Anda di halaman 1dari 3

MENGGALIH SUMBER PSIKOLOGI,SOSIAL BUDAYA,HISTORI DAN YURIDIS

TENTANG PERLUNYA PEMBELAJARAN PAI DI PT

Nama Anggota Kelompok :

1. Jatmiko Budi Santosa /22222011121 /13

2. Junius Danuharta Kusuma /22222011123 /14

3. Kevin Fardian Suryana /22222011125/15

4. Khoirul Abdul Rochin /22222011126/16

5. Khoirunnisa Hartiningrum /22222011127/17

6. Kukuh Panggalih /22222011128/18

1. Menggali Sumber pesikologis

Secara ringkas ada dua pandangan yang berbeda mengenai PAI di Perguruan
Tinggi,yaitu :

A. Pendapat pertama

PAI perlu di ajarkan di Perguruan Tinggi,karena negara wajib menjaga keberagamaan


para warganya dan menjaga keberagamaan para mahasiswanya yang sedang belajar di
perguruan tinggi

B. Pendapat kedua

PAI perlu di ajarkan di perguruan tinggi karena agama merupakan urusan pribadi dan
keluarga dan institut keagamaan.Seperti Masjid Dan Pesantren.

Adapun secara psikologi pada dasarnya manusia suka bertobat,yakni meninggalkan


perbuatan keji dan maksiat.Ada juga penganut suatu agama yang berpindah ke agama
lain.Fenomena seperti ini dikenal degan istilah tobat.
2. Menggali Sumber Sosial - Budaya

Pada umumnya masyarakat ingin menghendaki PAI di perguruan tinggi sejalan dengan
budaya bangsa yang religious.Masyarakat ingin budaya beragama di lingkungan masyarakat
sampai juga di lingkungan perguruan tinggi,Pada momen-momen sakral dalam alur
kehidupan masyarakat muslim di Indonesia selalu ada ikatan kultur agama, budaya, dan
sosial yang unik

Contohnya : selamatan ,tahlilan, pengajian, tasyakuran dll

Terlebih lagi saat ini kultur tersebut mulai melemah akibat arus Westernisasi yang kuat dan
menggerus ikatan-ikatan emosional masyarakat menuju kehidupan individualis dan
eksklusif,oleh karena itu PAI di perguruan tinggi perlu diterapkan agar budaya budaya
tersebut bisa terlestarikan dan tidak melemah

3. Menggali Sumber Historis

Secara historis pendidikan dalam hal ini ikut menjadi landasan moral dan etik dalam
proses pembentukan jati diri bangsa,di samping itu pendidikan juga merupakan variabel yang
tidak dapat diabaikan karena dapat mentransferkan ilmu dan nilai nilai agama agar mencetak
generasi muda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.Maka dari itu, keberadaan dan peningkatan mutunya merupakan
kewajiban kita khususnya kalangan akademis di lingkungan PT maupun para praktisi
pendidikan di lapangan.

4. Menggali Sumber Yuridiksi/Hukum

Kebijakan yuridis merupakan dasar-dasar penyelenggaraan pendidikan agama yang


bersumber dari peraturan perundang-undangan yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan pendidikan agama, di sekolah atau
lembaga pendidikan formal di Indonesia.ada 3 landasan yuridikasi yaitu:

- dasar dasar ideal


Landasan yang ideal merupakan landasan falsafah Negara Pancasila dimana yang pertama
mohon Pancasila adalah Tuhan Yang Maha Esa

- Kebijakan Struktural / Konstitusional

Landasan Struktural adalah: Undang-Undang Dasar 1945 pada BAB XI Pasal 29 Ayat 1 dan
2 yang bunyinya

“Negara ini didasarkan pada Dewa Tertinggi

Negara menjamin kemerdekaan setiap warganya untuk memeluk agamanya dan beribadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya”

- kebijakan operasional

kebijakan operasional adalah dasar yang secara langsung mengatur penyelenggaraan


pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia sebagaimana telah disebutkan dalam TAP
MPR No. IV / MPR / 1973 yang kemudian ditegaskan kembali dalam TAP MPR No. II /
MPR / 1978 resolusi MPR No. II / MPR / 1983, Ketetapan MPR No. II / MPR / 1988, dan
Ketetapan MPR No. II Tahun 1993 tentang GBHN yang pada intinya menyatakan bahwa
penyelenggaraan pendidikan agama langsung dimasukkan dalam kurikulum sekolah, mulai
dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan tingkat Universitas.

Selain itu Sistem Pendidikan Nasional pada BAB IX pasal 39 ayat 2 disebutkan: Isi
kurikulum setiap jalur dan jenjang pendidikan harus memuat:

1. Pendidikan Pancasila

2. Pendidikan Agama

3. Pendidikan Kewarganegaraan

Atas dasar itu, pendidikan agama dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai dari tingkat sekolah
dasar hingga perguruan tinggi, dengan basis operasional pendidikan agama, maka keberadaan
pendidikan agama dalam sistem pendidikan Nasional semakin kuat

Anda mungkin juga menyukai