Kepondokmodernan
Dosen Pengampu:
Al-Ustadz Wahyu Septriyanto, S.Ag, M.Ag
Pemakalah:
Muhammad Farhan Hibatullah 422021232118
Muhammad Fuad Khairul Aziz 422021232120
1
Kusnandi, “Integrasi Kurikulum Berbasis Pesantren pada Lembaga Pendidkan”, Jurnal
Pendidikan, Vol. 5 No. 2 (November 2017), Hlm. 280
2
Indra Taupik Saleh, Deni Sopiansyah,Uus Ruswandi, “Pendidikan Agama Islam Dalam
Kurikulum Nasional”, Jurnal Dirosah Islamiyah, Vol. 4 No. 2 (2022), Hlm. 205.
diartikan dalam dua jenis proses yaitu, pengembangan dari perspektif rekayasa
dan pengembangan dari perspektif konstruksi. Dengan perkembangan ini,
melahirkan organisasi kurikulum yang terus berubah yang mengadopsi beberapa
komponen.
Pengelolaan kurikulum sangatlah penting bagi suatu lembaga untuk
terlaksananya pendidikan yang terstruktur dan mempunyai tujuan yang konkrit
serta tersinkronisasi dengan baik dan sistematis. Indonesia memiliki berbagai
macam lembaga pendidikan, dari tradisional hingga modern.Indonesia memiliki
setidaknya tiga lembaga pendidikan yang dikenal publik, termasuk sekolah,
madrasah, dan pondok pesantren, yang masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Seiring berjalannya waktu, lembaga-lembaga tersebut juga terus
berkembang, termasuk kurikulumnya.3
pondok pesantren menjadi salah satu pilihan lembaga Pendidikan yang
mengutamakan upaya pencerdasan spiritual atau keagamaan meskipun sekarang
ini banyak pondok pesantren di Indonesia yang juga memberikan pengetahuan
umum secara terintegrasi. Dengan kata lain, sudah banyak pondok pesantren
modern yang mencerahkan sekaligus mencerdaskan.4
3
M. Wildan, Muh. Wasith Achadi, Heru Juabdin Sada, Ahmad Syafak Khoirut Tobib, “Organisasi
Kurikulum Pondok Pesantren Atsarus Salafiyah Sampang”,Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 4 No. 4
(2022), Hlm. 5142
4
Karmila, Mundilarno, “Manajemen Kurikulum Berbasis Pesantren Pada SMP Al-Hikmah
Karangmojo Gunungkidul Yogyakarta”, Junal Media Menejemen Pendidikan, Vol. 4 No. 2
(Oktober 2021) Hlm. 249.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pesantren
Kata pesantren, secara etimologi berasal dari kata santri yang diberi
tambahan awalan “pe” dan akhiran “an”, dengan kata itu, pengucapan kata “an”
selanjutnya berubah bacaan menjadi “en” (pesantren), yaitu sebutan untuk
bangunan fisik atau asrama di mana para peserta didik bertempat tinggal. 5 Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti pesantren adalah srama tempat santri
atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya.
Kata pesantren tidak lepas dari kata “pondok”. Pondok berarti rumah atau
tempat tinggal sederhana terbuat dari bambu. Di samping itu, kata pondok
mungkin berasal dari Bahasa Arab Funduq yang berarti asrama atau hotel.6
Pengertian pondok pesantren cukup bervarian, antara lain: pondok
pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikanh pendidikan dan
menyebarkan ilmu agama Islam,7 pondok pesantren merupakan sebuah lembaga
pendidikan yang memberikan layanan pendidikan serta pembelajaran sekaligus
sebagai lembaga dakwah untuk kepentingan penyebaran agama Islam.
Pondok pesantren juga berarti suatu lembaga pendidikan dan pengajaran
agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan
dengan cara non klasikal yang sangat sederhana, yaitu yang dikenal dengan sistem
sorogan dan bandongan.8
B. Pengertian Kurikulum Nasional
5
M. Yusuf, “Pendidikan Pesantrensebagai Modal Kecakapan Hidup”, Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam”, Vol. 3 No. 2 (April 2020), Hlm. 79.
