Anda di halaman 1dari 216

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

CV. PENERBIT QIARA MEDIA


210 hlm: 15,5 x 23 cm

Copyright @2022
ISBN:
Penerbit IKAPI No. 237/JTI/2019

Penulis:
Margareth Sylvia Sabarofek, S.Sos., MM

Editor: Tim Qiara Media


Layout: Kharisma Amalia
Desainer Sampul: Kharisma Amalia
Gambar diperoleh dari www.google.com
Cetakan Pertama, 2022

Diterbitkan oleh:
CV. Penerbit Qiara Media - Pasuruan, JawaTimur
Email: qiaramediapartner@gmail.com
Web: qiaramedia.wordpress.com
Blog: qiaramediapartner.blogspot.com
Instagram: qiara_media

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang. Dilarang mengutip


dan/atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin
tertulis penerbit.

Dicetak Oleh CV. Penerbit Qiara Media


Isi di luar tanggung jawab percetakan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | iii


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 19 TAHUN 2002


TENTANG HAK CIPTA

PASAL 72

KETENTUAN PIDANA

SANKSI PELANGGARAN

a. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa


hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan
Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-
masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (Satu juta rupiah),
atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh tahun
dengan atau denda paling banyakRp.
5.000.000.000,00 (Limamiliar rupiah).
b. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan,
memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada
umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran
hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud
pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rp. 500.000.000,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | iv


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................. v


BAB I
PENGERTIAN SUMBER DAYA MANUSIA ............................................ 2
1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ...................................2
1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia .........................................4
BAB II
KETERKAITAN SDM DENGAN MANAJEMEN STRATEGI ............... 14
2.1 Keterkaitan MSDM Dengan Manajemen Strategi .............................14
2.1.1 Manajemen Strategi...................................................................14
2.1.2 Manajemen Strategi SDM .........................................................17
2.2 SDM Sebagai Keunggulan Bersaing .................................................23
BAB III
ANALISIS PEKERJAAN, PERENCANAAN SDM DAN ORIENTASI ... 27
3.1 Analisis Pekerjaan .............................................................................28
3.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia .................................................37
3.3 Perekrutan, Penempatan, dan Job Description...................................44
3.4 Orientasi ............................................................................................58
BAB IV
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN .......................................................... 67
4.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan ................................................68
4.2 Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Pelatihan .................................70
4.3 Tahap-tahap Pendidikan dan Pelatihan..............................................72
4.4 Jenis Pendidikan dan Pelatihan .........................................................76
4.5 Metode Pendidikan dan Pelatihan .....................................................78
4.6 Mengukur Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan ...............................83
BAB V
KARIR ..................................................................................................... 87
5.1 Karir ..................................................................................................87
5.2 Manajemen Karir ..............................................................................91
5.3 Perencanaan Karir .............................................................................95
5.4 Pengembangan Karir .........................................................................97
5.5 Manajemen Talenta .........................................................................101

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | v


BAB VI
PENILAIAN KINERJA ......................................................................... 106
6.1 Syarat Efektivitas Penilaian Kinerja ................................................108
6.2 Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja ............................................110
6.3 Elemen Penilaian Kinerja ................................................................112
6.4 Proses Penilaian Kinerja .................................................................117
6.5 Metode Penilaian Kinerja ................................................................120
6.6 Masalah dan Solusi Dalam Penilaian Kinerja..................................127
BAB VII
KOMPENSASI ...................................................................................... 137
7.1 Hubungan Kompensasi Dengan Motivasi .......................................138
7.2 Jenis-jenis Kompensasi ...................................................................144
7.3 Tujuan Pemberian Kompensasi .......................................................146
7.4 Metode Pemberian Kompensasi ......................................................148
BAB VIII
HUBUNGAN INDUSTRIAL .................................................................. 154
8.1 Konsep Dasar Hubungan Industrial .................................................154
8.2 Negoisasi .........................................................................................167
BAB IX
KONSEP K3 .......................................................................................... 174
9.1 Pemahaman Dasar Tentang K3 .......................................................174
9.2 Tahap Penerapan SMK3 .................................................................177
9.3 Tingkatan Penerapan SMK3 di Perusahaan ....................................188
9.4 Penyebab dan Cara Mengatasi Kecelakaan Kerja ...........................195
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................204

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | vi


BAB I
PENGERTIAN
SUMBER DAYA MANUSIA

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 1


BAB I

PENGERTIAN SUMBER DAYA MANUSIA

1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Istilah sumber daya manusia (SDM) menggambarkan orang-

orang yang membentuk tenaga kerja suatu perusahaan atau organisasi.

Dalam dunia bisnis, sumber daya manusia adalah departemen yang

bertanggung jawab untuk merekrut dan melatih karyawan,

mengembangkan kebijakan tempat kerja, mengelola tunjangan karyawan,

dan memotivasi karyawan untuk tetap berada di organisasi. Sumber daya

manusia adalah orang (orang) atau pegawai yang bekerja untuk suatu

organisasi. Karyawan adalah sumber daya yang memajukan tujuan

perusahaan dengan menyediakan tenaga kerja. Sumber daya manusia

mengacu pada semua karyawan organisasi.

Manajemen sumber daya manusia (SDM) adalah istilah umum

yang menggambarkan pengembangan dan pengelolaan karyawan dalam

suatu organisasi dengan tujuan untuk meningkatkan efektivitas mereka.

MSDM juga disebut sebagai manajemen sumber daya manusia atau

manajemen bakat, yang semuanya mengacu pada proses pengawasan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 2


modal manusia (karyawan). MSDM dikelola oleh departemen Sumber

Daya Manusia.

Departemen ini biasanya bertanggung jawab untuk membuat,

menerapkan, dan mengawasi kebijakan karyawan dan hubungan

perusahaan dengan karyawannya. Ini termasuk menciptakan struktur

organisasi yang ideal untuk dijalankan. Manajemen SDM merupakan

salah satu divisi yang berperan dalam mengembangkan potensi karyawan

suatu perusahaan sebagai aset bisnis.

Jika aset-aset tersebut dikelola dengan baik dan didukung dengan

sistem aplikasi SDM yang baik, produktivitas karyawan juga akan lebih

efektif dan pada akhirnya dapat memaksimalkan keuntungan perusahaan.

Divisi ini akan membekali karyawannya dengan berbagai pengetahuan

tentang perusahaan, fasilitas yang diperlukan, pelatihan, pembinaan,

layanan administrasi, dan sebagainya. Semua ini dipenuhi oleh

manajemen SDM untuk mencapai tujuan bisnis. Manajemen SDM

sebuah perusahaan berperan dalam memastikan bahwa hubungan antara

perusahaan dengan seluruh karyawan dan timnya adalah salah satu

solidaritas. Jika terjalin hubungan yang solid antara perusahaan dengan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 3


karyawannya, maka dipastikan tempat kerja akan kondusif dan

meminimalisir miskomunikasi.

1.2 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Keberadaan manajemen SDM sangat penting untuk mengelola

karyawan di tempat kerja untuk mencapai misi organisasi dan

memperkuat budaya kerja di perusahaan. Ketika SDM dikelola secara

efektif, manajer SDM dapat lebih mudah merekrut profesional baru yang

memiliki keterampilan yang dibutuhkan perusahaan. Fungsinya adalah

untuk memajukan visi perusahaan dan membantu dalam memberikan

pelatihan dan pengembangan karyawan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Manajemen SDM merupakan bagian penting dalam

menjaga atau meningkatkan kesehatan perusahaan. Selain itu, manajer

SDM juga berperan penting dalam memantau atau memantau keadaan

pasar kerja untuk membantu perusahaan tetap kompetitif. Ini termasuk

hal-hal seperti memastikan kompensasi dan tunjangan yang adil, acara

alokasi pekerjaan berdasarkan bidang keahlian, dan banyak lagi. Dari

penjelasan tersebut, fungsi keberadaan manajemen sumber daya manusia

di perusahaan dapat diuraikan sebagai berikut:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 4


1) Staffing

Fungsi manajemen SDM yang pertama adalah staffing atau

kepegawaian. Kepegawaian pada jabatan manajemen sumber

daya manusia merupakan jabatan yang mengatur tentang

keanggotaan. Ada tiga kegiatan utama dari fungsi ini

termasuk perencanaan, penarikan dan memilih. Fungsi

manajemen sumber daya manusia memegang peranan penting

dalam menentukan kualitas sumber daya manusia dalam suatu

perusahaan. Manajemen SDM akan melakukan perencanaan

terkait rekrutmen dan pengembangan SDM serta seleksi dan

penarikan terkait dengan kualitas individu SDM tersebut.

Kegiatan kepegawaian meliputi:

 Mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan bakat

(terutama melalui perekrutan)

 Manfaatkan berbagai teknologi perekrutan untuk

merekrut (dan menyaring berdasarkan pengalaman)

sejumlah besar pelamar

 Hentikan kontrak jika perlu

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 5


 Menegakkan dan menyelaraskan praktik perekrutan

yang etis

 Menyusun kontrak kerja dan menegosiasikan gaji dan

tunjangan

2) Evaluasi Kinerja

Fungsi pengelolaan SDM dalam suatu perusahaan tentunya

akan melakukan evaluasi kinerja SDM-nya. Seorang

manajemen sumber daya manusia bertanggung jawab untuk

mengevaluasi kinerja SDM. Fungsi manajemen sumber daya

manusia ini dapat mencakup penilaian dan evaluasi terkait

kinerja yang diberikan dari waktu ke waktu. Evaluasi

memungkinkan perusahaan untuk memastikan bahwa setiap

SDM memenuhi tanggung jawab pekerjaannya masing-

masing. Manajemen sumber daya manusia juga perlu

berkembang dalam berbagai bentuk, seperti pelatihan, untuk

meningkatkan kinerja SDM.

3) Kompensasi

Fungsi manajemen SDM selanjutnya adalah kompensasi.

Posisi ini nantinya akan berkaitan dengan kompensasi atas

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 6


kinerja yang diberikan oleh SDM, yang juga akan berkaitan

dengan kepuasan dan manfaat yang diterima oleh perusahaan.

Kompensasi bisa berupa gaji pokok, bonus, insentif, asuransi

kesehatan, cuti, hingga dana pensiun. Departemen sumber

daya manusia memiliki tugas untuk membuat struktur gaji

yang tepat sedangkan manajer memiliki tugas untuk

menyediakan gaji. Keduanya harus diselaraskan dengan baik

agar pemberian ganti rugi sejalan dengan keputusan bersama

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemberian

kompensasi dimaksudkan untuk membangun suasana

persaingan antar karyawan di perusahaan yang adil dan sesuai

dengan kebijakan yang berlaku. Kegiatan kompensasi

meliputi:

 Tetapkan tingkat kompensasi agar sesuai dengan

pasar, menggunakan tolok ukur seperti standar industri

untuk posisi tertentu

 Negosiasikan tarif untuk asuransi kesehatan

kelompok, rencana pensiun, dan manfaat lainnya

dengan penyedia pihak ketiga

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 7


 Diskusikan kenaikan dan kenaikan lainnya dan/atau

penurunan imbalan dengan karyawan dalam organisasi

 Memastikan kepatuhan terhadap ekspektasi hukum

dan budaya dalam hal imbalan kerja

4) Pelatihan dan Pengembangan

Pelatihan dan pengembangan merupakan fungsi manajemen

SDM yang penting untuk meningkatkan kualitas SDM.

Departemen SDM bertanggung jawab untuk membantu

manajer dalam membuat program pelatihan untuk setiap

lapisan karyawan untuk menghasilkan kinerja yang lebih

berkualitas. Manajemen SDM juga harus terlibat dalam

program pelatihan dan pengembangan, menilai kebutuhan

program pelatihan dan pengembangan, dan mengevaluasi

efektivitas program pelatihan dan pengembangan. Posisi ini

tidak hanya memberikan pelatihan, tetapi juga memungkinkan

manajemen SDM untuk bertanggung jawab atas masalah

pemutusan hubungan kerja dalam situasi tertentu.

Pelatihan dan Pengembangan terdiri dari tiga kegiatan utama:

pelatihan, pendidikan dan pengembangan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 8


 Pelatihan: Kegiatan ini difokuskan pada, dan

dievaluasi terhadap, pekerjaan seseorang saat ini

memegang.

 Pendidikan: Kegiatan ini berfokus pada pekerjaan

yang berpotensi dimiliki seseorang di masa depan dan

membandingkannya dengan pekerjaan tersebut.

 Pengembangan: Aktivitas ini berfokus pada aktivitas

yang mempekerjakan individu oleh organisasi, atau di

mana individu tersebut menjadi bagian, dapat

berpartisipasi di masa depan, dan hampir tidak

mungkin untuk dievaluasi.

5) Employee Relations

Manajemen SDM adalah manajemen yang berhubungan

langsung dengan SDM dalam segala aspek. Untuk perusahaan

yang berserikat, fungsi manajemen SDM harus aktif dalam

menangani semua masalah dan negosiasi serikat pekerja.

Tanggung jawab utama departemen SDM adalah menghindari

praktik tidak sehat seperti mogok kerja. Di perusahaan yang

tidak memiliki serikat pekerja, departemen sumber daya

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 9


manusia harus terlibat dalam hubungan kerja. Posisi ini

memastikan bahwa karyawan diperlakukan dengan baik dan

ada cara yang jelas dan baik untuk menangani keluhan yang

keluar. Kegiatan kepegawaian dan hubungan kerja meliputi:

 Mediasi dalam perselisihan antara karyawan dan

atasan

 Mediasi dalam perselisihan antara karyawan dan

karyawan lainnya

 Mempertimbangkan Klaim Pelecehan dan Pelecehan

Lainnya di Tempat Kerja

 Membahas hak-hak pekerja dengan serikat pekerja,

manajemen dan pemangku kepentingan

 Bertindak sebagai suara organisasi dan/atau suara

karyawan pada semua masalah organisasi yang lebih

luas terkait dengan kesejahteraan karyawan

6) Personal Researc

Fungsi manajemen SDM selanjutnya adalah menganalisis

masalah individu dan perusahaan dan membuat perubahan

yang sesuai. Manajemen SDM juga akan berperan sebagai

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 10


solusi atas permasalahan yang muncul atau pertanyaan

pribadi. Masalah yang sering dipertimbangkan oleh

departemen Sumber Daya Manusia termasuk penyebab

ketidakhadiran atau keterlambatan karyawan, prosedur

rekrutmen dan seleksi yang tepat, dan penyebab

ketidakpuasan staf. Departemen Sumber Daya Manusia

bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan menganalisis

informasi tentang ini. Hasilnya digunakan untuk menilai

apakah kebijakan yang ada harus diubah atau tidak.

7) Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Fungsi terakhir dari manajemen SDM adalah menciptakan

kesehatan dan keselamatan kerja yang baik di lingkungan

perusahaan. Kesehatan dan keselamatan kerja akan merusak

kredibilitas perusahaan. Seorang manajemen SDM harus

memperhatikan keselamatan karyawannya melalui program-

program yang dijalankannya. Hal ini dilakukan untuk

meminimalisir kejadian tak terduga dan menciptakan suasana

aman di lingkungan kerja. Manajemen SDM juga bertugas

memberikan pelatihan khusus tentang keselamatan kerja dan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 11


membuat program kesehatan bagi karyawan. Selain itu,

Manajemen SDM wajib melaporkan setiap kali terjadi

kecelakaan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 12


BAB II
KETERKAITAN SDM
DENGAN MANAJEMEN
STRATEGI

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 13


BAB II

KETERKAITAN SDM DENGAN MANAJEMEN STRATEGI

2.1 Keterkaitan MSDM Dengan Manajemen Strategi

2.1.1 Manajemen Strategi

Manajemen strategis dapat diartikan sebagai cara membimbing

perusahaan dalam mencapai sejumlah tujuan. Mulai dari nilai dan

tanggung jawab perusahaan, kemampuan manajemen, hingga sistem

administrasi yang terkait dengan pengambilan keputusan strategis dan

operasional pada tingkat hierarki yang berbeda. Pada dasarnya,

manajemen strategis adalah seperangkat keputusan dan tindakan

mendasar yang diambil oleh manajemen puncak dan diterapkan oleh

semua anggota organisasi untuk mewujudkan tujuan organisasi.

Manajemen puncak, tingkat manajemen dan operasi lainnya

memiliki peran masing-masing dalam melakukan manajemen strategis.

Seluruh komponen dalam perusahaan harus ikut serta dalam

merumuskan, melaksanakan dan memantau keputusan-keputusan yang

telah disepakati. Hasilnya, tujuan bersama tercapai.

Setidaknya ada tujuh tujuan manajemen strategis sebagai berikut.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 14


a. Memberikan arah kepada perusahaan yang ingin dicapai

dalam jangka panjang.

b. Membantu perusahaan beradaptasi dengan bisnis apa pun.

c. Membuat kinerja bisnis lebih efektif.

d. Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang telah

disepakati secara efektif dan efisien.

e. Membuat strategi baru untuk beradaptasi dengan

perkembangan lingkungan eksternal.

f. Menilai kekuatan dan kelemahan serta mengamati peluang

dan ancaman bisnis perusahaan.

g. Berinovasi dalam produk dan layanan agar selalu dicintai

konsumen

Idealnya, proses manajemen strategis dipandu oleh pemahaman

yang menyeluruh dan menyeluruh tentang pasar, lingkungan eksternal

dan persaingan. Berikut adalah tiga proses penerapan manajemen

strategis dalam bisnis.

a. Tahap formulasi

Membuat misi, menentukan kekuatan dan kelemahan

internal, mengidentifikasi peluang dan tantangan eksternal

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 15


dan membuat pilihan strategis, termasuk kegiatan yang

dilakukan dalam tahap formulasi. Termasuk diskusi

mengenai bisnis baru yang akan dijalankan atau bisnis

yang akan dihentikan.

b. Tahap implementasi

Pada tahap ini, diperlukan menentukan tujuan, mengelola

kebijakan dan semua sumber daya, serta memotivasi

karyawan. Membangun budaya yang mendukung strategi

dan menciptakan struktur organisasi yang efektif menjadi

faktor dalam tahap implementasi.

c. Tahap evaluasi

Ada tiga kegiatan utama dalam tahap evaluasi, yaitu

menganalisis semua faktor internal dan eksternal,

mengukur kinerja dan menentukan tindakan korektif.

Tahap evaluasi diperlukan untuk mengamati keberhasilan

atau kegagalan strategi yang diterapkan. Evaluasi

diperlukan agar strategi perusahaan dapat disesuaikan

dengan baik untuk setiap perubahan internal dan eksternal.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 16


2.1.2 Manajemen Strategi SDM

Manajemen Strategis Sumber Daya Manusia (SDM) adalah

praktik menyelaraskan strategi bisnis dengan praktik SDM untuk

mencapai tujuan strategis organisasi. Tujuan dari Manajemen Strategi

SDM adalah untuk memastikan bahwa strategi SDM bukanlah sarana,

tetapi tujuan itu sendiri dalam hal tujuan bisnis. Alasan di balik

Manajemen Strategis SDM adalah bahwa perusahaan harus

"menyesuaikan" strategi SDM mereka dalam kerangka tujuan bisnis

secara keseluruhan dan oleh karena itu memastikan bahwa ada

keselarasan antara praktik SDM dan tujuan strategis organisasi.

Dengan munculnya ekonomi industri baru seperti dunia teknologi

informasi dan menjamurnya sektor jasa, organisasi di seluruh dunia

menyadari bahwa sumber daya manusia harus dilihat sebagai sumber

keunggulan kompetitif daripada memperlakukan mereka dengan cara

yang sama dalam hal akses ke teknologi atau modal. Hal ini berarti

bahwa praktik manajemen SDM dipandang sebagai sesuatu yang

memajukan tujuan bisnis perusahaan dan bukan hanya faktor lain dalam

bagaimana perusahaan dijalankan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 17


Dengan kemajuan ekonomi saat ini, dengan jasa merupakan

proporsi yang signifikan dari produk domestik bruto (PDB) dan fakta

bahwa sektor jasa secara alami berorientasi pada orang, sangat penting

bahwa organisasi mengambil pendekatan yang mengutamakan manusia

untuk strategi bisnis yang berkelanjutan.

Praktik Manajemen Strategi SDM memerlukan pendekatan

proaktif dan langsung dari manajemen dan departemen SDM ke seluruh

rangkaian kegiatan mulai dari kepegawaian dan pelatihan dan

pengembangan hingga pendampingan dan pembayaran serta manajemen

kinerja.

Keberhasilan proses manajemen strategis tergantung pada

keterlibatan fungsi manajemen SDM. Berkenaan dengan proses

perumusan strategi, keterlibatan peran manajemen SDM bervariasi

tergantung pada tingkat integrasi atau hubungan antara fungsi

perencanaan strategis dan fungsi manajemen SDM. Terdapat empat

tingkat keterpaduan atau hubungan antara fungsi perencanaan strategis

dengan fungsi manajemen SDM, yaitu:

a. Hubungan administratif: tingkat integrasi rendah,

manajemen SDM Perhatian terfokus pada aktivitas sehari-

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 18


hari, terpisah dari unsur-unsur proses manajemen

strategis.

b. Hubungan satu arah: Rencana Strategis diinformasikan

kepada Departemen Manajemen SDM, sehingga

Manajemen SDM memiliki peran dalam merancang

sistem dan/atau program yang mendukung implementasi

Renstra.

c. Hubungan dua arah: masalah dan dampak pada sumber

daya manusia diperhitungkan dalam proses perumusan

rencana strategis. Fungsi perencanaan strategis dan

manajemen SDM saling bergantung pada hubungan dua

arah dengan tiga langkah berikut:

 Perencanaan strategis Diinformasikan oleh

departemen Manajemen SDM.

 Manajemen SDM berfungsi untuk menganalisis

isu dan dampak dari rencana strategis terhadap

sumber daya manusia dan kemudian

menginformasikan bagian Perencanaan Strategis.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 19


 Tim Perencanaan Strategis membuat keputusan

strategis dan menginformasikan departemen

manajemen SDM untuk mengembangkan sistem

dan/atau program untuk mendukung pelaksanaan

rencana strategis.

d. Hubungan integratif: dinamis dan terus menerus interaktif

dalam berbagai aspek. Fungsi manajemen SDM dibangun

langsung ke dalam proses perumusan rencana strategis

dan implementasi strategi.

Dari keempat tingkat integrasi atau hubungan antara fungsi

perencanaan strategis dengan fungsi manajemen SDM, tentunya

hubungan yang paling ideal untuk mendukung proses manajemen

strategis perusahaan adalah hubungan integratif. Bagaimana manajemen

SDM dapat memberikan keunggulan kompetitif dalam proses manajemen

strategis dijelaskan dalam dua bagian berikut:

a. Peran Manajemen SDM dalam Proses Perumusan Strategi

Terdapat lima elemen utama proses manajemen strategis

yang terkait dengan perumusan strategi, yaitu Misi -

Tujuan - Analisis Eksternal - Analisis Internal - Pemilihan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 20


Strategi. Analisis eksternal membutuhkan masukan terkait

SDM, banyak peluang dan ancaman di lingkungan

eksternal terkait SDM seperti kondisi pasar tenaga kerja,

peraturan pemerintah terkait ketenagakerjaan dan lain

sebagainya. Hal yang sama berlaku untuk analisis internal.

Analisis kekuatan dan kelemahan internal memerlukan

masukan terkait SDM karena SDM merupakan aset bisnis

yang penting. Dengan mempertimbangkan input terkait

SDM, Tim Perencanaan Strategis dapat

mempertimbangkan semua masalah bisnis terkait SDM

sebelum membuat pilihan strategis sehingga dapat

membuat pilihan strategi yang paling efektif.

b. Peran manajemen SDM dalam proses implementasi

strategi Setelah pilihan strategi diterapkan, manajemen

SDM harus berperan aktif dalam implementasinya. Ada

lima variabel utama yang menentukan keberhasilan

implementasi strategi, yaitu struktur organisasi, desain

tugas, seleksi, pelatihan dan pengembangan sumber daya

manusia, sistem penghargaan dan sistem informasi.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 21


Untuk menjalankan strategi dengan baik, perlu dirancang struktur

organisasi dan pembagian kerja antar unit kerja untuk melanjutkan

strategi perusahaan. Selain itu, tugas masing-masing individu dalam

perusahaan harus ditentukan. Untuk melakukan tugas mereka, individu

harus memiliki pengetahuan dan keterampilan tertentu dan termotivasi

untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam kinerja

yang efektif dari tugas mereka. Hal ini dapat dicapai dengan rekrutmen,

seleksi dan pengembangan personel yang tepat. Selain itu, fungsi

manajemen SDM harus mengembangkan manajemen kinerja dan sistem

penghargaan yang mendorong individu untuk Bekerja Dengan Baik

Mendukung Pencapaian Strategi Perusahaan.

