Anda di halaman 1dari 15

Tugas Tersetruktur Dosen Pengampu

Al-Qur’an Dan Isu-Isu Aktual Najib M.Ag

AL-QUR`AN DAN RADIKALISME

Muhammad Miftah Farid (200103020213)


Ryan Firmansyah (200103020218)

Khairul Anas (200103020227)


Triyara (200103020304)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA
PROGRAM STUDI ILMU ALQURAN DAN TAFSIR
BANJARMASIN
2023
PENDAHULUAN

Radikalisme adalah suatu paham yang menginginkan sebuah perubahan atau


pembaruan dengan cara hingga yang paling ekstrem, kekerasan yang simbolik maupun
fisik.1 Saat ini isu-isu radikalisme memang banyak diperbincangkan khususnya yang
menyangkut radikalisme beragama, Atas nama agama kemudian radikalisme
diabsahkan dalam berbagai tindakan. Mulai dari mengkafirkan orangorang yang tak
sepaham hingga melakukan pembunuhan terhadap musuh yang tidak seideologi
dengannya.2

Radikalisme, kini menjadi isue global yang semakin hangat dibicarakan.


Fenomena radikalisme diidentikkan dangan kejadian tindakan kekerasan, dan teror yang
marak terjadi dalam dua dekade abad ke-21. Beberapa peristiwa teror diantaranya,
serangan 11 Nopember 2001 yang menghancurkan gedung WTC dan gedung
Pertahanan Pentagon Amerika Serikat. Spontan Presiden Goerge W Bush, menjadikan
serangan tersebut sebagai bukti kuat oleh Barat bahwa Islam sangat berbahaya, bahkan
menuding Islam sebagai agama teroris.

Adapun di Indonesia, tindakan teror diantaranya, bom Bali I (2002), bom Bali
II (2005), bom di Hotel JW Marriot (2009) dan bom di Plaza Sarinah 14 Januari 2016
lalu. Ironisnya aksi teror yang dilakukan tersebut mengatas namakan agama tertentu.

1 Fathorrahman Ghufron, Radikalisme dan politik identitas,


http://amp.kompas.com/nasional/read/2017/05/05/19170871/radikalisme.dan.politik.identitas
2 Dede Rodin, Islam dan Radikalisme: Telaah atas ayat-ayat “kekerasan” dalam alquran,

jurnal ADDIN Vol. 10 No. 1, Februari 2016), 31

1
PEMBAHASAN

1. Pengertian Radikalisme

Radikalisme berasal dari bahasa Latin radix yang berarti akar.


Maksudnya yakni berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke akar-akarnya.
Di dalam Cambridge Advanced Learners Dictionary; Radical is believing or expressing
the belief that there should be great or extreme social or political change. Radikal
adalah percaya atau mengekspresikan keyakinan bahwa harus ada perubahan sosial atau
politik yang besar atau secara ekstrim. 3

Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang berlangsung


yang muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau bahkan perlawanan terhadap ide,
asumsi, kelembagaan, atau nilai. Secara sederhana, radikalisme adalah pemikiran atau
sikap yang dan kecenderungan untuk menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan.4

Sedangkan menurut istilah radikalisme adalah, yang pertama; paham atau


aliran yang radikal dalam politik, dan yang kedua: paham atau aliran yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan
atau drastis. Sikap inilah yang disebut dengan sikap ekstrem dalam aliran politik.
Ensiklopedi online Wikipedia, membuat definisi yang lebih spesifik bahwa radikalisme
adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang yang menginginkan
perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis dengan menggunakan
cara-cara kekerasan.5

Adapun menurut Kamus Ilmiah Populer radikal mempunyai arti besar-


besaran, menyeluruh, keras, kokoh, maju serta tajam dalam berpikir. 6 Sedangkan

3
Hendroprioyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi Dan Islam, Jakarta: Kompas,
2009, hlm. 1170.
4 Hendroprioyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi Dan Islam...,hlm. 691.
5
Ibid 691
6 Abdul Munip,“Menangkal Radikalisme Agama Di Sekolah,” dalam Jurnal Pendidikan Islam

,Volume 1, No 2 Tahun 2012, hlm. 161.

