Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, Radikalisme menjadi isue global yang semakin hangat
dibicarakan. Fenomena radikalisme diidentikkan dangan kejadian
tindakan kekerasan, dan teror yang marak terjadi dalam dua dekade abad
ke-21. Beberapa peristiwa teror diantaranya, serangan 11 November 2001
yang menghancurkan gedung WTC (World Trade Center), dan gedung
Pertahanan Pentagon Amerika Serikat.1

Secara umum, fenomena radikalisme saat ini semakin marak


terjadi dalam realitas kehidupan. Berbagai demonstrasi, apakah itu
bermuatan politik, sosial, ekonomi, budaya, dan agama yang mewarnai
kehidupan masyarakat. Persoalan-persoalan tersebut cenderung direspon
dengan tindakan kekerasan, yang dalam banyak hal justru
kontraproduktif.

Salah satu implikasinya adalah kekerasan yang dikonstruktasikan


sebagai radikalisme menjadi variabel dominan dalam berbagai tindakan
kekerasan yang mengatasnamakan agama. Agama yang semula bermisi
kedamaian tereduksi dengan tindakan-tindakan yang bertentangan
dengannya.2

Sejarah kekerasan dan radikalisme sering kali membawa nama


agama. Hal ini dapat dipahami karena agama memiliki kekuatan yang
1
Irman, Yusefri, Radikalisme Agama Perspektif Al-Qur’an dan Konseling, Jurnal Al-Fuad, Vol. 2 No. 2
(Juli-Desember 2018). Hlm. 195.
2
Nur Syam, Radikalisme dan Masa Depan Hubungan Agama-Agama: Rekonstruksi Tafsir Sosial
Agama‖ (Tidak dipublikasikan, 10 Oktober 2005). Hlm. 1.
dahsyat, yang melebihi kekuatan politik, sosial, dan budaya. Agama
bahkan bisa diangkat sampai pada tingkat supranatural. Atas nama
agama, kemudian radikalisme diabsahkan dalam berbagai tindakan.
Mulai dari mengkafirkan orang-orang yang tak sepaham sampai
melakukan pembunuhan terhadap musuh yang tidak seideologi
dengannya.3

Maka sangat jelas bertentangan dengan ajaran dan aturan yang


tertulis didalam Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah, karena ajaran yang
ada didalamnya mengajarkan untuk saling berdamai. Oleh karena itu
penulis tertarik untuk membahas mengenai radikalisme menurut
perspektif dari Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari radikalisme?

2. Bagaimana radikalisme menurut persperktif Al-Qur’an?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian dari radikalisme

2. Mengetahui bagaimana radikalisme menurut persperktif Al- Qur’an

3
Lub Liyna Nabilata, Dekonstruksi Paradigma Radikal Dalam Al-Quran, Journal of Islamic Studies and
Humanities Vol. 3, No. 1 (2018), Hlm. 46.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Radikalisme

Secara etimologi, radikalisme berasal kata radix yaitu akar, yang


artinya bertindak radikal yang berarti bertindak sampai ke akar- akarnya.
Berpikir secara radikal sama artinya dengan berpikir hingga ke akar-
akarnya. Hal tersebutlah yang kemudian besar kemungkinannya akan
menimbulkan sikap-sikap anti kemapanan.

Dengan demikian, terminologi radikalisme dapat dipahami sebagai


suatu sikap atau posisi yang mendambakan perubahan terhadap status
quo (suatu kondisi yang ada saat ini dan sedang berjalan Sekarang)
dengan jalan menghancurkannya secara total, dan menggantinya dengan
seseuatu yang baru, yang sama sekali berbeda. Biasanya cara yang
digunakan bersifat revolusioner. artinya menjungkirbalikkan nilai- nilai
yang ada secara drastis lewat kekerasan dan aksi-aksi yang ekstrim. 4

Dapat dirumuskan bahwa radikalisme merupakan faham (isme),


tindakan yang melekat pada seseorang atau kelompok yang
menginginkan perubahan baik sosial, politik dengan menggunakan
kekerasan, berfikir asasi dan bertindak ekstrim. Di samping itu,
radikalisme berlandaskan pada paradigma yang bersifat ekslusif, yaitu
meniadakan orang lain, tertutup, ekstrimisme dan tidak jarang bersifat
militeristik.5