Dengan melibatkan sepenuhnya fungsi-fungsi Manajemen

Sumber Daya Manusia dalam perumusan dan implementasi strategi

perusahaan, maka perusahaan diharapkan mampu mengidentifikasi

berbagai permasalahan bisnis terkait SDM sejak awal proses perumusan

rencana strategis perusahaan sehingga dapat perusahaan dapat

menentukan strategi yang tepat Memilih dan menentukan langkah-

langkah untuk mengatasinya agar penerapan strategi dapat efektif.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 22


Fungsi manajemen SDM memiliki dampak besar pada

implementasi strategi dengan mengembangkan dan menyelaraskan

praktik manajemen SDM yang memastikan bahwa perusahaan telah

mengembangkan karyawan dengan berbagai keterampilan yang

diperlukan sehingga mereka dapat melakukan tugasnya secara efektif,

yang pada akhirnya mengarah pada pencapaian dari strategi perusahaan.

2.2 SDM Sebagai Keunggulan Bersaing

Meningkatnya persaingan di pasar domestik dan internasional

telah memusatkan perhatian pada pengembangan strategi yang

memaksimalkan pengembalian investasi dalam modal manusia (SDM).

Akibatnya, ada pengakuan yang lebih besar dari kompetensi organisasi

melalui keterampilan karyawan yang terampil; Budaya organisasi yang

unik dan sistem manajemen yang efektif membentuk dasar untuk

mencapai keunggulan kompetitif. Fakta bahwa organisasi dapat bersaing

secara efektif di pasar adalah salah satu tugas utama manajemen.

Proses terkait strategi SDM dan strategi bersaing perusahaan telah

mencapai puncaknya, diikuti dengan dua pendekatan yang berbeda.

Praktik SDM sebagai kunci keunggulan kompetitif yang digunakan

Perusahaan adalah sebagai berikut:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 23


a. Pelatihan pengenalan diberikan kepada semua karyawan

b. Program Pengembangan Manajemen (sertifikat dua

tingkat dalam manajemen, gudang dan manajemen sumber

daya manusia) untuk manajer yang baru diangkat

c. Pekerjaan keamanan untuk manajer

d. Tinjauan kinerja untuk manajer (dan karyawan jika

manajer toko memiliki kemampuan untuk menjalankan

proses.

Namun, dalam banyak praktik bisnis, masalah Sumber Daya

Manusia masih diabaikan. Keunggulan kompetitif biasanya dibahas

dalam konteks perencanaan strategis, yang berfokus pada analisis industri

dan persaingan, kebutuhan pelanggan, fitur produk/layanan, dan

kemampuan manufaktur, tidak termasuk masalah Sumber Daya Manusia.

Padahal, kontribusi Sumber Daya Manusia terhadap pengembangan

keunggulan kompetitif masih dipertanyakan. Untuk mencapai tujuan

SDM agar memberikan kontribusi yang lebih besar bagi organisasi untuk

mencapai keunggulan bersaing, maka diperlukan strategi yang tepat

dalam perencanaan SDM yang terintegrasi.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 24


Empat kondisi yang harus dipenuhi sebelum suatu sumber daya

dapat disebut sebagai sumber keunggulan kompetitif yang berkelanjutan,

yaitu:

a. Menjadi sumber daya organisasi yang sangat berharga,

terutama yang berkaitan dengan kemampuan menangkap

peluang dan/atau menetralisir ancaman dari lingkungan

bisnis.

b. Relatif sulit untuk dikembangkan dan dengan demikian

jarang terjadi dalam lingkungan yang kompetitif.

c. Sangat sulit untuk ditiru atau ditiru

d. Tidak bisa diganti dengan mudah.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 25


BAB III
ANALISIS PEKERJAAN,
PERENCANAAN SDM DAN
ORIENTASI

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 26


BAB III

ANALISIS PEKERJAAN, PERENCANAAN SDM DAN

ORIENTASI

Di setiap perusahaan, keberadaan departemen manajemen sumber

daya manusia sangat penting dalam analisis pekerjaan. Program analisis

jabatan atau job analysis di lingkungan bisnis memiliki kontribusi yang

sangat besar dan berpengaruh untuk mencapai hasil yang optimal.

Analisis pekerjaan merupakan tanggung jawab manajer, terutama

untuk menciptakan personel yang andal untuk menghadapi tantangan

teknologi modern. Analisis jabatan memungkinkan setiap individu dalam

perusahaan merasa nyaman dalam bekerja, memiliki martabat dan

merasakan nilai kejujuran.

Banyak informasi dapat dikumpulkan dengan melakukan analisis

pekerjaan. Tujuan utamanya adalah untuk menyelesaikan seluruh proses

dan menciptakan kecocokan yang sempurna antara pekerjaan dan

karyawan. Selain itu, misalnya saat menyiapkan rekening tahunan.

Tentunya diperlukan analisis pekerjaan yang detail dan menyeluruh agar

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 27


tim atau sumber daya manusia dapat mengelola data gaji, tunjangan dan

insentif lainnya untuk posisi tertentu.

3.1 Analisis Pekerjaan

1. Pengertian analisis pekerjaan

Analisis pekerjaan terdiri dari dua kata, analisis dan pekerjaan.

Analisis adalah kegiatan berpikir yang digunakan untuk menggambarkan

suatu subjek sebagai bagian, komponen, atau elemen, dan kemungkinan

kaitan dengan fungsinya. Pekerjaan adalah seperangkat tugas dan

tanggung jawab yang dilakukan, dilakukan dan dilakukan oleh karyawan

dalam waktu tertentu.

Analisis pekerjaan adalah bagian dari rencana tenaga kerja dan

proses penelitian dan pengumpulan informasi yang terkait dengan

aktivitas dan tanggung jawab pekerjaan. Di sini ditegaskan bahwa ada

dua kegiatan utama dalam analisis pekerjaan, yaitu mengumpulkan

informasi tentang kegiatan dan tanggung jawab pekerjaan. memberikan

informasi dan melakukan penelitian yang lebih mendalam.

Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis pekerjaan adalah proses

sistematis pengumpulan informasi tertulis tentang jenis pekerjaan apa

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 28


yang perlu dilakukan di perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi.

Analisis jabatan bertujuan untuk menganalisis jenis pekerjaan, kualifikasi

pegawai, perhitungan beban kerja, penempatan pegawai, dan menetapkan

standar kualitas pekerjaan.

2. Manfaat analisis pekerjaan

Manfaat atau kegunaan analisis pekerjaan adalah menciptakan

sumber daya manusia yang handal untuk menjawab tantangan teknologi

modern. Namun penggunaan teknologi yang maju menuntut perusahaan

untuk memiliki tenaga kerja atau sumber daya manusia yang kompeten

untuk menggunakan teknologi tersebut.

Selain itu, semakin tinggi teknologi yang digunakan, semakin

tinggi anggarannya, dan diharapkan akan memberikan hasil yang lebih

bagi perusahaan. Tujuan dari analisis jabatan tentu saja untuk dapat

menciptakan sumber daya manusia yang maksimal dengan pemanfaatan

teknologi yang maksimal, dengan tetap memberikan kenyamanan kepada

sumber daya manusia tersebut.

Tahapan analisis jabatan SDM harus dilakukan secara profesional

agar efektif dalam menentukan kualifikasi yang secara langsung dapat

mempengaruhi keberhasilan perusahaan. Analisis pekerjaan menawarkan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 29


manfaat seperti membangun kehadiran bisnis yang kompetitif di masa

depan. Selain itu, beberapa manfaat dari analisis pekerjaan adalah:

 Menetapkan untuk struktur gaji yang wajar.

 Penyelidikan terhadap tantangan lingkungan yang

mempengaruhi pekerjaan pribadi.

 Merencanakan kebutuhan staf di masa mendatang.

 Menentukan kebutuhan pelatihan karyawan baru dan yang

sudah ada.

 Mengatur pekerjaan karyawan sesuai dengan keahliannya.

 Mengembangkan standar prestasi kerja.

 Analisis elemen untuk membentuk posisi organisasi.

 Mendesain ulang pekerjaan untuk meningkatkan praktik

kepegawaian, mengurangi kesalahan, menghilangkan

masalah yang tidak perlu, dan meningkatkan kinerja.

3. Pentingnya analisis pekerjaan

Rincian yang dikumpulkan dengan melakukan analisis pekerjaan

memainkan peran penting dalam mengendalikan hasil pekerjaan tertentu.

Menentukan keberhasilan suatu pekerjaan tergantung pada analisis

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 30


pekerjaan yang jujur, akurat, dan menyeluruh. Ini juga membantu dalam

merekrut orang yang tepat untuk pekerjaan tertentu.

Tujuan utama dari menyelesaikan seluruh proses adalah untuk

menciptakan dan membangun kecocokan yang sempurna antara

pekerjaan dan karyawan. Analisis posisi juga dapat membantu manajer

SDM menentukan paket gaji dan tunjangan serta insentif lainnya untuk

posisi tertentu.

Hal ini membantu mengevaluasi kebutuhan pelatihan dan kinerja

karyawan yang ada secara efektif. Proses ini menjadi dasar untuk

merancang dan menetapkan strategi dan kebijakan untuk mencapai

tujuan organisasi. Namun, analisis pekerjaan tertentu tidak dapat

menjamin bahwa seorang manajer atau organisasi akan mencapai hasil

yang diinginkan.

Faktanya, mengumpulkan dan merekam informasi untuk tugas

tertentu melibatkan banyak komplikasi. Jika informasi pekerjaan tidak

benar dan diperiksa dari waktu ke waktu, karyawan tidak akan dapat

bekerja secara normal.

Kecuali jika manajer dan organisasi tidak tahu apa yang harus

dilakukan atau apa yang diharapkan dari mereka, waktu dan energi yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 31


dihabiskan untuk analisis pekerjaan tertentu kemungkinan besar akan

membuang-buang staf. Oleh karena itu, berhati-hatilah saat melakukan

analisis pekerjaan. Melakukan penyelidikan atau investigasi menyeluruh

atau tidak memihak terhadap manajer dan karyawan.

Manajer tahu siapa yang harus dipekerjakan dan mengapa.

Mereka dapat menemukan kandidat yang cocok. Pada saat yang sama,

karyawan yang ada atau yang akan datang tahu apa yang harus

dilakukan, bagaimana melakukannya dan hasil apa yang diinginkan.

Analisis pekerjaan dapat menentukan kecocokan yang tepat antara

jabatan dan karyawan.

4. Jenis analisis pekerjaan

Dalam prakteknya, analisis pekerjaan itu sendiri ada dua jenis,

yaitu analisis pekerjaan model konvensional dan analisis pekerjaan

model modern.

a. Model konvensional

Analisis model konvensional atau tradisional ini lebih

menitikberatkan pada pencarian informasi dari aspek-

aspek berikut, yaitu:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 32


 Aspek tanggung jawab masing-masing divisi

perusahaan,

 Aspek perkembangan dan pelaksanaan kegiatan

operasional perusahaan, beserta kendala yang

dihadapi,

 Aspek yang terkait dengan kewajiban umum staf

untuk posisi yang diembannya, dan

 Aspek kualifikasi minimal yang diterima sebagai

kualifikasi.

b. Model modern

Berbeda dengan model konvensional, analisis model

modern tidak berfokus pada perencanaan yang

berorientasi anggaran, tetapi lebih berorientasi pada hasil.

Meskipun demikian, analisis model modern tetap

berpengaruh pada peningkatan produktivitas, misalnya

melalui penggunaan komputer, penggunaan Wi-Fi dan

penggunaan aplikasi untuk meningkatkan kualitas dan

efektivitas kinerja karyawan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 33


5. Tahapan analisis pekerjaan

Berikut ini adalah tahapan-tahapan dalam melakukan suatu

pekerjaan/analisis pekerjaan. Tahapan ini dilakukan agar hasil yang

diperoleh sesuai dengan yang direncanakan. Berikut adalah tahapannya.

a. Persiapan awal

Ada dua hal yang harus dipersiapkan saat

mengidentifikasi pekerjaan dan menyiapkan daftar

pertanyaan. Proses mengidentifikasi pekerjaan tergantung

pada ukuran perusahaan. Di perusahaan kecil proses

identifikasi lebih mudah daripada di perusahaan besar

karena di perusahaan besar identifikasi pekerjaan dapat

dibangun berdasarkan label organisasi, penggajian,

penyedia dan sebagainya. Tahap selanjutnya adalah

memutuskan informasi yang diperoleh untuk memberikan

hasil yang bermanfaat, untuk itu perlu disusun daftar

pertanyaan yang isinya meliputi status dan identifikasi

pekerjaan, fungsi, tugas, manfaat dan tahapan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 34


b. Pengumpulan data

Sebagai tindak lanjut dari pekerjaan/analisis pekerjaan.

Ada lima teknik pengumpulan data, yaitu:

 Observant

Yaitu pengamatan langsung terhadap subjek yang

akan diamati saat melaksanakan tugas.

Kekurangannya adalah sangat mahal, lambat dan

kurang akurat. Hal baiknya adalah memungkinkan

analis mendapatkan informasi langsung,

memungkinkan analisis mengenali kondisi kerja,

keterampilan, dan peralatan yang akan digunakan.

 Wawancara

Dengan melakukan wawancara dengan karyawan

baik di posisi karyawan maupun manajer, sehingga

dapat mengecek kebenaran dari tanggapan yang

diterima. Digunakan untuk mengetahui kebenaran

informasi.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 35


 Kuesioner

pendekatan ini akan memungkinkan untuk

mempelajari banyak pekerjaan secara bersamaan

dan dengan biaya rendah.

 Logs

Orang yang memegang posisi tersebut akan

diminta untuk memberikan informasi. Log terdiri

dari beberapa catatan yang dikelola oleh karyawan

eksekutif. Log ini hampir identik dengan

kuesioner. Kerugian dari log adalah tidak

menampilkan data penting seperti kondisi kerja,

peralatan yang digunakan.

 Kombinasi

Yaitu adalah kombinasi dari semua metode di atas

untuk mendapatkan data yang berkualitas dan

dapat diandalkan.

c. Penyempurnaan data

Dari data yang diperoleh kemudian dipisahkan untuk

mendapatkan data yang relevan, yang kemudian siap

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 36


digunakan dalam berbagai bentuk, seperti deskripsi

pekerjaan, spesifikasi pekerjaan dan standar kerja.

3.2 Perencanaan Sumber Daya Manusia

Perencanaan Sumber Daya Manusia atau Human Resource

Planning (HRP) adalah proses peramalan sistematis yang

menghubungkan kebutuhan tenaga kerja perusahaan dengan rencana

strategisnya untuk memastikan bahwa tenaga kerjanya cukup, kompeten,

dan berkualitas untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut KBBI,

pengertian sumber daya manusia adalah “potensi manusia yang dapat

dikembangkan untuk proses produksi”.

Menurut Robert L. Perencanaan sumber daya manusia adalah

Mathis dan John H. proses menganalisis dan mengidentifikasi

Jacson (2001) ketersediaan dan kebutuhan sumber daya

manusia agar organisasi dapat mencapai

tujuannya.

Perencanaan tenaga kerja adalah proses


Andrew E. Sikula
penentuan kebutuhan tenaga kerja dan

sumber daya untuk memenuhi kebutuhan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 37


tersebut sehingga pelaksanaannya

berinteraksi dengan rencana organisasi.

Perencanaan SDM adalah suatu proses yang


Mondy & Noe (1995)
secara sistematis mengkaji keadaan sumber

daya manusia untuk memastikan bahwa

kuantitas dan kualitas dengan keterampilan

yang tepat tersedia pada saat dibutuhkan.

Perencanaan SDM adalah perencanaan yang


William B. Werther
sistematis untuk memprediksi kebutuhan
dan Keith Davis
(demand) dan pasokan (supply) karyawan di

masa yang akan datang, baik jumlah maupun

jenisnya, sehingga departemen SDM (HRD =

departemen Sumber Daya Manusia), dapat

merencanakan dengan baik pelaksanaan

rekrutmen, seleksi, pelatihan dan kegiatan

lainnya.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 38


Ada beberapa model perencanaan sumber daya manusia, yaitu:

1) Model Mason Haire

Model pengembangan perencanaan ini dikembangkan oleh

Mason dengan memperkirakan kebutuhan SDM berdasarkan

struktur organisasi. Model ini digunakan untuk pekerjaan yang

ditentukan baik kuantitas maupun kualitasnya. Berikut ini adalah

struktur organisasi yang dikembangkan dari level tertinggi

(manajer puncak) hingga level atau pelaksana terendah. Di bawah

ini adalah gambaran dari posisi di perusahaan.

Level atau Jenjang Jabatan

Direktur Utama
I

Direktur
II

Kepala Devisi
III

Kepala Biro
IV

Kepala Bagian
V

Kepala Seksi
VI

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 39


2) Model Andrew E.Sikula

Model ini diusulkan oleh Andrew E. Sikula. Model ini terdiri dari

lima komponen, yaitu: tujuan sumber daya manusia, perencanaan

organisasi, audit sumber daya manusia, peramalan sumber daya

manusia dan pelaksanaan program sumber daya manusia.

 Human Resouce Objectives

Tujuan dari perencanaan ini adalah sebagai bagian dari

elemen-elemen yang mendukung strategi manajemen

sumber daya manusia organisasi. Untuk membuat strategi,

harus ada koordinasi dalam strategi organisasi.

 Organization Planning

Organisasi harus memiliki rencana atau program kerja

yang akan dijalankan. Dalam pelaksanaan program ini

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 40


diperlukan adanya sumber daya manusia agar pemenuhan

kebutuhan mutlak tersebut direncanakan.

 Human Resource Auditing

Untuk melaksanakan implementasi komponen ini perlu

dilakukan pengecekan terhadap keadaan sumber daya

manusia saat ini, yang berfungsi untuk memastikan

apakah jumlah sumber daya manusia mencukupi

kebutuhan dan kemampuan suatu tugas.

 Human Resource Forecasting

Untuk mengetahui kebutuhan sumber daya manusia di

masa yang akan datang, maka diperlukan prakiraan untuk

mendapatkan gambaran berapa banyak sumber daya

manusia yang dibutuhkan dalam 1 sampai 5 tahun ke

depan. Selain itu, memungkinkan untuk mengalokasikan

anggaran kepada pegawai berupa biaya rekrutmen, gaji

dan tunjangan, serta fasilitas kerja.

 Human Resource Action Program

Dalam proses ini perlu dibuat action plan. Rencana aksi

dapat mencakup rencana program yang sudah jadi dalam

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 41


bentuk rencana perekrutan, transfer karyawan, pelatihan,

dan penganggaran.

3) Model USAF

Model ini dikemukakan oleh USAF yang berarti Angkatan Udara

Amerika Serikat sebagai lembaga yang mempeloporinya.

Menurut USAF, model ini paling berhasil dalam mengkondisikan

pengerahan personel yang efektif dan efisien. Dalam hal ini,

pendekatan yang digunakan adalah modern dan ilmiah

(Sinambela, 2016). Manajemen USAF mengelompokkan SDM ke

dalam dua kegiatan utama, yaitu manajemen sumber daya

manusia dan manajemen sumber daya manusia. Manajemen

sumber daya manusia adalah kegiatan manajemen yang

menangani masalah alokasi SDM dengan menilai dan

menentukan kebutuhan sumber daya manusia untuk organisasi,

merencanakan pemenuhan kebutuhan, memantau penggunaan

SDM dan data SDM untuk mengelola. Sedangkan manajemen

personalia membahas tentang siapa yang dipilih dengan ruang

lingkup kegiatan berupa pengadaan, kegiatan pendidikan dan

pelatihan, penggunaan, pemeliharaan dan pemisahan personel.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 42


4) Model Sosio – Ekonomik Battele

Model ini memanfaatkan karakteristik angkatan kerja. Model ini

sangat berguna untuk pasar tenaga kerja yang besar, wilayah

geografis, dan sosial ekonomi.

5) Model Perencanaan Sumber Daya Manusia R. Wayne Mondoy

dan Robert M. Noe.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 43


3.3 Perekrutan, Penempatan, dan Job Description

1. Perekrutan

1) Pengertian

Salah satu kunci terpenting dalam menciptakan Sumber Daya

Manusia (SDM) yang profesional terletak pada proses rekrutmen,

seleksi, pelatihan dan pengembangan karyawan masa depan. Mencari

tenaga profesional dan berkualitas tidaklah mudah. Merupakan suatu

kewajiban dalam suatu organisasi dan perusahaan harus melakukan

penyaringan bagi anggota atau karyawan baru. Untuk itu, rekrutmen

tenaga kerja diperlukan untuk menyaring pelamar yang ingin

melamar. Dalam organisasi, rekrutmen ini merupakan salah satu

proses penting dalam menentukan apakah pelamar akan melamar ke

organisasi tersebut atau tidak.

Rekrutmen adalah proses mencari dan menarik kandidat yang

memenuhi syarat yang dipilih sebagai karyawan berdasarkan posisi

yang dibutuhkan. Proses rekrutmen ini dimulai dengan pencarian

calon pelamar dan diakhiri dengan penyerahan surat lamaran kepada

organisasi yang melakukan rekrutmen. Setelah rekrutmen, proses

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 44


selanjutnya adalah proses seleksi pelamar hingga pelamar terpilih

sebagai karyawan untuk mengisi posisi yang dibutuhkan.

2) Tujuan Perekrutan

 Menyediakan sekelompok calon pegawai/karyawan yang

memenuhi persyaratan;

 Konsisten dengan strategi, wawasan, dan nilai perusahaan;

 Mengurangi kemungkinan karyawan yang sudah lama

tidak bekerja cuti;

 Mengkoordinasikan upaya rekrutmen dengan program

seleksi dan pelatihan;

 Untuk memenuhi tanggung jawab perusahaan dalam

upaya menciptakan lapangan kerja

3) Sumber Perekrutan

Calon karyawan yang akan direkrut dapat berasal dari internal

maupun eksternal organisasi. Rekrutmen pegawai dari dalam

biasanya dilakukan oleh organisasi/perusahaan yang sudah berjalan

cukup lama dan memiliki sistem karir yang baik. Merekrut karyawan

dari dalam memiliki kelebihan antara lain murah, promosi dari dalam

dapat menjaga loyalitas dan dedikasi karyawan serta tidak

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 45


memerlukan waktu penyesuaian yang lama karena sudah terbiasa

dengan suasana yang ada. Namun, merekrut dari dalam juga berarti

membatasi bakat yang sebenarnya tersedia bagi organisasi dan

mengurangi peluang masuknya ide-ide baru.

Ekternal Internal

Promosi
Lembaga Pendidikan

Teman/anggota keluarga Transfer/rotasi

karyawan

Lamaran terdahulu yang Pengkaryaan karyawan kembali

telah masuk

Kelompok pekerja sementara


Agen tenaga kerja

Karyawan perusahaan

lain

Asosiasi profesi

Outsourcing

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 46


2. Penempatan

Proses penempatan merupakan proses yang sangat

menentukan untuk mendapatkan karyawan yang kompeten yang

dibutuhkan perusahaan karena penempatan yang tepat pada posisi

yang tepat dapat membantu perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Melakukan magang merupakan hal yang menarik untuk diperhatikan,

karena akan segera berkaitan dengan kepentingan organisasi yang

berbeda dan kepentingan karyawan itu sendiri. Proses penempatan

merupakan proses yang sangat menentukan untuk mendapatkan

karyawan yang kompeten yang dibutuhkan perusahaan karena

penempatan yang tepat pada posisi yang tepat dapat membantu

perusahaan mencapai tujuannya.

Penempatan merupakan tindak lanjut dari seleksi, yaitu

menempatkan calon pegawai yang diterima (lulus seleksi) pada

jabatan/fungsi yang membutuhkan dan mendelegasikan wewenang

kepada orang tersebut (Hasibuan: 2009).