2
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) radikalisme adalah paham aliran yang
menginginkan pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
Radikalisme merupakan suatu aliran atau paham yang ingin menginginkan suatu
perubahan dalam aspek apapun dengan sudut pandang kekerasan demi mencapai apa
yang diharapakan tanpa peduli dampak yang terjadi dalam perubahana tersebut. 7

Radikalisme juga bisa difahami sebagai suatu sikap atau posisi yang
mendambakan perubahan dengan jalan-jalan penghancuran secara total, dan
menggantinya dengan sesuatu yang baru atau sesuatu yang sama sekali berbeda, cara-
cara yang ditempuh biasanya dengan kekerasan dan aksi-aksi ekstrem.8

Intinya, radikalisme merupakan suatu paham yang menghendaki adanya


perubahan, pergantian, dan penjebolan terhadap suatu sistem masyarakat sampai ke
akarnya. Radikalisme menginginkan adanya perubahan secara total terhadap suatu
kondisi atau semua aspek kehidupan masyarakat. Kaum radikal menganggap bahwa
rencanarencana yang digunakan adalah rencana yang paling ideal. Terkait dengan
radikalisme ini, seringkali beralaskan pemahaman sempit agama yang berujung pada
aksi terror bom tumbuh bersama sistem. Sikap ektrem ini berkembang biak di tengah-
tengah panggung yang mempertontonkan kemiskinan, kesenjangan sosial, atau
ketidakadilan.9

Sedangkan radikalisme dalam bahasa arab biasa disebut dengan at-Thatarruf


ad-Dînî yang berarti berlebihan dalam melaksanakan agama. Radikalisme merupakan
suatu aliran yang menghendaki perubahan terhadap suatu kondisi atau semua aspek di
masyarakat secara mendasar sampai ke akar-akarnya.10

7 Harlen Devis Munandar,“Strategi Kementrian Agama Rejang Lebong: Dalam


Pencegahan Penyebaran Radikalisme Di Rejang Lebong,”dalam Jurnal Manthiq, Vol. 1, No.
1, Tahun 2016, hlm. 67.
8 Mark Juergensmeyer, Teror Atas Nama Tuhan: Kebangkitan Global Kekerasan Agama,

Jakarta: Nizam Press & Anima Publishing, 2002, hlm. 5


9 Mark Juergensmeyer, Teror Atas Nama Tuhan: Kebangkitan Global Kekerasan

Agama...,hlm. 5
10 Zuli Qadir, Radikalisme Agama Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014, hlm. 116

3
Dalam bahasa Arab, kekerasan dan radikalisme disebut dengan beberapa
istilah, antara lain al-‘unf, at-tatarruf, al-guluw, dan al-irhâb. Al-‘unf adalah antonim
dari ar-rifq, yang berarti lemah lembut dan kasih sayang. Abdullah an-Najjar
mendefiniskan al-‘unf dengan penggunaan kekuatan secara ilegal (main hakim sendiri)
untuk memaksanakan kehendak dan pendapat.

Sekalipun kata ini tidak digunakan dalam al-Qur’an, tetapi beberapa hadîts
Nabi SAW. menyebutnya, baik kata al-‘unf maupun lawannya (ar-rifq). Dari
penggunaan kata tersebut dalam hadits-hadits, tampak jelas bahwa Islam adalah agama
yang tidak menyukai kekerasan terhadap siapapun, termasuk penganut agama yang
berbeda. Sebaliknya Islam adalah agama yang penuh dengan kelembutan. 11

Kata at-thatarruf secara bahasa berasal dari kata at-tharf yang mengandung
arti “ujung atau pinggir”. Maksudnya berada di ujung atau pinggir, baik di ujung kiri
maupun kanan. Karenanya, dalam bahasa Arab modern, kata at-thatarruf berkonotasi
makna radikal, ekstrem, dan berlebihan. Dengan demikian, at-thatarruf ad-Dînî berarti
segala perbuatan yang berlebihan dalam beragama, yang merupakan lawan kata dari al-
wasat (tengah/moderat) yang memiliki makna baik dan terpuji.