6
Muhammad Arifin, R. Rhoedy Setiawan, “Peningkatan Kapasitas Santri Pondok Pesantren
Entrepreneur Al-Mawaddah Kudus Melalui Pelatihan Web”, Muria Jurnal Layanan Masyarakat,
Vol. 1 No. 1 (Maret 2019), Hlm, 22.
7
M. Yusuf, “Pendidikan Pesantrensebagai Modal Kecakapan Hidup”, Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam”, Vol. 3 No. 2 (April 2020), Hlm. 80.
8
Rini Styaningsih, “Kontinuitas Pesantren Dan Madrasah Di Indonesia,” At Ta’dib11, No. 1
(2016)
Kurikulum dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan
sebagai perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada Lembaga Pendidikan atau
perangkat mata kuliah mengenai bidang keahlian khusus.
Kurikulum diartikan sebagai manhaj yakni jalan yang terang, atau jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupannya. Sedangkan
kurikulum dalam konteks pendidikan, berarti jalan terang yang dilalui oleh
pendidik atau guru dengan peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap serta nilai-nilai.9
Dalam pengertian sempit, kurikulum merupakan seperangkat rencana,
peraturan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar disekolah. Pengertian ini menggaris
bawahi adanya empat komponen dalam kurikulum yaitu: tujuan, isi, organisasi
serta strategi.
Dalam pengertian yang lebih luas, seperti yang disebutkan dalam UU
Sisdiknas No. 20 tahun 2003 bahwa kurikulum adalah: “Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
tertentu”.10
Kurikulum Nasional adalah sebagai penyempurna serta perbaikan
dari Kurikulum 2013 yang akan dilaksanakan pada tahun 2018, akan tetapi masih
kurangnya sosialisasi tentang penerapan kurikulum ini. Kurikulum ini berbasis
tiga bagian. Kurikulum nasional, kurikulum berbasis pengembangan potensi
daerah, kurikulum paling kecil mencakup kekhasan di masing–masing sekolah
atau madrasah.11
Sesuai dengan namanya Kurikulum Nasional, kurikulum yang bebasis
“nasional” daerah masing–masing. Perubahan kurikulum 2013 menjadi
Kurikulum Nasional (Kurnas) didasari oleh beberapa faktor seperti faktor
9
Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, (Terj. Hassan
Langgulung) (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), Hal. 478.
10
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003), Hlm. 6
11
Indra Taupik Saleh, Deni Sopiansyah,Uus Ruswandi, “Pendidikan Agama Islam Dalam
Kurikulum Nasional”, Jurnal Dirosah Islamiyah, Vol. 4 No. 2 (2022), Hlm. 207.
ekonomi, pengetahuan, masalah di lingkunan hidup, serta pemikiran dari
masyarakat dan peserta didik yang berfikiran pendidikan terlalu menitik beratkan
beban kepada siswa. Pihak yang terkait harus disangkut pautkan untuk memahami
dan mendalami fungsi didalam kurikulum ini, seperti guru yang harus
diperkenalkan dan dipersiapkan dengan baik, supaya tidak terjadi lagi guru yang
tidak memahami kurikulum ini.12
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum
Nasional adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang memiliki tujuan, isi,
bahan pelajaran, dan metode dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan dan sesuai dengan peraturan dan landasan negara.
12
Ibid, Hlm, 208.