Menempatkan karyawan pada tempat yang tepat bukan hanya

keinginan perusahaan, tetapi juga keinginan tenaga kerja itu sendiri,

sehingga individu dapat mengetahui tanggung jawab dan tugas yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 47


diberikan serta melaksanakan tugas tersebut dengan sebaik-baiknya.

Penempatan ini harus sesuai dengan keahlian tenaga kerja agar

semangat kerja dan prestasi kerja yang tinggi serta hasil yang

maksimal dapat dicapai dengan penempatan ini.

Dalam penempatan karyawan, perusahaan harus

memperhatikan hal – hal berikut :

 Adanya kecakapan yang dimiliki calon karyawan yang

akan ditempatkan juga kemampuan untuk bekerja

sama dengan karyawan lain

 Adanya uraian jabatan yang jelas mengenai jabatan

yang lowong tersebut

 Adanya kebijakan penempatan karyawan yang baku

pada jabatan

Penempatan pegawai harus disesuaikan dengan keahlian dan

latar belakang pendidikannya, sehingga setiap tugas yang diberikan

pada kegiatan penempatan pegawai lainnya juga harus

mempertimbangkan beberapa faktor. Menurut Siswanto (2002),

faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penempatan adalah

sebagai berikut:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 48


 Faktor Prestasi Akademik:

Faktor prestasi akademik yang dicapai pegawai selama

jenjang pelatihan harus diperhitungkan dalam

memposisikan pegawai yang terlibat dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, serta

wewenang dan tanggung jawabnya.

 Faktor Pengalaman

Pengalaman karyawan sejenis yang pernah dialami

sebelumnya harus dipertimbangkan dalam konteks

penempatan karyawan. Pengalaman kerja yang tinggi

cenderung memiliki pegawai dengan keterampilan dan

keahlian kerja yang relatif tinggi. Di sisi lain, tingkat

keahlian dan keterampilannya rendah.

 Faktor Kesehatan Fisik dan Mental

 Penempatan pegawai harus memperhatikan faktor

kesehatan fisik dan mental, walaupun hal ini kurang

akurat untuk tingkat kepercayaan terhadap hasil tes

kesehatan yang dilakukan terutama kondisi fisik,

namun secara sepintas kondisi fisik pegawai yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 49


terlibat dapat untuk diteliti dimana ia diberi tugas dan

pekerjaan yang sesuai dengan kondisinya.

 Faktor Sikap:

Sikap adalah bagian penting dari kepribadian

seseorang. Dalam penempatan karyawan, faktor sikap

harus menjadi pertimbangan bagi manajer sumber

daya manusia karena akan berdampak langsung pada

individu dan perusahaan serta masyarakat dan

pengguna jasa perusahaan itu sendiri.

 Faktor Negara Perkawinan

Penting untuk mengetahui status perkawinan

karyawan. Dengan mengetahui status perkawinan

dapat ditentukan, dimana seseorang akan ditempatkan.

Misalnya, karyawan yang belum menikah ditempatkan

di lokasi perusahaan di luar kota dan sebaliknya

karyawan yang sudah menikah ditempatkan di

perusahaan di kota tempat tinggal keluarganya.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 50


 Faktor Usia:

Faktor usia harus diperhitungkan untuk menghindari

rendahnya produktivitas pekerja yang bersangkutan.

Biasanya, pekerja yang lebih tua akan memiliki

tingkat produktivitas yang lebih rendah daripada

pekerja yang lebih muda.

Sedangkan menurut Mangkunegara (2007), karyawan harus

memperhatikan beberapa faktor selama magang, yaitu:

 Pelatihan minimum yang diperlukan untuk seorang

karyawan mencakup pelatihan yang diperlukan dan

pelatihan alternatif.

 Pengetahuan kerja. Pengetahuan pekerjaan yang harus

dimiliki oleh seorang karyawan dengan benar adalah

pengetahuan pekerjaan sebelum ditempatkan dan tidak

diperoleh sampai karyawan tersebut bekerja di posisi

tersebut.

 Keterampilan kerja. Keterampilan atau keahlian untuk

melakukan suatu pekerjaan yang harus diperoleh

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 51


dalam praktek, keterampilan kerja ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:

 Keterampilan mental seperti menganalisis data dan

membuat keputusan.

 Keterampilan fisik seperti memperbaiki listrik,

mekanik dan lain-lain.

 Keterampilan sosial seperti mempengaruhi orang lain,

menawarkan barang atau jasa.

 Pengalaman kerja. Pengalaman seorang karyawan

dalam melakukan pekerjaan tertentu dapat

diperhitungkan untuk pekerjaan yang akan diposting

dan lamanya waktu bekerja.

Menurut Hariandja (2002), selain penempatan pegawai yang

baru direkrut, terdapat berbagai bentuk penempatan kerja, yaitu:

promosi (promotion), mutasi (transfer) dan demosi (demotion).

Penjelasan dari ketiga bentuk penempatan kerja tersebut adalah

sebagai berikut:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 52


1) Promosi

Promosi adalah ketika seorang karyawan dipindahkan dari

satu pekerjaan ke pekerjaan lain dengan tanggung jawab yang

lebih besar, tingkat yang lebih tinggi dalam hierarki fungsi

dan pendapatan yang lebih tinggi (Siagian: 2002). Seorang

karyawan dipindahkan dari posisi lain dengan tanggung jawab

yang lebih besar. Dua kriteria utama dalam melakukan

promosi (Siagian: 2005). Menurut Marihot (2006), promosi

adalah peninggian jabatan, penerimaan kekuasaan dan

tanggung jawab yang lebih besar dari kekuasaan dan

tanggung jawab sebelumnya. Promosi memiliki manfaat baik

bagi perusahaan maupun karyawan, antara lain:

 Promosi memungkinkan perusahaan memanfaatkan

peluang karyawan untuk mengembangkan bisnisnya.

 Promosi dapat merangsang tercapainya kinerja

pegawai yang baik.

 Ada hubungan yang signifikan antara kesempatan

promosi dengan tingkat kepuasan kerja.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 53


2) Mutasi

Pemindahan adalah pemindahan seorang pegawai dari satu

jabatan ke jabatan lain yang mempunyai tanggung jawab dan

tingkatan yang sama. Dalam hal penempatan, transfer dapat

mengambil salah satu dari dua bentuk: Penempatan seseorang

pada pekerjaan baru dengan tanggung jawab hierarki fungsi

dan penghasilan yang relatif sama dengan status sebelumnya.

Perpindahan tugas menjadi bekal pegawai yang tidak berubah.

3) Demosi

Demosi adalah seseorang mengalami penurunan pangkat atau

jabatan karena berbagai pertimbangan dan pendapatan serta

tanggung jawab menjadi lebih kecil, dapat dipastikan tidak

ada pegawai yang menyukai hal ini (Siagian: 2005).

Menurut Suwatno (2003), ada prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan dalam menempatkan pegawai, yaitu sebagai berikut:

 Asas kemanusiaan, asas yang menganggap manusia

sebagai unsur pekerja dengan harga diri, kemauan,

keinginan, cita-cita dan kemampuan yang sama, harus

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 54


dihormati karena posisinya sebagai manusia yang

berharga dan bukan sebagai mesin.

 Asas demokrasi, asas ini menunjukkan adanya saling

menghormati, saling menghormati dan saling

menghormati dalam melakukan kegiatan.

 Prinsip The Right Man in the Right Place penting

untuk diterapkan karena penempatan setiap orang

dalam organisasi harus didasarkan pada kemampuan,

keahlian, pengalaman dan pendidikan individu

tersebut.

 Asas Equal pay for equal work, pengupahan pegawai

baru didasarkan pada prestasi kerja yang dicapai

pegawai yang bersangkutan.

 Prinsip Unity of Direction, prinsip ini diterapkan di

perusahaan kepada setiap karyawan yang bekerja

untuk melakukan tugas secara satu arah, pelaksanaan

tugas seragam, sesuai dengan program dan rencana

yang telah digariskan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 55


 Asas Kesatuan Tujuan, asas ini erat kaitannya dengan

kesatuan arah, artinya pengarahan pegawai harus

terarah pada tujuan yang dicapai.

 Prinsip Unity of Command, pegawai yang bekerja

selalu dipengaruhi oleh perintah yang diberikan

sehingga setiap pegawai hanya memiliki satu atasan.

 Prinsip efisiensi dan produktivitas kerja, prinsip ini

merupakan kunci dari tujuan bisnis, karena efisiensi

dan produktivitas kerja harus dicapai untuk mencapai

tujuan bisnis.

3. Job Describtion

Deskripsi pekerjaan atau job description atau uraian tugas

adalah pernyataan tertulis yang memuat tujuan penetapan suatu

jabatan/tugas. Uraian ini berisi gambaran tentang apa yang harus

dilakukan oleh incumbent, bagaimana suatu tugas dilakukan, alasan

mengapa tugas itu dilakukan, hubungan antara posisi tertentu dengan

fungsi lain di luar tempat kerja dan di luar organisasi (eksternal)

untuk mencapai tujuan organisasi. unit kerja dan perusahaan pada

umumnya. Jika deskripsi pekerjaan terstruktur dengan baik,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 56


pengembangan spesifikasi pekerjaan atau spesifikasi pekerjaan

dimulai.

Terdapat lima elemen penting yang ada dalam penyusunan

uraian jabatan yang perlu diperhatikan. Kelima elemen tersebut

adalah:

1) Identifikasi pekerjaan.

Dalam identifikasi pekerjaan, aspek-aspek yang perlu

dipertimbangkan antara lain adalah jabatan, kode

pekerjaan, institusi atau departemen, divisi, serta

supervisor langsung.

2) Ringkasan pekerjaan.

Ringkasan pekerjaan menyoroti karakteristik umum dari

suatu jabatan tertentu. Ringkasan pekerjaan harus bisa

memberikan informasi yang memadai tentang perbedaan

aktivitas utama serta fungsi masing-masing jabatan.

3) Kewajiban pekerjaan.

Berisi tentang segala hal yang merupakan kewajiban bagi

suatu jabatan tertentu.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 57


4) Tanggung jawab pekerjaan.

Menggambarkan hasil akhir yag akan dicapai lewat

kewajiban jabatan serta menetapkan standar khusus dalam

pengukuran kinerja.

5) Spesifikasi pekerjaan.

Menggambarkan persyaratan khusus dalam aspek “

compensable factor” spesifikasi pekerjaan biasanya

mencangkup empat aspek yaitu tanggung jawab, usaha,

keterampilan, serta kondisi pekerjaan.

Dalam memperhatikan kelima elemen penting dalam

menyusun urauan jabatan, anda akan bisa menghasilkan suatu

uraian jabatan yang efektif sehingga seluruh pemegang jabatan

dalam perusahaan dapat menjalankan tugas kewajiban secara

optimal.

3.4 Orientasi

Proses rekrutmen yang panjang dan lama, serta cukup mahal,

tentu tidak ingin sia-sia. Tentu saja, jika kita sudah selektif dalam

memilih karyawan, tetapi mereka tidak tahu harus berbuat apa, mereka

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 58


tidak akan dapat bekerja secara efektif. Untuk itulah setiap perusahaan

harus melakukan program orientasi bagi karyawan baru.

Orientasi adalah proses memberikan informasi tentang

perusahaan yang perlu diketahui oleh karyawan baru. Informasi yang

disampaikan berupa latar belakang regulasi perusahaan. Orientasi

dilakukan untuk membina hubungan antara karyawan baru dengan

perusahaan. Secara sederhana, orientasi adalah suatu proses atau usaha

seseorang untuk menangkap atau memahami kondisi sekitarnya.

Tujuan orientasi karyawan, yaitu:

 Karyawan dapat beradaptasi dan menghadapi kondisi

lingkungan yang baru diperkenalkan.

 Karyawan dapat memahami organisasi dan budaya

perusahaan, seperti visi dan misi, nilai-nilai inti, hingga

kegiatan operasional perusahaan.

 Sebagai bekal bagi karyawan sebelum bertugas di tempat

kerja.

 Membuat karyawan merasa diterima dan menjadi bagian

dari tim dan perusahaan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 59


 Menghindari terjadinya masalah yang dapat timbul ketika

pegawai baru menerima tugas dan tanggung jawab dalam

pekerjaannya.

Orientasi juga memiliki banyak manfaat dalam proses penilaian.

Manfaat ini meliputi:

 Lebih kompeten dalam bekerja

Orientasi merupakan bagian dari pengenalan agar

karyawan lebih kompeten. Ini tentu saja wajib bagi

perusahaan saat merekrut staf. Apalagi jika pelatihan

dapat dilakukan dalam waktu yang ditentukan. Maka

kualitas kerja karyawan baru akan lebih cepat sesuai

dengan standar perusahaan.

 Mengenal cara bekerja

Belajar bekerja di perusahaan baru dimungkinkan selama

masa orientasi. Hal ini erat kaitannya dengan pekerjaan

dan cara bekerja di tempat lama, yang tentunya berbeda

dengan perusahaan baru. Misalnya seperti peralatan dan

teknologi bekas. Pelatihan tentang cara mengoperasikan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 60


teknologi atau mesin yang akan digunakan oleh karyawan

baru itu penting.

 Lebih percaya diri dan optimis

Manfaat orientasi bagi karyawan baru juga dapat membuat

mereka lebih percaya diri dan optimis. Hal ini tentu saja

memberikan pengaruh positif yang baik terhadap kinerja

nantinya. Semakin percaya diri karyawan baru, semakin

mudah untuk meningkatkan kualifikasi pekerjaan mereka.

Selain rasa percaya diri, rasa optimisme karyawan baru

tentunya akan datang. Kualifikasi dapat lebih ditingkatkan

dan kinerja menjadi lebih menjanjikan. Trik ini juga dapat

membantu mempersempit kesenjangan antara karyawan

baru dan yang sudah ada.

Ada proses bagi individu untuk memahami kondisi

lingkungannya sehingga dapat beradaptasi dengan lingkungannya dan

proses itu disebut orientasi. Jenis-jenis orientasi adalah:Orientasi Pribadi

(Individual Orientation)

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 61


 Orientasi pribadi adalah kemampuan individu untuk

mengekspresikan identitas mereka dan orang lain di

sekitar mereka

 Orientasi temporal (orientasi waktu)

Orientasi temporal adalah kemampuan individu untuk

mengetahui hubungan periode, waktu, hari, tanggal, bulan,

musim atau tahun, apakah sekarang, masa lalu atau masa

depan.

 Orientasi ruang (orientasi tempat)

Orientasi spasial adalah kemampuan individu untuk

mengetahui batas-batas ruang atau lokasi yang ditempati

dan hubungannya dengan ruang atau lokasi lain.

Proses orientasi membutuhkan perencanaan dan persiapan agar

efektif. Hal-hal yang dapat dilakukan adalah:

 Mempersiapkan karyawan baru

Karyawan baru harus merasa bahwa mereka adalah bagian

dari organisasi. Hal ini menjadi tanggung jawab unit SDM

dan supervisor dalam membentuk persepsi setiap

karyawan baru. Rekan kerja juga harus bisa menerima

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 62


keberadaan karyawan baru. Supervisor dan manajer harus

mendiskusikan tujuan merekrut karyawan baru.

 Pertimbangkan untuk menggunakan mentor teman baik

Ada organisasi yang menggunakan rekan kerja untuk

bertindak sebagai mentor atau 'teman dekat' dalam proses

orientasi karyawan baru. Ini melibatkan orang-orang yang

memiliki lebih banyak pengalaman dengan kinerja yang

lebih baik sebagai panutan bagi karyawan baru.

 Menggunakan Daftar Periksa Orientasi

Staf SDM, supervisor, atau karyawan baru dapat

menggunakan daftar periksa orientasi untuk memberikan

informasi yang mereka butuhkan kepada karyawan baru.

Beberapa majikan mengharuskan karyawan baru untuk

menandatangani daftar periksa sebagai tanda bahwa

karyawan baru mengetahui prosedur dan aturan dalam

organisasi.

 Berikan informasi pendukung

Informasi penting yang harus diberikan kepada karyawan

baru meliputi aturan kerja perusahaan, kebijakan dan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 63


tunjangan. Selain itu, kebijakan mengenai keterlambatan,

cuti sakit, liburan, cuti sakit, urusan rumah sakit,

tunjangan, aturan keselamatan dan parkir untuk karyawan

baru harus dipahami. Manajer atau supervisor juga harus

menjelaskan rutinitas kerja di hari pertama.

 Menyampaikan Informasi Bimbingan Secara Efektif

Personil dan manajer SDM harus dapat mengidentifikasi

cara yang paling tepat untuk memberikan informasi

kepada karyawan baru sehingga mudah dipahami dan

mendorong kemauan karyawan baru untuk belajar. Selain

film, slide, video dan gambar, informasi juga dapat

diberikan dalam format elektronik.

 Hindari informasi yang berlebihan

Informasi yang berlebihan adalah salah satu kesalahan

paling umum dalam proses orientasi, dengan karyawan

baru kehilangan detail penting dan salah mengingat

sebagian besar informasi yang diberikan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 64


 Evaluasi dan tindak lanjut

Staf atau manajer SDM dapat mengevaluasi efektivitas

proses orientasi beberapa minggu atau bulan setelah

orientasi melalui wawancara lanjutan atau kuesioner untuk

karyawan baru. Namun, hampir semua pengusaha menilai

efektivitas orientasi hanya sampai batas tertentu dan tidak

sama sekali.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 65


BAB IV
PENDIDIKAN DAN
PELATIHAN

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 66


BAB IV

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Manajemen sumber daya manusia beranggapan bahwa tenaga

kerja merupakan aset atau milik terpenting dari suatu organisasi atau

perusahaan yang harus dikelola dengan baik. Untuk itu perlu dilakukan

pengembangan sumber daya manusia agar tenaga kerja dalam organisasi

atau perusahaan menjadi produktif serta cakap dan terampil sehingga

menjadi efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi atau bisnis.

Pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan secara berkala. Pendidikan dan pelatihan

diberikan agar sumber daya manusia selalu dapat mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Investasi di bidang

pendidikan dan pelatihan dapat dilihat sebagai katalis utama

pengembangan sumber daya manusia dalam pengelolaan SDM, dengan

asumsi semakin baik SDM yang terdidik dan terlatih maka semakin

tinggi pula tingkat kesadaran dan partisipasi SDM dalam organisasi atau

Perusahaan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 67


4.1 Pengertian Pendidikan dan Pelatihan

Peningkatan, pengembangan dan pelatihan tenaga kerja dilakukan

melalui pembinaan, pendidikan dan pelatihan. Program pendidikan dan

pelatihan dirancang untuk memperoleh sumber daya manusia yang

berkualitas dan siap bersaing di pasar kerja. Organisasi, perusahaan,

lembaga dan instansi menyadari bahwa pegawai atau pegawai (SDM)

bukanlah sapi perah yang hanya dimanfaatkan untuk kepentingan

organisasi, perusahaan, lembaga dan otoritas. Namun sumber daya

manusia juga merupakan aset organisasi, perusahaan, lembaga dan

instansi yang selalu perlu dikembangkan dengan kemampuan dan

keterampilan untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, juga

dimaksudkan untuk mengantisipasi era globalisasi dan masuknya pasar

bebas serta untuk mengikuti percepatan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi. Sumber daya manusia pada dasarnya masih memiliki

keterbatasan yang melekat itulah sebabnya organisasi, perusahaan,

lembaga dan instansi merancang program pendidikan dan pelatihan untuk

mengurangi keterbatasan yang ada pada sumber daya manusianya.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 68


Pendidikan dan pelatihan adalah penciptaan lingkungan di mana

sumber daya manusia (SDM) dapat memperoleh atau mempelajari sikap,

kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan perilaku yang berkaitan

dengan pekerjaannya. Menurut Heindjrachman (2002:228), pendidikan

adalah kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan umum seseorang,

termasuk meningkatkan penguasaan teori dan pengambilan keputusan

tentang masalah yang melibatkan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.

Sedangkan menurut Siagian (2006:92), konsep pendidikan adalah

keseluruhan proses, teknik dan metode belajar mengajar untuk

mentransfer pengetahuan dari satu orang ke orang lain sesuai dengan

norma yang telah ditentukan.

Berdasarkan hasil proses pembelajarannya, pelatihan adalah

proses pemberian atau peningkatan keterampilan dan kemampuan, serta

penanaman atau penyesuaian sikap kepada pegawai, pegawai, SDM atau

proses membantu pegawai, pegawai, SDM untuk mengatasi kekurangan-

kekurangan secara benar. kinerja masa lalu. Menurut Nitisemito

(1992:62), konsep pelatihan adalah suatu kegiatan perusahaan yang

bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan sikap, perilaku,

keterampilan dan pengetahuan karyawan, sesuai dengan keinginan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 69


perusahaan yang bersangkutan. . Menurut Simamora (2004), pelatihan

adalah proses pembelajaran di mana keterampilan, konsep, aturan atau

sikap diperoleh untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja. Menurut

Gomes (2003), pelatihan adalah segala upaya untuk meningkatkan

kinerja karyawan dalam pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung

jawabnya.

4.2 Tujuan dan Manfaat Pendidikan dan Pelatihan

Tujuan pendidikan dan pelatihan erat kaitannya dengan jenis

organisasi, perusahaan, lembaga dan badan. Tujuan pendidikan dan

pelatihan adalah untuk meningkatkan tingkat efektivitas kegiatan

pegawai, pegawai dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan.

a. Pekerjaan diharapkan selesai lebih cepat dan lebih baik.

b. Tanggung jawab diharapkan lebih besar.

c. Kesalahan dalam bekerja diharapkan dapat dikurangi.

d. Kelangsungan perusahaan diharapkan lebih terjaga.

Tujuan pendidikan dan pelatihan menurut Oemar (2007:14),

adalah:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 70


a. Mendidik, melatih dan mempromosikan tenaga kerja yang

memiliki keterampilan produktif dalam rangka

pelaksanaan program organisasi di lapangan.

b. Mendidik, melatih dan mendorong unsur-unsur personel

yang memiliki kemampuan dan keinginan untuk terus

belajar meningkatkan SDM itu sendiri sebagai tenaga

kerja yang tangguh, mandiri, profesional, beretos kerja

tinggi dan produktif.

c. Memimpin, melatih, dan membina tenaga kerja sesuai

dengan bakat, minat, nilai, dan pengalamannya (secara

individu).

d. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang sangat relevan

dengan kebutuhan pembangunan.

Pendidikan dan pelatihan memegang peranan utama dalam

menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi, perusahaan, lembaga dan

instansi. Ada beberapa manfaat pendidikan dan pelatihan, yaitu:

a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.

b. Mengurangi waktu magang yang dibutuhkan karyawan

untuk mencapai standar kinerja yang dapat diterima.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 71


c. Membentuk sikap, loyalitas dan kerjasama yang lebih

menguntungkan.

d. Memenuhi kebutuhan penjadwalan tenaga kerja.

e. Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.

f. Membantu karyawan meningkatkan dan mengembangkan

pengetahuan, keterampilan.

4.3 Tahap-tahap Pendidikan dan Pelatihan

Sebelum memberikan pendidikan dan pelatihan, kebutuhan

pendidikan dan pelatihan harus terlebih dahulu dianalisis sebagai langkah

atau fase dalam penilaian proses pendidikan dan pelatihan.

Menurut Syafri (2003) tahapan dalam pendidikan dan pelatihan

sebagai berikut:

a. Penilaian kebutuhan pendidikan dan pelatihan, termasuk

penilaian kebutuhan bisnis, penilaian kebutuhan pekerjaan

dan penilaian kebutuhan karyawan.

b. Merumuskan tujuan pendidikan dan pelatihan, sehingga

harus ada keterkaitan antara input, output, outcome dan

impact, serta pendidikan dan pelatihan itu sendiri.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 72


c. Asas pendidikan dan pelatihan harus memiliki partisipasi,

pendalaman, relevansi, transfer, umpan balik, suasana dan

kriteria yang nyaman.

d. Merancang dan memilih prosedur pengajaran dan

pelatihan harus mencakup materi dan metode program

pembelajaran, serta evaluasi.

Menurut Gomes (2003), ada 3 tahapan dalam pendidikan dan

pelatihan, yaitu:

a. Penentuan kebutuhan pendidikan dan pelatihan (assessing

education and training needs). Tujuannya adalah untuk

mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang relevan

untuk mengetahui dan/atau menentukan apakah

pendidikan dan pelatihan diperlukan dalam organisasi atau

perusahaan.

b. Mendesaian program pendidikan dan pelatihan (designing

education and training program). Menentukan metode

yang dipilih, harus mematuhi prinsip-prinsip umum

memotivasi peserta, berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran, memberikan keterampilan, memberikan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 73


umpan balik, mendorong hasil pendidikan dan pelatihan

untuk bekerja, hemat biaya.

c. Evaluasi efektifitas program pendidikan dan pelatihan

(evaluating education and training program effectiveness).

Menguji efektivitas pendidikan dan pelatihan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan..

Sedangkan Noe (2005:6) mengemukakan bahwa ada 7 (tujuh)

tahap dalam proses perancangan agar pendidikan dan pelatihan efektif,

yaitu:

a. Melakukan penilaian kebutuhan.

b. Memastikan karyawan memiliki motivasi dan

keterampilan dasar yang dibutuhkan dalam pendidikan

dan pelatihan.

c. Menciptakan lingkungan belajar.

d. Memastikan peserta menerapkan isi pendidikan dan

pelatihan dalam pekerjaan mereka.

e. Mengembangkan rencana evaluasi yang mencakup

mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi hasil yang

diharapkan dari pendidikan dan pelatihan, seperti perilaku,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 74


pembelajaran, keterampilan, dan memilih desain evaluasi

yang memungkinkan menentukan hal-hal yang

mempengaruhi hasil pendidikan dan pelatihan.

f. Memilih metode pelatihan berdasarkan tujuan

pembelajaran dan lingkungan belajar.

g. Mengevaluasi program dan melakukan perubahan atau

revisi awal untuk meningkatkan efektivitas pendidikan

dan pelatihan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 75


DESIGN
-Learning Objective
ANALYSIS -Meaningful Material
APPROACH -Practice
-Organization -Attitudes and
Analysis -Feedback
Motivation
-Personal Analysis -Community of
-Basic Skill Learning
-Task Analysis
-Modelling
-Program
Administration

IMPLEMENTATIO
DEVELOPMENT
N
-Identify Learning Outcomes
-Self Management
-Choose Evaluation Design
-Peer and Manager
-Plan Cost-Benefit Analysis
-Support

METODE EVALUATION
-Conduct Evaluation
-Traditional
-Make Changes to
-E-Learning
Improve The Program

4.4 Jenis Pendidikan dan Pelatihan

Terdapat banyak pendekatan untuk pelatihan. Menurut

(Simamora, 2006:278) ada 5 (lima) jenis-jenis pelatihan yang dapat

diselenggarakan:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 76


a. Pelatihan keahlian

Pelatihan keahlian (skils training) merupakan pelatihan

yang sering di jumpai dalam organisasi. program

pelatihaannya relatif sederhana: kebutuhan atau

kekurangan diidentifikasi melalui penilaian yang jeli.

Kriteria penilaian efektifitas pelatihan juga berdasarkan

pada sasaran yang diidentifikasi dalam tahap penilaian.

b. Pelatian ulang

Pelatihan ulang (retraining) adalah bagian dari pelatihan

keahlian. Pelatihan ulang berupaya memberikan kepada

para karyawan keahlian-keahlian yang mereka butuhkan

untuk menghadapi tuntutan kerja yang berubah-ubah.

Seperti tenaga kerja instansi pendidikan yang biasanya

bekerja rnenggunakan mesin ketik manual mungkin harus

dilatih dengan mesin computer atau akses internet.

c. Pelatihan lintas fungsional

Pelatihan lintas fungsional (cros fungtional training)

melibatkan pelatihan karyawan untuk melakukan aktivitas

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 77


kerja dalam bidang lainnya selain dan pekerjan yang

ditugaskan.

d. Pelatihan tim

Pelatihan tim merupakan bekerjasama terdiri dari

sekelompok individu untuk menyelesaikan pekerjaan demi

tujuan bersama dalam sebuah tim kerja.

e. Pelatihan kreativitas

Pelatihan kreatifitas (creativitas training) berlandaskan

pada asumsi bahwa kreativitas dapat dipelajari.

Maksudnya tenaga kerja diberikan peluang untuk

mengeluarkan gagasan sebebas mungkin yang berdasar

pada penilaian rasional dan biaya.

4.5 Metode Pendidikan dan Pelatihan

Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan harus didasarkan pada

metode pengembangan sumber daya manusia sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai, yaitu meningkatkan kemampuan teknis dan keterampilan

kerja atau meningkatkan keterampilan, keterampilan kepemimpinan, dan

pengambilan keputusan. Adapun metode pendidikan dan pelatihan

tersebut adalah sebagai berikut:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 78


a. Classroom methods atau metode kelas

o Ceramah, metode ini sering diberikan di kelas.

Pelatih memberikan teori-teori yang diperlukan

sementara siswa mencatat dan mempersiapkan,

o Pertemuan, pelatih memberikan kertas tertentu dan

peserta berpartisipasi dalam memecahkan masalah.

Peserta juga harus menggunakan ide-ide mereka,

mendiskusikan saran mereka dan menarik

kesimpulan,

o Program instruksional, dimana peserta dapat

belajar secara mandiri karena langkah-langkahnya

diprogram melalui komputer dan manual. Program

instruksional dengan membagi informasi menjadi

beberapa bagian kecil, sehingga dapat terbentuk

program pengajaran yang mudah dipahami dan

saling berhubungan.

o Studi Kasus, dalam metode ini pelatih memberikan

studi kasus kepada peserta. Kasus tersebut tidak

diberikan data yang lengkap karena memang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 79


sengaja disembunyikan. Tujuannya agar peserta

terbiasa mencari data dari pihak luar saat

memutuskan suatu kasus yang dihadapinya,

o Role play, metode ini dilakukan dengan menunjuk

beberapa orang untuk berperan dalam suatu

organisasi buatan. Misalnya hubungan antara

atasan dan bawahan dalam situasi tertentu,

o Diskusi, melalui metode ini peserta dilatih untuk

berani mengemukakan pendapat dan rumusannya

serta cara-cara membujuk orang lain untuk

mempercayai pendapat tersebut, selain itu peserta

juga dilatih untuk menyadari bahwa tidak ada

rumus yang mutlak benar, sehingga ada kemauan

untuk menerima perbaikan dari orang lain,

menerima informasi dan memberi informasi,

o Seminar, metode ini bertujuan untuk

mengembangkan keterampilan dan keahlian

peserta dalam menilai dan memberikan saran yang

konstruktif mengenai pendapat orang lain. Peserta

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 80


dilatih untuk mempersepsikan dan mengevaluasi,

menerima atau menolak pendapat orang lain.

b. Metode training atau pelatihan

Pelatihan adalah bagian dari pendidikan. Pelatihannya

spesifik, praktis dan langsung. Spesifik artinya pelatihan

itu berkaitan dengan bidang pekerjaan. Praktis dan

langsung berarti apa yang telah dipraktekkan juga dapat

dipraktekkan. Pada umumnya pelatihan bertujuan untuk

meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan

vokasional dalam waktu yang relatif singkat. Metode

pelatihan atau training terdiri dari lima cara, yaitu:

o On the job, dalam metode ini peserta pelatihan

bekerja langsung di lapangan untuk mempelajari

dan meniru suatu pekerjaan di bawah bimbingan

seorang supervisor. Keunggulan metode ini

terletak pada memberikan inovasi yang besar bagi

peserta untuk belajar. Keberhasilan metode ini

sepenuhnya tergantung pada instruktur,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 81


o Di dalam ruangan, metode pelatihan dilakukan di

dalam kelas, yang biasanya dilakukan oleh

perusahaan industri untuk memperkenalkan

pekerjaan kepada karyawan baru dan melatih

mereka untuk memperkenalkan pekerjaan tersebut.

Berikut jenis pelatihan kerja yang biasanya

diberikan,

o Role play dan demonstrasi, metode pelatihan

dengan memperagakan dan menjelaskan

bagaimana melakukan suatu tugas melalui contoh-

contoh atau eksperimen yang didemonstrasikan.

Biasanya dilengkapi dengan ceramah, foto, video,

dll,

o Simulasi, suatu teknik untuk meniru semirip

mungkin konsep nyata dari karya yang akan

dihadapi. Melalui simulasi, penampakan situasi

atau peristiwa sedapat mungkin sesuai dengan

keadaan sebenarnya, meskipun hanya tiruan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 82


o Magang adalah cara mengembangkan

keterampilan agar karyawan dapat mempelajari

semua aspek pekerjaan.

4.6 Mengukur Efektivitas Pendidikan dan Pelatihan

Penilaian hasil pendidikan dan pelatihan sangat penting untuk

menentukan apakah program pendidikan dan pelatihan yang

dilaksanakan efektif atau tidak. Berhasil tidaknya program pendidikan

dan pelatihan dapat ditentukan dengan menilai metode pendidikan dan

pelatihan sebagai berikut:

a. Reaction

Tingkat reaksi ini dimaksudkan untuk mengetahui

pendapat peserta tentang program diklat. Upaya untuk

mendapatkan pendapat peserta tentang pelatihan ini

terutama didasarkan pada beberapa alasan utama, seperti:

memeriksa kepuasan peserta terhadap program dengan

tujuan melakukan berbagai revisi terhadap program

pelatihan, memastikan bahwa peserta lain bersikap

represif untuk mengikuti program.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 83


b. Learning

Informasi yang akan diperoleh melalui evaluasi jenis ini

adalah untuk mengetahui sejauh mana peserta menguasai

konsep, pengetahuan dan keterampilan yang disampaikan

selama pelatihan.

c. Behaviors

Perilaku peserta sebelum dan sesudah pelatihan dapat

dibandingkan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh

pelatihan terhadap perubahan kinerja mereka. Langkah ini

penting karena tujuan pelatihan adalah untuk mengubah

perilaku atau kinerja peserta didik setelah program

pelatihan selesai.

d. Orgabizational Result

Tujuan pengumpulan informasi pada tingkat ini adalah

untuk menguji dampak pelatihan pada kelompok kerja

atau organisasi secara keseluruhan.

e. Cost Effectivity

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar

biaya yang dikeluarkan untuk program pelatihan dan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 84


apakah biaya pelatihan tersebut kecil atau besar

dibandingkan dengan biaya yang timbul dari

permasalahan yang dialami organisasi tersebut.

Pendidikan dan pelatihan sangat diperlukan bagi sumber daya

manusia, sebagai upaya mempersiapkan sumber daya manusia atau

tenaga kerja yang siap kerja yang diyakini belum dikuasai oleh sumber

daya manusia tersebut. Langkah ini diambil untuk menghindari peluang

terburuk dalam hal kemampuan dan tanggung jawab kerja sehingga

sumber daya manusia atau personel dapat menyelesaikan pekerjaan

dengan lebih efektif dan efisien, yang akan berdampak baik pada

organisasi atau perusahaan maupun sumber daya manusia itu sendiri.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 85


BAB V
KARIR

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 86


BAB V

KARIR

5.1 Karir

Memilih karir dapat membantu kita memilih pendidikan dan

keterampilan yang tepat yang dibutuhkan untuk mendukung karier itu.

Membuat keputusan yang cermat dan terinformasi tentang karir dapat

meningkatkan peluang untuk sukses. Memilih karir yang tepat dapat

memakan waktu dan penelitian.

Karir adalah kondisi yang menunjukan adanya peningkatan status

kepegawaian seseorang dalam suatu organisasi sesuai dengan jalur karir

yang telah ditetapkan organisasi. Semua pekerjaan atau jabatan yang

dipegang selama masa kerja seseorang meunjukka perkembangan para

karyawan secara individual dalam suatu jenjang atau kepangkatan yang

dapat dicapai selama masa kerjanya dalam suatu organisasi.

Karir sebagai suatu rangkaian promosi jabatan atau mutasi ke

jabatan yang lebih tinggi dalam jenjang hirarki yang dialami oleh

seseorang tenaga kerja selama masa kerjanya, suatu petunjuk pekerjaan

yang memiliki gambaran atau pola pengembangan yang sudah jelas dan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 87


sistematis, dan sebagai sejarah kedudukan seseorang, suatu rangkaian

pekerjaan atau posisi yang pernah dipegang seseorang selama masa

kerjanya.

Berikut ini adalah jenis-jenis karir.

 Pengembangan Karir yang Berpusat pada Organisasi

Pengembangan Karir Berpusat pada Organisasi adalah

jenis karir yang berfokus pada pekerjaan dan

mengidentifikasi jalur karir yang memberikan

kemajuan logis kepada karyawan dalam organisasi.

Contoh: tenaga penjualan – direktur penjualan

 Pengembangan Karir Individu:

Dapat dilakukan dengan kegiatan pengembangan karir

antara lain:

 Prestasi kerja.

Kegiatan yang paling penting untuk memajukan karir

adalah prestasi kerja yang baik karena mendasari

semua kegiatan pengembangan karir lainnya.

Kemajuan karir sangat tergantung pada prestasi kerja

(performance).

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 88


 Paparan

Kemajuan karir juga ditentukan oleh eksposur, artinya

diketahui oleh orang-orang yang memutuskan

promosi, transfer, dan peluang karir lainnya. Tanpa

eksposur, karyawan yang berkinerja baik mungkin

tidak memiliki kesempatan untuk mencapai tujuan

karir mereka. Manajer mendapatkan "paparan"

terutama melalui pencapaian, laporan tertulis,

presentasi lisan, kerja komite, pengabdian masyarakat,

dan bahkan lamanya jam kerja mereka.

 Permintaan dihentikan.

Ini adalah cara untuk mencapai tujuan karir jika ada

peluang karir di tempat lain. Maka dengan adanya

permintaan berhenti, yang bersangkutan berpindah

tempat tugas/pekerjaannya. Berpindah tempat kerja

untuk manajer profesional adalah bagian dari strategi

karir mereka.

 Loyalitas organisasi.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 89


Loyalitas terhadap organisasi tempat seseorang

bekerja/bekerja juga menentukan kemajuan karir yang

bersangkutan. Loyalitas organisasi yang rendah

umumnya ditemukan pada lulusan baru (yang

memiliki harapan tinggi, tetapi sering kecewa dengan

pekerjaan pertama mereka) dan profesional (yang

pertama setia pada profesinya).

 Mentor dan sponsor.

Mentor atau mentor karir informal Jika mereka

berhasil membimbing karir atau pengembangan karir

karyawan lebih lanjut, mentor ini dapat menjadi

sponsor mereka. Sponsor adalah orang dalam

organisasi yang dapat menciptakan peluang

pengembangan karir bagi orang lain. Seringkali

sponsor karyawan adalah atasan langsung mereka.

 Peluang untuk berkembang.

Hal ini terjadi ketika karyawan meningkatkan

kemampuannya, misalnya dengan mengikuti program

pelatihan, kursus atau menambah ijazah, dan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 90


sebagainya. Hal ini berguna baik untuk departemen

sumber daya manusia dalam mengembangkan sumber

daya manusia internal dan untuk mewujudkan rencana

karir karyawan.

5.2 Manajemen Karir

Manajemen karir adalah proses mengelola dan merencanakan

kegiatan karyawan untuk mempromosikan pengembangan karir yang

lebih baik. Proses manajemen ini melibatkan karyawan dan anggota unit

bisnis dan mencakup konsep kesadaran diri, eksplorasi karir, koneksi dan

juga proses pembelajaran. Kegiatan ini dapat dianggap sebagai proses

investasi untuk mencapai tujuan karir yang lebih tinggi.

Kegiatan manajemen karir memiliki beberapa tujuan, antara lain:

a. Untuk mencapai tujuan karyawan dan perusahaan.

b. Menunjukkan kesejahteraan karyawan.

c. Membantu karyawan mengidentifikasi

potensi/keterampilan.

d. Menjaga hubungan yang erat antara karyawan dan

perusahaan.

e. Bukti tanggung jawab sosial.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 91


f. Memperkuat implementasi tujuan bisnis

Proses manajemen karir di dalam perusahaan merupakan kegiatan

yang sangat penting. Karena proses ini akan membawa beberapa

keuntungan bagi perusahaan itu sendiri, antara lain:

a. Mengembangkan kualitas kinerja karyawan dan

memahami manfaat membangun kemitraan dengan

perusahaan.

b. Meningkatkan semangat kerja karyawan untuk proses

lamarannya di suatu organisasi atau perusahaan.

c. Identifikasi keterampilan, minat, dan tujuan karier

karyawan.

d. Perluas wawasan yang dibutuhkan untuk meningkatkan

keterlibatan dan kepuasan karyawan.

e. Menciptakan dan memelihara lingkungan belajar yang

berkesinambungan di perusahaan.

f. Mencapai hasil dari kinerja karyawan dengan

menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung proses

kerja mereka.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 92


Proses manajemen karir di dalam perusahaan tidak bisa langsung

dilakukan, tentunya ada tahapan-tahapan berbeda yang bisa dilalui

perusahaan. Antara lain:

a. Mapping atau Pemetaan

Proses pemetaan dalam hal ini bertujuan untuk memahami

kekuatan, kelemahan dan potensi karyawan yang

sebenarnya. Namun sebelum melalui proses ini, karyawan

juga harus memahami situasi dan tujuan bekerja di sebuah

perusahaan.

b. Planning atau merencanakan

Perencanaan dimulai dengan menentukan tujuan

perusahaan dan manfaat yang akan dicapai. Proses ini

memungkinkan karyawan untuk menerima asumsi, kritik

dan saran dari orang lain dan menentukan langkah

selanjutnya.

c. Eksplorasi

Pada fase eksplorasi, seorang karyawan mengajukan dan

mencoba ide-ide mereka sendiri. Keberhasilan suatu

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 93


gagasan dapat dicapai dengan menerima kritik dan saran

dari orang lain.

d. Tunjukkan Kompetensi

Setiap karyawan harus memastikan bahwa resume mereka

menunjukkan kemampuan dan kemampuan mereka.

Mereka juga harus dapat menetapkan tujuan dan sasaran

ketika mencari pekerjaan atau pergeseran karir dengan

memperhatikan segala hambatan.

e. Membimbing karyawan baru

Memahami budaya, budaya, fokus dan tujuan perusahaan

sangat penting dalam 100 hari pertama bekerja. Dalam hal

ini, senior di perusahaan dapat menjadi peran yang akan

membimbing karyawan baru.

f. Reviewing atau Ulasan

Proses ini akan berguna untuk memberikan saran kepada

karyawan dan juga untuk membantu memandu tujuan

karir karyawan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 94


5.3 Perencanaan Karir

Perencanaan karir adalah suatu proses dimana seorang individu

dapat mengidentifikasi tujuan karir mereka dan mengambil langkah.

Perencanaan karir ini memungkinkan setiap individu untuk mengevaluasi

kemampuan dan minatnya sehingga dapat mempertimbangkan karir yang

dipilihnya, memilih alternatif karir, menetapkan tujuan karir dan lain-

lain. Perencanaan karir juga merupakan rencana mengenai kemampuan

seorang pegawai, anggota organisasi atau individu untuk maju melalui

proses promosi atau jabatan sesuai dengan persyaratan jabatan dengan

kemampuannya. Saat ini, keterlibatan organisasi dalam perencanaan karir

semakin meningkat. Bahkan saat ini, begitu banyak calon karyawan

dalam suatu organisasi, terutama calon lulusan, yang tidak hanya ingin

berkarir di satu posisi, tetapi banyak yang menginginkan lebih.

 Perencanaan tentang kemungkinan-kemungkinan bagi

seorang karyawan dan anggota suatu organisasi sebagai

individu untuk meniti proses kenaikan pangkat dan

jabatan sesuai persyaratan jabatan dan kemampuannya.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 95


 Tidak harus dikonsentrasikan hanya pada peluang

kenaikan jabatan jika memang pada lingkungan kerja saat

ini peluang sangat terbatas.

 Karakteristik dan kriteria pengelolaan karir dirancang

berdasarkan pengembangan struktur oorganisasi yang

tersedia dalam organisasi.

 Persyaratan untuk duduk pada posisi tertentu sangan

ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki karyawan yang

akan menduduki jabata tersebut.

Beberapa alasan yang membuat perencanaan karir itu sangat

penting, diantaranya sebagai berikut:

 Untuk mencapai sesuatu yang dianggap akan membuat

bahagia atau senang.

 Untuk mencapai sesuatu yang memang dianggap

berharga.

 Untuk mempelajari hal-hal baru.

 Dan tentunya untuk mengembangkan dan melatih

kemampuan.

 Manfaat Perencanaan Karir

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 96


Adapun beberapa manfaat dari perencanaan karir yang

diantaranya sebagai berikut:

 Untuk mengembangkan pegawai yang nantinya dapat

dipromosikan untuk naik jabatan.

 Untuk melihat potensi yang dimiliki oleh pegawai.

 Untuk menurunkan perputaran pegawai.

 Untuk memuaskan kebutuhan para pegawai.

 Dan untuk membantu melaksanakan rencana kegiatan

organisasi.

5.4 Pengembangan Karir

Pengembangan karir merupakan suatu proses yang dilakukan oleh

perusahaan untuk melakukan perubahan status, jabatan atau kedudukan

karyawan dalam suatu perusahaan. Tidak hanya soal jabatan,

peningkatan karir ini juga menekankan pada peningkatan kemampuan

karyawan.

Pengembangan karir adalah proses pengenalan diri, eksplorasi

dan pengambilan keputusan yang membentuk karir seseorang. Ada 3

pihak yang berperan dalam proses pengembangan karir, yaitu individu

(karyawan itu sendiri), manajer dan perusahaan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 97


 Individu: Setiap karyawan memiliki tanggung jawab

untuk mengembangkan diri untuk mencapai posisi

tertentu. Segala usaha akan sia-sia jika individu pegawai

tidak mau mengembangkan diri.

 Manajer: Berperan dalam memberikan dukungan dan

umpan balik atas kinerja yang ditunjukkan oleh

karyawannya.

 Perusahaan: Perannya adalah menjadi kekuatan pendorong

melalui program pelatihan, pilihan karir dan dengan

memberikan kebijakan yang mereka miliki.

Adapun faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan karir

yang diantaranya yaitu:

1) Faktor sosial

 Faktor kelompok primer

o Jenis penghasilan dan pekerjaan yang dimiliki

oleh orang tua.

o Pendidikan yang dimiliki oleh orang tua.

o Tempat tinggal dan keadaan lingkungan

sekitarnya.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 98


o Jenis pekerjaan yang diinginkan oleh orang

tua.

o Nilai maupun norma yang dimiliki dan lain-

lain.

 Faktor kelompok sekunder : Kelompok politik, ahli,

serikat kerja dan lain-lain.

2) Faktor individu

Adapun untuk faktor individu yang diantaranya yaitu:

o Kemampuan Intelejesi

Setiap orang memiliki kemampuan itelejensi yang

berbeda-beda. Orang yang memiliki intelenjensi yang

baik atau tinggi akan lebih cepat dalam memecahkan

masalah dari pada orang memiliki intelejensi yang

tidak tinggi.

o Minat

Minat merupakan perangkat mental yang dimiliki oleh

seseorang seperti prasangka dan perasaan. Minat dapat

mengarahkan seseorang kepada hal-hal tertentu yang

dia inginkan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 99


o Bakat

Bakat merupakan kualitas kemampuan yang dimiliki

seorang individu, bakat dapat berkembang dan

memungkinkan individu yang memiliki bakat dapat

lebih cepat memecahakan masalah. Akan tetapi bukan

berarti orang yang tidak memiliki bakat tidak bisa

lebih baik dari orang berbakat.

o Kepribadian

Merupakan cara seorang individu dalam berinteraksi

maupun bereaksi terhadap individu lainnya.

o Sikap

Merupakan perilaku yang dimiliki seorang individu

untuk melakukan tindakan tertentu.

o Nilai

Merupakan sifat ataupun hal-hal yang dianggap sangat

penting bagi dirinya.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 100


o Hobi

Merupakan kebiasaan atau kegemaran untuk

melakukan sesuatu dengan tujuan untuk mendapatkan

kesenangan.