4
Dede Rodin, Islam dan Radikalisme: Telaah Atas Ayat-ayat Kekerasan Dalam Al-Qur‘an, Jurnal ADDIN,
Vol. 10, No. 1 (2016), Hlm. 35.
5
Bahtiar Effendi dan Hendro Prasetyo, ed., Radikalisme Agama (Jakarta: PPIM-IAIN, 1998), Hlm. 16.
Secara sederhana, radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang
ditandai oleh empat hal yang sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu
sikap tidak toleran dan tidak mau menghargai pendapat atau keyakinan
orang lain, lalu sikap fanatik, yakni sikap yang membenarkan diri sendiri
dan menyalahkan orang lain. Lalu sikap eksklusif, yakni sikap tertutup
dan berusaha berbeda dengan kebiasaan orang banyak. Dan sikap
revolusioner, yakni kecenderungan untuk menggunakan kekerasan dalam
mencapai tujuan.6

B. Sejarah Singkat Radikalisme

Radikal pertama kali diperkenalkan oleh Charles James Fox. Pada


tahun 1797, ia mendeklarasikan reformasi radikal dalam sistem
pemerintah, reformasi ini digunakan untuk mendefinisikan pergerakan
yang mendukung revolusi parlemen negaranya. Namun seiring
berjalannya waktu, ideologi radikalisme mulai terserap dan menerima
ideologi liberalisme. Paham radikalime ini sering dikaitkan dengan
agama, agama yang sering menjadi target, yakni agama islam.

Setelah itu, sejak abad ke-19, pemikiran dan gerakan radikal


bertumbuh menjadi liberalisasi politik untuk melakukan reformasi atau
perubahan kehidupan politik yang progresif. Gerakan radikal dan
radikalisme lebih banyak dijumpai dalam gerakan dan kelompok politik,
selain kelompok sosial. Termasuk di dalamnya radikal ideologi, yang

6
Lub Liyna Nabilata, Dekonstruksi Paradigma Radikal Dalam Al-Quran, Journal of Islamic Studies and
Humanities, Vol. 3, No. 1 (2018), Hlm. 48.
sangat mengabsolutkan paham tertentu, tidak kecuali paham kebangsaan
atau nasionalisme.7

C. Radikalisme Menurut Perspektif Al-Qur’an

Dalam bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an, kekerasan dan


radikalisme disebut dengan beberapa istilah, antara lain al-‘unf, at-
tatarruf, al-guluww, dan al-irhab. Al-‘unf adalah antonim dari ar-rifq
yang berarti lemah lembut dan kasih sayang. Abdullah an-Najjar
mendefiniskan al-‘unf dengan penggunaan kekuatan secara ilegal (main
hakim sendiri) untuk memaksanakan kehendak dan pendapat.

Dalam bahasa Arab modern kata at-tatarruf berkonotasi makna


radikal, ekstrem, dan berlebihan. Adapun kata al-guluww yang secara
bahasa berarti berlebihan atau melampaui batas sering digunakan untuk
menyebut praktik pengamalan agama yang ekstrem sehingga melebihi
batas kewajaran.8

Sikap-sikap tersebut seperti al-guluww telah dilarang dalam Al-


Quran surat Al-Maidah ayat 77, yang berbunyi:

‫ٍم ۡد ُّل ِم ۡن ۡب‬ ‫ِب ۤۡو ۡه‬ ‫ِدۡي ِن ۡي ۡل‬ ‫ۡل ۡه ۡل ِك ِب ۡغ‬
‫ُق ـٰۤيَا َل ا ـ ٰت اَل َت ُلۡو ا ِف ـ ُك ۡم َغ َر ا َح ـِّق َواَل َتَّت ُع ا َا َوٓاَء َقۡو َق َض ۡو ا َق ُل‬
. ‫َوَاَض ُّلۡو ا َك ِثۡي ًرا َّو َض ُّلۡو ا َعۡن َس َوٓاِء الَّس ِبۡي ِل‬
Yang artinya: Katakanlah (Muhammad), "Wahai Ahli Kitab! Janganlah
kamu berlebih-lebihan dengan cara yang tidak benar dalam agamamu.
Dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang telah
7
Nuria Reny Hariyati Hespi Septiana, Radikalisme Dalam Perspektif Analisis Wacana Kritis, Penerbit
Graniti, (Surabaya, 2019), Hlm. 4-5.
8
Lub Liyna Nabilata, Dekonstruksi Paradigma Radikal Dalam Al-Quran, Journal of Islamic Studies and
Humanities, Vol. 3, No. 1 (2018), Hlm. 48-49.
tersesat dahulu dan (telah) menyesatkan banyak (manusia), dan mereka
sendiri tersesat dari jalan yang lurus."