13
Kusnandi, “Integrasi Kurikulum Berbasis Pesantren pada Lembaga Pendidkan”, Jurnal
Pendidikan, Vol. 5 No. 2 (November 2017), Hlm. 283.
kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar
dapat menumbuhkan manusia-manusian yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.14
Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem Pendidikan Nasional pada bab I pasal 1 ayat 1 yang berbunyi:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Begitupun tentang dasar, fungsi, dan tujuan pada bab II pasal 3 yang
berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Isi pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 diatas tadi adalah Pendidikan nasional yang
bermaksud untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Untuk lebih lanjutnya lagi Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
bercakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
14
Ummah Karimah, “Pondok Pesantren Dan Pendidikan : Relevansinya Dalam Tujuan
Pendidikan”, Jurnal Misykat, Vol. 3 No. 1 ( 1 juni 2018), Hlm. 138
Pola pembelajaran pondok pesantren tidak jauh berbeda dari sistem yang
berlaku pada lembaga pendidikan asli tersebut. Tentu dengan isi yang mulai
berbeda, yakni memasukkan pelajaran atau ajaran baru, yang kemudian dikenal
sebagai agama Islam. Sistem Pendidikan dan tujuan pendidikan pondok sesuai
dengan tujuan Pendidikan nasional. 15
Tradisi pesantren kini bangkit berupaya memperkuat perannya dalam
berpartisipasi memajukan bangsa Indonesia dalam berbagai bidang kehidupan.
Agar tujuan pembangunan peradaban Indonesia modern dengan budi luhur
sebagai kekuatan utama bangsa dapat lebih cepat tercapai.16
15
Ibid, Hlm, 139
16
Ibid, Hlm. 139
17
UUD RI NO: 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal (Bandung: Citra Umbara,
2003), Hlm. 20.
pendidikan dasar sembilan tahun yang ditindak lanjuti dengan penerbitan
petunjuk tekhnis penyelenggaraan program.18
BAB III
18
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Kependidikan, (Jakarta: Novindo Pustaka
Mandiri, 2001), Hlm. 316.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Kusnandi, “Integrasi Kurikulum Berbasis Pesantren pada Lembaga
Pendidkan”, Jurnal Pendidikan, Vol. 5 No. 2 (November 2017)
Indra Taupik Saleh, Deni Sopiansyah,Uus Ruswandi, “Pendidikan Agama
Islam Dalam Kurikulum Nasional”, Jurnal Dirosah Islamiyah, Vol. 4
No. 2 (2022)
M. Wildan, Muh. Wasith Achadi, Heru Juabdin Sada, Ahmad Syafak
Khoirut Tobib, “Organisasi Kurikulum Pondok Pesantren Atsarus Salafiyah
Sampang”,Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol. 4 No. 4 (2022)
Karmila, Mundilarno, “Manajemen Kurikulum Berbasis Pesantren Pada
SMP Al-Hikmah Karangmojo Gunungkidul Yogyakarta”, Junal Media
Menejemen Pendidikan, Vol. 4 No. 2 (Oktober 2021)
M. Yusuf, “Pendidikan Pesantrensebagai Modal Kecakapan Hidup”,
Jurnal Manajemen Pendidikan Islam”, Vol. 3 No. 2 (April 2020)
Muhammad Arifin, R. Rhoedy Setiawan, “Peningkatan Kapasitas Santri
Pondok Pesantren Entrepreneur Al-Mawaddah Kudus Melalui Pelatihan
Web”, Muria Jurnal Layanan Masyarakat, Vol. 1 No. 1 (Maret 2019)
Rini Styaningsih, “Kontinuitas Pesantren Dan Madrasah Di Indonesia,” At
Ta’dib11, No. 1 (2016)
Al-Syaibany, Omar Muhammad al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam,
(Terj. Hassan Langgulung) (Jakarta: Bulan Bintang, 1984)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2003)
Indra Taupik Saleh, Deni Sopiansyah,Uus Ruswandi, “Pendidikan Agama
Islam Dalam Kurikulum Nasional”, Jurnal Dirosah Islamiyah, Vol. 4
No. 2 (2022)
Ummah Karimah, “Pondok Pesantren Dan Pendidikan : Relevansinya
Dalam Tujuan Pendidikan”, Jurnal Misykat, Vol. 3 No. 1 ( 1 juni 2018)
UUD RI NO: 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal
(Bandung: Citra Umbara, 2003)
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Kependidikan, (Jakarta:
Novindo Pustaka Mandiri, 2001)