Anda di halaman 1dari 25

Modul Fenomena Transpor

Oleh:
Anastasya Rumapea (31S18016)

Program Studi Teknik Bioproses

Fakultas Bioteknologi

Institut Teknologi Del


Daftar Isi
Pendahuluan ................................................................................................................................................ 3
I. Transpor Momentum ......................................................................................................................... 4
1.1. Viskositas dan Mekanisme Transpor Momentum ................................................................... 4
a. No slip boundary condition.......................................................................................................... 4
b. Newton’s Law of Viscosity ........................................................................................................... 5
c. Generalisasi Hukum Viskositas Newton ................................................................................... 5
d. Transpor Momentum Konvektif ............................................................................................... 7
1.2. Shell Momentum Balances ......................................................................................................... 8
Aliran Failing Film ............................................................................................................................. 8
1.3. Equations Of Change ................................................................................................................ 11
II. Transpor Energi ............................................................................................................................ 14
2.1. Fouriers’s Law of Heat Conduction ........................................................................................ 14
2.2. Convective Transport of Energy ............................................................................................. 15
2.3. Kerja akibat gerak molekular ................................................................................................. 15
2.4. Shell Energy Balances............................................................................................................... 16
2.5. Equation of Change .................................................................................................................. 18
III. Transpor massa ............................................................................................................................. 19
3.1. Hukum Fick (Transpor massa molekular) ............................................................................. 19
3.2. Transpor Massa dan Molar Secara Konvektif ....................................................................... 20
3.3. Shell Mass Balances .................................................................................................................. 21
3.4. Difusi Dengan Adanya Reaksi Kimia Heterogen ................................................................... 22
3.5. Difusi Dengan Adanya Reaksi Kimia Homogen .................................................................... 23
Referensi: ................................................................................................................................................... 26
FENOMENA TRANSPOR

Pendahuluan
Fenomena Transpor adalah adalah ilmu yang mempelajari pergerakan kuantitas fisik yang berbeda
dalam proses kimia atau mekanis apa pun dan menjelaskan prinsip dasar dan hukum transportasi.
Ini juga menjelaskan hubungan dan persamaan di antara berbagai jenis prses perpindahan atau
transfer yang mungkin terjadi dalam sistem apa pun. Proses transfer dalam proses kimia atau
mekanis dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:
 Transpor momentum  berkaitan dengan pengangkutan momentum dalam fluida dan
juga dikenal sebagai dinamika fluida.
 Transpor energi  berkaitan dengan pengangkutan berbagai bentuk energi dalam suatu
sistem dan juga dikenal sebagai perpindahan panas.
 Transpor massa  berkaitan dengan pengangkutan berbagai spesies kimia itu sendiri.

Tiga jenis besaran fisik yang berbeda digunakan dalam fenomena transpori: skalar (misalnya
suhu, tekanan dan konsentrasi), vektor (misalnya kecepatan, momentum dan gaya) dan tensor
orde dua (misalnya tegangan atau fluks momentum dan gradien kecepatan).
Transport momentum, energi dan massa dapat digambarkan dalam 3 sudut pandang berbeda, yaitu:

 Makroskopik: bertujuan untuk penilaian secara global terhadap masalah atau kasus
pengoperasian di industri, dengan dimensi umumnya centimeter hingga meter.
 Mikroskopik: bertujuan untuk mendapat informasi mengenai profil kecepatan,
temperatur, dan konsentrasi suatu sistem dan membantu untuk memahami fenomena suatu
proses, dimensi tingkat mikroskopis umumnya mikron hingga centimeter.
 Molekular: Hal ini berkaitan dengan studi yang melingkupi molekul kompleks, wilayah
yang ekstrem, ataupun berhubungan dengan sistem reaksi kimia, dimensi tingkat
molekuler umumnya 1-1000 nanometer. Properties transpor : viskositas, konduktivitas
termal, & difusivitas.
Proses Proses Fundamental yang terjadi dalam Fenomena Transpor:

 Transpor momentum: aliran fluida, mixing, sedimentasi, dan filtrasi


 Transpor energi: evaporasi, distilasi, drying, heat exchanger, dan lain-lain
 Tranpor massa: distilasi, absorpsi, drying, ekstraksi cair-cair, adsorpsi, dan membran.

I. Transpor Momentum
Transpor momentum berkaitan dengan pengangkutan momentum yang bertanggung jawab atas
aliran fluida. Transpor momentum menggambarkan ilmu aliran fluida yang disebut juga dinamika
fluida.