5.5 Manajemen Talenta

Manajemen talenta dalah suatu sistem untuk mencari, mengelola,

mengembangkan, dan mempertahankan karyawan perusahaan terbaik

yang dipersiapkan sebagai calon pemimpin masa depan (future leaders)

dalam rangka mendukung pencapaian visi, misi, dan strategi organisasi

dalam jangka panjang. Manajemen talenta adalah proses yang

berkelanjutan dan efektif untuk menganalisis, mengembangkan, dan

memanfaatkan talenta untuk memenuhi kebutuhan bisnis. Bakat

karyawan mencakup banyak elemen, mulai dari kualifikasi dan

keterampilan pendidikan, pengalaman sebelumnya, kekuatan yang

diketahui dan pelatihan tambahan yang dilakukan, hingga kemampuan,

potensi dan motif, kualitas dan kepribadian. Manajemen talenta adalah

rencana strategis untuk mengelola aliran talenta dalam suatu perusahaan,

yang bertujuan untuk memastikan ketersediaan talenta untuk

mencocokkan karyawan yang tepat dengan pekerjaan yang tepat pada

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 101


waktu yang tepat berdasarkan tujuan bisnis dan prioritas bisnis atau

kegiatan perusahaan.

Manajemen talenta adalah upaya untuk memahami bagaimana

bakat seseorang cocok dan selaras dengan keseluruhan upaya dan fungsi

SDM untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi. Menurut

Smilansky (2008), tujuan dari manajemen talenta adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan tim keunggulan terbaik dalam kondisi bisnis

yang kompetitif.

2) Merekrut kandidat pengganti untuk posisi kepemimpinan kunci.

3) Menciptakan cross-filling antara eksekutif dari latar belakang

fungsional, geografis, dan bisnis yang berbeda sehingga mereka

dapat mengembangkan inovasi dan memanfaatkan sumber daya

internal perusahaan secara maksimal.

4) Kembangkan peluang karir yang diperlukan yang dapat

mempertahankan dan menarik para eksekutif terbaik.

5) Membangun budaya yang mendorong para eksekutif terbaik

untuk tampil di puncak potensi mereka.

6) Memastikan ada peluang bagi karyawan paling berbakat untuk

bergerak cepat dari bawah perusahaan ke atas.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 102


7) Mempromosikan keragaman eksekutif (berdasarkan jenis

kelamin, latar belakang etnis dan usia) di posisi kunci, dengan

mempertimbangkan karakteristik klien dan kumpulan bakat yang

luas.

8) Kembangkan proses penilaian karyawan potensial yang hasilnya

melampaui perspektif manajer karyawan.

9) Menciptakan rasa memiliki akan kebutuhan karyawan yang

bertalenta, membuka kesempatan yang tidak terbatas bagi

karyawan khusus, dan mengembangkan karyawan untuk

kepentingan perusahaan.

Manfaat manajemen talenta

1) Organisasi

 Menemukan dan mempersiapkan pegawai terbaik untuk

menjadi future leader dan mendukung perusahaan ke arah

yang profesional.

 Mewujudkan succession planning yang obyektif,

terencana, terbuka, tepat waktu, dan akuntabel.

 Membangun iklim kompetisi positif

 Membangun trust pegawai kepada organisasi.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 103


2) Karyawan

 Kesempatan setara dalam pengembangan karier

 Kesempatan pengembangan yang lebih luas

 Sarana perwujudan aktualisasi diri

 Mendapat pendampingan yang intensif dari mentor

 Mendapatkan manfaat pengembangan selama proses

Manajemen Talenta

 Mendapat ilmu dan pengalaman dari penugasan yang

menantang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 104


BAB VI
PENILAIAN KINERJA

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 105


BAB VI

PENILAIAN KINERJA

Penilaian kinerja merupakan kegiatan untuk menilai dan

mengevaluasi kinerja, kemampuan dan pertumbuhan pegawai. Kegiatan

ini memang harus dilakukan oleh setiap perusahaan untuk mengevaluasi

kinerja dan meningkatkan produktivitas karyawan. Review kinerja harus

dilakukan secara konsisten agar perusahaan dapat mengetahui bagaimana

perkembangan kinerja setiap karyawan. Kegagalan dalam melakukan hal

tersebut dapat mengakibatkan penurunan produktivitas karyawan, yang

tentunya dapat merugikan perusahaan. Berikut ini akan dijelaskan secara

lengkap tinjauan kinerja, mulai dari definisinya hingga proses

implementasinya.

Menurut para ahli, penilaian kinerja memiliki definisi yang

berbeda-beda. Penilaian kinerja yang dikemukakan oleh Leon C.

Menggison (1981:310) dalam Mangkunegara (2000:69) adalah sebagai

berikut: “Penilaian kinerja adalah suatu proses yang digunakan oleh

manajemen untuk menentukan apakah seorang pegawai melakukan

pekerjaannya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya. tanggung

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 106


jawab.” Selain itu, Andrew E. Sikula (1981:2005), dikutip oleh

Mangkunegara (2000:69), mengemukakan bahwa “penilaian personel

adalah evaluasi sistematis terhadap pekerjaan dan potensi karyawan yang

dapat dikembangkan. Penilaian dalam proses menafsirkan atau

menentukan nilai, kualitas atau status suatu benda, orang atau benda

(barang)”. Selanjutnya menurut Siswanto (2001:35), tinjauan kinerja

adalah: “suatu kegiatan yang dilakukan oleh manajemen/pengawas

evaluator untuk menilai kinerja personel dengan membandingkan kinerja

terhadap kinerja terhadap deskripsi/deskripsi pekerjaan dalam periode

tertentu, biasanya pada akhir tahun."

Anderson dan Clancy (1991) mendefinisikan pengukuran kinerja

sebagai: “Feedback from the accountant to management that provides

information about how well the actions represent the plans; it also

identifies where managers may need to make corrections or adjustments

in future planning andcontrolling activities”. Sementara itu, Anthony,

Banker, Kaplan, dan Young (1997) mendefinisikan pengukuran kinerja

sebagai: “the activity of measuring the performance of an activity or the

value chain”. Dari dua definisi terakhir, Mangkunegara (2005:47)

menyimpulkan bahwa pengukuran atau penilaian kinerja adalah tindakan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 107


yang dilakukan terhadap aktivitas yang berbeda dalam rantai nilai yang

ada di perusahaan. Hasil pengukuran digunakan sebagai umpan balik

yang memberikan informasi tentang kinerja, pelaksanaan rencana dan

apa yang dibutuhkan perusahaan dalam hal penyesuaian dan

pemeriksaan.

Dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa evaluasi kinerja merupakan penilaian yang dilakukan secara

sistematis untuk mengetahui hasil kerja pegawai dan kinerja organisasi.

Selain itu, juga dimaksudkan untuk mengidentifikasi kebutuhan akan

pelatihan kejuruan yang baik, untuk memberikan tanggung jawab yang

sesuai kepada karyawan agar mereka dapat melakukan pekerjaan yang

lebih baik di masa depan, dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan

promosi atau remunerasi.

6.1 Syarat Efektivitas Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja juga memiliki sejumlah syarat atau kondisi

dalam proses pelaksanaannya. Berikut beberapa kriteria yang harus

diketahui.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 108


1) Sensitivity

Kriteria pertama adalah sensitivitas. Untuk kriteria ini,

sistem penilaian yang digunakan harus dapat membedakan

antara pegawai yang efektif dan tidak efektif.

2) Reliability

Selanjutnya terdapat karakter reliabel, yaitu hasil penilaian

yang diperoleh harus menunjukkan konsistensi yang

tinggi. Selain itu, sistem yang digunakan untuk proses

tersebut harus dapat diandalkan dan dipercaya agar dapat

menggunakan tolok ukur yang akurat, objektif, stabil dan

konsisten.

3) Relevance

Kriteria efektivitas berikut untuk penilaian kinerja relevan.

Dalam proses tinjauan kinerja, harus ada hubungan yang

sangat jelas antara standar kinerja dan tujuan utama

perusahaan.

4) Practicality

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 109


Lalu ada kepraktisan, yang bisa dengan mudah dipahami

dan digunakan. Prosesnya harus dipahami oleh manajer

dan karyawan dan bahasa yang digunakan jelas dan lugas.

5) Acceptability

Dapat diterima adalah setiap perilaku kerja yang telah

dinilai dapat diterima oleh perusahaan dan karyawannya.

6.2 Manfaat dan Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja memiliki sejumlah manfaat bagi karyawan dan

perusahaan. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diambil dari

tinjauan kinerja yang dilakukan secara berkala.

1) Meningkatkan produktivitas karyawan. Sehingga jika ada

karyawan yang berprestasi bisa langsung diapresiasi.

2) Meningkatkan komunikasi antara karyawan dan

perusahaan.

3) Hindari kesalahpahaman tentang kualitas dan hasil

pekerjaan yang disampaikan.

4) Dapat memberikan informasi yang jelas tentang hasil

pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 110


Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau

meningkatkan kinerja organisasi dengan cara meningkatkan kinerja

sumber daya manusia organisasi. Secara lebih spesifik, tujuan evaluasi

kinerja sebagaimana dikemukakan oleh Sunyoto (1999:1) yang dikutip

oleh Mangkunegara (2005:10):

1) Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang

persyaratan kinerja.

2) Menangkap dan mengenali hasil kerja seorang karyawan

sehingga termotivasi untuk berbuat lebih baik, atau

setidaknya mencapai kinerja yang sama seperti

sebelumnya.

3) Beri karyawan kesempatan untuk mendiskusikan

keinginan dan ambisi mereka dan meningkatkan

kesadaran akan karir atau pekerjaan mereka saat ini.

4) Mendefinisikan atau merumuskan kembali tujuan masa

depan sehingga karyawan termotivasi untuk bekerja

berdasarkan potensi mereka.

5) Memeriksa rencana implementasi dan pengembangan

berdasarkan kebutuhan pelatihan, terutama rencana

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 111


pelatihan, dan kemudian menyetujui rencana tersebut jika

tidak ada yang perlu diubah.

Kegiatan performance review itu sendiri bertujuan untuk

mengukur kinerja setiap tenaga kerja dalam mengembangkan dan

meningkatkan kualitas kerja sehingga dapat dilakukan tindakan yang

efektif, seperti pembinaan secara terus menerus dan tindakan korektif

atau korektif di tempat kerja yang dianggap tidak sesuai dengan

ketentuan. uraian Tugas. Tinjauan kinerja tenaga kerja biasanya

dilakukan oleh manajemen atau pegawai yang diberi wewenang untuk

memberikan tinjauan terhadap tenaga kerja yang bersangkutan dan

biasanya merupakan atasan langsung secara hierarkis atau dapat juga

berasal dari pihak lain yang berwenang atau langsung ditunjuk untuk

melakukan tinjauan. Hasil tinjauan kinerja disampaikan kepada

manajemen personalia untuk memperoleh kajian dalam rangka kebutuhan

lebih lanjut, baik yang terkait dengan pribadi tenaga kerja yang

bersangkutan maupun yang terkait dengan perusahaan.

6.3 Elemen Penilaian Kinerja

Elemen-elemen utama dalam sistem penilaian kinerja Werther & Davis

(1996) adalah:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 112


1) Performance Standart

Penilaian kinerja sangat membutuhkan standar yang jelas yang

dijadikan sebagai tolak ukur atau tolak ukur terhadap kinerja yang

akan diukur. Standar yang dibuat tentunya harus berhubungan

dengan jenis pekerjaan yang akan diukur dan hasil yang

diharapkan terlihat dalam penilaian kinerja ini. Ada empat hal

yang perlu diperhatikan dalam menetapkan standar penilaian

kinerja yang baik dan benar, yaitu validitas, kesepakatan,

realisme, dan objektivitas.

 Validity adalah validitas standar tersebut sesuai dengan

jenis pekerjaan yang dinilai. Keabsahan yang dimaksud di

sini adalah bahwa standar tersebut benar-benar sesuai atau

relevan dengan jenis pekerjaan yang akan dinilai.

 Agreement berarti persetujuan, yaitu standar penilaian

telah disetujui dan diterima oleh seluruh pegawai yang

akan menerima penilaian. Hal ini terkait dengan prinsip

validitas di atas.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 113


 Realism artinya standar penilaian bersifat realistis, dapat

dicapai oleh pegawai dan sesuai dengan kemampuan

pegawai.

 Objektivity berarti bahwa standar itu objektif, yaitu wajar,

mampu mewakili situasi nyata tanpa menambah atau

mengurangi kenyataan dan sulit dipengaruhi oleh

prasangka penilai.

2) Kriteria Manajemen Kinerja (Criteria for Managerial

Performance)

Kriteria penilaian kinerja dapat dilihat melalui beberapa dimensi,

yaitu kegunaan fungsional (functional utility), keabsahan

(validity), empiris (empirical base), sensitivitas (sensitivity),

pengembangan sistematis (systematic development), dan

kelayakan hukum (legal appropriateness).

 Kegunaan fungsional sangat penting karena hasil

penilaian kinerja dapat digunakan untuk memilih,

memberi penghargaan, dan mengembangkan karyawan.

Hasil penilaian kinerja harus valid, adil dan bermanfaat

agar dapat diterima oleh pengambil keputusan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 114


 Valid atau mengukur apa yang sebenarnya akan diukur

dari wawancara kinerja.

 Empiris, bukan hanya berdasarkan perasaan.

 Kriteria sensitivitas. Kriteria tersebut hanya menunjukkan

hasil yang relevan yaitu kinerja, bukan hal lain yang tidak

terkait dengan kinerja.

 Kriteria sistematis. Hal ini tergantung pada kebutuhan

organisasi dan lingkungan organisasi. Kriteria sistematis

tidak selalu benar. Organisasi dalam lingkungan yang

berubah dengan cepat mungkin lebih baik dengan kriteria

yang kurang sistematis untuk beradaptasi dengan cepat

dan sebaliknya.

 Kelayakan hukum, yaitu kriteria harus sesuai dengan

hukum yang berlaku.

Dimensi ini digunakan dalam menentukan jenis kriteria penilaian.

Kriteria tersebut adalah kriteria berdasarkan orang, kriteria

berdasarkan produk, dan kriteria berdasarkan perilaku.

 Kriteria berbasis manusia didasarkan pada dimensi

kegunaan fungsional, sehingga banyak digunakan untuk

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 115


pemilihan dan penentuan kompensasi. Kriteria ini

ditetapkan atas dasar penilaian kapasitas pribadi, seperti

pengalaman, kapasitas intelektual dan keterampilan.

 Kriteria berbasis produk biasanya dianggap lebih baik

daripada kriteria berbasis orang. Kriteria ini didasarkan

pada tujuan atau jenis output yang ingin dicapai.

 Kriteria perilaku memiliki banyak aspek, yang dapat

berupa hukum, etika, normatif atau teknis. Kriteria

tersebut didasarkan pada perilaku yang diharapkan sesuai

dengan aspek-aspek tersebut.

3) Pengukuran Kinerja (Performance Measures)

Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan menggunakan sistem

penilaian yang relevan. Peringkat harus mudah digunakan sesuai

dengan apa yang diukur, dan mencerminkan hal-hal yang benar-

benar mendefinisikan kinerja Werther dan Davis (1996: 346).

Pengukuran kinerja juga berarti membandingkan standar yang

ditetapkan dengan kinerja yang sebenarnya. Pengukuran kinerja

bisa bersifat subjektif atau objektif. Objektif artinya pengukuran

kinerja juga dapat diterima, diukur oleh pihak selain orang yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 116


melakukan penilaian dan bersifat kuantitatif. Sedangkan

pengukuran subjektif adalah pengukuran yang didasarkan pada

pendapat pribadi atau standar pribadi dari orang yang melakukan

penilaian dan sulit untuk diverifikasi oleh orang lain.

6.4 Proses Penilaian Kinerja

Mengidentifikasi tujuan-tujuan penilaian spesifik

Menetapkan kriteria-kriteria dan mengkomunikasikan kepada para


karyawan

Memeriksa pekerjaan yang dilankan

Menilai Kinerja

Mendiskusikan penilaian bersama

Dalam melaksanakan penilaian kinerja bagi karyawan, ada

beberapa proses yang harus dilakukan. Karena tinjauan kinerja adalah

proses yang berkelanjutan dan bukan sementara, proses tersebut

mencakup hal-hal berikut:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 117


 Analisis pekerjaan

Proses analisis ini dapat dimulai dari analisis

pekerjaan/pekerjaan, dengan mengetahui posisi seorang

karyawan, lebih mudah untuk menjelaskan jenis

pekerjaan, tanggung jawab yang terpengaruh, kondisi

kerja dan berbagai program dan kegiatan yang dilakukan.

Analisis pekerjaan sangat penting dalam penilaian kinerja

karena menjadi dasar standar dan evaluasi, dan sistem

informasi manajemen yang baik juga diperlukan ketika

menganalisis pekerjaan.

 Standar kinerja

Penetapan standar kinerja digunakan untuk membuat

perbandingan antara standar hasil kerja dengan standar

yang telah ditentukan. Perbandingan ini dapat digunakan

untuk mengetahui apakah kinerja pegawai sudah sesuai

dengan tujuan yang diinginkan. Dalam hal ini, standar

kinerja harus spesifik dan mudah dipahami, realistis dan

terukur.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 118


 Sistem peringkat kinerja

Secara umum, ada empat sistem atau metode untuk

mengevaluasi kinerja karyawan. Yang pertama adalah

Behavioral Rating System atau Penilaian Kinerja

berdasarkan penilaian perilaku yang diharapkan. Kedua,

Personnel/Performer Appraisal System atau penilaian

kinerja berdasarkan karakteristik dan karakteristik

individu pegawai. Ketiga, Result Oriented Assessment

System atau penilaian kinerja berdasarkan hasil kerja.

Keempat, Contingency Appraisal System atau penilaian

kinerja berdasarkan kombinasi berbagai unsur,

karakteristik, karakteristik, perilaku dan hasil kerja.

Contoh penilaian kinerja karyawan sebenarnya mudah

ditemukan pada perusahaan yang telah diselesaikan oleh

manajemen dan masing-masing perusahaan memiliki

metode penilaian tersendiri.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 119


6.5 Metode Penilaian Kinerja

Eksekutif dapat memilih dari sejumlah metode penilaian. Jenis

sistem penilaian yang digunakan tergantung pada tujuannya. Jika fokus

utamanya adalah pada pemilihan karyawan untuk promosi, pelatihan, dan

kenaikan gaji berdasarkan prestasi, metode tradisional seperti skala

penilaian mungkin tepat. Metode kolaboratif, termasuk masukan

karyawan, mungkin lebih tepat untuk pengembangan karyawan.

1) Metode Penilaian Umpan Balik 360-Derajat

Metode penilaian umpan balik 360 derajat adalah metode

penilaian kinerja populer yang melibatkan masukan evaluasi dari

berbagai tingkatan di dalam perusahaan dan dari sumber luar.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 120


Dalam metode ini, orang-orang di sekitar karyawan yang

dianggap partisan untuk berpartisipasi memberikan nilai termasuk

manajer senior, karyawan itu sendiri, atasan, bawahan, anggota

tim. Dan pelanggan internal atau eksternal. Perusahaan yang

menggunakan umpan balik 360 derajat termasuk McDonnell-

Douglas, AT&T, Allied Signal, Dupont, Honeywell, Boeing dan

Intel. Perusahaan-perusahaan ini menggunakan umpan balik 360

derajat untuk memberikan evaluasi untuk penggunaan

konvensional. Banyak perusahaan menggunakan hasil program

360 derajat tidak hanya untuk penggunaan konvensional, tetapi

juga untuk perencanaan suksesi, pelatihan, pengembangan

profesional, dan manajemen kinerja. Menurut beberapa manajer,

metode umpan balik 360 derajat memiliki masalah. Ilene

Gochman, direktur praktik efektivitas organisasi Watson Wyatt,

mengatakan, "Kami menemukan bahwa penggunaan 360, pada

kenyataannya, berkorelasi negatif dengan hasil keuangan."

Mantan CEO GE Jack Welch menyatakan bahwa sistem 369

derajat perusahaannya dimainkan dan orang-orang mengatakan

hal-hal baik satu sama lain, menghasilkan nilai-nilai yang baik.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 121


Pandangan penting lainnya dalam arah yang berlawanan adalah

bahwa masukan dari rekan kerja, yang dapat bersaing untuk

kenaikan gaji dan promosi, dapat dengan sengaja mendistorsi data

dan menyabot rekan kerja. Tetapi karena banyak perusahaan

menggunakan evaluasi umpan balik 360 derajat, termasuk hampir

semua perusahaan Fortune 100, tampaknya banyak perusahaan

telah menemukan cara untuk menghindari kelemahan evaluasi

semacam itu.

2) Metode Skala Penilaian

Metode rating scales merupakan metode penilaian kinerja yang

menilai karyawan berdasarkan faktor-faktor yang telah

ditentukan. Dengan pendekatan ini, penilai mencatat skor kinerja

mereka pada sebuah skala. Skala tersebut mencakup beberapa

kategori, biasanya dari 5 hingga 7, yang didefinisikan oleh kata

sifat seperti sangat baik, memenuhi harapan atau membutuhkan

perbaikan. Sementara sistem sering memberikan peringkat

keseluruhan, metode umumnya memungkinkan penggunaan lebih

dari satu kriteria kinerja. Mampu mendapatkan nilai yang sangat

baik untuk faktor seperti kualitas kerja. Seseorang harus secara

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 122


konsisten melebihi persyaratan kerja yang ditetapkan. Sementara

formulir sampel kurang dalam hal ini, semakin rinci definisi

faktor dan tingkat, semakin akurat penilai dapat menilai kinerja

karyawan.

3) Metode Insiden Kritis

Metode Insiden Kritis merupakan metode penilaian kinerja yang

mensyaratkan pemilihan dokumen tertulis terkait tindakan

karyawan yang bersifat sangat positif dan sangat negatif. Ketika

tindakan ini, yang disebut insiden kritis, secara signifikan

mempengaruhi efektivitas departemen, secara positif atau negatif,

manajer mencatatnya. Pada akhir periode tinjauan, tinjauan

menggunakan catatan ini bersama dengan data lain untuk

mengevaluasi kinerja karyawan. Dengan cara ini, penilaian akan

lebih mencakup seluruh periode evaluasi dan tidak hanya fokus

pada minggu atau bulan terakhir.

4) Metode Esai

Metode essay merupakan metode performance review dimana

penilai menulis cerita pendek yang menggambarkan kinerja

pegawai. Metode ini cenderung berfokus pada perilaku kerja

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 123


karyawan yang ekstrem daripada kinerja rutin sehari-hari. Jenis

penilaian ini sangat bergantung pada kemampuan menulis penilai.

Atasan dengan keterampilan menulis yang sangat baik dapat, jika

mereka mau, membuat karyawan biasa-biasa saja terdengar

seperti artis terbaik. Membandingkan evaluasi esai bias sulit

karena tidak ada kriteria umum. Namun, beberapa manajer

percaya bahwa metode esai tidak hanya yang paling sederhana,

tetapi juga pendekatan yang dapat diterima untuk evaluasi

karyawan.

5) Metode Standar Kerja

Metode standar kerja adalah penilaian kinerja yang

membandingkan kinerja setiap karyawan dengan standar yang

telah ditentukan atau tingkat output yang diharapkan. Standar

mencerminkan output normal dari rata-rata pekerja yang bekerja

dengan kecepatan normal. Perusahaan dapat menerapkan standar

kerja untuk hampir semua jenis pekerjaan, tetapi pekerjaan

produksi umumnya mendapat perhatian lebih. Beberapa metode

tersedia untuk menentukan standar kerja, termasuk studi waktu

dan sampel kerja. Keuntungan nyata menggunakan standar

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 124


sebagai kriteria penilaian adalah objektivitas. Namun, agar

karyawan dapat melihat bahwa standar tersebut objektif, mereka

harus memahami dengan jelas bagaimana standar tersebut

ditetapkan. Manajemen juga harus menjelaskan alasan untuk

setiap perubahan standar.

