“KPK DIMINTA PERKUAT PEMBERANTASAN KORUPSI DI SEKTOR SUMBER DAYA ALAM”
Dosen Pengampu :
H. Nasrullah, S.H., S.Ag., M.C.L
Oleh :
Amanda Yara Dhika
(20170610221)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM 2019 Kepala Kampanye Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Melky Nahar berharap, Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) meningkatkan pemberantasan korupsi di sektor tata kelola sumber daya alam (SDA), khususnya pertambangan. Selama ini, kata Melky, KPK cenderung fokus pada dugaan korupsi yang melibatkan penyelenggara negara dan korporasi. "Problemnya selama ini, pencegahan dan pemberantasan korupsi di bawah Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam yang salah satunya diinisiasi KPK itu basisnya masih administratif, terkait dengan CnC (sertifikasi clean and clear) misalnya," kata Melky dalam diskusi bertajuk Korupsi Sektor Tambang dan Nasib Ruang Hidup Warga, di Jakarta, Minggu (11/11/2018). Menurut Melky, KPK harus lebih gencar menelusuri dugaan praktik korupsi di sektor SDA yang dilakukan korporasi, oknum penegak hukum, hingga pengambil kebijakan di level pemerintah provinsi dan pusat. Ia mengatakan, KPK bisa mengandalkan laporan- laporan dugaan korupsi di sektor SDA yang sudah disampaikan oleh masyarakat sipil di daerah. "Karena bagi kami, kalau misalkan KPK hanya fokus ke administratif saja, untuk konteks pencegahan misalnya, bagi kami ini tidak cukup. Karena problem kita hari ini, hukum itu pun selalu saja dikangkangi," kata Melky. "Salah satu buktinya apa yang terjadi di Pulau Bangka yang notabene izin sudah dicabut. Tapi ternyata kemudian perusahaan masih ngotot ke kementerian untuk bisa berjalan. Dan ini fakta di lapangan yang kita temukan," ujar dia. Melky mengatakan, KPK merupakan satu-satunya lembaga yang masih bisa diharapkan publik untuk pemberantasan korupsi di sektor SDA. Sementara, kepolisian dan kejaksaan dinilainya saat ini cenderung tak bisa diharapkan. "KPK punya wewenang yang cukup besar. Hanya kemudian dimaanfaatkan kewenangannya ini untuk kemudian fokus memberantas korupsi bidang SDA terhadap korporasi dan terutama para pejabat publik, baik itu dari tingkat kabupaten, provinsi sampai pemerintah pusat," ujar Melky. TUGAS MAKALAH HUKUM SUMBER DAYA ALAM “PEMERINTAH PERLU TEROBOSAN ATASI KETIMPANGAN DAERAH”
Dosen Pengampu :
H. Nasrullah, S.H., S.Ag., M.C.L
Oleh :
Amanda Yara Dhika
(20170610221)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM 2019 Pemerintah mesti mencari terobosan untuk mengatasi kesenjangan antar-daerah di Indonesia. Oleh karenanya, pemerintah menggelar Indonesia Development Forum demi membangun Indonesia dari pinggiran. "Dengan tema ini kita fokus memperkecil kesenjangan pembangunan di daerah. Saya yakin beberapa mitra pembangunan di ruangan ini punya perhatian dan dukungan terhadap agenda pemerintah ini," ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Selasa (10/7/2018). Selama dua dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi selama terkonsentrasi di Jawa yang berkontribusi hampir 58 persen untuk PDB. Di sisi lain, pembangunan sosial ekonomi di luar jawa mengalami ketertinggalan seperti tingkat kemiskinan dan indeks pengelolaan manusia. Padahal, sumber daya alamnya sangat kaya. "Upaya mengatasi kesenjangan itu masih perlu perbaikan. Maka perlu solusi cerdas," kata Bambang. IDF, lanjut Bambang, akan mempertemukan berbagai stakeholder terkait mulai dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, akademisi, pelaku bisnis, hingga masyarakat sipil yang akan bertukar pikiran untuk memberi solusi terkait persoalan ketimpangan. "Saling bertukar gagasan dan pengalaman untuk memberi solusi konkrit yang berdasarkan pengetahuan, pengalaman, dan fakta," kata Bambang. Adapun output IDF tahun ini akan menjadi isu strategis yang bermanfaat untuk perumusan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2020-2024. "Seluruh gagasan ini akan menjadi masukan berharga bagi pemerintah dalam konsep penyusunan kebijakan untuk mengatasi ketimpangan antar-wilayah, terutama dalam perumusan RPJMN," kata Bambang. Adapun tujuh sub-tema yang akan dielaborasi dalam IDF kali ini yaitu pengembangan pusat pertumbuhan, upaya mengurangi kesenjangan daerah tertinggal dan perbatasan, perbaikan pelayanan dasar, pemanfaatan potensi ekonomi digital untuk dorong pembangunan daerah, penguatan konektivitas Indonesia sebagai negara kepulauan, inovasi dalam tata kelola pemerintah daerah, serta mengoptimalkan sumber pendanaan pembangunan. TUGAS MAKALAH HUKUM SUMBER DAYA ALAM “AKTIVIS SERUKAN PENOLAKAN POLITISASI DAN KORUPSI SUMBER DAYA ALAM”
