. Penambahan pasir silika pada bahan tambahan dalam pembuatan semen.
umumnya sekitar 4% dan pasirbesi sekitar 1%. Bahan tersebut berfungsi umtuk

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 7


memperlambat pengerasan awal semen (initial Keterangan :
setting time), sehingga gipsum mutlak
Volume A : Volume bagian A
diperlukan dalam pencampuran semen,
khususnya semen portland yang banyak L1 : Luas kontur 1
dibutuhkan oleh masyarakat. Penambahan L2 : Luas kontur 2
unsure gipsum dilakukan pada akhir proses
penggilingan, dengan penambahn sekitar 3%. t1 : Tinggi (interval kontur)

3.3. Penelitian Lapangan Dan Laborato- Cadangan total didapatkan dari penjumlahan
rium cadangan setiap volume dari interval kontur
tertentu. Untuk mendapatkan jumlah cadangan
batugamping yang ada, maka jumlah volume
Di dalam mengevaluasi dan menganalisa
dalam m3 dikoreksi sebesar 10%. Hal ini
batugamping di daerah penelitian di bagi
dilakukan sebagai koreksi terhadap adanya
menjadi empat tahap pekerjaan.
tanah lapisan dan kemungkinan adanya gua –
3.3.1. Pemetaan Batugamping gua di bawah permukaan.

Hasil pemetaan batugamping di salah satu Maka jumlah potensi candangan batugamping
daerah kapling PT. Holcim Indonesia (SPID pada salah satu kapling PT. Holcim Indonesia
57/Pemb/Sek/Bab/SK/70) secara umum (SPID 57/Pemb/Sek/Bab/SK/70), adalah :
bersifat keras, berlereng landai sampai terjal, 31.549.726,759 ton.
dan di beberapa tempat ditemukan adanya gua
hasil pelarutan. 3.3.3. Analisa Kimia

3.3.2. Evaluasi Cadangan Analisa batugamping bertujuan untuk


mengetahui komposisi kimia batugamping,
sehingga dapat dapat digunakan untuk
Dalam pengevaluasian cadangan batugamping, memberikan informasi kualitas batugamping
perhitungan jumlah cadangan dilakukan secara yang ada pada salah satu kapling PT. Holcim
sistem kontur (rumus trapesium), interval 5 m Indonesia (SPID 57/Pemb/Sek/Bab/SK/70),
dan berskala 1 : 5000. untuk keperluan bahan baku industri semen.
Perhitungan menggunakan aplikasi geologi Untuk Data analisa kimia di salah satu kapling
ArcGIS. Pada perhitungan luas setiap kontur PT. Holcim Indonesia (SPID
menggunakan Measure, dalam satuan meter. 57/Pemb/Sek/Bab/SK/70), bersumber dari
Perhitungan volume dilakukan dengan cara laporan data PT. Holcim Indonesia tahun 2005
luas kontur bawah ditambah dengan luas pada Badan Lingkungan Hidup (BLH)
kontur di atasnya, dikalikan dengan tinggi Kabupaten Bogor.
(interval kontur : 5 m), kemudian dibagi
dengan dua. 3.3.4. Evaluasi Kualitas

Dari hasil perhitungan cadangan yang


𝑳𝟏 + 𝑳𝟐
𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐀 = 𝒕𝟏 dilakukan pada lokasi PT. Holcim Indonesia
𝟐
(SPID 57/Pemb/Sek/Bab/SK/70), maka dapat
diketahui jumlah cadangan yang ada adalah :
𝑳𝟐 + 𝑳𝟑 31.549.726,759 ton
𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞 𝐁 = 𝒕𝟐
𝟐 Dari hasil kimia yang dilakukan terdapat 27
contoh, maka dapat diketahui bahwa
batugamping yang terdapat di lokasi PT.

