Anda di halaman 1dari 3

Nama : SAYADI

Nim : 22002012112
Periode/ Kelas : 1 (Satu)/ C
Mata Kuliyah : Studi Kebijakan Pendidikan
Program Studi : Magister Pendidikan Agama Islam
Perguruan Tinggi : IAI Al-Qolam Gondanglegi Malang
Dosen Pengampu : Dr.H. Abdurrahman ,M.Pd

ANALISIS NASKAH UU PESANTREN


PADA BAB II
TENTANG ASAS,TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP

Bagi yang pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren tentu banyak kisah suka
duka yang tertoreh yang menjadi kenangan tersendiri. Pondok pesantren bagi banyak orang
adalah penjara, namun bukan penjara bagi pelaku tindak pidana seperti halnya lembaga
pemasyarakatan (LP) atau rumah tahanan (Rutan). Namun Pondok Pesantren merupakan
"penjara suci" hal demikian karena hidup dipondok pesantren laksana hidup di penjara dengan
separangkat peraturan ketat untuk membentuk tata cara kehidupan yang tertib dan
disiplin.Hidup di pondok kita tidak bisa bebas seenaknya karena di Pondok kita dididik untuk
belajar ilmu Agama dan rohani sebagai bekal untuk menjalani kehidupan sehingga penjara
yang dijalani adalah "penjara suci". Setelah bebas dari "penjara suci" tersebut atau lulus dari
pondok pesantren maka diharapkan bisa menjalani kehidupan dengan mendasarkan
pada pengetahuan ilmu Agama dengan menebar kesejukan, kedamaian dan keselarasan hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pondok Pesantren, Kyai dan Santri adalah bagian tidak terpisahkan dalam rekam jejak
sejarah dan peradaban Nusantara sejak paruh abad 14 M yang menggeliat sambung
menyambung dalam sanad keilmuan tercipta hubungan guru - murid yang selanjutnya centang
perentang menjelma menjadi gerakan untuk untuk membentuk bersatunya Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Geliat Pondok Pesantren masih tetap lestari hingga saat ini yang tersebar
di seluruh wilayah Indonesia, keunikan dalam metodologi pesantren telah secara nyata
memberi nilai tambah yang signifikan dalam mengisi kemerdekaan, merawat keberagaman dan
toleransi, memperkokoh demokrasi dan mendorong laju pembangunan sehingga diperkirakan
jumlah Pondok Pesantren yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia adalah lebih dari
28.984 Pondok Pesantren dan lebih dari 4.290.626 santri (Data Kemenag Statistik dan
akreditasi pada tahun 2018) Untuk menghormati peran besar Santri maka tiap tanggal 22
Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional (HSN) dengan mengacu pada dasar yuridis
yaitu Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 tentang penetapan 22 Oktober sebagai Hari
Santri Nasional. Bahwa selain Perpres tentang HSN tersebut maka untuk memproteksi dan
mengembangkan lembaga Pondok Pesantren maka saat ini telah di syahkan Undang Undang
No. 18 tahun 2019 tentang Pesantren dengan mengacu pada dasar Hukum yaitu Pasal 20, Pasal
21, Pasal 28C, Pasal 28B, Pasal 29, dan Pasal 31 UUD 1945
Undang-Undang Nomor 18 tahun 2019 tentang Pesantren mengatur mengenai
penyelenggaraan fungsi pendidikan, fungsi dakwah, dan fungsi pemberdayaan masyarakat,
selanjutnya mencermati UU tersebut setidaknya dapat terbaca jika maksud dari pada regulasi
tersebut adalah untuk menjamin penyelenggaraan Pesantren guna menjalankan fungsi
pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan masyarakat melalui rekognisi, afirmasi, dan fasilitasi
kepada Pesantren berdasarkan tradisi dan kekhasannya sehingga pesantren kedepan dapat
lebih maksimal didalam memainkan perannya tersebut diatas tanpa mengurangi corak yang
unik dan khas yang berjalan beriring mengikuti bersamaan dengan dinamika bangsa ini.
Pesantren sebagai lembaga berbasis masyarakat maka sumber pendanaan utama pada
prinsipnya berasal dari masyarakat, namun demikian pemerintah Pusat membantu pendanaan
melalui APBN yang sesuai dengan kemampuan keuangan negara, sedangkan pemerintah
daerah membantu pendanaan melalui APBD yang sesuai dengan kewenangannya, selain itu
sumber pendanaan pesantren juga bisa bsumber dari donatur lain yang sah dan tidak mengikat
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menurut UU tersebut maka Pemerintah Pusat menyediakan dan mengelola dana abadi
Pesantren untuk memastikan ketersediaan dan ketercukupan anggaran dalam pengembangan
Pesantren. UU tersebut juga mengatur kerja sama Pesantren dengan lembaga lainnya yang
bersifat nasional maupun internasional, melalui program pertukaran peserta didik, perlombaan,
sistem pendidikan, kurikulum, bantuan pendanaan, pelatihan dan peningkatan kapasitas, serta
bentuk kerja sama lainnya yang dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan Dalam UU tersebu maka setidaknya terdapat 3 aspek yang menjadi dasar
yaitu 1. Aspek filosofis yang bertolak dari Konstitusi UUD 1945 yaitu jaminan bagi setiap
warga negara untuk bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, serta memilih
pendidikan dan pengajaran dalam satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kedua, aspek sosio-historis yaitu Pesantren dengan kekhasannya tumbuh dan berkembang di
masyarakat dituntut untuk dapat melahirkan insan beriman dan bertaqwa yang memiliki
karakter cinta tanah air. Ketiga, aspek yuridis maka dengan telah syahkanya UU tersebut maka
secara hukum Pondok Pesantren telah memiliki kedudukan yang jelas dan pasti sebagai
elemen bangsa, karenanya didalam penyelenggaraannya Ponpes sekarang memiliki proteksi
dan perhatian dari Negara. Melalui UU tersebut maka secara garis besar Ponpes sekarang harus
lebih mampu meningkatkan kualitasnya dengan tetap teguh mempertahankan norma-norma
umum penyelenggaraan pesantren, rukun pesantren (arkanul ma’had), dan jiwa pesantren
(ruhul ma’had). Penyelenggaraan pendidikan dipesantren juga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan sistem pendidikan nasional namun pengelolaan data, dan informasi
pesantren disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kekhasan pesantren, pendanaan bagi
penyelenggaraan pesantren, kerja sama pesantren dengan lembaga lainnya, hingga partisipasi
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai