Anda di halaman 1dari 24

1

I
DASAR-DASAR
KONVEKSI

Perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan kalor antara permukaan padat dan fluida
yang bergerak di dekatnya. Fenomena perpindahan kalor konveksi berlangsung di daerah
aliran fluida yang dekat dengan permukaan benda padat yang disebut daerah lapis batas.
Daerah aliran dekat permukaan yang dipengaruhi oleh perubahan kecepatan disebut daerah
lapis batas hidrodinamik, dan yang dipengaruhi oleh perubahan temperatur disebut daerah
lapis batas termal. Dalam bidang teknik terdapat korelasi antara perpindahan kalor konveksi
dan penurunan tekanan aliran di dalam pipa, atau gaya tahan aliran yang melintasi benda
atau permukaan. Aliran fluida mempengaruhi penurunan tekanan, gaya tahan (drag force),
dan perpindahan kalor. Untuk menentukan penurunan tekanan atau gaya tahan, medan
aliran yang dekat dengan permukaan (daerah lapis batas hidrodinamik) harus diketahui dan
diperoleh dari penyelesaian persamaan kontinuitas dan persamaan momentum. Koefisien
perpindahan kalor konveksi dapat diketahui dari distribusi temperatur yang merupakan hasil
penyelesaian persamaan energi di daerah lapis batas termal.

1.1. Persamaan dasar konveksi

q” = hx(Ts – ) As,Ts

x dx
L
Gambar 1.1. Perpindahan kalor konveksi pada elemen dx

Laju perpindahan kalor konveksi per satuan luas pada suatu elemen dx adalah :

q” = hx(Ts – )
2

dengan : hx = koefisien perpindahan kalor konveksi pada jarak x dari lingir depan,

Ts = temperatur pemukaan, C
= temperatur aliran bebas, C

Laju perpindahan kalor total pada seluruh luasan As adalah :

Watt .

Jika adalah koefisien perpindahan kalor konveksi rerata untuk seluruh permukaan, maka
perpindahan kalor total juga dapat dinyatakan dengan ungkapan :
Q= As(Ts – ) Watt.
Dari kedua persamaan tersebut di atas maka koefisien perpindahan kalor rerata adalah :

Koefisien perpindahan kalor konveksi sebenarnya dipengaruhi oleh :


1. keadaan dan sifat aliran,
2. sifat-sifat fluida,
3. geometri sistem/permukaan,
4. lokasi pengukuran temperatur fluida.

Ada dua penyebab gerakan/aliran fluida yang akan menentukan pola perpindahan kalor
konveksi, yaitu :
1. Fluida mengalir karena terdapat perbedaan massa jenis akibat perbedaan temperatur
atau gaya sentrifugal. Mekanisme perpindahan kalor konveksi dalam hal ini disebut
konveksi bebas (natural, alamiah).
2. Fluida mengalir karena memperoleh energi dari luar (misalnya : pompa/blower/
fan/kompresor). Mekanisme perpindahan kalor konveksi dalam hal ini disebut konveksi
paksa.
3. Selain dua pola konveksi di atas, terdapat perpindahan kalor antara permukaan dan
fluida yang mengalami perubahan fase yaitu :
a. Kondensasi atau pengembunan, dan
b. Pendidihan (boiling).
3

Aliran fluida dibedakan dalam 2 macam, yaitu :


1. Aliran internal, yaitu jika fluida mengalir di dalam pipa/saluran,
2. Aliran eksternal, yaitu jika fluida mengalir sejajar permukaan rata atau aliran yang
melintasi pipa/saluran atau aliran yang melintasi susunan pipa dalam arah tegak lurus
sumbu pipa.

Aliran juga dibedakan dalam 2 keadaan, yaitu :


1. Aliran laminar, yaitu jika pengaruh gaya internal fluida lebih kecil daripada pengaruh
gaya viskos atau gaya geser antar parlikel fluida.
2. Aliran turbulen, jika pengaruh gaya intrernal lebih besar daripada pengaruh gaya viskos.

1.2. Mekanisme perpindahan kalor konveksi

U,T

Garis aliran E4
U4
E3
U3 U3
E2
U2 U2

Ts , A

Gambar 1.2. Mekanisme perpindahan kalor konveksi

Mekanisme perpindahan kalor konveksi adalah kombinasi antara perpindahan kalor


konduksi, dan perpindahan massa/partikel fluida. Pada daerah aliran yang sangat dekat
dengan permukaan terdapat daerah aliran yang dipengaruhi oleh perubahan kecepatan yang
disebut daerah lapis batas (boundary layer). Dalam daerah ini terdapat lapisan partikel-
partikel yang menempel diam pada permukaan (diasumsikan tidak terjadi slip), sehingga
akan berlangsung perpindahan kalor secara konduksi, dan mengakibatkan kenaikan tingkat
energi partikel tersebut. Di atas lapisan partikel-partikel yang diam ini senantiasa terdapat
lapisan partikel-partikel yang bergerak menurut garis lintasan alirannya dengan kecepatan
U2. Karena ada perbedaan tingkat energi terhadap partikel-partikel di bawahnya, maka akan
terjadi perpindahan kalor konduksi, dan tingkat energinya menjadi E 2. Dengan demikian
4

partikel-partikel fluida ini sambil bergerak akan membawa energi. Karena partikel-partikel
fluida pada lapisan di atasnya mempunyai tingkat energi yang lebih rendah, maka
berlangsung juga perpindahan kalor konduksi yang mengakibatkan partikel-partikel fluida
mempunyai tingkat energi E3. Demikian seterusnya sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat kombinasi antara perpindahan kalor secara konduksi dan perpindahan energi
melalui massa yang bergerak atau adveksi. Pada aliran laminer, partikel senantiasa bergerak
menurut lintasannya, dengan kecepatan yang rendah. Oleh karena itu kontribusi konduksi
lebih dominan daripada kontribusi oleh aliran massa atau adveksi. Pada aliran yang turbulen
partikel-partikel bergerak dengan kecepatan yang relatif tinggi dan mengikuti lintasan yang
tidak teratur, sehingga kontribusi aliran massa atau adveksi lebih dominan daripada konduksi
antar partikel.
Karena fluida pada umumnya mempunyai sifat-sifat termal yang rendah, maka aliran dibuat
turbulen atau dipercepat gerakannya untuk meningkatkan laju perpindahan kalor. Walaupun
demikian ada konsekuensi lain yaitu bahwa gaya hambatan aliran akan meningkat, dan
energi yang diperlukan untuk mengalirkan fluida menjadi makin besar.

1.3. Lapis batas hidrodinamis


Lapis batas hidrodinamis adalah daerah dekat dengan permukaan yang fluidanya masih
dipengaruhi oleh perubahan kecepatan.
Tebal lapis batas hidrodinamis adalah jarak dari permukaan sampai batas kecepatan lokal
sebesar 99% dari kecepatan aliran bebas.

U(x,y)
 y
y
x x
TRANSI
LAMINAR SI TURBULEN
xc = JARAK KRITIS

Gambar 1.3. Distribusi kecepatan pada daerah lapis batas


5

Hasil analisis dimensi yang dilakukan oleh L. Prandtl(1904) untuk plat rata menunjukkan
bahwa tebal lapis batas hidrodinamis dapat dinyatakan dengan :
 = f( ,,,x)
dengan : x = jarak dari lingir depan, m
 = massa jenis fluida, kg/m3
 = viskositas dinamis, kg/(m.s)
= kecepatan aliran bebas, m/s

Karena terdapat 5 parameter , dan 3 dimensi asal( kg, m, s ), maka dapat dibentuk 2
parameter non dimensi. Tebal lapis batas hidrodinamis dapat dinyatakan dalam bentuk tak
berdimensi, yaitu :

dengan : Rex = bilangan Reynolds pada jarak x dari lingir depan.


 = viskositas kinematis, m2/s

Ungkapan di atas menyatakan bahwa tebal lapis batas hidrodinamis pada jarak x dari lingir
depan ditentukan oleh bilangan Reynolds setempat. Dari berbagai cara penyelesaian
diperoleh bahwa :

Secara fisik dapat dipahami bahwa fluida yang mengalir dengan kecepatan tinggi atau
mempunyai viskositas kecil, daerah lapis batas hidrodinamis akan tipis, dan laju perpindahan
kalor akan tinggi.

Aliran dibagi menjadi 3 daerah lapis batas yang ditentukan oleh bilangan Reynolds kritis,
Rec, yaitu :
1. Daerah laminar : 0 < Rex < 2.105
2. Daerah transisi : 2.105 < Rec < 3.106
3. Daerah turbulen : Rex > 3.106

Dalam hal ini

Daerah transisi dipengaruhi oleh :


a. Bentuk permukaan,
b. Keadaan permukaan,
6

c. Tingkat gangguan.

Karena dipengaruhi oleh perubahan kecepatan, maka gradien kecepatan dalam daerah lapis

batas, Tegangan geser pada permukaan dinyatakan dengan .

Tegangan geser dapat juga dihitung dengan persamaan lain, yaitu :


s = Cfx ½ 
Dari kedua persamaan di atas, maka koefisien gesek permukaan pada jarak x dapat
dihitung dengan persamaan :

Koefisien gesek rerata pada permukaan sepanjang L menjadi :

Gaya hambatan yang bekerja pada permukaan :


F=wL ½
dengan w adalah lebar permukaan, m.

1.4. Lapis batas termal

Pada y = t ,
y=t Ts – T = 0,99(Ts – )

T
Ts –
Gambar 1.4. Lapis batas termal fluida dingin yang mengalir di atas permukaan panas

Jika temperatur permukaan Ts berbeda dengan temperatur aliran bebas , maka terdapat
lapis batas termal yang tebalnya t.
Menurut definisi, tebal lapis batas termal adalah jarak dari permukaan sehingga ( T s – T ) =
0,99( Ts – ).
Perpindahan kalor konduksi pada permukaan sama dengan kalor yang dikonveksi oleh
fluida, sehingga pada permukaan berlaku persamaan Fourier dan Newton, yaitu :
7

dengan : kf = konduktivitas fluida, W/(m C).


Persamaan di atas dapat disusun dalam bentuk non dimensi, yaitu :

= Nux ( Bilangan Nusselt)

Secara grafis, bilangan Nusselt adalah gradien temperatur pada permukaan. Jika distribusi
temperatur dalam daerah lapis batas diketahui, maka koefisien perpindahan kalor setempat
dapat dihitung dengan persamaan

dengan :

Koefisien perpindahan kalor rerata untuk permukaan sepanjang L :

dan laju perpindahan kalor konveksi untuk seluruh permukaan :


Q = w L hm( Ts – ).

1.5. Persamaan lapis batas laminar di atas plat rata


Dalam daerah lapis batas terdapat tiga persamaan, yaitu :
a. Persamaan kontinuitas,
b. Persamaan momentum, dan
c. Persamaan energi.

Asumsi yang digunakan untuk menurunkan ketiga persamaan tersebut adalah :


1. fluida bersifat tak mampat (incompressible),
2. sifat-sifat fluida konstan,
3. kondisi aliran tunak ( steady ),
4. aliran dalam dua dimensi,
5. gaya geser dan perubahan tekanan dalam arah y diabaikan.
8

Untuk menurunkan ketiga persamaan di atas, maka ditinjau suatu volume atur sebesar
(dx.dy.1) pada jarak x dari lingir depan dan berjarak y dari permukaan. Kecepatan aliran V
pada suatu garis lintasan mempunyai komponen dalam arah x sebesar u, dan komponen
dalam arah y sebesar v.

v V
dy u
Volume atur :
dx.xy.1
dx

Gambar 1.5. Volume atur pada daerah lapis batas

1.5.1. Persamaan kontinuitas

udy

vdx

Gambar 1.6. Laju aliran massa yang masuk dan keluar dari volume atur

Dari kesetimbangan massa yang masuk dan keluar dari volume atur diperoleh persamaan
kontinuitas, yaitu :

1.5.2. Persamaan momentum


9

Persamaan momentum lapis batas diturunkan berdasarkan hukum Newton II dengan asumsi
bahwa momentum diperhitungkan hanya dalam arah x saja.

pdy

u2dy

yxdx
uvdx

Gambar 1.7. Laju momentum dan gaya-gaya yang bekerja pada volume atur

Resultan gaya luar yang bekerja pada volume atur adalah :

– yxdx + pdy – =

Laju momentum dalam arah x adalah :

– u2dy + – uvdx =

Dari kedua persamaan diatas, maka diperoleh :

= .

Karena , maka = , dan karena sifat-sifat

fluida dianggap konstan, maka

atau = .

Dari persamaan Bernoulli, = konstan, sehingga


10

Jika tekanan dan kecepatan aliran bebas adalah konstan, maka persamaan momentum lapis
batas menjadi :

= .

Prediksi distribusi kecepatan dan tebal lapis batas laminar

Penyelesaian persamaan momentum dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :


a. Metode eksak yang dilakukan oleh Blasius( murid dari Prandtl),
b. Metode integral.

Metode eksak

Untuk menentukan distribusi kecepatan dan tebal lapis batas hidro dinamik, persamaan
momentum dan kontinyuitas harus diselesaikan secara simultan.

dengan syarat-syarat batas :


u = v = 0 pada y = 0
u= pada y =
u= pada x = 0

Dari teori dinamika fluida, medan aliran didefinisikan sebagai fungsi x dan y, dan dinyatakan
sebagai fungsi medan aliran (x,y).
Komponen kecepatan aliran dalam arah x dan y, masing-masing dapat dinyatakan dengan u

= dan v = – . Jika u dan v disubstitusikan ke persamaan momentum, maka

diperoleh :

=
11

Persamaan diferensial parsiil orde-3 ini dapat diubah bentuknya menjadi persamaan
diferensial dengan satu variabel bebas atau persamaan diferensial biasa menggunakan
transformasi parameter :

dengan .

Persamaan diferensial sekarang berbentuk persamaan diferensial biasa non dimensi, yaitu :

dengan dan ,

dan syarat-syarat batas :

 f( )=0

Persamaan diferensial di atas telah diselesaikan menggunakan metode numerik oleh


Blasius, dan menghasilkan distribusi kecepatan dalam daerah lapis batas dalam bentuk non
dimensi seperti disajikan dalam Tabel 3.1.

Tabel 1.3. Profil kecepatan dalam daerah lapis batas laminer


di atas plat rata tanpa gradien tekanan

0,0 0 0
0,2 0,06641 0,00332
0,4 0,13277 0,01322
0,6 0,19894 0,02981
0,8 0,26471 0,05283
1,0 0,32979 0,08211
2,0 0,62977 0,30467
12

3,0 0,84605 0,57067


4,0 0,95552 0,75816
4,918 0,99000 0,83344
6,0 0,99898 0,85712
8,0 1,00000 0,86039

Tampak pada tabel di atas bahwa pada  = 4,92 , . Sesuai dengan definisi tebal

lapis batas, pada keadaan ini y = , sehingga

atau ;

Ada sumber yang menyatakan

0,99

1
0,33206

Gambar 1.8. Distribusi kecepatan dalam daerah lapis batas laminer di atas plat rata
Dari penyelesaian menurut Blasius diketahui juga bahwa gradien kecepatan pada

permukaan adalah :

atau

Dari , maka koefisien gesek dapat dinyatakan dengan

.
13

Koefisien gesek rerata permukaan sepanjang L adalah :

Metode Integral

Persamaan momentum lapis batas diintegralkan dari y = 0 smpai y = 

Pada y =  dianggap u = , sehingga integral di atas menjadi

Jika persamaan kontinyuitas diintegralkan, maka diperoleh :

dan jika dikalikan dengan diperoleh .

