Tugas Kewarganegaraan Korupsi Di Lingkungan
Tugas Kewarganegaraan Korupsi Di Lingkungan
A. Kasus Korupsi
B. Pembahasan
1. Modus Korupsi
a. Tersangka
Tersangka dalam kasus korupsi kasus korupsi di sektor lingkungan gubernur
sultan nur alam mengakibatkan kerugian ekologis. Sengkarut kasus Gubernur
Sulawesi Tenggara nonaktif, Nur Alam masih berlanjut di meja hijau. Kali ini jaksa
penuntut umum menghadirkan dua saksi ahli di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(Tipikor), Jakarta Pusat pada Rabu, 14 Februari 2018. Mereka adalah Ahli
kerusakan tanah dan lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Basuki Wasis
dan Auditor Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Agus
Setiawan. Keduanya bersaksi bahwa terdapat kerusakan alam dan kesalahan
prosedur yang menyebabkan kerugian negara akibat penerbitan izin usaha
pertambangan (IUP) nikel PT Anugrah Harisma Barakah (AHB) di Pulau Kabaena,
Kabupaten Bombana oleh terdakwa Nur Alam saat menjabat sebagai Gubernur
Sulawesi Tenggara.
"Perizinan tambang nikel PT AHB ini, dihasilkan dari proses perizinan yang
tidak benar, Yang Mulia," kata Agus saat bersaksi di pengadilan Tipikor.
b. Hubungan
Dalam kasus korupsi ini terjadi hubungan antara Ahli kerusakan tanah dan
lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Basuki Wasis dan Auditor Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Agus Setiawan. Keduanya
bersaksi bahwa terdapat kerusakan alam dan kesalahan prosedur yang menyebabkan
kerugian negara akibat penerbitan izin usaha pertambangan (IUP) nikel PT Anugrah
Harisma Barakah (AHB) di Pulau Kabaena, Kabupaten Bombana oleh terdakwa
Nur Alam saat menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Tenggara. Sebelumnya, Saksi
Ahli Basuki Wasis juga menjelaskan ada kerugian negara sebesar Rp 2,7 triliun dari
kerusakan lingkungan akibat izin yang diterbitkan Nur Alam atas usaha
pertambangan nikel PT AHB. Perhitungan tersebut diakumulasikan Basuki dari
kerugian ekologis, ekonomis, dan juga biaya pemulihan.
c. Suap menyuap
Dalam kasus ini terjadi proses suap menyuap yaitu Basuki Wasis dengan
Agus Setiawan Menurut jaksa, perbuatan Nur Alam telah mengakibatkan kerugian
negara yang berasal dari musnahnya atau berkurangnya ekologis/lingkungan pada
lokasi tambang di Pulau Kabena yang dikelola PT AHB.
Sidang dengan agenda pemeriksaan saksi ahli yang digelar sejak pukul 10.45
hingga pukul 22.00 itu berlangsung cukup tegang. Sembilan tim kuasa hukum Nur
Alam pun tak henti-hentinya mencecar saksi ahli yang dihadirkan jaksa.
f. Mark Up Anggaran
Menurut Muji, pasal 1365 KUHPerdata memang membolehkan untuk
menuntut semua orang yang dinilai melakukan perbuatan melawan hukum yang
mengakibatkan kerugian. Namun, undang-undang tersebut sudah diperbarui lewat
pasal 66 UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
disebutkan bahwa tiap orang yang memperjuangkan hak lingkungan hidup tidak
dapat dituntut secara pidana maupun perdata. Selain itu, Undang-Undang Nomor 31
tahun 2014 tentang Perlindungan Saksi dan Korban pun mengatur bahwa orang-orang
yang berposisi sebagai saksi, ahli, pelapor, dalam tindak pidana apapun Sebelumnya
Basuki Wasis selaku ahli perhitungan kerugian dampak lingkungan dihadirkan oleh
Jaksa Penuntut KPK untuk menjadi ahli di persidangan tindak pidana korupsi
Gubernur Sulawesi Tenggara non-aktif Nur Alam (14/02/2018) lalu. Dalam
kesaksiannya, Basuki Wasis mengungkapkan bahwa perkara korupsi yang melibatkan
Nur Alam mengakibatkan kerugian negara yang berasal dari dampak lingkungan pada
lokasi tambang di Pulau Kabaena sebesar Rp2,7 triliun rupiah. "Kita hanya
menggunakan metode yang selama ini memang kita gunakan. Banyak putusan-
putusan kita lakukan selama ini diterima sama majelis hakim, tidak ada masalah,"
kata Basuki Wasis, Senin (16/4/2018) di kantor YLBHI, Jakarta Pusat.
g. Pencucian Uang
Terlebih saat Basuki Wasis bersaksi dan menjelaskan perhitungan Rp 2,7
triliun kerugian dari kerusakan lingkungan akibat kegiatan tambang nikel PT AHB
nikel seluas 357,20 hektare (di dalam IUP sebesar 280,49 hektare dan di luar IUP
sebesar 76,71 hektare).
"Kenapa yang di di luar IUP, saudara ahli hitung juga. Kalau itu tanpa izin
Gubernur, apa dia juga yang harus bertanggungjawab?" kata kuasa hukum Nur
Alam.
Namun tim kuasa hukum Nur Alam terus mencecar Basuki sampai-sampai
mempertanyakan kredibilitas Basuki sebagai saksi ahli di dalam persidangan.
Hakim ketua pun sempat menenangkan kedua belah pihak. "Berdasarkan
data yang ada, saksi ahli ini hanya menghitung. Dia tidak menyebutkan siapa yang
bertanggungjawab atas kerugian itu," kata hakim ketua.
2. Putusan Pengadilan
a. putusan Pengadilan Majelis Hakim
Gubernur nonaktif Sulawesi Tenggara, Nur Alam divonis 12 tahun penjara Vonis ini
lebih rendah dari tuntutan jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama 18
tahun. Namun, dalam tuntutan terhadap Nur Alam, pertama kalinya KPK
menggunakan kerusakan lingkungan untuk menilai kerugian keuangan negara.
Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai terobosan ini menunjukkan jaksa
KPK cukup progresif dalam memperhitungkan kerugian negara akibat korupsi di
sektor sumber daya alam.
"Dia menggunakan penghitungan kerugian negara bukan hanya dari kerugian
materiil saja tapi dilihat juga kerugian lingkungannya, bahkan sampai biaya
pemulihannya," ujar Koordinator Divisi Kampanye ICW Siti Juliantari kepada BBC
Indonesia.
"Ini adalah satu hal yang sudah baik dan kami mendorong harusnya bisa
diterapkan ke kasus-kasus korupsi sumber daya alam lainnya. Jangan hanya di kasus
Nur Alam," imbuhnya.
Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Merah
Johansyah menyatakan terobosan KPK ini bisa menjadi yurisprudensi dan bisa
digunakan untuk menyasar kasus korupsi serupa yang menyebabkan dampak
kerusakan pada lingkungan hidup.
"Ini akan mampu tidak hanya memutus korupsi, tapi juga memutus kerusakan
lingkungan hidup," ujar Merah.
Nilai kerugian negara yang ditimbulkan dari kasus Nur Alam sangat fantastis,
mencapai Rp4,3 triliun. Nilai itu hampir dua kali lipat nilai kerugian negara dalam
kasus dugaan korupsi proyek KTP elektronik, yang diklaim mencapai Rp2,3 triliun.
Namun, angka tersebut tidak sepenuhnya atas hasil penghitungan auditor
negara. Sebab, salah satu yang dihitung adalah kerugian akibat kerusakan lingkungan.
Tidak cuma itu, politikus Partai Amanat Nasional itu juga dituntut membayar
uang pengganti Rp2,7 miliar dari keuntungan yang diperoleh dari izin pertambangan
yang diberikan Nur Alam kepada pengusaha.
Imbas dari kasus korupsi yang menjeratnya, Ketua Majelis Hakim Diah Siti Basariah
mengganjar Nur Alam vonis pidana selama 12 tahun.
"Menjatuhkan pidana oleh karena itu kepada terdakwa Nur Alam dengan
pidana penjara selama 12 tahun dan pidana denda sebesar Rp1 miliar, dengan
ketentuan apabila denda itu tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan
selama enam bulan," ujar Diah seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia Abraham
Utama di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, pada Rabu (23/03) malam.
Selain itu, majelis hakim juga menjatuhkan pidana tambahan kepada terdakwa
Nur Alam untuk membayar uang pengganti sebesar Rp2,7 miliar dan mencabut hak
politiknya selama lima tahun.
Nur Alam langsung mengajukan banding atas vonis yang diterimanya.
"Saya tanpa berkonsultasi dengan para pengacara atau penasihat hukum saya karena
pada akhirnya saya yang merasakan langsung. Maka saya menyatakan saat ini tanpa
menunda waktu untuk banding," tegas Nur Alam.
Sebelumnya, jaksa menilai, perbuatan Nur Alam telah mengakibatkan
musnahnya atau berkurangnya ekologis pada lokasi tambang di Pulau Kabena yang
dikelola PT Anugrah Harisma Barakah.
Dari hasil penelitian yang dilakukan ahli kerusakan tanah dan lingkungan
hidup, Basuki Wasis, terdapat tiga jenis penghitungan kerugian akibat kerusakan
lingkungan. Pertama, total kerugian akibat kerusakan ekologis. Kemudian, kerugian
ekonomi lingkungan. Ketiga, menghitung biaya pemulihan lingkungan.
Sesuai penghitungan, kerugian terkait kerusakan tanah dan lingkungan akibat
pertambangan PT AHB di Kabupaten Buton dan Bombana, sebesar Rp2,7 triliun.
Jumlah tersebut dihitung oleh ahli kerusakan tanah dan lingkungan hidup, Basuki
Wasis.
Atas hal itu, Nur Alam dituntut hukuman 18 tahun penjara oleh jaksa. Dia
juga dituntut membayar denda Rp1 miliar subsider satu tahun kurungan.
b. Putusan pengadilan Tinggi
Dalam kasus ini tidak ada putusan pengadilan Tinggi
DAFTAR PUSTAKA
http://mappifhui.org/wp-content/uploads/2015/10/Kerugian-ekologis_DAW.pdf
https://nasional.kompas.com/read/2016/02/22/15204551/
Ini.Perilaku.Koruptif.yang.Biasa.Terjadi.di.Lingkungan.Masyarakat?page=all
file:///C:/Users/HP/Downloads/129-315-1-PB.pdf
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-43554605