1.1. Viskositas dan Mekanisme Transpor Momentum


a. No slip boundary condition
Ini adalah asumsi dasar pertama yang digunakan dalam transpor momentum. Ini berkaitan dengan
fluida yang mengalir di atas permukaan padat, dan menyatakan bahwa setiap kali fluida
bersentuhan dengan batas padat, lapisan yang berdekatan dari fluida yang bersentuhan dengan
permukaan padat memiliki kecepatan yang sama dengan permukaan padat. Oleh karena itu,
diasumsikan bahwa tidak ada slip (no slip) antara permukaan padat dan fluida atau kecepatan
relatifnya adalah nol pada antarmuka fluida-padat.

Keadaan t < 0; saat diam/


sebelum mengalir belum ada
pergerakan.

Keadaan t = 0; plat mulai


bergerak dengan kecepatan v
Keadaan waktu yang singkat; plat
bawah digerakkan dengan kecepatan 𝑣,
liquid pada interface memiliki
kecepatan yang sama dengan plat.
Semakin jauh akan bergerak semakin
lambat dan liquid yang berada di sekitar
fixed plate belum bergerak

Keadaan steady state; waktu yang ada


cukup panjang sehingga semua liquid
di semua posisi akan terpengaruh
oleh pergerakan plat.

(Fig.1. 1-1; Birds)

Kecepatan berubah sehubungan dengan posisi.


b. Newton’s Law of Viscosity
Untuk menggerakkan plat dari keadaan stasioner ke kecepatan 𝑉 dan untuk memepertahankan
kondisi tunak diperlukan Force. Jika Force (F) yang diberikan besar maka 𝑉 akan besar. Force
juga bergantung pada jarak (Y) plat, semakin kecil jaraknya semakin besar Force yang dibutuhkan.
Force dapat diekspresikan sebagai berikut:
𝑭 𝑽
=𝝁
𝑨 𝒀
𝒅𝑽𝒙
𝝉𝒚𝒙 = 𝝁
𝒅𝒚
Persamaan tersebut disebut sebagai Hukum Viskositas Newton. Persamaan tersebut hanya dapat
digunakan pada fluida Newtonian, sedangkan fluida seperti cairan polimer, suspensi, pasta, slury,
dan fluida kompleks lainnya dikategorikan sebagai fluida non-Newtonian.
𝐹
dapat disimbolkan sebagai torsi → 𝜏𝑦𝑥 ; yaitu gaya pada arah x pada satuan area yang tegak lurus
𝐴
terhadap arah y.

𝜏𝑦𝑥 dapat diintepretasikan sebagai fluks momentum. Momentum bergerak menurun dari wilayah
kecepatan tinggi ke wilayah kecepatan rendah. Perbedaan kecepatan merupakan driving force pada
treanpor momentum. Karena Saat ada perbedaan V, akan ada area dengan V yang berbeda dan aka
nada transfer momentum terjadi.

c. Generalisasi Hukum Viskositas Newton


Dipertimbangkan pola aliran fluida di mana kecepatan fluida mungkin terjadi di berbagai arah, di
berbagai tempat, dan bergantung pada waktu. Diberikan komponen kecepatan:

𝑉𝑥 = 𝑉𝑥 (𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡)

𝑉𝑦 = 𝑉𝑦 (𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡)

𝑉𝑧 = 𝑉𝑧 (𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑡)

Akan ada 9 komponen tegangan, 𝜏𝑖𝑗 (dimana i dan j mengacu pada arah momentum dan penyebab
momentum). Sebagai contoh 𝜏𝑦𝑥 menginfokan bahwa penyebab momentum ke arah x (aliran fluida
ke arah x) yang menimbulkan momentum tegak lurus ke arah y.
Fig.1. 2-1; Birds

Gaya yang diterapkan pada permukaan bebas terdapat dua yaitu : gaya yang terkait tekanan dan
gaya yang terkait dengan viskositas fluida.

(Fig. 1.2-1; Birds)

Fluks momentum molecular:

𝝅𝒊𝒋 = 𝒑. 𝜹𝒊𝒋 + 𝝉𝒊𝒋


d. Transpor Momentum Konvektif
Gerakan molekul acak terikat dengan bulk fluida. Saat gerakan molekul acak terkait dengan
gerakan bulk fluida. Momentum juga dapat dibawa oleh bulk fluida yang disebut sebagai
momentum konvektif.

Fig 1.7-1; Birds

Laju volum aliran melintasi area yang diarsir adalah Vx dan fluida membawa momentumnya per
satuan volum maka :

𝝆 . 𝑽𝒙 𝛁

Kombinasi fluks momentum = fluks momentum molekular + fluks momentum konvektif ; maka

𝝓 = 𝝅 + 𝝆 . 𝑽𝒙 𝛁
1.2. Shell Momentum Balances
Neraca momentum untuk kondisi steady state pada permukaan shell yang tipis, dituliskan:
𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓
𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒 𝑜𝑓
𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚 𝑚𝑜𝑚𝑒𝑛𝑡𝑢𝑚
𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑦
𝑖𝑛 𝑏𝑦 − 𝑜𝑢𝑡 𝑏𝑦 + 𝑖𝑛 𝑏𝑦 − 𝑜𝑢𝑡 𝑏𝑦 + { }=0
𝑎𝑐𝑡𝑖𝑛𝑔
𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟
𝑜𝑛 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚
{ 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 } { 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 } { 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 } { 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 }

Dari neraca momentum akan diperoleh persamaan:

1. Fluks momentum
2. Kecepatan: maksimum dan rata-rata
3. Gaya geser pada permukaan
Neraca momentum digunakan untuk mendapatkan profil kecepatan dalam sistem aliran fluida.
Yang harus dilakukan untuk menyelesaikan kasus aliran viskos adalah:

 Menetapkan Kondisi batas


 Kondisi batas:
o Pada antarmuka fluida-padatan, kecepatan fluida sama dengan kecepatan permukaan
padatan yang bergerak.
o Pada antarmuka cair-cair, memiliki komponen kecepatan tangensial Vx dan Vz kontinu
melalui antarmuka.
o Pada antarmuka cair-gas, komponen stress tensor () nya dianggap nol, asalkan gradien
kecepatan gas tidak terlalu besar. Hal ini dikarenakan, viskositas gas jauh lebih rendah
dibandingkan cairan.

Aliran Failing Film


Dipelajari sehubungan dengan menara dinding terbasahi, penguapan, absorpsi gas, dan aplikasi
coatings.

Fig.2.2- 1; Birds
Asumsi-asumsi :

 viskositas dan densitas fluida konstan


 temperatur konstan - W dan L bernilai >>>> dari ketebalan film
 laju alir yang rendah; laminar flow

Langkah-langkah penyelsaian:

1. membuat titik arah koordinat


2. menggambarkan elemen volum dan posisikan arah fluks
3. menggambarkan profil kecepatan yang terjadi
4. menyusun neraca momentum pada kondisi tunak
5. mengintegrasikan hingga mendapatkan persamaan dengan menetapkan kondisi batas (B.C)
6. diperoleh persamaan fluks momentum (), kecepatan maksimum, kecepatan rerata, laju alir
massa, dan gaya geser pada permukaan

Neraca momentum pada kondisi tunak:

𝑳𝑾(𝝓𝒙𝒛 |𝒙 − 𝝓𝒙𝒛 |𝒙+∆𝒙 ) + 𝑾∆𝒙(𝝓𝒛𝒛 |𝒛=𝟎 − 𝝓𝒛𝒛 |𝒙=𝑳 ) + (𝑳𝑾∆𝒙)(𝝆𝒈 𝒄𝒐𝒔𝜷) = 𝟎


Dengan operasi matematis dan penyederhanaan, dari persamaan di atas diperoleh:
𝒅𝝉𝒙𝒛
= 𝝆 𝒈 𝒄𝒐𝒔 𝜷
𝒅𝒙
Intergrasi:

𝝉𝒙𝒛 = (𝝆 𝒈 𝒄𝒐𝒔 𝜷)𝒙 + 𝑪𝟏

Tetapkan syarat batas (B.C = boundary condition) :


B.C 1 : x= 0, xz = 0
Sehingga : 𝐶1 = 0 → 𝜏𝑥𝑧 = (𝜌 𝑔 𝑐𝑜𝑠 𝛽)𝑥
𝑑𝑉𝑧
Substitusi 𝜏𝑥𝑧 = 𝜇. ( ) ke persamaan di atas
𝑑𝑥
Diperoleh:
𝝆 𝒈 𝒄𝒐𝒔 𝜷 𝟐
𝒗𝟐 = ( ) 𝒙 + 𝑪𝟐
𝟐

B.C 2 : x= , Vz = 0
Sehingga:
(𝜌 𝑔 𝑐𝑜𝑠 𝛽)𝛿 2
𝐶2 =
2𝜇
Diperoleh:
(𝝆 𝒈 𝜹𝟐 𝒄𝒐𝒔 𝜷) 𝒙 𝟐
𝒗𝟐 = [𝟏 − ( ) ]
𝟐𝝁 𝜹

Setelah distribusi kecepatan diketahui, dapat dihitung:


1. Kecepatan maksimum 𝑉𝑧,𝑚𝑎𝑥 ialah pada x= 0:
(𝝆 𝒈 𝜹𝟐 𝒄𝒐𝒔 𝜷)
𝑽𝒛,𝒎𝒂𝒙 =
𝟐𝝁
2. Kecepatan rerata (Vz) melalui penampang film :

𝑾 𝜹
∫𝟎 ∫𝟎 𝒗𝒛 𝒅𝒙𝒅𝒚
〈𝒗𝟐 〉 = 𝑾 𝜹
∫𝟎 ∫𝟎 𝒅𝒙𝒅𝒚

𝟐
〈𝒗𝟐 〉 = 𝒗
𝟑 𝒛,𝒎𝒂𝒙
3. Laju alir massa diperoleh dari kecepatan rerata atau integrasi dari velocity distribution :
𝑾 𝜹
𝒘 = ∫ ∫ 𝒗𝒛 𝒅𝒙𝒅𝒚 = 𝒑𝑾𝜹〈𝒗𝟐 〉
𝟎 𝟎
4. Gaya per unit area dalam arah z pada permukaan elemen yang tegak lurus terhadap x. Ini
adalah gaya yang diberikan oleh fluida di dinding, diperoleh dari integrasi tegangan geser
pada antarmuka fluida-padatan :
𝑳 𝑾
𝑭𝒛 = ∫ ∫ (𝝉𝒙𝒛 |𝒙=𝜹 )𝒅𝒚𝒅𝒛
𝟎 𝟎
1.3. Equations Of Change
a. Equation of continuity :
 dikembangkan dengan membuat mass balance melalui elemen volum yang kecil dari
suatu fluida yang mengalir – TABLE B.4
 memperlakukan fluida sebagai kontinum yaitu fluida secara makroskopis sebagai
distribusi materi yang kontinu

b. Equation of motion :
 dikembangkan dengan membuat momentum balance melalui elemen volum dan
menganggap bahwa elemen volum tersebut sangat kecil – TABLE B.5,6,7
 digunakan seiring dengan persamaan kontinuitas
c. Substantial derivative :
 berkaitan dengan fluida dinamik dan transpor fenomena; sehingga mengikuti pergerakan
fluida
 digunakan untuk menyelesaikan persoalan aliran menggunakan persamaan kontinuitas
dan persamaan gerak melalui partial differential equation as a tool.

Beberapa kasus momentum yang menggunakan EQUATION OF CHANGE:


 Surface of rotating liquid
𝑉𝜃 = 𝑉𝜃 (𝑟)
𝑉𝜃 = Ω𝑅

𝑣02 𝜕𝑝
𝑟 − 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 −𝜌 = −
𝑟 𝜕𝑟
𝑑 1𝑑
𝜃 − 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 0= 𝜇 ( (𝑟𝑣0 ))
𝑑𝑟 𝑟 𝑑𝑟
𝜕𝑝
𝑧 − 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 0= − − 𝜌𝑔
𝜕𝑧
II. Transpor Energi
Dalam perpindahan energi, berurusan dengan perpindahan energi panas atau panas yang terjadi
antara benda / fluida yang berbeda. Sistem dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, berdasarkan
bagaimana sistem berinteraksi dengan lingkungan dalam hal panas, kerja, dan pertukaran massa.

 Sistem terisolasi
Dalam sistem ini, sistem tidak dapat bertukar panas, kerja, atau massa dengan sekitarnya.
Oleh karena itu, energi total sistem yang terisolasi tidak berubah atau ΔE = E1-E2 = 0 di
mana ΔE adalah perubahan energi total sistem pada dua kondisi 1 dan 2 yang berbeda.

 Sistem Tertutup
Di sini, sistem tidak dapat bertukar massa dengan sekitarnya tetapi panas dan kerja dapat
dipertukarkan. Oleh karena itu, perubahan energi total sistem tertutup dalam dua keadaan
berbeda dapat dihitung sebagai ΔE = ΔQ + ΔW di mana, ΔE adalah perubahan energi
sistem, ΔQ adalah panas yang ditambahkan ke sistem, dan ΔW adalah usaha dilakukan
pada sistem oleh sekitarnya. Perubahan energi total sistem, ΔE sama dengan penjumlahan
perubahan energi potensial, kinetik, dan internal sistem. Namun, perubahan energi
potensial dan kinetik sistem biasanya diabaikan dan dengan demikian, energi total E
berubah hanya karena perubahan energi dalam, U. Oleh karena itu, untuk sistem tertutup,
kita dapat menulis, ΔU = ΔQ + ΔW.

 Sistem terbuka
Dalam sistem terbuka, ketiga massa, panas, dan kerja dapat dipertukarkan dengan
sekitarnya.

2.1. Fouriers’s Law of Heat Conduction


laju aliran panas per satuan luas sebanding
dengan penurunan suhu pada jarak Y:
𝑸 ∆𝑻
=𝒌
𝑨 𝒀
Fluks Panas (molekuler):
𝒅𝑻
𝒒𝒚 = −𝒌
𝒅𝒀
Transpor energi secara konduksi dicapai
melalui 2 cara, yaitu interaksi molekuler
dan elektron bebas.
2.2. Convective Transport of Energy
Transpor energi secara konveksi melibatkan pertukaran energi antara permukaan dan fluida yang
berdekatan. Terbagi menjadi 2 :
o Konveksi paksa, dimana fluida dibuat mengalir oleh agen eksternal (seperti pompa atau
blower)
o Konveksi bebas, dimana fluida hangat di sebelah batas padat menyebabkan sirkulasi karena
perbedaan kepadatan yang dihasilkan dari variasi temperatur di seluruh wilayah badan fluida.

laju di mana energi tersapu melintasi elemen permukaan yang sama:


𝟏
̂ ) 𝒗𝒙 𝒅𝑺
( 𝝆𝒗𝟐 + 𝝆𝑼
𝟐
Vektor fluks energy konvektif:
𝟏 𝟏 𝟏 𝟏
̂ ) 𝜹𝒙 𝒗𝒙 + ( 𝝆𝒗𝟐 + 𝝆𝑼
( 𝝆𝒗𝟐 + 𝝆𝑼 ̂ ) 𝜹𝒚 𝒗𝒚 + ( 𝝆𝒗𝟐 + 𝝆𝑼
̂ ) 𝜹𝒛 𝒗𝒛 = ( 𝝆𝒗𝟐 + 𝝆𝑼
̂) 𝒗
𝟐 𝟐 𝟐 𝟐

2.3. Kerja akibat gerak molekular


Sistem aliran dimana kita harus memperhitungkan panas yang ditambahkan ke sistem (dengan
gerakan molekuler dan dengan gerakan cairan bulk) dan juga untuk kerja yang dilakukan pada
sistem melalui gerakan molekuler.
Vektor Fluks kerja per unit area:
(𝜋𝑥 ⋅ 𝑣) = 𝜋𝑥𝑥 𝑣𝑥 + 𝜋𝑥𝑦 𝑣𝑦 + 𝜋𝑥𝑧 𝑣𝑧 ≡ [𝜋 ∙ 𝑣]𝑥

(𝜋𝑦 ⋅ 𝑣) = 𝜋𝑦𝑥 𝑣𝑥 + 𝜋𝑦𝑦 𝑣𝑦 + 𝜋𝑦𝑧 𝑣𝑧 ≡ [𝜋 ∙ 𝑣]𝑦

(𝜋𝑧 ⋅ 𝑣) = 𝜋𝑧𝑥 𝑣𝑥 + 𝜋𝑧𝑦 𝑣𝑦 + 𝜋𝑧𝑧 𝑣𝑧 ≡ [𝜋 ∙ 𝑣]𝑧

[𝜋 ⋅ 𝑣] = 𝛿𝑥 (𝜋𝑥 ⋅ 𝑣) + 𝛿𝑦 (𝜋𝑦 ⋅ 𝑣) + 𝛿𝑧 (𝜋𝑧 ⋅ 𝑣)


Combined energy flux vector
1
̂ ) 𝑣 + [𝜋 ∙ 𝑣] + 𝑞
𝑒 = ( 𝜌𝑣 2 + 𝜌𝑈
2

2.4. Shell Energy Balances


𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓
𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓
𝑤𝑜𝑟𝑘 𝑑𝑜𝑛𝑒
𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 𝑖𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 𝑜𝑢𝑡 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 𝑖𝑛 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 𝑜𝑢𝑡
{ }−{ }+{ }−{ } + 𝑜𝑛 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚
𝑏𝑦 𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑏𝑦 𝑐𝑜𝑛𝑣𝑒𝑐𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑏𝑦 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑏𝑦 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟
𝑏𝑦 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟
𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡
{ 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 }
𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓
𝑤𝑜𝑟𝑘 𝑑𝑜𝑛𝑒 𝑤𝑜𝑟𝑘 𝑑𝑜𝑛𝑒 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓
− 𝑏𝑦 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 + 𝑜𝑛 𝑠𝑦𝑠𝑡𝑒𝑚 + { 𝑒𝑛𝑒𝑟𝑔𝑦 } = 0
𝑏𝑦 𝑚𝑜𝑙𝑒𝑐𝑢𝑙𝑎𝑟 𝑏𝑦 𝑒𝑥𝑡𝑒𝑟𝑛𝑎𝑙 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
{ 𝑡𝑟𝑎𝑛𝑠𝑝𝑜𝑟𝑡 } { 𝑓𝑜𝑟𝑐𝑒 }

Dengan kondisi batas:

* Temperatur spesifik tertentu pada suatu permukaan


* Fluks panas ke permukaan dapat diberikan
* Pada antarmuka diperlukan kontinuitas temperatur dan fluks
* Pada antarmuka padat-cairan, komponen fluks panas terkait dengan perbedaan antara
temperatur permukaan padatan ke bulk fluida :
𝑞 = ℎ(𝑇0 − 𝑇𝑏 )
Contoh kasus untuk konveksi paksa dalam tube sirkular (silinder):
Pada tube silinder diperoleh distribusi kecepatan:

(𝒫0− 𝒫𝐿 )𝑅2 𝑟 2 𝑟 2
𝑣𝑧 = [1 − ( ) ] = 𝑣𝑧,𝑚𝑎𝑥 [1 − ( ) ]
4𝜇𝐿 𝑅 𝑅
Fenomena yang terjadi:

Fluida viskos dengan asumsi physical properties (, , k, Cp ) konstan


pada aliran laminar.

 Pada z<0: temperature fluida pada T1


 Pada z>0: terjadi fluks panas radial konstan ke dinding (qr)
 Konduksi kearah radial
 Konveksi kearah aliran fluida z

Neraca energy:
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒆𝒏𝒆𝒈𝒚 𝒊𝒏 𝒂𝒕 𝒓 𝑒𝑟 |𝑟 ∙ 2𝜋𝑟∆𝑧 = (2𝜋𝑟𝑒𝑟 )|𝑟 ∆𝑧

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒚 𝒐𝒖𝒕 𝒂𝒕 𝒓 + ∆𝒓

𝑒𝑟 |𝑟+∆𝑟 ∙ 2𝜋(𝑟 + ∆𝑟)∆𝑧 = (2𝜋𝑟𝑒𝑟 )|𝑟+∆𝑟 ∆𝑧

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒚 𝒊𝒏 𝒂𝒕 𝒛 𝑒𝑧 |𝑧 ∙ 2𝜋𝑟∆𝑟

𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝒆𝒏𝒆𝒓𝒈𝒚 𝒊𝒏 𝒂𝒕 𝒛 + ∆𝒛 𝑒𝑧 |𝑧+∆𝑧 ∙ 2𝜋𝑟∆𝑟

𝑾𝒐𝒓𝒌 𝒅𝒐𝒏𝒆 𝒐𝒏 𝒇𝒍𝒖𝒊𝒅 𝒃𝒚 𝒈𝒓𝒂𝒗𝒊𝒕𝒚 𝜌𝑣𝑧 𝑔𝑧 ∙ 2𝜋𝑟∆𝑟

Perhitungan:
(𝑟𝑒𝑟 )|𝑟 − (𝑟𝑒𝑟 )|𝑟+∆𝑟 𝑒𝑧 |𝑧 − 𝑒𝑧 |𝑧+∆𝑧
+𝑟 + 𝜌𝑣𝑧 𝑔 = 0
∆𝑟 ∆𝑧
1𝜕 𝜕𝑒𝑧
− (𝑟𝑒𝑟 ) − + 𝜌𝑣𝑧 𝑔 = 0
𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑧
𝜕𝑣𝑦 𝜕𝑇
𝑒𝑟 = 𝜏𝑟𝑧 𝑣𝑧 + 𝑞𝑟 = − (𝜇 ) 𝑣𝑦 − 𝑘
𝜕𝑟 𝜕𝑟
1
̂ 𝑣𝑧 + 𝜏𝑧𝑧 𝑣𝑧 + 𝑞𝑧
𝑒𝑧 = ( 𝜌𝑣𝑧2 )𝑣𝑧 + 𝜌𝐻
2
1 𝜕𝑣 𝜕𝑇
̂𝑝 (𝑇 − 𝑇°)𝑣𝑧 − (2𝜇 𝑧 𝑣𝑧 ) − 𝑘
𝑒𝑧 = ( 𝜌𝑣𝑧2 )𝑣𝑧 + (𝑝 − 𝑝°)𝑣𝑧 + 𝜌𝐶
2 𝜕𝑧 𝜕𝑧
𝜕𝑇 1𝜕 𝜕𝑇 𝜕 2𝑇 𝜕𝑣𝑧 2 𝜕𝑝 1𝜕 𝜕𝑣𝑧
̂𝑝 𝑣𝑧
𝜌𝐶 = 𝑘[ (𝑟 ) + 2 ] + 𝜇 ( ) + 𝑣𝑧 [− +𝜇 (𝑟 ) + 𝜌𝑔]
𝜕𝑧 𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑧 𝜕𝑟 𝜕𝑧 𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
𝑟 2 𝜕𝑇 1𝜕 𝜕𝑇
̂𝑝 𝑣𝑧,𝑚𝑎𝑥 [1 − ( ) ]
𝜌𝐶 = 𝑘[ (𝑟 )]
𝑅 𝜕𝑧 𝑟 𝜕𝑟 𝜕𝑟
B.C.1:

𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑟 = 0, 𝑇 = 𝑓𝑖𝑛𝑖𝑡𝑒
B.C.2:

𝜕𝑇
𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑟 = 𝑅, 𝑘 = 𝑞0 (𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡)
𝜕𝑟
B.C.3:

𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑧 = 0, 𝑇 = 𝑇1

2.5. Equation of Change


III. Transpor massa

3.1. Hukum Fick (Transpor massa molekular)


Hukum difusi Fick secara luas digunakan untuk menggambarkan fluks difusif dalam hal gradien
konsentrasi. Transpor massa molekular melalui Hukum Fick mendeskripsikan perpindahan 1
komponen kimia A melalui campuran biner (A dan B) karena gradien konsentrasi A. Pergerakan
komponen kimia A dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah.

Untuk memahami hukum difusi Fick,


pertimbangkan pelat berpori silika tipis
dengan luas A dan ketebalan Y seperti yang
ditunjukkan pada gambar di samping.

Pada t<0, kedua permukaan pelat tetap


berhubungan dengan udara.

Saat t=0, udara digantikan oleh helium


murni dan dikontakkan pada plat bawah.

Transpor molekular dari suatu komponen


terhadap komponen lainnya disebut juga
sebagai difusi (difusi massa, difusi
konsentrasi). Udara yang terdapat di bagian
plat atas tergantikan dengan cepat oleh
helium.

Pada system terssebut, helium adalah komponen A dan silica komponen B. Konsentrasi dalam
bentuk fraksi massa = A dan B

Laju alir helium dalam arah y, pada kondisi steady state:


𝜔𝑦 𝜔𝐴𝑂 − 0
= 𝜌𝒟𝐴𝐵
𝐴 𝑌
Laju alir massa helium per unit area disebut fluks massa sebanding dengan perbedaan fraksi massa
dibagi dengan ketebalan plat:
𝑑𝜔𝐴𝑂
𝑗𝐴𝑦 = −𝜌𝒟𝐴𝐵
𝑑𝑌
𝑗𝐴𝑦 merupakan fluks massa relative terhadap kecepatan campuran Vy.
Pada sistem campuran biner

𝑣𝑦 = 𝜔𝐴 𝑣𝐴𝑦 + 𝜔𝐵 𝑣𝐵𝑦

Fluks massa A menjadi:

𝑗𝐴𝑦 = −𝜌𝜔𝐴 (𝑣𝐴𝑦 − 𝑣𝑦 )

* Difusivitas gas berdensitas rendah tidak bergantung pada fraksi massa namun meningkat akibat
temperatur dan terbalik terhadap tekanan.
* Difusivitas cairan dan padatan bergantung dengan konsentrasi dan meningkat dengan
temperatur.

3.2. Transpor Massa dan Molar Secara Konvektif


Terkait dengan hukum Fick harus memperhatikan konsentrasi massa, fluks massa, dan kecepatan
rata-rata massa. Selain dalam satuan massa, terdapat satuan molar. Saat reaksi kimia terlibat,
satuan molar lebih mudah digunakan. Namun saat persamaan difusi diselesaikan bersama dengan
persamaan gerak, lebih mudah menggunakan satuan massa.
Fluks Massa Molekular berdasarkan satuan massa dan molar:
Mass Unit:
𝑗𝐴 = 𝜌𝐴 (𝑣𝐴 − 𝑣) = −𝜌𝒟𝐴𝐵 ∇𝜔𝐴

Molar Unit:
𝐽𝐴∗ = 𝑐𝐴 (𝑣𝐴 − 𝑣 ∗ ) = −𝑐𝒟𝐴𝐵 ∇𝑥𝐴
Fluks Massa Konvektif berdasarkan satuan massa dan molar:

𝜌𝑎 𝛿𝑥 𝑣𝑥 + 𝜌𝑎 𝛿𝑦 𝑣𝑦 + 𝜌𝑎 𝛿𝑧 𝑣𝑧 = 𝜌𝑎 𝑣

𝑐𝑎 𝛿𝑥 𝑣𝑥∗ + 𝑐𝑎 𝛿𝑦 𝑣𝑦∗ + 𝑐𝑎 𝛿𝑧 𝑣𝑧∗ = 𝑐𝑎 𝑣 ∗

Kombinasi Fluks Massa berdasarkan satuan massa dan molar:

Combined mass flux: 𝑛𝑎 = 𝑗𝑎 + 𝜌𝑎 𝑣

Combined molar flux: 𝑁𝑎 = 𝐽𝑎∗ + 𝑐𝑎 𝑣 ∗


3.3. Shell Mass Balances
Saat reaksi kimia terjadi, terdapat 2 jenis reaksi yaitu homogen dan heterogen.

* Homogen : perubahan kimia terjadi di seluruh volum fluida. Laju produksi kimia melalui reaksi
homogen dapat muncul persamaan diferensial melalui elemen volum.
𝒏
𝑹𝑨 = 𝒌𝒎𝒏 𝒄𝑨

* Heterogen : perubahan kimia terjadi di wilayah terbatas yaitu permukaan padatan (katalis).
Laju produksi kimia melalui reaksi heterogen tidak muncul persamaan diferensial melainkan
dalam kondisi batas pada permukaan padatan sebagai lokasi reaksi.
𝒏
𝑵𝑨𝒛 |𝒔𝒖𝒓𝒇𝒂𝒄𝒆 = 𝒌𝒎𝒏 𝒄𝑨 |𝒔𝒖𝒓𝒇𝒂𝒄𝒆

Neraca massa komponen A dalam sistem biner melalui elemen volum :


𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑟𝑎𝑡𝑒 𝑜𝑓 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛
{ 𝑚𝑎𝑠𝑠 } − { 𝑚𝑎𝑠𝑠 } + { 𝑜𝑓 𝑚𝑎𝑠𝑠 𝐴 }=0
𝑜𝑓 𝐴 𝑖𝑛 𝑜𝑓 𝐴 𝑜𝑢𝑡 𝑏𝑦 ℎ𝑜𝑚𝑜𝑔𝑒𝑛𝑒𝑢𝑠 𝑟𝑒𝑎𝑐𝑡𝑖𝑜𝑛

Laju massa komponen A masuk dan keluar dari sistem berupa difusi molekular dan konvektif,
sedangkan komponen A yang dimaksud juga dapat terproduksi atau terkonsumsi akibat dari
reaksi.

Kondisi batas yang dapat digunakan dalam menyelesaikan kasus :


 Konsentrasi pada permukaan dapat ditentukan misal xA = xA0
 Fluks massa pada permukaan dapat ditentukan misal NAz = NA0. Jika rasio NBz/NAz
diketahui, maka hal tersebut sebanding dengan gradien konsentrasi
 Jika difusi terjadi pada padatan, dapat terjadi bahwa A akan hilang ke aliran sekitarnya dan
direlasikan melalui persamaan
𝑁𝐴0 = 𝑘𝑐 (𝑐𝐴0 − 𝑐𝐴𝑏 )
3.4. Difusi Dengan Adanya Reaksi Kimia Heterogen
Model untuk reaktor katalitik dengan reaksi 2A  B seperti gambar di bawah ini

Dari gambar kita bayangkan bahwa setiap partikel dari katalis dikelilingi oleh film gas stagnan
dan A harus berdifusi untuk mencapai permukaan katalis. Pada permukaan katalis, kita asumsikan
bahwa reaksi 2A B terjadi secara langsung dan produk B berdifusi keluar melalui film gas ke
aliran.

Neraca Massa:
𝑑𝑁𝐴𝑧
=0
𝑑𝑧

𝑑 1 𝑑𝑥𝐴
( )=0
𝑑𝑧 1 − 1 𝑥 𝑑𝑧
2 𝐴
1
−2 ln (1 − 𝑥𝐴 ) = 𝐶1 𝑧 + 𝐶2 = −(2 ln 𝐾1 )𝑧 − (2𝑙𝑛𝐾2 )
2
BC.1 : z=0; xA= xA0

BC.2 : z= ; xA = 0

Diperoleh profil konsentrasi:


𝑧
1−( )
1 1 𝛿
(1 − 𝑥𝐴 ) = (1 − 𝑥𝐴0 )
2 2
Molar fluks reaktan melalui film:
2𝑐𝒟𝐴𝐵 1
𝑁𝐴𝑧 = ln (1 − 𝑥𝐴0 )
𝛿 2

3.5. Difusi Dengan Adanya Reaksi Kimia Homogen

Gambar di atas merupakan suatu sistem dalam wadah yaitu gas A berdifusi ke dalam cairan B
secara isotermal. Saat berdifusi, A mengalami reaksi homogen ireversibel orde pertama dengan B
menjadi AB.
Reaksi : A + B AB
Contoh sistem yaitu pada absorpsi CO2 menggunakan larutan NaOH terkonsentrasi.

Neraca Massa:

𝑁𝐴𝑧 |𝑧 𝑆 − 𝑁𝐴𝑧 |𝑧+∆𝑧 𝑆 − 𝑘1𝑚 𝑐𝐴 𝑆∆𝑧 = 0


𝑑𝑁𝐴𝑧
+ 𝑘1𝑚 = 0
𝑑𝑧
𝑑 2 𝑐𝐴
𝒟𝐴𝐵 − 𝑘1𝑚 = 0
𝑑𝑧 2
BC.1: z= 0; cA = cA0
BC.2: z= L; NAz = 0 atau dcA/dz = 0

Profil konsentrasi:
coshΦ coshΦζ − sinhΦ sinhΦζ cosh[Φ(1 − 𝜁)]
Γ= =
coshΦ 𝑐𝑜𝑠ℎΦ
𝑐𝐴 cosh[√𝑘1𝑚 𝐿2 /𝒟𝐴𝐵 (1 − (𝑧/𝐿))]
=
𝑐𝐴0 𝑐𝑜𝑠ℎ√𝑘1𝑚 𝐿2 /𝒟𝐴𝐵
Referensi:
Transport Phenomena: Bird Stewart

Anda mungkin juga menyukai