Dosen Pengampu :
H. Nasrullah, S.H., S.Ag., M.C.L
Oleh :
Amanda Yara Dhika
(20170610221)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM 2019 Aktivis yang tergabung dalam Koalisi Masyarakat Sipil Alam Lestari menyerukan penolakan terhadap politisasi dan korupsi sumber daya alam. Para aktivis menilai, sumber daya alam telah dijadikan komoditas politik dan sumber pendapatan yang tidak sah melalui praktik korupsi. "Menempatkan alam sebagai komoditas telah menempatkan masa depan ratusan juta orang Indonesia dalam situasi terancam. Komodifikasi alam melahirkan kontestasi perebutan kuasa yang masih mewarnai proses politik elektoral," ujar peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW) Siti juliantari dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Minggu (22/4/2018). Menurut Koalisi, pemilu di Indonesia masih dijadikan ajang obral lisensi perusakan alam, bukan kontestasi demokrasi sesungguhnya untuk kepentingan orang banyak. Kepala daerah yang terpilih malah menggunakan kewenangan dalam pemberian izin sebagai lahan basah untuk dikorupsi. Hal itu tidak hanya mengakibatkan hilangnya kekayaan alam dan potensi penerimaan negara, tetapi juga mengakibatkan kerusakan ekologis lingkungan yang nilainya mencapai triliunan rupiah dalam setiap kasusnya. "Sampai saat ini, korupsi di sektor sumber daya alam masih merajalela, dengan salah satu bentuk yang paling populer adalah suap dalam pemberian izin," kata Siti. Koalisi Masyarakat Sipil Alam Lestari mendesak agar seluruh calon kepala daerah tidak menjadikan alam sebagai komoditas politik dalam Pilkada 2018. Pemerintah pusat dan daerah diminta menghentikan kebijakan yang tidak pro lingkungan dan yang merampas ruang hidup rakyat. Kemudian, pemerintah diminta menghentikan kebijakan yang tidak menjawab kebutuhan rakyat, seperti reklamasi pantai, izin konsesi pertambangan dan perkebunan besar, swastanisasi sektor publik yang penting dan berbagai kebijakan lainnya. Selain itu, pemerintah harus menjalankan putusan pengadilan terhadap gugatan masyarakat atas pengelolaan SDA dan Agraria dan meminta kepada seluruh pihak untuk menghentikan upaya kriminalisasi atau ancaman terhadap pejuang lingkungan dan agraria. Terakhir, Koalisi meminta segera dilakukan audit kerugian negara akibat kebijakan dan proyek yang merusak alam. TUGAS MAKALAH HUKUM SUMBER DAYA ALAM “JUTAAN TON BERAS IMPOR BANJIRI INDONESIA”
Dosen Pengampu :
H. Nasrullah, S.H., S.Ag., M.C.L
Oleh :
Amanda Yara Dhika
(20170610221)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM 2019 Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah menyampaikan program menghentikan impor beras. Program itu disampaikan saat masa kampanye 2014 lalu. Mengutip bahas infografis program kerja nyata Jokowi-Jusuf Kalla (JK), yang pernah diberitakan detikFinance Juli 2014, Jokowi-JK punya program Membangun Kedaulatan Pangan, salah satunya menekan impor beras dengan cara meningkatkan kapasitas produksi gabah kering giling (GKG) dari 5 ton GKG per hektar menjadi 5,6 ton GKG per hektar. Hal ini untuk mengatasi peningkatan impor beras 2010-2013 yang hingga 482,6%. Cuma, selama 4 tahun menjabat Presiden, impor beras justru meningkat, terutama kualitas medium yang menjadi konsumsi mayoritas masyarakat. Seperti pernah diberitakan detikFinance Selasa (19/1/2016), pada 2014 lalu Bulog hanya membutuhkan impor 300.000 ton beras medium untuk memperkuat stoknya, tapi di 2015 dibutuhkan impor 1,5 juta ton beras medium.
Selain itu, berdasarkan data Kementerian Pertanian yang diperoleh detikFinance,
Selasa (19/1/2016) lalu, impor beras khusus juga mengalami kenaikan dari 626.218 ton pada 2014 menjadi 646.939 ton di 2015. Lalu, impor beras ketan naik menjadi 144.060 ton dari sebelumnya 76.333 ton. Selanjutnya di 2018 Izin kuota impor dikeluarkan sebanyak 2 juta ton secara berkala. Mulai 500 ribu ton pada awal tahun, 500 ribu ton lagi di April dan 1 juta ton di bulan Mei sehingga jumlah izin ada sebanyak dua juta ton. Alasan impor kali ini dilakukan untuk menstabilkan harga beras yang terus merangkak naik melebihi harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Dari total izin impor tersebut, Perum Bulog hanya merealisasikan 1,8 juta ton. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso menilai pasokan beras di gudang saat ini sudah lebih dari cukup.