Al-Qur’an seringkali dipakai untuk melegitimasi kekerasan atas


nama agama. Fakta ini sangat memprihatinkan karena telah keluar jauh
dari tujuan diturunkannya al-Qur’an yakni untuk menciptakan tata sosial
yang adil dan damai di muka bumi. Pada dasarnya penerapan sikap
anarkis seperti bom bunuh diri dan lain sebagainya jika diaplikasikan
pada daerah konflik ini menjadi sebuah pengecualian. Namun ada
beberapa pihak melakukan tindakan tersebut di luar konflik serta
mengatasnamakan agama untuk menghalalkan segala hajatnya tersebut.

Melihat realitas yang ada, banyak umat muslim yang menafsirkan


ayat-ayat al-Qur’ān hanya dengan cara tekstual, seakan meniadakan
konteks yang terjadi pada saat ini. Meskipun pemahaman secara tekstual
itu bisa saja digunakan, namun kadang kala cara tersebut mampu
melahirkan perilaku yang anarkis jika hanya memahami tanpa konteks
ayat itu turun.9

Contohnya seperti pada surat At-Taubah ayat 5, yang berbunyi:

‫َفِاَذا اْنَس َلَخ اۡل َاۡش ُه ُر اۡل ُح ـُرُم َفاۡق ُتُلوا اۡل ُم ۡش ِرِكۡي َن َح ۡي ُث َوَج ْد ُمُّتۡو ُه ۡم َوُخ ُذ ۡو ُه ۡم َواۡح ُصُرۡو ُه ۡم‬
‫ِا ّٰل‬ ‫ٍد ِا‬ ‫ۡق‬
‫َوا ُعُد ۡو ا ُهَلۡم ُك َّل َم ۡر َص ‌ۚ َف ۡن َتاُبۡو ا َوَاَقاُموا الَّص ٰل وَة َو ٰاَتُوا الَّزٰك وَة َفَخ ُّلۡو ا َس ِبۡي َلُهۡم‌ َّن ال َه َغُفۡو ٌر‬
.‫َّرِح ۡي ٌم‬
Yang artinya: “Apabila sudah habis bulan-bulan haram itu, maka
bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka,

9
Siti Khairunnisa, Lukman Zain, Anisatun Muthi’ah, Penafsiran Ayat-ayat Pemicu Radikalisme
Perspektif Ibnu Taimiyah dan Quraish Shihab, Diya al-Afkar, Vol. 4 No. (02 Desember 2016), Hlm. 86.
dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah mereka di setiap
tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Apabila kita cermati, ayat ini berhubungan dengan ayat sebelum


dan sesudahnya. Allah memerintahkan Nabi Saw. untuk memerangi
mereka orang musyrikin yang telah melanggar perjanjian damai. Ayat ini
dialamatkan kepada orang-orang musyrik, bukan kepada orang-orang
Kafir.

Jika melihat ayat tersebut hanya dari segi tekstual, otomatis ayat
ini juga mampu memicu adanya tindak anarkis suatu kelompok, di
antaranya mereka yang bernafsu memenuhi segala keyakinannya untuk
mengganti ideology kebangsaan NKRI dengan dasar hukum syari’at
Islam yang mereka pahami sendiri.10

Menurut al-Qur’an Islam adalah agama yang mengajarkan tentang


pentingnya kedamaian dan rahmat bagi semua makhluk

‫ۡي‬ ‫ ۤا َاۡر ۡل ٰن َك ِااَّل ۡح ًة ِّلـۡل ٰعَلِم‬. ‫ِاَّن ِف ٰه َذ ا َل ٰل ًغا ّلِـَق ۡو ٍم ٰع ِبِدۡي‬


‫َن‬ ‫َر َم‬ ‫َن َوَم َس‬ ‫َب‬
Yang artinya: Sungguh, (apa yang disebutkan) di dalam (Al-Qur'an) ini,
benar-benar menjadi petunjuk (yang lengkap) bagi orang-orang yang
menyembah (Allah). Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad)
melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (Al-Anbiya: 106-
107).

10
Ibid, Hlm. 87.
Al-Qur’an melarang adanya tindakan pemaksaan dalam memeluk
agama

‫ۤاَل ِاۡك ا ىِف الِّد ۡي ۙ‌ِن َقد َّت الُّرۡش ُد ِم اۡل َغ ۚ‌ِّى َف ۡن َّيۡك ُفۡر ِبالَّطاُغۡو ت ۡؤ ِم ۢۡن ِبالّٰلِه َق ِد‬
‫َف‬ ‫َوُي‬ ‫َم‬ ‫َن‬ ‫َبَنَّي‬ ‫َر َه‬
‫ّٰل ِمَس ِل‬ ‫ِف‬ ‫ِب ۡل ِة ۡل ۡث‬
‫اۡس َتۡم َس َك ا ُعۡر َو ا ُو ٰق ى اَل اْن َص اَم َهَلا‌ َوال ُه ۡي ٌع َع ۡي ٌم‬
Yang artinya: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam),
sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan
jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada
Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat
kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.
Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya
telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang
sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah,
maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat
yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (Al-
Baqoroh: 256).