6) Metode Peringkat

Metode peringkat adalah metode penilaian kinerja di mana penilai

memberi peringkat semua karyawan dari suatu kelompok dalam

urutan kinerja keseluruhan. Misalnya, karyawan terbaik dalam

kelompok mendapat peringkat tertinggi dan karyawan terburuk

mendapat peringkat terendah. Anda mengikuti prosedur ini

sampai Anda memiliki peringkat semua karyawan. Kesulitan

muncul ketika semua orang bekerja pada tingkat yang sama

(seperti yang dirasakan oleh penilai). Perbandingan berpasangan

adalah variasi dari metode pemeringkatan di mana kinerja setiap

karyawan dibandingkan dengan setiap karyawan lain dalam

kelompok. Seringkali satu kriteria, seperti kinerja keseluruhan,

adalah dasar untuk perbandingan. Karyawan yang mendapatkan

perbandingan paling positif mendapatkan peringkat tertinggi.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 125


7) Metode Distribusi Dipaksakan

Metode distribusi paksa adalah metode penilaian kinerja yang

mengharuskan penilai untuk membagi orang-orang dalam

kelompok kinerja ke dalam sejumlah kategori terbatas, mirip

dengan distribusi frekuensi normal. Sistem distribusi paksa telah

ada selama beberapa dekade dan perusahaan seperti General

Electric, Microsoft, dan JPMorgan menggunakannya hari ini.

Dengan meningkatnya fokus pada penghargaan atas kinerja,

semakin banyak perusahaan mulai menggunakan distribusi paksa.

Pendukung distribusi paksa percaya bahwa sistem memfasilitasi

penganggaran dan mencegah manajer yang terlalu ragu-ragu

menjual kinerja buruk. Mereka percaya bahwa pemeringkatan

yang dipaksakan mengharuskan manajer untuk jujur kepada

karyawan tentang kinerja mereka.

8) Metode Skala Penilaian Berjangkar Keperilakuan

Metode skala peringkat berlabuh perilaku (BARS) adalah metode

peringkat kinerja yang menggabungkan elemen skala peringkat

tradisional dengan metode insiden kritis; tingkat kinerja yang

berbeda ditampilkan di sepanjang skala, dengan masing-masing

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 126


dijelaskan berdasarkan perilaku kerja spesifik karyawan. Sistem

BARS berbeda dari skala penilaian dalam hal ini, daripada

menggunakan istilah seperti tinggi. Sedang dan rendah pada

setiap titik skala, sistem menggunakan jangkar perilaku yang

terkait dengan standar yang akan diukur. Perubahan ini

memperjelas arti setiap poin pada skala dan mengurangi bias dan

kesalahan penilai dengan mengaitkan skor ke contoh perilaku

tertentu berdasarkan informasi analisis pekerjaan. Alih-alih

memberikan ruang untuk memasukkan penilai untuk kategori

seperti di atas harapan, metode BARS memberikan contoh

perilaku ini.

6.6 Masalah dan Solusi Dalam Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja terus-menerus diserang oleh kritik. Metode

skala penilaian tampaknya menjadi target yang paling rentan. Namun

pada kenyataannya banyak permasalahan yang sering diangkat tidak

melekat pada metode itu sendiri, melainkan lebih mencerminkan

implementasi yang salah. Misalnya, perusahaan mungkin memberikan

pelatihan yang tidak memadai untuk penilai, atau mereka mungkin

menggunakan kriteria penilaian yang terlalu subjektif dan tidak terkait

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 127


dengan posisi. Berikut ini berfokus pada beberapa area masalah yang

paling umum.

1) Ketidaknyamanan Penilai

Melakukan tinjauan kinerja seringkali merupakan tugas

manajemen sumber daya manusia yang membuat frustrasi. Salah

satu pakar manajemen, Edward Lawler, mencatat dokumentasi

penting yang menunjukkan bahwa sistem penilaian kinerja tidak

memotivasi orang dan tidak mengarahkan perkembangan mereka

secara efektif. Peringatan ini penting. Jika sistem tinjauan kinerja

dirancang secara tidak benar atau diimplementasikan secara tidak

benar, karyawan akan takut dihakimi dan manajer akan enggan

melakukannya. Bahkan, beberapa manajer selalu membenci

waktu, prosedur, pilihan sulit, dan ketidaknyamanan yang sering

menyertai proses penilaian. Melakukan proses peninjauan

mengganggu prioritas tinggi manajer dan pengalamannya bisa

sangat tidak menyenangkan jika karyawan yang ditinjau tidak

bekerja dengan baik. Menurut sumber di Inggris, satu dari

delapan manajer lebih memilih pergi ke dokter gigi daripada

melakukan penilaian kinerja.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 128


2) Tidak ada objektivitas

Kelemahan potensial dari metode penilaian kinerja tradisional

adalah kurangnya objektivitas. Dalam metode skala penilaian,

misalnya, faktor-faktor yang biasa digunakan seperti sikap,

penampilan, dan kepribadian sulit diukur. Selain itu, faktor-faktor

ini mungkin memiliki sedikit korelasi dengan prestasi kerja

karyawan. Sementara subjektivitas akan selalu hadir dalam

metode penilaian, penilaian karyawan yang didasarkan terutama

pada karakteristik pribadi dapat menempatkan penilai dan

perusahaan pada posisi yang lemah terhadap karyawan dan

ketentuan kesempatan kerja yang sama. Perusahaan dapat berada

di bawah banyak tekanan untuk membuktikan bahwa faktor-

faktor ini terkait dengan pekerjaan.

3) Halo/Horn Error

Kesalahan halo terjadi ketika manajer menggeneralisasi satu

elemen atau insiden kinerja positif ke semua aspek kinerja

karyawan, menghasilkan skor yang lebih tinggi. Misalnya,

Rodney Pirkle, seorang supervisor akuntansi, menempatkan nilai

yang tinggi pada kerapian, sebuah faktor yang digunakan dalam

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 129


sistem penilaian kinerja perusahaan. Ketika Rodney mengevaluasi

kinerja akuntan seniornya, Jack Hicks, dia menemukan bahwa

Jack adalah orang yang sangat rapi. dan memberinya skor tinggi,

tinggi pada faktor ini. Selain itu, secara sadar atau tidak sadar,

Rodney memiliki peringkat tinggi pada kebersihan yang terkait

dengan faktor-faktor lain, memberi Jack nilai tinggi yang tidak

beralasan untuk semua faktor. Tentu saja, jika Jack ceroboh, hal

sebaliknya bisa terjadi. Fenomena ini dikenal sebagai kesalahan

tanduk, kesalahan evaluasi yang terjadi ketika manajer

menggeneralisasi elemen atau insiden kinerja negatif ke semua

aspek kinerja karyawan, sehingga menghasilkan skor yang lebih

rendah.

4) Postur Lembut / Keras

Memberi nilai tinggi tanpa alasan yang baik disebut leniency.

Perilaku ini sering dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari

kontroversi mengenai peringkat. Ini paling umum ketika kriteria

yang sangat subjektif (dan sulit untuk dibenarkan) digunakan, dan

peninjau harus mendiskusikan hasilnya. dengan karyawan. Satu

studi menemukan bahwa ketika manajer mengetahui bahwa

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 130


mereka mengevaluasi karyawan untuk tujuan administratif,

seperti kenaikan gaji, mereka lebih permisif daripada ketika

mereka mengevaluasi kinerja untuk mempromosikan

pengembangan karyawan. Namun, kelonggaran dapat

menyebabkan kegagalan untuk mengenali kekurangan yang dapat

diperbaiki. Praktik ini juga memotong anggaran kinerja dan

mengurangi penghargaan yang tersedia bagi karyawan puncak.

Selain itu, organisasi akan kesulitan memecat karyawan yang

berkinerja buruk yang terus-menerus menerima evaluasi positif.

Menjadi terlalu kritis terhadap kinerja karyawan di tempat kerja

disebut rigor. Meskipun kelembutan cenderung lebih umum

daripada ketangguhan, beberapa manajer atas inisiatif mereka

sendiri menerapkan evaluasi lebih ketat daripada standar

perusahaan. Perilaku ini mungkin karena kurangnya pemahaman

tentang berbagai faktor evaluasi. Situasi terburuk terjadi ketika

perusahaan memiliki manajer lunak dan keras dan tidak

melakukan apa pun untuk menyamakan ketidaksetaraan. Di sini,

orang-orang yang berprestasi rendah mendapatkan kenaikan gaji

dan promosi yang relatif tinggi dari atasan yang fleksibel,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 131


sementara manajer yang keras kurang menghargai karyawan yang

lebih berpengalaman. Hal ini akan berdampak buruk pada moral

dan motivasi para pemain terbaik.

5) Central Tendency Error

Kesalahan tendensi sentral adalah kesalahan evaluasi yang terjadi

ketika karyawan salah dinilai di dekat rata-rata atau tengah skala.

Praktik ini dapat didorong oleh beberapa sistem skala penilaian

yang mengharuskan penilai untuk memberikan alasan penilaian

yang sangat tinggi dan sangat rendah. Delapan dari sistem ini

memungkinkan penilai untuk menghindari kemungkinan

kontroversi atau kritik dengan hanya memberikan penilaian rata-

rata. Tetapi karena peringkat ini cenderung mengelompok dalam

kisaran yang sepenuhnya memuaskan, karyawan jarang mengeluh

tentangnya. Namun, kesalahan ini ada dan mempengaruhi

penentuan evaluasi.

6) Bias Perilaku Terakhir

Siapa pun yang telah mengamati perilaku anak-anak kecil di

minggu-minggu menjelang Natal akan segera mengenali masalah

bias perilaku baru-baru ini. Tiba-tiba, anak-anak paling nakal di

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 132


pemukiman itu mengembangkan kepribadian yang saleh untuk

mengantisipasi hadiah yang mereka harapkan untuk diberikan

kepada Old Saint Nick. Orang-orang yang bekerja bukanlah anak-

anak, mereka adalah manusia. Hampir semua karyawan tahu

persis kapan tinjauan kinerja dijadwalkan. Meskipun tindakan

mereka mungkin tidak disadari, perilaku karyawan sering kali

membaik dan produktivitas biasanya meningkat dalam beberapa

hari atau minggu. sebelum evaluasi terjadwal Adalah normal bagi

penilai untuk mengingat perilaku baru-baru ini lebih baik

daripada tindakan dari masa lalu yang jauh. Namun, evaluasi

pekerjaan formal umumnya.

7) Bias Pribadi (Stereotyping)

Kekurangan ini muncul ketika manajer membiarkan perbedaan

individu seperti jenis kelamin, ras, atau usia mempengaruhi

penilaian yang mereka berikan. Masalah ini tidak hanya

menurunkan moral bagi karyawan, tetapi juga jelas ilegal dan

dapat menyebabkan proses hukum yang mahal. Pengaruh Bias

Budaya, atau stereotip, tentu saja dapat mempengaruhi penilaian.

Manajer menghasilkan gambaran mental tentang apa yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 133


dianggap sebagai karyawan yang ideal, dan karyawan yang tidak

sesuai dengan gambaran ini mungkin akan dinilai secara tidak

adil. Diskriminasi dalam penilaian juga dapat didasarkan pada

faktor-faktor lain. Misalnya, karyawan dengan gaya tenang

mungkin secara sewenang-wenang dinilai lebih baik karena

mereka cenderung tidak keberatan dengan hasilnya. Perilaku

semacam ini sangat kontras dengan kolaborator yang lebih

langsung, yang sering menekankan frasa: roda yang berderit

mendapat pelumas. Dalam contoh lain, sebuah penelitian

menyimpulkan bahwa orang yang dianggap perokok menerima

evaluasi kinerja yang lebih rendah daripada non-perokok, dengan

hasil bahwa mereka akan mendapat skor lebih tinggi jika mereka

berhenti merokok.

8) Manipulasi Evaluasi

Dalam beberapa kasus, manajer mengendalikan hampir semua

aspek proses penilaian dan dengan demikian dapat memanipulasi

sistem. Misalnya, majikan mungkin ingin memberikan kenaikan

gaji kepada karyawan tertentu. Untuk membenarkan tindakan ini,

tanpa dasar yang kuat, bos mungkin menilai karyawan itu rendah.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 134


Dalam kedua kasus, sistem terdistorsi dan tujuan penilaian kinerja

tidak dapat dicapai. Selain itu, dalam kasus terakhir, ke

pengadilan. Jika organisasi tidak dapat mendukung evaluasi

dengan baik, itu mungkin menimbulkan kerugian finansial yang

signifikan.

9) Kecemasan Karyawan

Proses penilaian juga dapat menimbulkan kecemasan pada

karyawan yang dinilai. Peluang promosi, penugasan kerja yang

lebih baik, dan peningkatan kompetensi mungkin bergantung

pada hasil penilaian. Ini tidak hanya menciptakan ketakutan,

tetapi juga perlawanan total. Satu pendapat menyatakan bahwa

jika Anda mensurvei karyawan secara umum, mereka akan

memberi tahu Anda bahwa tinjauan kinerja adalah cara

manajemen untuk mengungkap semua hal buruk yang telah

mereka lakukan selama setahun.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 135


BAB VII
KOMPENSASI

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 136


BAB VII

KOMPENSASI

Setiap karyawan harus mengharapkan kompensasi dari

perusahaan yang mempekerjakannya sebagai imbalan atas pekerjaannya.

Bagi perusahaan, sistem kompensasi yang baik dan efektif akan

memudahkan dalam merekrut dan mempertahankan karyawan yang

dibutuhkan. Jadi intinya, sistem penghargaan yang baik akan

menguntungkan kedua belah pihak, baik bagi karyawan itu sendiri

maupun bagi perusahaan yang menerapkannya. Hubungan antara

perusahaan dengan karyawan pada dasarnya merupakan hubungan yang

saling menguntungkan atau biasa disebut dengan hubungan simbiosis

mutualisme.

Secara sederhana, kita dapat mendefinisikan kompensasi sebagai

segala sesuatu yang diterima karyawan sebagai kompensasi atas

pekerjaan mereka. Kompensasi yang diberikan perusahaan kepada

karyawannya dapat berupa uang atau pemberian materi (benda)/fasilitas

atau peluang karir yang lebih baik. Pemberian uang dapat berupa gaji,

bonus, bagi hasil, uang lembur, komisi penjualan, insentif dan tunjangan,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 137


sedangkan pemberian materi (benda) dan fasilitas dapat berupa

penyediaan perumahan, transportasi atau mobil. , dan saham perusahaan.

Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima baik dalam

bentuk fisik maupun non fisik. Bisa juga berarti kompensasi apa pun

yang diterima karyawan/karyawan atas jasa atau hasil pekerjaannya di

suatu perusahaan. Kompensasi yang diterima dapat berupa uang, barang,

langsung maupun tidak langsung. Kompensasi biasanya diberikan kepada

karyawan oleh pihak eksekutif sebagai tanda bahwa karyawan tersebut

telah bekerja keras. Tentunya hal ini dapat menjadi motivasi yang baik

bagi karyawan untuk mau bekerja lebih giat lagi demi kemajuan

perusahaan. Hal ini membuat karyawan semakin bersemangat dan

tentunya itu menjadi citra yang baik bagi perusahaan. Pemberian

kompensasi juga menunjukkan bahwa perusahaan berlaku adil terhadap

karyawannya. Pekerja yang rajin dapat diberi kompensasi dan ini tidak

diberikan hanya sekali atau dua kali. Bisa dalam sebulan atau seminggu.

7.1 Hubungan Kompensasi Dengan Motivasi

Dalam suatu organisasi atau perusahaan, karyawan merupakan

aset yang sangat membantu kepentingan manajemen dalam menjalankan

usaha dan operasional perusahaan. Karyawan sebagai sumber daya

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 138


manusia harus diperhatikan dalam beberapa aspek karena tanpa adanya

sumber daya manusia tidak mungkin roda perusahaan dapat terus

berputar dengan lancar. Sumber daya manusia memegang peranan

penting dalam mencapai tujuan bisnis.

Berkenaan dengan kompensasi, Hasibuan (2006:118) berpendapat

bahwa kompensasi adalah semua pendapatan berupa uang, barang yang

diterima secara langsung atau tidak langsung oleh karyawan sebagai

imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Selengkapnya

Sikula Andrew J. diterjemahkan oleh A.A. Anwar Prabu Mangkunegara

(2005:83), mengatakan bahwa kompensasi adalah pemberian upah yang

merupakan imbalan, pembayaran atas jasa yang diberikan oleh pegawai.

Uang merupakan faktor kuat dalam memotivasi karyawan untuk

bekerja. Tetapi konsistensi pendapatan, keamanan, dan tenaga kerja sama

pentingnya. Kesulitannya terletak pada keseimbangan kebutuhan

individu untuk tampil baik.

Proses penghargaan atau reward merupakan jalinan berbagai sub-

proses yang kompak dengan tujuan untuk memberikan penghargaan

kepada karyawan yang melakukan pekerjaan dan memotivasi mereka

untuk mencapai tingkat kinerja yang diinginkan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 139


Motivasi berkaitan dengan bagaimana mengarahkan kekuatan dan

potensi karyawan agar mau bekerja sama secara produktif untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi berkaitan dengan arah

perilaku dan kekuatan respon setelah karyawan memilih untuk

melakukan tindakan tertentu dan ketahanan perilaku karyawan.

Menurut American Encyclodeia yang diterjemahkan oleh Malay

S.P. Hasibuan (2006:143), adalah: “Motivasi adalah pemberian daya

penggerak dan penciptaan kondisi yang dapat merangsang kemauan

seseorang untuk bekerja sehingga ia dapat bekerja secara efektif dan

terpadu untuk mencapai tujuan”.

Motivasi karyawan adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan

oleh manajer dalam suatu perusahaan untuk mencapai hasil yang optimal

bagi karyawan itu sendiri dalam bekerja menuju pencapaian suatu tujuan.

Marwansyah dan Mukaram (2000:151) menyatakan bahwa

indikator yang dapat digunakan dalam menilai motivasi kerja karyawan

adalah:

1) Pemimpin yang Kompeten, Adil dan Sejahtera

2) Penghargaan atas pekerjaan

3) Kondisi kerja

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 140


4) Hubungan kerja

5) Pengembangan diri

6) Tanggung jawab

7) Kalkulator Kompensasi

8) Jenis pekerjaan

9) Persaingan Kerja

10) Promosi Jabatan

Sedangkan Husein Umar (2005:38-39) mengatakan bahwa dalam

melaksanakan pekerjaannya, karyawan dipengaruhi oleh dua faktor

utama (two-factor theory), yaitu kebutuhan, yaitu:

a. Faktor pemeliharaan

Merupakan faktor konservasi yang terkait dengan sifat

pekerja yang mencari istirahat fisik. Kebutuhan ini akan

terus menerus.

b. Faktor-faktor motivasi

Faktor-faktor tersebut merupakan faktor motivasional

yang berkaitan dengan kebutuhan psikologis yang

berkaitan dengan penghargaan pribadi dan berhubungan

langsung dengan pekerjaan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 141


Selain itu, teori dua faktor Frederick Hezberg sering disebut

sebagai konsep Higine, yang meliputi:

1) Isi pekerjaan

 Prestasi

 Pengakuan

 Pekerjaan

 Tanggung Jawab

 Pengembangan potensi individu

2) Faktor Higienis

 Gaji dan upah

 Kondisi kerja

 Kebijakan dan Administrasi Perusahaan

 Hubungan Antarpribadi

 Pengawasan kualitas

Konsep higiene menunjukkan bahwa ketika merencanakan

pekerjaan bagi karyawan, harus selalu ada keseimbangan antara kedua

faktor tersebut.

Pada hakekatnya semua manusia dalam kehidupannya selalu

ingin memenuhi segala kebutuhannya, baik kebutuhan materil maupun

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 142


non materil. Bagi organisasi yang memiliki tenaga penggerak, tentunya

akan memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhan setiap karyawannya.

Salah satu cara yang tepat bagi perusahaan untuk memenuhi kebutuhan

tersebut adalah dengan memberikan kompensasi yang layak dan adil

sebagai imbalan yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya.

Dengan adanya pemberian kompensasi, perusahaan

mengharapkan adanya rasa timbal balik dari karyawan untuk bekerja

dengan kinerja yang baik.

Malay SP Hasibuan (2006:125), menyatakan bahwa:

“Penghargaan yang diterapkan dengan baik memberikan motivasi kerja

bagi karyawan. Biaya diketahui terdiri dari biaya langsung dan tidak

langsung. Jika perbandingan kedua kompensasi diatur seperti ini,

motivasi karyawan akan lebih baik.

Kompensasi diyakini akan memotivasi kerja pekerja, mengurangi

perputaran karyawan, mengurangi ketidakhadiran dan menarik pencari

kerja yang berkualitas ke perusahaan. perusahaan sebagai tempat kerja.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 143


7.2 Jenis-jenis Kompensasi

Ada beberapa jenis kompensasi yang diberikan oleh perusahaan

kepada karyawannya. Berikut adalah jenis-jenisnya baik dalam bentuk

finansial atau non finansial:

1. Kompensasi Langsung

Kompensasi langsung berarti segala macam imbalan dalam

bentuk uang. Misalnya seperti gaji, tunjangan, THR, bonus,

komisi, insentif, pembayaran kinerja, bagi hasil perusahaan

dan opsi saham. Kompensasi langsung merupakan

kompensasi yang paling sering diberikan perusahaan kepada

karyawannya. Selain itu, kompensasi langsung juga lebih

mudah dicatat dalam administrasi keuangan perusahaan

karena langsung diberikan dengan jumlah yang jelas dan

tertulis.

2. Kompensasi Tidak Langsung

Bisa dibilang kompensasi tidak langsung juga bisa berupa

uang. Tapi tidak secara tunai, tetapi perusahaan

menyediakannya melalui pihak ketiga. Misalnya, ketika

perusahaan mengikutsertakan karyawan dalam program

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 144


asuransi atau penghargaan yang melibatkan pihak ketiga.

Perusahaan menanggung semua biaya yang diberikan kepada

pihak ketiga sehingga karyawan dapat menikmati kompensasi

tidak langsung.

3. Kompensasi Nonfinansial

Kompensasi ini juga merupakan kompensasi yang sering

diberikan oleh perusahaan. Tunjangan non finansial tidak

diberikan kepada karyawan dalam bentuk uang, tetapi dalam

bentuk positif yang dapat bermanfaat bagi karyawan.

Misalnya, perusahaan memberikan pelatihan berbicara di

depan umum atau jenis pelatihan lainnya. Pelatihan tersebut

tidak bersifat finansial, tetapi dapat memberikan manfaat bagi

karyawan. Contoh lainnya adalah perusahaan memberikan

lingkungan kantor yang aman dan nyaman kepada karyawan

sebagai bentuk apresiasi karena lebih semangat bekerja.

Dengan memberikan kompensasi yang memadai kepada

karyawan, perusahaan dapat mempertahankan tenaga kerja

berkualitas tinggi untuk mendorong perusahaan maju.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 145


Karyawan juga merasa diuntungkan dan lebih bersemangat

bekerja untuk memajukan perusahaan.

7.3 Tujuan Pemberian Kompensasi

Tujuan kompensasi adalah untuk membantu organisasi mencapai

kesuksesan strategis sambil memastikan ekuitas internal dan eksternal.

Keadilan internal atau keadilan internal menjamin bahwa posisi yang

lebih menantang atau orang yang kualifikasi yang lebih baik dalam

organisasi yang dibayar lebih tinggi. Sedangkan, external equity atau

jaminan ekuitas eksternal pekerjaan itu dibayar secara wajar dalam

dibandingkan dengan pekerjaan yang sebanding di pasar tenaga kerja.

1. Pertahankan karyawan yang luar biasa

Mempertahankan karyawan yang dianggap potensial dan

memenuhi syarat untuk tetap bekerja. Hal ini juga bertujuan

untuk mencegah pergantian staf yang tinggi. Adanya

kompensasi ini dapat memotivasi karyawan untuk terus

bekerja.

2. Mendapatkan Karyawan yang Berkualitas

Salah satu cara perusahaan atau organisasi untuk

mendapatkan karyawan atau calon pelamar kerja yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 146


berkualitas adalah dengan menawarkan tingkat kompensasi

yang cukup kompetitif dibandingkan dengan

perusahaan/organisasi lain.

3. Menjamin keadilan dalam perusahaan

Memastikan terpenuhinya keadilan dalam hubungan antara

manajemen dan karyawan. Hal ini juga dimaksudkan sebagai

penghargaan kepada organisasi atas apa yang telah dilakukan

atau dilakukan oleh seorang karyawan kepada perusahaan.

Jadi kejujuran dalam memberikan upah, bonus, insentif, dll di

perusahaan sudah pasti diperhatikan oleh perusahaan.