Adapum kata al-guluw yang secara bahasa berarti berlebihan atau melampaui
batas sering digunakan untuk menyebut praktik pengamalan agama yang ekstrem
sehingga melebihi batas kewajaran. al-Qur’an mengecam keras sikap ahli kitab yang
terlalu berlebihan dalam beragama. 12

Namun bila dilihat dari sudut pandang keagamaan radikalisme adalah suatu
paham keagamaan yang mengacu pada pondasi agama yang sangat mendasar dengan
fanatisme keagamaan yang sangat tinggi. Sehingga penganut paham radikal

11 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama, Tafasir Al-Qur’an Tematik, jilid
1, Jakarta: Kamil Pustaka, 2014, hlm.97
12 Muchlis Muhammad Hanafi, “Konsep Al-Wasathiyyah Dalam Islam,” dalam Jurnal

Harmoni, Vol VIII, No. 32 Tahun 2009, hlm. 39

4
menggunakan kekerasan pada orang yang berbeda paham agar menerima paham yang
dipercayainya secara paksa.

Dari kedua definisi di atas, apakah dari sisi bahasa latinnya maupun bahasa
arabnya, dapat dipahami bahwa radikalisme adalah perilaku keagamaan yang
menghendaki perubahan secara drastis dengan mengambil karakter yang keras yang
bertujuan untuk merealisasikan target-target tertentu. Selama radikalisme dalam bentuk
pemikiran ideologis tidak menjadi masalah. Akan tetapi saat radikalisme ideologis
berubah menjadi gerakan. Maka akan menimbulkan masalah, terutama ketika semangat
untuk kembali pada dasar agama terhalang kekuatan politik. Sehingga mengakibatkan
radikalisme diiringi dengan kekerasan atau terorisme.13

2. Radikalisme Persfektif Al-Qur’an

Berikutnya ayat-ayat al-Qur’an dan sunnnah Nabi SAW yang berbicara


tentang radikalisme.14

a. menurut al-Qur’an Islam adalah agama yang mengajarkan tentang pentingnya


kedamaian dan rahmat bagi semua makhluk. Kata Islam dalam alQur’an disebut
sebanyak 6 kali, tiga diantaranya bergandengan langsung dengan kata al-din
yang artinya agama (QS, Ali Imran: 19 & 85) dan (QS, Al Maidah: 3). Secara
bahasa kata Islam adalah bentuk mashdar dari kata kerja “aslama – yuslimu ”.
Bentuk kata kerja “aslama” ini berasal dari akar kata “salima” yang menurut
kamus bahasa, makna dasarnya adalah selamat dari bahaya atau cacat. Dari akar
kata ini muncul beberapa kata yaitu: “salīm” yang artinya sehat; “alsilm” dan
“al-salâm” artinya damai, ketentraman, ketenangan dan keamanan. Sedangkan
kata sallama, aslama, dan istaslama artinya tunduk, patuh, pasrah, menyerah
berserah diri, dan memberi hormat. Dilihat dari makna yang terkandung dalam

13 Toto Suharto dan Ja’far Assagaf, “Membendung Arus Paham Keagamaan Radikal Di
Kalangan Mahasiswa PTKIN,” dalam Jurnal At-Tahrîr, Vol. 14, No. Tahun 2014, hlm. 5
14
Irman, Yusefri “Radikalisme Agama Perspektif Al-Qur’an Dan Konseling” Dalam Jurnal
Jurnal Al-Fuad, Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2018, Hal 200.

5
arti dasar dari akar kata “salima” atau “aslama” ini, maka Islam sebagai sebuah
agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW intinya mengutamakan
keselamatan, kedamaian, ketentraman dan kepatuhan kepada Tuhan (QS, Al
Anbiya: 107)
Selain menyebut Islam sebagai agama, al-Qur’an menyebut beberapa agama
atau kelompok penganut agama tertentu. Nama agama atau pengikut agama
sering disebut dalam al-Qur’an adalah Yahudi (al-Yahudu) dan Nasrani (al-
Nashara). Al-Qur’an banyak menceritakan tentang agama dan atau ummat
Yahudi dan Nasrani karena bangsa Arab telah mengenal dua agama tersebut dan
ketika Nabi SAW telah tinggal di Madinah, umat Islam hidup berdampingan
dengan kedua pemeluk agama tersebut. Menyikapi eksistensi dua agama
tersebut al-Qur’an mengharuskan umatnya memperhatikan dengan cermat apa
yang disampaikan mereka, seperti terlihat dalam sebuah sabda Rasul SAW yang
berbunyi: “Janganlah kamu benarkan Ahlu Kitab dan jangan pula kamu dustai
mereka” (HR, Bukhari). Hadis di atas, pada intinya agar umat Islam tidak apriori
terhadap umat Yahudi dan Nasrani, akan tetapi harus melihatnya secara objektif,
karena bagaimanapun mereka adalah umat yang telah diberi Kitab suci oleh
Allah SWT. Karena itulah pada bagian lain, bila terjadi pertikaian antara Islam
dengan dua agama tersebut, al-Qur’an justru menganjurkan mencari titik temu
antara ketiga-nya (QS, Ali Imran: 64).
b. Al-Qur’an melarang adanya tindakan pemaksaan dalam memeluk agama (QS,
Al-Baqarah: 256). Kecenderungan beragama merupakan gejala universal karena
merupakan fitrah manusia. Fitrah manusia untuk beragama ini telah ditegaskan
dalam al-Qur’an antara lain pada surat al-A’raf: 172, dan surat al-Rum: 30.
Dengan potensi dan fitrah itu, manusia tidak bisa menghindar dari ber-Tuhan
(beragama). Kebebasannya adalah hanya memilihi antara satu dan lain agama.
Masalahnya adalah agama mana yang ia pilih dan anut tergantung persepsi,
pengetahuan yang diperolehnya. Dalam kaitan ini karena secara empirik, cara
dan kemampuan mempersepsi, serta pengetahuan yang diperoleh manusia antara

6
satu dan lainnya tidak sama, maka logis kalau kemudian melahirkan keragaman
keyakinan dalam bergama.
c. Al-Qur’an menekankan pentingnya sikap toleransi (tasamuh) dan menghargai
perbedaan, terdapat pada surat Al Kafirun ayat 6, Surat Al Syura ayat 15, surat
Al Hujarat ayat 13. Isi ayat tersebut menceritakan keragaman dan perbedaan
dalam kehidupan adalah sunnatullah (low of nature). Menyikapi adanya
perbedaan keyakinan maupun perbedaan dalam memahami ajaran agama, maka
al-Qur’an menegaskan pentingnya sikap tasamuh, saling meghormati. Lebih
lanjut, dalam surat Al-Ankabut ayat 46, Al-Qur’an melarang umat Islam
mendebat agama lain melainkan dengan cara yang paling baik.
d. Al-Qur’an tidak membenaran tindak kekerasan dan teror. Larangan berperilaku
kasar, melakukan tindakan kekerasan (QS, Al-Maidah: 159). Fakta sejarah
sesungguhnya menunjukkan bahwa ketika Nabi Muhammad SAW
mendakwahkan ajaran Islam selama 13 tahun di Mekkah (periode Mekkah),
yang beliau terima justru ejekan hinaan, cacian, tekanan fisik, bahkan ancaman
untk dibunuh. Menyikapi hal tersebut Nabi membalas dengan kelemah
lembutan, kasih sayang dan kesabaran. Selama periode Mekah tidak ada
perlawanan fisik yang dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya, tidak ada
perkelahian tidak ada pembunhan terhadap orang kafir Quraish, tidak ada pula
harta mereka yang dicuri dan dirampas.
Jika dilihat dari fakta sejarah tidak ada satu pun inforamsi yang ditemukan di
dalam literartur, baik yang klasik maupun yang modern, yang menyebutkan
tentang adanya satu jiwa orang musyrik Quraiys yang melayang atau setetes
darah yang tumpah oleh tangan Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Juga
tidak ada harta yang dihalalkan untuk dicuri dan dirampas saat terjadi
pemboikotan oleh kaum Qures. Sangat berlebihan jika ada sementara orang yang
berpendapat bahwa disaat kita hidup di situasi dan konsisi yang mirip dengan
dengan masa periode Makkah, membolehkan mencuri dan merampas harta milik
orang-orang yang dipandangnya kafir.

7
e. Seorang Muslim tidak boleh mengkafirkan Muslim lain. Rasulullah SAW
bersabda: “Siapa menuduh seorang mukmin dengan kekafiran adalah sama
dengan membunuhnya” (HR Bukhari). Pada sisi lain Rasulullah SAW bersabda
“tidaklah seseorang memvonis orang lain sebagai fasiq atau kafir maka akan
kembali kepadanya jika yang divonis tidak demikian.” (HR Bukhari). Dua hadis
ini memberikan ketegasan, mengkafirkan orang lain yang tidak sepahamnya
sangat bertentangan al-Quran dan sunnah Nabi SAW. Artinya Islam tidak
memberi ruang pada tindakan radikal. 15
3. Cara Penanggulanagan Radikalisme Menurut Al-Qur’an
a. Memahami sifat Lemah Lembut

Sikap lemah lembut dijelaskan dalam QS.ali-Imran/3: 159 sebagaimana


firmanNya:

‫استَ مغ ِف مر ََلُمم َو َشا ِومرُه مم ِِف ماَلَ مم ِۚر‬


‫ف َعمن ُه مم َو م‬
ُ ‫اع‬ َ ِ‫ب ََلنم َفض مُّوا ِم من َح مول‬
‫ك ۖ فَ م‬ َ ‫ت فَظًّا َغلِمي‬
ِ ‫ظ الم َق مل‬ َ ‫ت ََلُمم ۚ َولَ مو ُكمن‬
ِ ِ‫فَبِما ر مْح ٍة ِمن ه‬
َ ‫اّلل لمن‬
ٰ َٰ َ َ َ
ِِ ُّ ‫اّللَ ُُِي‬ ِ ِ‫فَِا َذا عزمت فَت وَّكل علَى ه‬
‫ي‬
َ ‫ب ال ُممتَ َوٰكل م‬ ٰ‫اّلل ۗ ا َّن ه‬
ٰ َ ‫ََ م َ َ َ م‬

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.(QS.aliImran/3: 159)

Pengertian secara umum dalam kelompok ayat-ayat terdahulu, Allah


SWT memberikan bimbingan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin tentang hal-
hal yang bermanfaat bagi kehidupan dan bekal akhirat mereka. Juga diambil suatu
kesimpulan, bahwa akhirnya Allah SWT memberikan ampunan kepada mereka.
Kemudian dalam kelompok ayat berikutnya (ayat-ayat ini), Alalh menambahkan

15
Ibid 203.

8
kemurahan dan kebaikan-Nya kepada mereka (kaum mukminin) dengan pujian
terhadap Rasul-Nya atas ampunan yang diberikan kepada mereka, dan tidak berlaku
keras terhadap mereka.16

Ayat-ayat ini diturunkan seusai perang Uhud. Ketka itu sebagian sahabat
ada yang melanggar perintah Nabi SAW. Akibat pelanggaran itu akhirnya menyeret
kaum muslimin ke dalam kegagalan sehingga kaum musyrikin dapat mengalahkan
mereka (kaum muslimin), Rasulullah SAW mengalami lukaluka. Namun Nabi SAW
tetap bersabar, tahan uji, dan bersikap lemah lembut, tidak mencelah kesalaahn para
sahabatnya. Sikap itu adalah menuruti kitabullah. Sebab dalam peristiwa itu banyak
sekali ayat-ayat yang diturunkan. Dalam ayat ini Allah SWT menegaskan dengan
pujiannya kepada Rasul, bahwasannya sikap lemah lembut itu sangatlah penting
untuk seorang pemimpin, rahmat Allah telah di masukan kepada diri Nabi SAW
sehingga rahmat itu pulalah yang mempengaruhi sikap beliau dalam memimpin
pasukan uhud.17

b. Memahami Urugensi Perdamaian

Dalam al-Quran sebenarnya banyak sekali ayat-ayat yang mengisyaratkan


bahwa al-Quran sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kedamaian. Sebab, pada dasarnya
al-Quran diturunkan sebagai rahmat lil ‘alamîn (menjadi rahmat bagi sekalian alam)
yang tidak terbatas pada orang-orang muslim saja (beragama Islam). Kehadiran al-
Quran di tengah-tengah masyarakat multikultur, multietnis, dan sifat-sifat keberagaman
yang lain sebetulnya membawa misi perdamaian.

Berikut beberapa ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang pentingnya


perdaimaain dalam kehidupan sosial serta strategi penanamannya terhadap pelaku
teroris atau radikalis:

16
Al-Háfizh Ibn Katsîr Ad-Dimasyqi Abî Fida, Tafsîr Al-Qur’an Al-‘Azhîm, Beirut: Dâr Al-
Kutub Al-Ilmiyah, 1991, jilid 2, hlm. 244
17
Hamka, Tafsir Al-azhar, jakarta: Pustaka Panjimas, Jilid 4, 1983 , hlm. 163.

9
ِ ‫ف َوتَمن َه مو َن َع ِن ال ُمممن َك ِر َوتُ مؤِمنُ مو َن ِِب هّٰللِ ۗ َولَ مو اه َم َن اَ مهل المكِت‬
ۗ ‫هب لَ َكا َن َخ م ًْيا ََّلُمم‬ ِ ‫َّاس ََتممرو َن ِِبلممعرو‬ ِ ‫ُكمن تُم خْي اَُّم ٍة اُخ ِرج‬
ُ ‫ت للن ِ ُ ُ م َ م ُ م‬ ‫م َ م‬ َ‫م َ م‬
ِ ‫ِممن هم المم مؤِمنُو َن واَ مكثَرهم المف‬
‫هس ُق مو َن‬ ُ ُُ َ ‫ُ ُ ُ م‬

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli
Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (QS. ali-Imran/3: 110)

Syarat untuk menjadi khairah ummmah pada ayat diatas terbagi tiga bagian
pertama: amar ma’ruf, kedua:nahi munkar, dan yang ketiga: beriman kepada Allah. Jadi,
ayat ini memberikan stimulus kepada yang mengimaninya bahwa tercapainya sebuah
perdamaian yang berkepanjangan samapai ahir ayat dunia ini, yang pertama: di
haruskan kepada seluruh elemen masyrakat baik dari pemerintah dan yang semisalnya
harus turun aktif melakukan pencegahan ketat terhadap halhal yang mengganggu
ketertiban dan kedamaian kehidupan sosial pada sebuah negara. 18

c. Paham Adanya Pluralisme dan Kulturalisme

Pluralisme dan kulturalisme dari sudut pandang bahasa sangat mudah


dipahami. Plural dan kulturalisme memiliki kedekatan makna yaitu banyak jumlah.
Akan tetapi pluralisme memiliki arti lebih cenderung dengan keberagaman
budaya.Namun secara istila keduanya memiliki definisi yang sama yaitu
menggambarkan tentang kondisi masyarakat yang terdiri atas keberagaman agama, ras,
bahasa, dan budaya yang berbeda. 19 Di antara ayat-ayat yang bisa dijadikan rujukan atau
sandaran dalam masalah pluralisme ini adalah:

ِِ
َ ُّ‫ي إَِل َم من َرِح َم َرب‬
‫ك‬ ِ
َ ‫َّاس أ َُّمةً َواح َد ًة َوَل يَ َزالُو َن ُمتَلف‬
َ ‫ك ََلَ َع َل الن‬
َ ُّ‫َولَ مو َشاءَ َرب‬

Abd. Halim,” Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Dan Al-Hadîs,” dalam jurnal Mumtaz Vol. 15, No.
18

1, Tahun 2014, hlm. 28.


19 Hanafi.”Multikulturalisme dalam Al-Qur’an Hadîts Dan Piagam Madina.” Tesisis. Banten:

IAIN Sultan Maulana Hasanuddin, 2016. hlm. 30.

10
Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi
mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh
Tuhanmu...(QS. Hud/11: 118-119)

Ayat di atas adalah surat makiyah. Sekalipun ayat di atas berkenaan dengan
perbedaan agama yang muncul, yang menyimpang dari ajaran agama yang dibawa para
Nabi dan Rasul. Namun dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa pluralitas agama adalah
sesuatu keniscayaan dan sudah merupakan sunnatullah yang akan terus ada, kapan dan
dimanapun. Karenanya pernyataan” kecuali orang-orang yang dirahmati oleh
Tuhanmu” menjadi cukup penting. Pernayataan di atas dapat di pahami dalam dua.
kategori Pertama: Hanya orang yang mendapat rahmat-Nyalah yang akan mengikuti
agama yang di bawa Muhammad. Kedua; bahwa salah satu indikasi memperoleh rahmat
adalah adanya satu kesadaran bahwa kemajemukan agama merupakan suatu
keniscayaan, sehingga bisa mensikapinya secara arif dan bijaksana dengan lebih melihat
kepada kesamaannya bukan pada perbedaannya. Redaksi setelahnya menunjukan, justru
atas alasan itulah mereka diciptakan. Sebab, seandainya mau, Allah sendiri yang akan
menciptakan mereka dalam satu umat.20

20 Muhammad Mutawalli Al-Sha’rawi, Tafsîr Al-Sha’rawi, Kairo: Akhbar Al-Yaum, 1991.


Jilid 11, hlm. 6756-6757.

11
Kesimpulan

Radikalisme adalah berpikir secara mendalam terhadap sesuatu sampai ke


akar-akarnya, atau sebuah paham atau aliran yang radikal dalam politik, yang
menginginkan perubahan atau pembaharuan dengan cara kekerasan atau drastis. Juga
dapat disebut radikalisme adalah suatu paham yang dibuat-buat oleh sekelompok orang
yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik secara drastis,
dengan menggunakan cara-cara kekerasan.

Kata radikalisme dalam bahasa arab disebut dengan at-Tatharruf. Yaitu


sikapa berlebih lebihan. Sehingga jika seseorang atau kelompok yang menginginkan
perubahan secara aturan negara yang telah di tentukan oleh para pendidirinya dengan
cara kekerasan, maka ia termasuk orang atau kelompok yang berlebih-lebihan dalam
mengaplikasikan agama, ditambah lagi ketidak pahaman terhadap esensi agama Islam
yang sebenarnya.

Ada beberapa cara penanggulangan radikalisme menurut al-qur’an


diantaranya:

a. memahami sifat lemah lembut


b. memahami urgensi perdamaian
c. paham adanya pluralisme dan kulturalisme

12
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Halim,” Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an Dan Al-Hadîs,” dalam jurnal Mumtaz Vol.
15, No. 1, Tahun 2014.

Abdul Munip,“Menangkal Radikalisme Agama Di Sekolah,” dalam Jurnal


Pendidikan Islam ,Volume 1, No 2 Tahun 2012.

Al-Háfizh Ibn Katsîr Ad-Dimasyqi Abî Fida, Tafsîr Al-Qur’an Al-‘Azhîm, Beirut: Dâr
Al-Kutub Al-Ilmiyah, 1991, jilid 2.

Dede Rodin, Islam dan Radikalisme: Telaah atas ayat-ayat “kekerasan” dalam
alquran, jurnal ADDIN Vol. 10 No. 1, Februari 2016)

Fathorrahman Ghufron, Radikalisme dan politik identitas,


http://amp.kompas.com/nasional/read/2017/05/05/19170871/radikalism
e.dan.politik.identitas

Hamka, Tafsir Al-azhar, jakarta: Pustaka Panjimas, Jilid 4, 1983.

Hanafi.”Multikulturalisme dalam Al-Qur’an Hadîts Dan Piagam Madina.” Tesisis.


Banten: IAIN

Harlen Devis Munandar,“Strategi Kementrian Agama Rejang Lebong: Dalam


Pencegahan Penyebaran Radikalisme Di Rejang Lebong,”dalam Jurnal
Manthiq, Vol. 1, No. 1, Tahun 2016.

Hendroprioyono, Terorisme: Fundamentalis Kristen, Yahudi Dan Islam, Jakarta:


Kompas, 2009.

Irman, Yusefri “Radikalisme Agama Perspektif Al-Qur’an Dan Konseling” Dalam


Jurnal Jurnal Al-Fuad, Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2018.

Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Kementrian Agama, Tafasir Al-Qur’an Tematik,


jilid 1, Jakarta: Kamil Pustaka, 2014.

13
Mark Juergensmeyer, Teror Atas Nama Tuhan: Kebangkitan Global Kekerasan Agama,
Jakarta: Nizam Press & Anima Publishing, 2002.

Muchlis Muhammad Hanafi, “Konsep Al-Wasathiyyah Dalam Islam,” dalam Jurnal


Harmoni, Vol VIII, No. 32 Tahun 2009.

Muhammad Mutawalli Al-Sha’rawi, Tafsîr Al-Sha’rawi, Kairo: Akhbar Al-Yaum,


1991. Jilid 11

Sultan Maulana Hasanuddin, 2016.

Toto Suharto dan Ja’far Assagaf, “Membendung Arus Paham Keagamaan Radikal Di
Kalangan Mahasiswa PTKIN,” dalam Jurnal At-Tahrîr, Vol. 14, No.
Tahun 2014.

Zuli Qadir, Radikalisme Agama Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014.

14

Anda mungkin juga menyukai