Jika hasil ini disubstitusikan ke persamaan momentum di atas, maka diperoleh :

Karena dan hanya merupakan fungsi jarak x, maka persamaan integral

momentum menjadi :

atau

Ungkapan di atas menunjukkan bahwa laju momentum dalam lapis batas diimbangi oleh
gaya geser pada permukaan dinding. Persamaan integral momentum di atas dapat
dinyatakan dalam bentuk non dimensi sebagai berikut :
14

Untuk menyelesaikan persamaan integral momentum tersebut distribusi kecepatan dalam


daerah lapis batas harus diketahui lebih dahulu dengan syarat-syarat batas yang harus
dipenuhi, misalnya pada:

 = 0, =0

 = 1, =1

 = 1, =0

 = 0, =0

Jika distribusi kecepatan diasumsikan berbentuk polinomial orde-3,

maka berdasarkan syarat-syarat batas di atas diperoleh :


 0=a
 1=0+b+c+d
 0 = b + 2c + 3d
 0 = 2c
Penyelesaian persamaan di atas akan menghasilkan a = c = 0, b = 3/2, dan d = – ½.

Distribusi kecepatan menjadi :

Jika distribusi kecepatan ini disubstitusikan ke persamaan integral momentum, dan integral
dijalankan, maka akan diperoleh :

atau .

Integrasi persamaan di atas akan menghasilkan

atau
15

Dari distribusi kecepatan di atas, maka gradien kecepatan pada permukaan, ,

dan karena , maka koefisien gesek dapat dinyatakan dengan

atau .

Koefisien gesek rerata permukaan sepanjang L adalah :

Tabel 1.4. Perbandingan tebal lapis batas dan koefisien gesek berdasakan berbagai
pendekatan profil kecepatan
Profil kecepatan /x Cfx

Eksak

Polinomial orde-2

Polinomial orde-3

Polinomial orde-3

1.5.3. Persamaan energi

Metode eksak

Koefisien perpindahan kalor konveksi dapat ditentukan jika gradien temperatur pada
permukaan diketahui berdasarkan distribusi tempera- tur dalam daerah lapis batas termal.
Distribusi temperatur dalam daerah lapis batas termal diperoleh dari hasil penyelesaian
persamaan energi yang diturunkan berdasarkan hukum kekekalan energi yang diaplikasikan
pada volume atur.
16

cpuTdy

cpvTdx

Gambar 1.9. Berbagai bentuk energi yang melintasi volume atur

Untuk menyederhanakan analisis, selain asumsi-asumsi yang telah dinyatakan di depan,


perpindahan kalor dalam arah-x diabaikan.
Kestimbangan energi pada volume atur adalah :
Energi konveksi yang masuk melalui permukaan sebelah kiri +
Energi konveksi yang masuk melalui permukaan sebelah bawah +
Energi konduksi yang masuk melalui permukaan sebelah bawah +
Kerja total akibat gaya geser pada volume atur =
Energi konveksi yang keluar melalui permukaan sebelah kanan +
Energi konveksi yang keluar melalui permukaan sebelah atas +
Energi konduksi yang keluar melalui permukaan sebelah atas.

Berdasarkan persamaan-persamaan yang ditulis pada Gambar 1.9 di atas, dan dengan
mengabaikan derivatif yang mempunyai orde tinggi, maka kesetimbangan energi menjadi :

atau ; = difusivitas termal.


17

Persamaan di atas adalah persamaan energi lapis batas laminer. Untuk kecepatan aliran
rendah( jika bilangan Mach < 0,2 ), suku ke-dua ruas kanan (kerja viskos ) dapat diabaikan,
sehingga persamaan energi lapis batas menjadi :

Ternyata bahwa dengan penyederhanaan ini bentuk persamaan energi identik dengan
persamaan momentum. Jika variabel kecepatan dan temperatur dinyatakan dalam bentuk
tak berdimensi maka kedua persamaan juga akan mempunyai penyelesaian yang identik
pula.
Persamaan energi mempunyai penyelesaian yang identik dengan penyelesaian persamaan
momentum jika  =  atau bilangan Pr = 1.
Jika keadaan ini terpenuhi, maka temperatur,  = f’(), dan koefisien perpindahan kalor dapat
dihitung dengan persamaan :

Tabel 1.5. Analogi persamaan momentum dan persamaan energi

Persamaan momentum Persamaan energi

Syarat batas : Syarat batas :

Dari penyelesian persamaan momentum menurut Blasius,


18

koefisien arah garis singgung pada y = 0, dan dari

, maka .

Jadi, koefisien perpindahan kalor menjadi :

atau ; untuk Pr = 1

Berdasarkan hasil penelitian analitik dari Pohlhausen, hubungan antara tebal lapis batas

hidrodinamis dan lapis batas termal dapat dinyatakan dengan untuk 0,6  Pr 

50, dan distribusi temperatur tetap identik dengan distribusi kecepatan. Oleh karena itu,

faktor koreksi sebesar dapat disertakan pada variabel , sehingga koefisien

perpindahan kalor menjadi

; untuk 0,6  Pr  50.

Koefisien perpindahan kalor rerata untuk permukaan sepanjang L diperoleh dengan


mengintegralkan koefisien perpindahan kalor lokal dari x = 0 sampai x = L, atau

atau atau .

Metode integral

Persamaan energi dapat juga dinyatakan dalam persamaan integral seperti pada persamaan
momentum. Jika persamaan energi diintegralkan dari y = 0 sampai y = t, maka diperoleh
bentuk

Berdasarkan aturan derivatif xdy = dxy – ydx, maka persamaan di atas menjadi

atau
19

= vT - 0 =0 =0

dan karena pada y = t, v = , maka persamaan menjadi

hanya fungsi x saja, sehingga

Persamaan di atas adalah persamaan energi dalam bentuk persamaan integral.


Agar persamaan di atas dapat diselesaikan, maka distribusi temperatur dalam daerah lapis
batas harus diketahui. Syarat-syarat batas yang harus dipenuhi oleh persamaan distribusi
temperatur adalah :

 = 1 pada =0

 = 0 pada =1

 pada =1

 pada =0

Jika profil temperatur berbentuk polinomial orde-3,

=a+b +c +d ,

dengan syarat-syarat batas di atas,maka diperoleh :


a = 1 ; b = – 3/2 ; c = 0 ; d = ½
Jadi, persamaan distribusi temperatur adalah

=1– +
20

Pada persamaan integral energi, tebal lapis batas termal t belum diketahui. Untuk
menghitung t, distribusi temperatur dan distribusi kecepatan disubstitusikan ke persamaan
integral energi. Penyelesaian akan bermasalah jika t > , karena pada y =  , u = U. Jika
diasumsi- kan bahwa t  , maka jika integral dijalankan akan diperoleh

atau dengan dan .

Jika hasil ini diintegralkan terhadap x dengan t = 0 pada x = 0, maka diperoleh

Jika didibsitusikan ,maka persamaan di atas menjadi

Atau

Jika hasil ini dibandingkan dengan hasil dari Pohlhausen, maka terdapat perbedaan sebesar
2,5% untuk rentang bilangan Prandtl yang sama.

Koefisien perpindahan kalor

Dari persamaan Fourier,

Koefisien perpindahan kalor konveksi


21

Karena koefisien sangat dekat dengan yang dihasilkan dari metode eksak, maka persamaan
di atas dapat dinyatakan dalam bentuk tak berdimensi, yaitu :

; untuk 0,6  Pr  50.

Ungkapan di atas cukup akurat untuk memprediksi koefisien perpindahan kalor konveksi
aliran laminar di atas plat rata.
Koefisien perpindahan kalor rerata untuk permukaan sepanjang L dapat dihitung dengan
mengintegralkan koefisien perpindahan kalor lokal sepanjang plat dan hasilnya sama dengan
yang dihasilkan dengan metode integral.
Perlu diingat bahwa sifat-sifat fluida ditentukan berdasarkan temparatur film yaitu rerata dari

temperatur permukaan dan temperatur aliran bebas atau .

Contoh
1. Udara atmosfer yang temperaturnya 27 C mengalir di atas plat rata dengan kecepatan 2
m/s. Plat dipanasi sehingga temperaturnya uniform sebesar 60 C.
a. Hitung tebal lapis batas hidrodinamis pada jarak 20 cm, dan 40 cm dari lingir depan,
b. Hitung laju perpindahan kalor pada permukaan sepanjang 20 cm, dan 40 cm.
c. Hitung gaya tahan ( drag ) pada permukaan sepanjang 20 cm dan 40 cm.

Penyelesaian :
Sifat-sifat fluida ditentukan berdasarkan

Dari tabel sifat-sifat untuk udara diperoleh :


 = 17,6 x 10-6 m2/s
k = 0,0275 W/m C
 = 1,1181 kg/m3
Pr = 0,7
cp = 1,006 kJ/kg C
a. Pada jarak x = 20 cm :

Rex = < 200.000 berarti aliran laminar.

Tebal lapis batas, = 0,0066 m


22

= 6,15 W/m2 C.


Koefisien perpindahan kalor rerata sepanjang 20 cm,
= 2.6,15 = 12,3 W/m2 C.
Untuk lebar plat 1 m, laju perpindahan kalor pada permukaan sepanjang 0,2 m
adalah :
Q= A ( Ts - T) = 12,3.0,2 (60 – 27) = 81,18 Watt
b. Pada x = 40 cm,

Rex = < 200.000 berarti aliran laminar.

Tebal lapis batas, = 0,0093 m

hx = 4,349 W/m2 C.


Koefisien perpindahan kalor rerata sepanjang 20 cm,
= 2.4,349 = 8,698 W/m2 C.
Untuk lebar plat 1 m, laju perpindahan kalor pada permukaan sepanjang 0,4 m
adalah :
Q= A ( Ts - T) = 8,698.0,4 (60 – 27) = 114,8 Watt
c. Pada jarak x = 20 cm,

Koefisien gesek = 0,0044

Koefisien gesek rerata sepanjang 0,2 m, = 2.Cfx = 0,0088


Gaya tahan pada permukaan,
FD = .w.L.1/2.. = 0,0088.1.0,2.1/2.1,1181.22
= 0,0039 Newton
Pada jarak x = 40 cm,
Koefisien gesek

= 0,0021
Koefisien gesek rerata sepanjang 0,2 m, = 2.Cfx = 0,0042
Gaya tahan pada permukaan,
FD = .w.L.1/2.. = 0,0042.1.0,4.1/2.1,1181.22
23

= 0,00376 Newton.

Perhatikan bahwa :
1) Tebal lapis batas makin besar pada jarak yang makin jauh dari lingir depan,
2) Pada jarak yang makin jauh dari lingir depan, koefisien perpindahan kalor lokal
maupun reratanya makin kecil.
3) Pada kasus ke-dua, walaupun koefisien perpindahan kalor lebih rendah dari pada
kasus pertama, laju perpindahan kalor yang lebih tinggi disebabkan oleh luas
permukaan yang lebih besar.
4) Pada jarak yang makin jauh dari lingir depan, koefisien gesek lokal maupun reratanya
makin.

Hubungan antara koefisien gesek dan koefisien perpindahan kalor

Dari koefisien gesek lokal dapat dinyatakan bahwa dan koefisien

perpindahan kalor lokal .


Jika Bilangan Stanton didefinisikan sebagai

maka

atau .
Ruas kanan dari persamaan di atas sama dengan ruas kanan dari ungkapan koefisien
gesek, sehingga diperoleh hubungan :

Hubungan diatas disebut analogi Reynolds-Colburn, dan analogi di atas juga berlaku untuk
harga reratanya, yaitu :

Dalam literatur sering dijumpai simbol .

Secara fisik bilangan Stanton dapat diartikan


24

Anda mungkin juga menyukai