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 13


Holcim Indonesia (SPID  Percampuran (Blending)
57/Pemb/Sek/Bab/SK/70) mempunyai kualitas  Pembakaran Dan Pendinginan (Burning
cukup baik, dan memenuhi syarat untuk bahan And Cooling)
baku industri semen, karena kadar MgO rata –  Penggilingan Terakhir (Finish Milling)
rata lebih kecil dari 3%.
3.6.1. Penghancur Dan Pengeringan
3.4. Umur Cadangan
Batugamping dengan bongkah – bongkah
Berkaitan dengan produksi semen yang kurang dari 1 m3 dimasukan ke dalam
dilakukan PT. Holcim Indonesia tahun 2005 penghancur utama (primary crusher),
sebanyak 3.000.000 ton/tahun (BLH, 2005). kemudian dikeringkan dan dihaluskan lebih
Perbandingan antara jumlah batugamping : lanjut ke dalam pengering penghancur
tanah liat : pasir silika : pasir besi, dalam (crusher dryer) dan putaran pengering (rotary
pembuatan semen adalah 78% : 17% : 4% : dryer).
1%. Dengan ini, maka perhitungannya adalah :
Demikian juga dengan tanah liat, pasir silika,
𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧 = 𝟕𝟖% 𝒙 𝟑. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 pasir besi, dan gipsum dikeringkan dalam
pengering penghancur (crusher dryer). Bahan
Maka jumlah kebutuhan batugamping yang yang telah kering disimpan ke dalam tempat
diperlukan untuk produksi adalah : 2.340.000 bahan baku (raw milling silos).
ton/tahun.
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐂𝐚𝐝𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 3.6.2. Penggilingan
𝑼𝒎𝒖𝒓 = 𝟏 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
𝐓𝐚𝐫𝐠𝐞𝐭 𝐏𝐞𝐫𝐭𝐚𝐡𝐮𝐧
Bahan baku yang telah dikeringkan,
𝟑𝟏. 𝟓𝟒𝟗. 𝟕𝟐𝟔, 𝟕𝟓𝟗 dihaluskan di dalam penggilingan (raw mill),
𝑼𝒎𝒖𝒓 = 𝟏 𝐓𝐚𝐡𝐮𝐧
𝟐. 𝟑𝟒𝟎. 𝟎𝟎𝟎 dengan perbandingan batugamping 78%, tanah
= 13, 482 liat 17%, pasir silika 4%, dan pasir besi 1%.
Dari tempat penggilingan (raw mill)
= 14 Tahun
didapatkan serbuk dengan kehalusan lolos
nomor 170 mesh, yang disebut dengan
3.5. Transportasi makanan mentah atau raw meal.

Transportasi dari salah satu daerah lokasi 3.6.3. Percampuran


kapling PT. Holcim Indonesia (SPID
57/Pemb/Sek/Bab/SK/70) ke lokasi pabrik Makanan mentah (raw meal) dari tempat
pembuatan semen milik PT. Holcim Indonesia penggiling (raw mill) dialirkan ke dalam
tidak menjadi permasalahan, karena jaraknya tempat pencampuran. Pencampurannya sampai
hanya sekitar ± 1,5 km – 3 km. Sehingga alat menjadi homogen. Untuk mencapai tingkat
transportasi masih dapat menggunakan truk. homogenitas yang sempurna, kadang – kadang
dibantu dengan tiupan kompresor. Bahan yang
3.6. Proses Pembuatan Semen telah homogen ini disebut dengan bahan klin
feed.
Dalam proses pembuatan semen dilakukan
beberapa tahapan dan proses pekerjaan di
3.6.4. Pembakaran Dan Pendinginan
dalam beberapa tempat, yaitu :
 Penghancuran Dan Pengeringan Bahan (klin feed) dari tempat pencampuran
(Crushing And Drying) dialirkan ke dalam tanur putar (rotary klin),
 Penggilingan (Raw Milling) namun sebelumnya telah mengalami

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 14


pemanasan dahulu di dalam praheater. Di 31.549.726,759 ton, dan dapat
dalam tanur putar (rotary klin), dibakar hingga dimanfaatkan selama 14 tahun.
temperature 1.000° - 1.400° C. Pembakaran
tersebut sampai melebur dan menghasilkan DAFTAR PUSTAKA
arang besi (clinker), dan berbentuk bulat –
bulat dengan warna hitam. 1] Bemmelen, R.W. van, 1949, The
Geology of Indonesia, The Hague
3.6.5. Penggilingan Terakhir Martinus Nijhoff, Vol. 1A,
Netherlands.
Pada gilingan terakhir (Finish mill), clinker
2] Bandy,1967. “Range Chart, Late
dicampur dengan gipsum. Perbandingan dari
Miosen to Recent Benthonik
campuran tersebut adalah clinker 97% dan
Foraminifera Biostratigraphy”,
gipsum 3%. Hasil campuran ini kemudian
dihaluskan kembali, dan menghasilkan semen. 3] Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969.
Dari gilingan terkahir (Finish mill) semen “Range Chart, Late Miosen to Recent
yang sudah jadi, ditransportasikan ke tempat Planktonic Foraminifera
untuk pembungkusan serta penglebelan merek Biostratigraphy”, Proceeding of The
dan segel, lalu selanjutnya dipasarkan. First
4] Bogie dan Mackenzie, 1998,
4. KESIMPULAN Pembagian Fasies Gunungapi, Jurnal
Geologi Indonesia, Departemen
 Daerah penelitian dipisahkan ke dalam 5 Energi Dan Sumberdaya Mineral.
(lima) satuan geomorfologi, yaitu : 1) 5] Martodjojo, S., 1984, Evaluasi
Perbukitan Karst, 2)Bukit Monoklin, 3) Cekungan Bogor, Jawa Barat,
Bukit Intrusi,4)Dataran Kipas Aluvial Desertasi Doktor, Fakultas Pasca
Vulkanik, dan 5)Satuan Geomorfologi Sarjana, Institut Teknologi Bandung.
Dataran Aluvial Sungai.
6] Turkandi T., Sidarto, D. A.
 Secara litostratografi, daerah penelitian Agustiyanto, dan M. M. Purbo
dikelompokan menjadi 6 (lima) satuan Hadiwidjoyo, 1992, Peta Geologi
satuan batuan, dengan urutan dari yang Lembar Jakarta Dan Kepulauan
tertua hingga termuda adalah: 1) Satuan Seribu, Jawa, Skala 1 : 100.000,
Batulempung Gampingan Sisipan Direktorat Geologi, Bandung.
Batupasir Gampingan (Formasi Jatiluhur), 7] Effendi, 1974, Peta Geologi Lembar
2) Satuan Batugamping (Formasi Bogor, Jawa, Skala 1 : 100.000,
Klapanunggal), 3) Satuan Batuan Intrusi, 4) Direktorat Geologi, Bandung.
Satuan Endapan Kipas Vulkanik Aluvial
(Kipas Aluvium), dan 5) Endapan Aluvial. 8] Soedjatmiko, 1972, Peta Geologi
Lembar Cianjur, Jawa, Skala 1 :
 Berdasar data struktur daerah penelitian 100.000, Direktorat Geologi,
mengalami satu kali fase tektonik yaitu Bandung.
pada Kala Pliosen Awal, yang 9] Sudjono. Martodjojo., dan A.
mengakibatkan terjadinya proses lipatan. Pulunggono, 1994, Geotektonik Pulau
Jawa Sejak Akhir Mesozoik Hingga
 Berdasarkan perhitungan potensi cadangan
Kuarter, Makalah Seminar Geologi,
batugamping pada lokasi SPID 57 milik
Jurusan Teknik, Universitas Gajah
PT. Holcim Indonesia adalah
Mada, Yogyakarta.

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 15


10] Thornbury, William D., Principles of
Geomorphology, Second Edition, John 16] Zuidam, Soli R.A., 1978, Aerial Photo
Willey and Sons Inc., New York, – Interpretation In Terain Analysis
London, Sydney, Toronto, 594 p. And Geomorfologic Mapping, Smits
11] Harahap, B.H., Bachri, S., Baharudin., Publisher, The Hague, Netherlands.
dkk., 2003, Stratigraphic Lexicon of 17] Pettijohn, F.J., 1957, Sedimentary
Indonesia, Geological Research and Rocks, Second Edition, Oxford & IBH
Development Center, Bandung. Publishing Co, New Delhi, Bombay,
12] Indonesia, Holcim, PT., 2005, Calcutta.
Laporan Awal Pertambangan (SPID
57/Pemb/Sek/Bab/SK/70), Badan
Lingkungan Hidup, Bogor. PENULIS

13] Indonesia, Nasional, Indonesia, 2010, 1) Averill Lowell Harsawardana, ST.,


Standart Kimia Untuk Bahan Baku Alumini (2015) Program Studi Teknik
Semen, (SK: 32/KEP/BSN/4/2010, No. Geologi, FT-Unpak
SNI 7574:2010). Badan Standart
Nasional. 2) Dr.Ir. Bambang Sunarwan, MT., Staf
14] Williams, H., Turner, F., J., Gilbert, Dosen Program Studi Teknik Geologi, FT-
C., N., 1954, Petrography, W. H. Unpak
Freedman & Co, San Francisco.
15] Walker, G.R., 1984, Facies Models,
Second Edition, Department Of
Geology, McMaster University,
Hamilton, Ontario L8S 4M1, Canada.

Lampiran : Peta Geologi Daerah Klapanunggal (Gambar 3)

Program Studi Teknik Geologi, FT-Unpak 16

Anda mungkin juga menyukai