4. Biaya yang Efisien:

Tujuannya adalah jika perusahaan merencanakan atau

melaksanakan program kompensasi yang rasional. Jadi pada

akhirnya membantu perusahaan untuk memiliki dan

mempertahankan sumber daya manusia pada tingkat biaya

yang wajar. Dengan upah yang kompetitif, insentif atau

tunjangan, bonus, dll, perusahaan akan mendapatkan

keseimbangan etos kerja pekerja yang juga meningkat.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 147


5. Temui Administrasi Hukum

Dalam penatausahaan retribusi yang seharusnya ada dalam

setiap usaha, juga terdapat batasan hukum yang ditetapkan

oleh pemerintah dalam suatu undang-undang. Pembelian

administrasi ini dalam suatu perusahaan juga bertujuan untuk

memenuhi administrasi legalitas.

6. Membawa perubahan perilaku dan sikap menjadi lebih baik

Dengan pemberian kompensasi yang layak dan adil kepada

karyawan, maka karyawan akan memiliki sikap dan perilaku

yang baik serta dapat menguntungkan dan mempengaruhi

produktivitas kerja. Kerja baik, loyalitas, pengalaman,

tanggung jawab dan perilaku lainnya yang dapat ditingkatkan

melalui penghargaan melalui fasilitas efektif perusahaan.

7.4 Metode Pemberian Kompensasi

Kompensasi ini diharapkan dapat memberikan efek positif

terhadap kinerja karyawan, biasanya berupa pembayaran sebagai imbalan

atas pekerjaan yang mereka berikan kepada atasannya. Hal inilah yang

mempengaruhi bagaimana karyawan dapat bekerja ketika pembayaran

dilakukan dengan benar, biasanya pekerjaan yang dilakukan akan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 148


maksimal karena karyawan merasa bahwa pekerjaan yang dilakukan

dihargai dan sebaliknya ketika ada masalah dengan pembayaran,

kepentingan karyawan dan ini akan mengarah terhadap penurunan

kualitas pekerjaan mereka.

Biaya tenaga kerja adalah kontribusi tenaga manusia untuk

produksi dan merupakan faktor biaya penting yang harus terus diukur,

dipantau dan dianalisis. Biaya upah terdiri dari gaji pokok dan tunjangan.

1) Tarif dasar

Gaji pokok untuk posisi yang dilakukan disebut tarif

dasar. Tarif dasar harus ditetapkan untuk setiap operasi di

dalam pabrik dan dikelompokkan berdasarkan tingkat

operasional. Upah yang adil memerlukan analisis,

deskripsi, dan evaluasi setiap pekerjaan di pabrik. Nilai

suatu pekerjaan harus dikaitkan dengan upah yang

dibayarkan untuk pekerjaan serupa di masyarakat dan

dalam industri atau bisnis secara keseluruhan, dan

mempertahankan upah yang kompetitif akan memudahkan

untuk menemukan dan mempertahankan karyawan yang

berkualitas.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 149


2) Tunjangan

Tunjangan juga merupakan bagian penting dari biaya

tenaga kerja. Tunjangan seperti gaji hari raya, uang

liburan, uang lembur, pensiun dan tunjangan kenaikan

harga harus ditambahkan ke tarif dasar untuk

mendapatkan biaya tenaga kerja yang dibulatkan.

3) Upah Insentif

Tujuan utama dari insentif adalah untuk mendorong

karyawan untuk mendapatkan lebih banyak, mendapatkan

upah yang lebih tinggi sambil mengurangi biaya per unit.

Metode upah ini bertujuan untuk memastikan output yang

lebih besar, memperkuat kontrol atas biaya tenaga kerja

dengan menetapkan biaya per unit secara lebih seragam,

dan mengubah upah dasar dari jam kerja menjadi

pekerjaan selesai. Tentunya dengan memproduksi dalam

jumlah yang lebih besar dalam suatu periode, maka upah

pekerja juga akan naik. Dengan jumlah unit produksi yang

lebih besar, hal ini juga menyebabkan biaya unit yang

lebih rendah untuk biaya tenaga kerja.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 150


4) Bonus Perorangan

Bonus individu adalah salah satu metode bonus insentif

yang paling sederhana, membayar upah ekstra di atas tarif

dasar untuk produksi di atas tarif standar. Standar

produksi dihitung dalam menit per unit, yang kemudian

diterjemahkan ke dalam nilai moneter per unit. Sementara

tarif unit mencerminkan hubungan kausal yang jelas

antara output dan upah, insentif hanya efektif jika pekerja

dapat mengontrol tingkat output mereka sendiri. Dengan

demikian, laju satuan tidak akan efektif jika output

dikendalikan oleh mesin. Selain itu, perubahan standar

produksi dan tarif tenaga kerja harus dilakukan ketika

peningkatan output disebabkan oleh pemasangan mesin

baru dan lebih sempurna.

5) Bonus Grup

Bonus kelompok ini, sebagaimana dimaksudkan untuk

bonus individu, dimaksudkan untuk membawa produksi di

atas standar minimum. Setiap pekerja dalam kelompok

menerima upah per jam untuk produksi hingga tingkat

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 151


output standar. Unit yang diproduksi di atas jumlah

standar itu dianggap sebagai keuntungan waktu untuk

seluruh kelompok, sehingga setiap karyawan menerima

pembayaran bonus untuk waktu itu di samping upah untuk

jam kerja. Biasanya, pembayaran bonus yang menjadi hak

kelompok dibagi di antara anggota kelompok sesuai

dengan jumlah gaji pokok masing-masing.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 152


BAB VIII
HUBUNGAN INDUSTRIAL

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 153


BAB VIII

HUBUNGAN INDUSTRIAL

8.1 Konsep Dasar Hubungan Industrial

1. Dasar hubungan industrial

Hubungan industrial adalah hubungan antara semua pihak yang

terkait atau berkepentingan dalam proses produksi atau jasa dalam suatu

perusahaan. Hubungan kerja harus diciptakan sedemikian rupa sehingga

aman, harmonis, harmonis dan selaras sehingga perusahaan dapat terus

meningkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan kesejahteraan

semua pihak yang terlibat atau kepentingan dalam perusahaan.

Hubungan industrial dapat didefinisikan sebagai hubungan dan

interaksi dalam industri, terutama antara tenaga kerja dan manajemen

yang dihasilkan dari sikap dan pendekatan mereka yang majemuk

terhadap pengelolaan urusan industri, untuk peningkatan tidak hanya

manajemen dan pekerja, tetapi juga industri dan lingkungan. ekonomi

secara keseluruhan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 154


Istilah hubungan industrial menjelaskan hubungan antara

karyawan dan manajemen yang timbul secara langsung atau tidak

langsung dari hubungan serikat pekerja-atasan.

Hubungan industrial adalah hubungan dalam industri yang

diciptakan oleh sikap dan pendekatan yang beragam dan kompleks baik

dari manajemen maupun pekerja dalam kaitannya dengan manajemen

industri.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 16, “Hubungan Industrial adalah suatu

sistem hubungan yang terbentuk antara para pelaku dalam proses

produksi barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur pengusaha,

pekerja/buruh, dan pemerintah berdasarkan Nilai-nilai Pancasila dan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Undang-undang tersebut menyatakan bahwa ada tiga pihak yang

memiliki fungsi yang berbeda. Pihak-pihak tersebut adalah pekerja,

perusahaan dan pemerintah.

 Pemerintah

Dalam hubungan industrial, pemerintah memiliki fungsi

sebagai pihak yang membuat kebijakan, memberikan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 155


pelayanan dan mengawasi jalannya suatu usaha. Selain

itu, pemerintah juga berhak menindak jika ada pihak yang

melanggar aturan undang-undang ketenagakerjaan.

 Karyawan dan serikat pekerja

Agar tercipta hubungan kerja yang harmonis, karyawan

memiliki fungsi menyelesaikan pekerjaannya di

perusahaan sesuai dengan kewajibannya masing-masing.

Karyawan juga memiliki peran untuk menjaga ketertiban

di perusahaan dan menghindari konflik. Karyawan juga

dapat mengekspresikan pandangan mereka secara

demokratis dan mengembangkan keterampilan mereka

untuk meningkatkan kinerja bisnis.

 Perusahaan atau pengusaha

Sedangkan perusahaan memiliki fungsi menjalin

hubungan baik dengan karyawan, mengembangkan

usahanya, memberikan lapangan pekerjaan kepada

masyarakat dan memberikan kesejahteraan kepada

karyawannya. Perusahaan juga harus menciptakan

hubungan kerja yang harmonis dengan karyawan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 156


semaksimal mungkin. Perusahaan harus memastikan

bahwa hak-hak pekerja dihormati sehingga konflik dapat

dihindari.

2. Konflik atau perselisihan dalam hubungan industrial

Dalam hubungan antara karyawan dan perusahaan, konflik atau

perselisihan terkadang tidak dapat dihindari. Ini terjadi karena berbagai

faktor, tetapi sebagian besar karena perbedaan pendapat.

Penjelasan mengenai perselisihan ini juga terdapat dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan

Hubungan Industrial yang berbunyi: “Perselisihan hubungan industrial

adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara

Pengusaha atau gabungan Pengusaha dengan Pekerja/Buruh atau Serikat

Pekerja/Serikat Buruh karena adanya perselisihan mengenai hak,

perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan

perselisihan antar serikat pekerja/serikat Buruh dalam satu perusahaan.”

Sedangkan menurut Pasal 2 UU No. 2 Tahun 2004, perselisihan

hubungan industrial dibagi menjadi empat jenis. Adalah sebagai berikut.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 157


 Sengketa hak:

Sengketa ini bisa timbul karena ada hak-hak karyawan

yang tidak dihormati oleh perusahaan. Oleh karena itu,

perusahaan harus memastikan bahwa mereka dapat

bertindak adil dan memenuhi kewajibannya kepada

karyawan.

 konflik kepentingan

Benturan kepentingan dapat timbul dari ketidaksepakatan

atau perubahan sepihak dalam peraturan yang tidak

disetujui oleh karyawan. Jika perubahan ini dapat

bertentangan dengan kontrak kerja karyawan,

kemungkinan besar perselisihan akan muncul.

 Sengketa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)

Perselisihan ini bisa muncul jika ada perselisihan pendapat

antara karyawan dan perusahaan atas pemutusan

hubungan kerja yang dilakukan secara sepihak.

 Perselisihan antar serikat pekerja dalam satu perusahaan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 158


Perselisihan ini muncul ketika ada kesalahpahaman

tentang keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban

dalam serikat pekerja.

3. Penyelesaian perselisihan dalam hubungan industrial

Ada beberapa prosedur untuk menyelesaikan masalah ketika

terjadi perselisihan antara karyawan atau serikat pekerja dan perusahaan.

Berikut adalah beberapa cara penyelesaiannya.

a. Perundingan Bipartit

Perundingan bipartit menurut Undang-Undang Nomor

2 Tahun 2004 adalah musyawarah antara pekerja/buruh atau

serikat pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk

menyelesaikan perselisihan hubungan industrial. Posisi

hukum penyelesaian melalui perundingan bipartit adalah

bahwa penyelesaian bersifat wajib. Seperti yang dijelaskan

dalam:

o UU No. 13 Tahun 2003 “…. Maksud pemutusan

hubungan kerja wajib dirundingkan…”

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 159


o UU No. 2 Tahun 2004 “Perselisihan hubungan

industrial wajib diupayakan penyelesaian terlebih

dahulu melalui perundingan Bipartit.

Namun perlu diperhatikan dan dicatat bahwa

perundingan bipartit berbeda dengan LKS bipartit

sebagaimana diatur dalam Pasal 106 Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 dimana LKS Bipartit merupakan wadah

komunikasi dan konsultasi mengenai masalah

ketenagakerjaan di perusahaan. Berikut ini diuraikan proses

yang terjadi dalam negosiasi bipartit.

1) Sebelum perundingan

 Sampaikan masalahnya secara tertulis

kepada pihak lain

 Karyawan/pekerja yang bukan serikat

pekerja/serikat buruh dapat memberikan

kuasa kepada serikat pekerja/serikat buruh

perusahaan;

 Pengusaha/manajemen atau yang diberi

mandat untuk mengisi secara langsung

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 160


 Serikat pekerja/serikat pekerja atau

pengusaha dapat meminta bantuan dari

perangkat organisasi masing-masing

 Karyawan/pekerja dengan jumlah lebih

dari 10 dapat menunjuk hingga 5 karyawan

sebagai perwakilan

 Untuk perselisihan antar Serikat/Serikat

dalam 1 perusahaan, dapat ditunjuk

maksimal 10 orang perwakilan

2) Tahap perundingan

 Mengidentifikasi dan memberi sinyal

masalah;

 Membuat aturan dan menjadwalkan

negosiasi;

 Dapat disepakati selama perundingan tetap

memenuhi kewajibannya;

 Melakukan negosiasi sesuai dengan aturan

dan perencanaan yang telah disepakati;

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 161


 Jika mereka tidak bersedia melanjutkan

negosiasi, salah satu pihak dapat segera

melaporkan perselisihan tersebut ke kantor

tenaga kerja setempat;

 Dapat lebih lama dari 30 hari selama para

pihak setuju;

 Risalah dibuat pada setiap tahap negosiasi.

Jika salah satu pihak tidak mau

menandatangani, maka dicatat dalam berita

acara.

Risalah akhir berisi dalam hal apapun: nama

dan alamat para pihak, tanggal dan tempat

perundingan, pokok sengketa, pendapat para

pihak, kesimpulan/hasil perundingan, tanggal

dan tanda tangan Para Pihak. Berita acara akhir

harus ditandatangani oleh para pihak atau salah

satu pihak jika salah satu pihak tidak bersedia

untuk menandatangani.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 162


3) Selesai perundingan

 Jika tercapai kesepakatan, perjanjian

bersama (PB) didaftarkan Pengadilan

Hubungan Industrial (PHI).

 Jika tidak tercapai kesepakatan, salah satu

atau kedua belah pihak melaporkan

perselisihan tersebut ke kantor tenaga kerja

setempat dengan melampirkan bukti

rangkap dua

b. Perundingan Tripartit

Mereka dapat melakukan negosiasi tripartit antara

perusahaan dan serikat pekerja, di mana mereka harus

melibatkan mediator pihak ketiga yang menengahi di antara

mereka. Berikut langkah-langkahnya.

1) Mediasi

Mediasi hubungan industrial adalah penyelesaian

perselisihan hak, perselisihan kepentingan,

perselisihan pemutusan hubungan kerja dan

perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 163


dalam satu perusahaan hanya melalui musyawarah

yang dimediasi oleh satu atau lebih mediator

netral. Mediator hubungan industrial yang disebut

mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang

bertanggung jawab di bidang sumber daya

manusia dan yang memenuhi persyaratan sebagai

mediator yang dibentuk oleh menteri untuk

melakukan mediasi dan yang berkewajiban

memberikan rekomendasi tertulis kepada para

pihak yang bersengketa untuk menyelesaikan

perselisihan tentang perselisihan hak, perselisihan

kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan

kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/serikat

buruh hanya dalam satu perusahaan (Pasal 1 angka

11 dan 12 UU 2/2004).

2) Konsilasi

Mediasi Hubungan Industrial adalah penyelesaian

perselisihan kepentingan, pemutusan hubungan

kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 164


buruh hanya dalam satu perusahaan melalui

musyawarah yang dimediasi oleh satu atau lebih

mediator netral. Mediator hubungan industrial

yang selanjutnya disebut mediator adalah orang

atau lebih yang memenuhi persyaratan sebagai

mediator yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga

Kerja, yang bertanggung jawab melakukan

perdamaian dan wajib memberikan nasihat tertulis

kepada para pihak yang bersengketa untuk

menyelesaikan perselisihan kepentingan,

perselisihan pemutusan hubungan kerja atau

perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh

hanya dalam satu perusahaan (Pasal 1 No. 13 dan

14 UU 2/2004).

3) Arbitase

Arbitrase hubungan industrial adalah penyelesaian

perselisihan kepentingan dan perselisihan antar

serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu

perusahaan, di luar pengadilan hubungan industrial

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 165


melalui kesepakatan tertulis para pihak yang

bersengketa untuk menyerahkan penyelesaian

perselisihan kepada arbiter yang putusannya

mengikat. para pihak dan bersifat final. Arbiter

hubungan industial yang selanjutnya disebut

arbiter adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh

para pihak yang bersengketa dari daftar arbiter

yang ditetapkan oleh Sekretaris Negara

Ketenagakerjaan untuk mengadili konflik

kepentingan, dan perselisihan serikat

pekerja/serikat buruh hanya di satu perusahaan

yang penyelesaiannya diajukan melalui arbitrase,

yang keputusannya mengikat para pihak dan

bersifat final (Pasal 1, angka 15 dan 16 UU

2/2204).

c. Pengadilan Hubungan Industrial

Pengadilan Hubungan Industrial adalah pengadilan

khusus yang dibentuk di lingkungan pengadilan

kabupaten/kota di setiap ibu kota provinsi dan berwenang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 166


untuk memeriksa, mengadili, dan memutus perselisihan

hubungan industrial yang wilayah hukumnya meliputi tempat

kerja pekerja (Pasal 1 angka 17 UU 2/2204 .

Menurut Pasal 56 UU 2/2004, Pengadilan Hubungan

Industrial mempunyai kewenangan mutlak untuk memeriksa

dan memutus:

o Di tingkat pertama mengenai perselisihan hak

o Di tingkat pertama dan terakhir mengenai

perselisihan kepentingan

o Di tingkat pertama mengenai perselisihan

pemutusan hubungan kerja

o Di tingkat pertama dan terakhir mengenai

perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh

dalam satu perusahaan

8.2 Negoisasi

Negosiasi merupakan bentuk interaksi yang dilakukan untuk

mencapai kesepakatan. Negosiasi biasanya dilakukan antara dua pihak

atau lebih yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan dan

keinginan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi bersama.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 167


Dalam beberapa kasus, negosiasi melibatkan pihak ketiga yang disebut

negosiator. Negosiator bertindak sebagai mediator bagi para pihak yang

bernegosiasi dan biasanya memiliki keterampilan negosiasi dan etika

bisnis yang baik

Negosiasi pada hakikatnya adalah proses membahas dan

menyepakati berbagai hal yang semula milik masing-masing pihak (milik

kita atau mereka) menjadi milik bersama (milik kita). Transformasi "kita,

mereka dan kita" dapat dibagi menjadi tiga dimensi. Yaitu syariat dalam

arti mentransformasikan kita menjadi berbuat dan mereka yang

melakukan apa yang kita lakukan. Kedua, esensi dalam arti mengubah

harapan kita dan harapan mereka menjadi milik kita. Terakhir, makrifat

dalam arti mentransformasikan apa yang kita ketahui dan mereka ketahui

menjadi kita ketahui.

Dalam hubungan antara pekerja dan pengusaha, tidak dapat

dipungkiri sering muncul perselisihan. Hal ini dikarenakan adanya

perbedaan kepentingan antara keduanya. Ketika suatu perselisihan

muncul, negosiasi adalah sesuatu yang benar-benar diperlukan untuk

menemukan jalan keluar terbaik untuk mendapatkan titik temu yang

dapat disepakati oleh kedua belah pihak.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 168


Biasanya negosiasi dilakukan dalam negosiasi bipartit, yaitu

negosiasi yang dilakukan oleh pemberi kerja dan pekerja untuk

mendapatkan titik temu yang dapat disepakati kedua belah pihak dan

menguntungkan kedua belah pihak.

Ada dua jenis dalam bernegosiasi, yaitu:

1) Position based

Suatu proses negosiasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak

dengan tujuan untuk memaksimalkan kemenangan masing-

masing. Apalagi dalam negosiasi semacam ini akan terlihat

bagaimana kedua belah pihak menggunakan trik dengan

saling menindas, saling bertentangan dan mempertahankan

posisi masing-masing. Setiap orang memiliki tujuan untuk

menang.

2) Interest based

Sedangkan interest based adalah proses negosiasi di mana

kedua belah pihak akan sama-sama mencari “win-win

solution”. Tujuan yang ingin dicapai adalah pengaturan yang

masuk akal, berpusat pada kepentingan melalui pembenaran.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 169


Idealnya dalam negoisasi, masing-masing pihak mencoba

mendorong pilihan kreatif ke depan untuk keuntungan bersama. Hal ini

dapat dimulai dengan berbagi informasi dari kedua belah pihak untuk

menciptakan peluang kemungkinan membuat kesepakatan yang saling

menguntungkan dan sepakat untuk menutup kesenjangan. Kedua belah

pihak diharapkan untuk saling memahami dan memiliki niat baik.

Diawali dengan persiapan yang baik dengan mencakup 3 hal

dasar:

 Tentukan target tawaran

 Evaluasi situasi lawan

 Evaluasi kekuatan dirisendiri

Kemudian dipertimbangkan apa hasil terbaik yang bisa dicapai

baik dari pihak kita maupun pihak lain. Negosiasi akan mudah gagal jika

masing-masing pihak hanya memikirkan apa yang mereka inginkan.

Langkah-langkah persiapan berikut dapat dilakukan:

 Identifikasi potensi nilai dan peluang yang ada.

 Cobalah mencari peluang untuk menciptakan kreativitas.

 Jangan hanya fokus pada bagaimana mendapatkan apa

yang diinginkan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 170


Terdapat 3 tahap dalam negoisasi, yaitu:

1) Opening

 Pembukaan

 Masing-masing pihak akan melakukan:

o Penilaian terhadap pola pikir pihak lain

o Memperdalam niat dan latar belakang pihak

lain

o Testing the water

o Hati-hati

2) Bargaining

 Di mulai dengan mengajukan permintaan/ penawaran

 Dapat terjadi pemberian konsesi secara langsung

 Dapat juga sebaliknya, sangat sulit terjadinya

pemberian konsesi.

3) Closing

 Konfirmasi konsesi yang diberikan pada sesi

sebelumnya.

 Jika tidak ada ganti rugi sama sekali, maka dapat pergi

ke mediasi atau pergi ke pengadilan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 171


 Dapat menyebabkan “tindakan” oleh salah satu pihak

karena negosiasi yang gagal.

Sebelum menutup negoisasi, dokumentasikan atau catatlah semua

hal yang dibicarakan, baik yang disetujui atau tidak oleh kedua belah

pihak, yang kemudian ditandatangani oleh kedua belah pihak.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 172


BAB IX
KONSEP K3

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 173


BAB IX

KONSEP K3

9.1 Pemahaman Dasar Tentang K3

Kesadaran akan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) perlahan

menunjukkan tren positif, terbukti dengan semakin banyaknya kegiatan

atau perusahaan yang menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50

Tahun 2012. Pada prinsipnya , pelaksanaan. Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan kewajiban bagi

perusahaan yang mempekerjakan sekurang-kurangnya 100 (seratus)

tenaga kerja atau mempunyai potensi bahaya yang tinggi. Namun tidak

menutup kemungkinan bagi perusahaan yang mempekerjakan

karyawan/pekerja kurang dari 100 orang dan tidak memiliki potensi

risiko tinggi, perlu juga menerapkan SMK3.

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan

bentuk pendekatan sistematis yang dilakukan di tempat kerja, seperti

tanggung jawab bersama atas tindakan terkait K3 di tempat kerja;

menetapkan standar dan kerangka kerja untuk mencapai standar tersebut;

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 174


menekankan pengaturan K3; dan memfasilitasi penegakan

aturan/kebijakan. Manajemen K3 merupakan bagian dari sistem

manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang terintegrasi dengan

keseluruhan manajemen suatu perusahaan yang bertujuan untuk

mencapai hasil yang optimal secara keseluruhan dalam proses input dan

output terkait aspek K3. Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (SMK3) adalah suatu sistem yang menghubungkan dan

menyelenggarakan serangkaian proses untuk mencapai tujuan dan

menciptakan cara pengelolaan K3 yang teridentifikasi dan berkelanjutan.

Sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja diperlukan karena

diperlukan baik secara internal bagi organisasi perusahaan dalam hal

kelancaran proses produksi maupun secara eksternal seperti kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan dan kontrak kerja.