Al-Qur’an juga menekankan pentingnya sikap toleransi (tasamuh)


dan menghargai perbedaan

‫َلُك ْم ِدْيُنُك ْم َوَيِل ِدْيِن‬

Yang artinya: Untukmu agamamu dan untukku agamaku. (Al-Kafirun: 6).

Al-Qur’an juga tidak membenaran tindak kekerasan dan teror.


Larangan berperilaku kasar, melakukan tindakan kekerasan
‫ِل‬ ‫ِم‬ ‫ِل ۡل ۡل‬ ‫ّٰلِه ِل‬ ‫ٍة‬
‫َفِبَم ا َرۡح َم ِّم َن ال ۡن َت ُهَلۡمۚ‌ َو َلۡو ُك ۡن َت َفًّظا َغ ۡي َظ ا َق ِب اَل ْنَف ُّضۡو ا ۡن َح ۡو َك‌ۖ َفاۡع ُف‬
‫َعۡن ُه ۡم َواۡس َتۡغ ِف ۡر ُهَلۡم َو َش اِوۡر ُه ۡم ىِف اۡل َاۡم ۚ‌ِر َفِاَذا َعَزۡم َت َفَتَوَّك ۡل َعَلى الّٰلِه‌ؕ ِاَّن الّٰل َه ِحُي ُّب‬
.‫اۡل ُم َتَوِّك ِلۡي ن‬
Yang artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku
lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena
itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila
engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.
Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal. (Ali Imron: 159)

Dari keterangan ayat-ayat Al-Qur’an diatas, dapat diketahui bahwa


radikalisme baik dari perbuatan atau pandangan itu tidak ada dan tidak
diperbolehkan bagi umat islam dan seluruh manusia.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dari penelitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa


radikalisme dalam perspektif Al-Qur’an itu tidak diperbolehkan dan
harus dijauhi, karena segala sesuatu yang ada didalam Al-Qur’an itu
ditunjukkan untuk kedamaian manusia.

Oleh karena itu Al-Qur’an sangat bertentangan dengan radikalisme


baik secara perbuatan ataupun pandangan, Justru didalamnya diajarkan
untuk saling bertoleransi, tidak ada kekerasan, tidak ada pemaksaan, dan
saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya.
Daftar Pustaka

- Irman, Yusefri, Radikalisme Agama Perspektif Al-Qur’an dan


Konseling, Jurnal Al-Fuad, Vol. 2 No. 2 (Juli-Desember 2018).
- Nur Syam, Radikalisme dan Masa Depan Hubungan Agama-
Agama: Rekonstruksi Tafsir Sosial Agama‖ (Tidak dipublikasikan,
10 Oktober 2005).
- Lub Liyna Nabilata, Dekonstruksi Paradigma Radikal Dalam Al-
Quran, Journal of Islamic Studies and Humanities Vol. 3, No. 1
(2018).
- Dede Rodin, Islam dan Radikalisme: Telaah Atas Ayat-ayat
Kekerasan Dalam Al-Qur‘an, Jurnal ADDIN, Vol. 10, No. 1
(2016).
- Bahtiar Effendi dan Hendro Prasetyo, ed., Radikalisme Agama
(Jakarta: PPIM-IAIN, 1998).
- Nuria Reny Hariyati Hespi Septiana, Radikalisme Dalam
Perspektif Analisis Wacana Kritis, Penerbit Graniti, (Surabaya,
2019).
- Siti Khairunnisa, Lukman Zain, Anisatun Muthi’ah, Penafsiran
Ayat-ayat Pemicu Radikalisme Perspektif Ibnu Taimiyah dan
Quraish Shihab, Diya al-Afkar, Vol. 4 No. (02 Desember 2016).
Radikalisme Menurut Perspektif Al-Qur’an
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:

Al-Qur’an dan Isu-isu Kontemporer


Dosen Pengampu:
Al-Ustadz Ali Mahfuz Munawwar, Lc., M. Hum

Pemakalah:
Muhammad Farhan Hibatullah 422021232118
Muhammad Fuad Khairul Aziz 422021232120
Zulfadli 422021232196
Abdurrahman 422021232005
Muhammad Akbar Arrosyid 422021232132
Prodi Ilmu Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin
Universitas Darussalam Gontor
2023/1444

Anda mungkin juga menyukai