Penyelenggaraan SMK3 di Indonesia diatur oleh serangkaian

undang-undang dan turunannya. SMK3 harus diterapkan pada semua

perusahaan di Indonesia, baik besar maupun kecil. Dasar hukum

penerapan SMK3 di Indonesia meliputi:

1) Undang-Undang Nomor 01 Tahun 1970 tentang Keselamatan

Kerja;

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 175


2) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

3) Undang-Undang Nomor 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja;

5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 26 Tahun 2014 tentang

Kinerja Penilaian Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja;

6) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 05 Tahun 2014 tentang

Pedoman Sistem Manajemen Kondisi Kerja (SMK3) Konstruksi

di Sektor Rijkswaterstaat; dan

7) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.

Berdasarkan peraturan di atas, perusahaan diwajibkan untuk

menerapkan SMK3 di tempat kerja dengan mengintegrasikan sistemnya

dengan SMK3. Kewajiban ini berlaku bagi perusahaan yang memiliki

tenaga kerja paling sedikit 100 (seratus) orang atau kurang dari 100

orang, tetapi tergolong perusahaan dengan potensi risiko tinggi.

Di bidang konstruksi, melalui Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum Nomor 05 Tahun 2014, semua perusahaan konstruksi wajib

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 176


menerapkan SMK3. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efektivitas

perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur,

terstruktur dan terpadu; dapat mencegah dan mengurangi kecelakaan

kerja dan penyakit akibat kerja; serta menciptakan tempat kerja yang

aman, nyaman dan efisien untuk meningkatkan produktivitas.

9.2 Tahap Penerapan SMK3

Dalam pelaksanaan SMK3, ada beberapa tahapan yang harus

dilalui agar SMK3 menjadi efektif, karena SMK3 memiliki persyaratan

tertentu yang harus dibangun dalam suatu organisasi/perusahaan. Juga

dalam implementasinya, SMK3 harus terus ditinjau dan ditingkatkan

untuk memastikan bahwa sistem tersebut dapat berperan dan berfungsi

dengan baik serta memberikan kontribusi bagi kemajuan bisnis. Untuk

lebih memudahkan penerapan standar SMK3, berikut diuraikan tahapan

dan langkah-langkahnya, yang terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan, merupakan tahap atau langkah awal yang akan

dilakukan oleh suatu organisasi/perusahaan. Langkah ini

melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah anggota staf,

dimulai dengan menyatakan komitmen terhadap kebutuhan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 177


sumber daya yang dibutuhkan, sedangkan tahap persiapan ini

meliputi: komitmen manajemen puncak, menentukan ruang

lingkup, menentukan aplikasi, membentuk kelompok

implementasi, menentukan sumber daya yang dibutuhkan.

2. Tahap pengembangan dan implementasi

Tahap pengembangan dan implementasi, pada tahap ini berisi

tentang langkah-langkah yang akan dilakukan oleh

organisasi/perusahaan dengan melibatkan banyak staf, mulai dari

memberikan saran dan melakukan sendiri kegiatan audit internal

dan tindakan korektif hingga sertifikasi. Langkah-langkah ini

adalah sebagai berikut:

1) Menyatakan komitmen

Pernyataan komitmen dan penetapan kebijakan untuk

menerapkan SMK3 di organisasi/perusahaan harus

dilakukan oleh manajemen puncak. Persiapan SMK3 tidak

akan berjalan tanpa komitmen terhadap sistem

manajemen. Manajemen sangat perlu menyadari bahwa

merekalah yang paling bertanggung jawab atas sukses

tidaknya implementasi SMK3. Komitmen manajemen

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 178


puncak seharusnya tidak hanya diungkapkan dengan kata-

kata, tetapi juga dalam tindakan nyata, sehingga dapat

diketahui, dipelajari, dihayati dan dilaksanakan oleh

seluruh karyawan dan karyawan perusahaan. Semua

karyawan dan rekanan harus mengetahui bahwa tanggung

jawab pelaksanaan SMK3 tidak hanya menjadi urusan

Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Tapi dari

manajemen puncak hingga karyawan terendah. Oleh

karena itu, sebaiknya manajemen menciptakan cara untuk

mengkomunikasikan keterlibatannya pada semua

tingkatan dalam perusahaan. Untuk itu perlu dicari

momen yang tepat untuk menyampaikan komitmen

manajemen terhadap implementasi SMK3.

2) Menetapkan cara penerapan

Dalam menerapkan SMK3, perusahaan dapat

menggunakan jasa konsultan dengan mempertimbangkan

hal-hal berikut: bahwa konsultan yang baik tentunya

memiliki pengalaman yang banyak dan variatif, sehingga

dapat menjadi agen transfer pengetahuan yang efektif,

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 179


yang pada gilirannya dapat membuat rekomendasi yang

tepat dapat melakukan dalam proses pelaksanaan SMK3,

Konsultan independen memungkinkan konsultan

memberikan umpan balik yang cukup objektif kepada

manajemen tanpa terpengaruh oleh persaingan antar

kelompok dalam organisasi/perusahaan, konsultan jelas

memiliki waktu yang cukup, tidak seperti personel

perusahaan yang meskipun ahli dalam SMK3, tetapi

karena beban kerja, orang lain di perusahaan tidak punya

cukup waktu.

3) Membentuk kelompok kerja penerapan

Jika perusahaan akan membentuk kelompok kerja, maka

anggota kelompok kerja harus terdiri dari perwakilan dari

masing-masing unit kerja. Pada umumnya manajer unit

kerja, hal ini penting karena tentunya merekalah yang

paling bertanggung jawab terhadap unit kerja tertentu.

Jumlah anggota kelompok kerja dapat bervariasi

tergantung pada ruang lingkup ruang lingkup, jumlah

anggota kelompok kerja kurang lebih delapan orang. Yang

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 180


pasti jumlah anggota pokja ini harus bisa mencakup

semua elemen seperti yang dipersyaratkan di SMK3. Pada

prinsipnya setiap anggota kelompok kerja dapat berada

dalam satu kelompok kerja pada saat yang bersamaan dan

kelompok kerja itu sendiri hanya dapat terdiri dari satu

atau dua orang. Kelompok kerja diketuai dan

dikoordinasikan oleh seorang pemimpin kelompok kerja,

sekaligus oleh perwakilan manajemen yang ditunjuk oleh

manajemen puncak. Selain itu untuk mengawasi dan

mengarahkan kelompok kerja harus dibentuk panitia

pengarah, yang biasanya terdiri dari anggota manajemen,

sedangkan tugas panitia ini adalah memberikan arahan,

menetapkan kebijakan, tujuan dan hal-hal lain yang

menyangkut kepentingan kelompok. organisasi, seperti

keseluruhan. Dalam proses implementasi ini, kelompok

kerja implementasi akan bertanggung jawab dan akan

melapor kepada Steering Group.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 181


4) Menetapkan sumber daya yang diperlukan

Sumber daya di sini termasuk orang, peralatan, waktu dan

uang. Hal ini menyangkut beberapa orang yang telah

diangkat secara resmi di luar tugas pokoknya dan yang

terlibat penuh dalam proses pelaksanaannya.

Perlengkapan adalah kebutuhan untuk mempersiapkan

kemungkinan adanya ruang tambahan untuk menyimpan

dokumen atau komputer tambahan untuk mengolah dan

menyimpan data. Yang tidak kalah pentingnya adalah

waktu, karena waktu yang dibutuhkan tidak sedikit,

terutama bagi orang-orang yang terlibat dalam

pelaksanaan, mulai dari menghadiri rapat, pelatihan,

mempelajari bahan pustaka, menulis dokumen yang

berkualitas hingga melakukan kegiatan audit review.

Pelaksanaan SMK3 bukan hanya kegiatan yang bisa

berlangsung dalam satu atau dua bulan. Oleh karena itu,

perusahaan harus siap menghadapi gangguan arus kas

selama kurang lebih satu tahun karena waktu yang

digunakan untuk produksi atau operasi termasuk dalam

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 182


proses implementasi. Dengan perencanaan dan

pengelolaan yang tepat, keadaan ini sebenarnya dapat

dicegah. Sedangkan dana yang diperlukan untuk

membayar konsultan (jika menggunakan konsultan),

lembaga sertifikasi dan biaya pelatihan karyawan berada

di luar perusahaan. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan

apakah perusahaan harus menyediakan peralatan khusus

saat mengimplementasikan SMK3 yang selama ini belum

dimiliki. Misalnya, jika perusahaan memiliki kompresor

dengan tingkat kebisingan di atas rata-rata, karena

memenuhi persyaratan SMK3 yang mengharuskan

pengendalian risiko dan bahaya yang ditimbulkan, maka

perusahaan harus menyediakan peralatan yang dapat

menghilangkan/mengurangi tingkat kebisingan tersebut.

Pengukur tingkat suara juga harus disediakan dan

dikalibrasi. Oleh karena itu, jumlah yang dihabiskan untuk

peralatan ini tergantung pada masing-masing perusahaan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 183


5) Kegiatan penyuluhan

Penyelenggaraan SMK3 merupakan kegiatan dari dan

untuk kebutuhan insan perusahaan. Oleh karena itu, rasa

partisipasi seluruh karyawan di perusahaan harus

dibangun melalui program sosialisasi. Kegiatan ini antara

lain bertujuan untuk mencapai tujuan: menyamakan

persepsi dan motivasi tentang pentingnya penerapan

SMK3 bagi kinerja bisnis, dan membangun keterlibatan

yang komprehensif dari dewan direksi, manajer, staf dan

semua tingkatan dalam perusahaan untuk bekerja.

bersama-sama dalam menerapkan standar sistem ini.

Kegiatan sosialisasi ini dapat dilakukan dengan berbagai

cara, misalnya dengan pernyataan komitmen manajemen,

melalui ceramah, surat edaran atau pembagian buku-buku

terkait SMK3.

6) Peninjauan sistem

Kelompok kerja penerapan yang telah terbentuk

selanjutnya akan bekerja untuk meninjau sistem yang ada

dan membandingkannya dengan persyaratan di SMK3.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 184


Peninjauan ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

dengan meninjau dokumen prosedural dan meninjau

pelaksanaannya.

7) Penyusunan jadwal kegiatan

Setelah melakukan tinjauan sistem, kelompok kerja dapat

menetapkan jadwal kegiatan yang disusun dengan

mempertimbangkan hal-hal berikut: Ruang lingkup

pekerjaan, di mana hasil tinjauan sistem akan

menunjukkan berapa banyak persiapan yang perlu

dilakukan dan berapa lama setiap prosedur akan diperiksa,

disempurnakan, disetujui dan diperiksa. Semakin panjang

daftar prosedur yang harus disiapkan, semakin lama waktu

yang dibutuhkan untuk melakukannya. Pertimbangan

kedua adalah kemampuan perwakilan eksekutif dan

kelompok kerja pelaksana, dimana pengertian kompetensi

disini adalah dalam hal berbagi dan memberi waktu.

Seperti diketahui, tugas pelaksanaan bukan hanya tugas

anggota pokja dan perwakilan manajemen. Mereka

memiliki tugas dan tanggung jawab lain selain penerapan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 185


standar SMK3, yang terkadang sama pentingnya dengan

penerapan standar ini. Hal ini menyangkut kelangsungan

usaha perusahaan, seperti memenuhi target penjualan,

memenuhi jadwal dan target produksi. Pertimbangan

selanjutnya adalah adanya proyek, hal ini khusus untuk

perusahaan yang kegiatannya berbasis proyek (misalnya

kontraktor dan pengembangan), jadi saat menyusun

jadwal pastikan kedatangan setting asesor sertifikasi agar

saat reviewer datang ada proyek sedang berlangsung.

8) Pengembangan sistem manajemen k3

Beberapa kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap

pengembangan SMK3 adalah pendokumentasian,

pengelompokan, pembuatan bagan bahari, penulisan buku

pedoman SMK3, prosedur dan petunjuk kerja.

9) Penerapan sistem

Setelah semua dokumen dibuat, setiap anggota kelompok

kerja kembali ke bagian masing-masing untuk

menerapkan sistem yang ditulis dengan cara berikut:

anggota kelompok kerja mengumpulkan semua

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 186


kolaborator mereka dan menjelaskan isi dokumen, yang

juga dapat digunakan untuk mendapatkan masukan dari

lapangan yang bersifat teknis, maka anggota kelompok

kerja bersama dengan pegawai unit kerjanya mulai

mencoba menerapkan hal-hal yang telah ditulis. Setiap

kekurangan atau kendala yang dihadapi harus dicatat

sebagai masukan untuk perbaikan sistem. Cara selanjutnya

adalah mengumpulkan semua catatan K3 dan catatan

komitmen yang menjadi bukti pelaksanaan hal-hal yang

tertulis. Lead time untuk implementasi sistem ini

setidaknya harus tiga bulan, sehingga cukup untuk menilai

efektivitas sistem yang dikembangkan sebelumnya. Tiga

bulan ini termasuk waktu yang dihabiskan untuk

menyempurnakan sistem dan menyesuaikan dokumen.

10) Proses sertifikasi

Ada beberapa lembaga sertifikasi SMK3, seperti:

Sucofindo mengesahkan Permenaker 05/Men/1996.

Namun, untuk OHSAS 18001 organisasi bebas

menentukan lembaga sertifikasi mana yang diinginkan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 187


Untuk itu, organisasi disarankan untuk memilih lembaga

sertifikasi OHSAS 18001 yang paling tepat dikenal

masyarakat luas.

9.3 Tingkatan Penerapan SMK3 di Perusahaan

Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 menjelaskan bahwa

untuk melaksanakan penerapan SMK3 dengan baik di tempat kerja perlu

melalui 5 tahapan. Yaitu meliputi:

1) Penetapan Kebijakan K3;

Perusahaan yang menetapkan kebijakan K3 harus

menyiapkan penilaian awal terhadap situasi K3 di tempat kerja.

Selain proses tinjauan K3 awal, proses konsultasi antara

manajemen dan perwakilan karyawan juga harus dilakukan

sebelum kebijakan ditetapkan. Tujuannya agar dalam menentukan

kebijakan, kebijakan yang ditempuh mempertimbangkan

kepentingan karyawan dan kepentingan perusahaan.

Kebijakan K3 yang selanjutnya disusun harus mendapat

persetujuan dari pimpinan puncak perusahaan. Kebijakan tersebut

juga harus secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran K3.

Kemudian kebijakan yang telah ditandatangani tersebut harus

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 188


disosialisasikan kepada seluruh karyawan, tamu, kontraktor,

pemasok dan pelanggan. Selain itu, kebijakan K3 harus ditinjau

secara berkala. Hal ini harus dilakukan untuk memastikan bahwa

kebijakan tersebut tetap sejalan dengan perubahan yang terjadi di

perusahaan dan peraturan perundang-undangan.

Agar kebijakan K3 dapat berjalan optimal, komitmen

perusahaan harus ditingkatkan dengan menempatkan organisasi

K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan bisnis;

memastikan anggaran, kualitas personel dan fasilitas pendukung

yang diperlukan di bidang K3; Selain itu, perusahaan juga harus

menentukan personel yang memiliki tanggung jawab, wewenang

dan kewajiban yang jelas dalam menangani K3.

2) Perencanaan K3;

Pada tahap ini, perusahaan diminta untuk membuat

perencanaan yang matang dalam pelaksanaan K3-nya.

Penyusunan rencana kesehatan dan keselamatan kerja

perusahaan harus didasarkan pada 4 hal, yaitu:

 Hasil studi pendahuluan. Pada tahap ini, perencanaan

K3 didasarkan pada hasil penilaian awal situasi K3

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 189


pada saat penyusunan kebijakan K3 di masa yang akan

datang.

 Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

Pada tahap ini, perusahaan harus terlebih dahulu

mengidentifikasi potensi bahaya sebelum melakukan

penilaian risiko dan pengendalian apa yang perlu

dilakukan. Identifikasi ini harus diperhitungkan nanti

ketika menyusun rencana kesehatan dan keselamatan.

 Perundang-undangan dan persyaratan lainnya. Pada

tahap ini, perusahaan harus mengidentifikasi peraturan

mana yang relevan dengan keadaan dan kegiatan

perusahaan. Peraturan yang telah ditetapkan kemudian

ditinjau kepatuhannya dan hasilnya disebarluaskan

kepada karyawan.

 Sumber yang dimiliki. Pada tahap ini, perusahaan

harus mempertimbangkan sumber daya yang

dimilikinya, baik sumber daya manusia dan

infrastruktur yang kompeten serta dukungan finansial

dari perusahaan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 190


3) Pelaksanaan Rencana K3;

Pada tahap ini, perusahaan diminta untuk

mengimplementasikan perencanaan kesehatan dan

keselamatan kerja yang telah disiapkan sebelumnya.

Pelaksanaan rencana K3 ini harus dilakukan oleh perusahaan

dengan menyediakan sumber daya manusia yang kompeten

dan berkualitas serta memastikan sarana dan prasarana yang

memadai. Dalam pelaksanaan rencana K3 ini, setidaknya

mencakup 8 poin kegiatan utama. itu adalah:

 Langkah-langkah pengendalian. Setiap perusahaan

wajib melakukan tindakan pengendalian terhadap

kegiatan, produk, barang dan jasa yang dapat

menimbulkan risiko kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.

 Desain dan teknik. Saat melaksanakan desain dan

rekayasa, pertimbangan harus diberikan pada elemen-

elemen seperti identifikasi potensi bahaya; prosedur

penilaian dan pengelolaan risiko kecelakaan dan

penyakit akibat kerja; serta personel dengan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 191


kompetensi tenaga kerja harus diidentifikasi dan diberi

wewenang dan tanggung jawab yang jelas untuk

memverifikasi persyaratan SMK3.

 Prosedur dan instruksi kerja. Prosedur dan instruksi

kerja harus dilaksanakan dan direvisi secara berkala,

terutama jika terjadi perubahan peralatan, proses atau

bahan baku yang digunakan oleh personel dengan

melibatkan pelaksana yang memiliki kompetensi kerja

dalam penggunaan prosedur.

 Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan.

Perusahaan yang mengalihdayakan pekerjaan mereka

ke pihak lain harus memastikan bahwa perusahaan lain

tersebut mematuhi persyaratan kesehatan dan

keselamatan. Verifikasi persyaratan K3 dilakukan oleh

personel yang kompeten dan berwenang dengan

tanggung jawab yang jelas.

 Pembelian/pembelian barang dan jasa. Sistem

pembelian/pembelian barang dan jasa harus

diintegrasikan ke dalam strategi penanggulangan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 192


kecelakaan dan penyakit akibat kerja; memastikan

produk barang dan jasa serta mitra usaha memenuhi

persyaratan K3; dan pada saat barang dan jasa

diterima di tempat kerja, perusahaan harus

menjelaskan kepada semua pihak yang akan

menggunakan barang dan jasa tersebut berkenaan

dengan identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko

kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

 Produk jadi. Produk akhir berupa barang atau jasa

harus dijamin keamanannya selama pengemasan,

penyimpanan, distribusi dan penggunaan, serta selama

pemusnahan.

 Upaya penanggulangan kecelakaan dan bencana

industri. Pada tahap ini, perusahaan harus memiliki

prosedur untuk menangani kecelakaan dan bencana

industri, termasuk menyediakan personel dan fasilitas

pertolongan pertama dalam jumlah yang cukup dan

tepat untuk mendapatkan bantuan medis; dan

perawatan setelahnya.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 193


 Perencanaan dan pemulihan darurat. Saat

melaksanakan rencana kontinjensi dan pemulihan,

setiap perusahaan harus memiliki prosedur rencana

pemulihan bencana yang cepat untuk kembali ke

kondisi normal dan mendukung pemulihan karyawan

yang trauma.

4) Pemantauan dan Evaluasi Kinerja K3; dan

Pada tahap ini, perusahaan harus memantau dan mengevaluasi

kinerja K3. Monitoring dan evaluasi kinerja K3 ini terdiri dari

2 tahap, yaitu:

 Pemeriksa, pengujian dan pengukuran. Inspeksi,

pengujian dan pengukuran ini harus ditetapkan dan

dipelihara sesuai dengan tujuan dan sasaran kesehatan

dan keselamatan dan frekuensinya disesuaikan dengan

objek yang mengacu pada peraturan dan standar yang

berlaku.

 Audit Internal SMK3. Audit Internal SMK3 perlu

dilakukan secara berkala untuk mengetahui efektivitas

penerapan SMK3. Audit SMK3 dilakukan secara

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 194


sistematis dan independen oleh personel yang

memiliki kompetensi tenaga kerja sesuai dengan

metodologi yang telah ditetapkan.

5) Peninjauan dan Peningkatan Kinerja K3.

Untuk memastikan kesesuaian dan efektivitas yang

berkelanjutan untuk mencapai tujuan K3, pengusaha dan/atau

manajemen perusahaan atau tempat kerja harus melakukan

tinjauan berkala terhadap pelaksanaan SMK3 dan penilaian

SMK3 harus dapat memahami implikasi persyaratan K3

menangani semua kegiatan, produk, barang dan jasa. jasa,

termasuk dampaknya terhadap kinerja bisnis. Penilaian

pelaksanaan SMK3 dalam hal apapun meliputi evaluasi

terhadap kebijakan kondisi kerja; tujuan, sasaran dan

pencapaian K3; temuan audit SMK3; dan evaluasi efektivitas

implementasi SMK3 dan perlunya pengembangan SMK3.

9.4 Penyebab dan Cara Mengatasi Kecelakaan Kerja

Penyebab dan pencegahan kecelakaan kerja – Kecelakaan kerja

adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan tidak diharapkan yang

dapat menimbulkan kerugian orang dan/atau materil (Permenaker

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 195


03/MEN/1998). Konsep lain dari kecelakaan kerja adalah setiap kejadian

yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau dapat menyebabkan

cedera, penyakit, kerusakan atau kerugian lainnya (Standar AS/NZS

4801:2001). Sedangkan definisi kecelakaan kerja menurut OHSAS

18001:2007 adalah suatu peristiwa yang berhubungan dengan pekerjaan

yang dapat mengakibatkan cedera atau sakit (tergantung beratnya) suatu

peristiwa kematian atau peristiwa yang dapat mengakibatkan kematian.

Menurut Bird dan Germain (1990), ada tiga jenis kecelakaan

kerja, yaitu:

1) Accident, suatu kejadian yang tidak terduga yang

menyebabkan kerusakan baik pada orang maupun harta

benda.

2) Incident, suatu kejadian yang tidak terduga yang tidak

mengakibatkan kerugian.

3) Near miss yaitu nyaris celaka, dengan kata lain kejadian ini

hampir menimbulkan suatu kejadian atau kecelakaan.

Berdasarkan tempat dan waktu, kecelakaan kerja diklasifikasikan

menjadi empat jenis, yaitu (Sedarmayanti, 2011):

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 196


1) Kecelakaan kerja karena pekerjaan.

2) Kecelakaan di tempat kerja atau di tempat kerja.

3) Kecelakaan dalam perjalanan (dari rumah ke kantor dan

sebaliknya, melalui jalur normal).

4) Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.

Berdasarkan penyebabnya, kecelakaan kerja diklasifikasikan

menjadi tiga jenis, yaitu (Suma'mur, 1981):

1) Kecelakaan kerja ringan, yaitu kecelakaan kerja yang

memerlukan penyembuhan pada hari tersebut dan dapat

melanjutkan pekerjaan atau istirahatnya selama <2 hari.

Contoh: terpeleset, tergesek, terkena pecahan kaca, jatuh dan

terkilir.

2) Kecelakaan kerja sedang, yaitu kecelakaan kerja yang

memerlukan pemulihan dan istirahat > 2 hari. Contoh:

terjepit, luka robek, luka bakar.

3) Kecelakaan kerja serius, yaitu kecelakaan kerja yang

melibatkan amputasi dan hilangnya fungsi tubuh. Contoh:

patah tulang.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 197


Kecelakaan kerja terjadi sebagai akibat dari perilaku anggota

yang tidak hati-hati atau ceroboh atau bisa juga karena kondisi yang tidak

aman, baik itu dampak fisik maupun lingkungan (Widodo, 2015).

Berdasarkan hasil statistik, 85% kecelakaan kerja disebabkan oleh

tindakan tidak aman dan 15% oleh kondisi tidak aman. Uraian mengenai

kedua pemicu terjadinya kecelakaan industri tersebut adalah sebagai

berikut:

1) Kondisi tidak aman, yaitu berbagai faktor lingkungan fisik

yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, seperti mesin

yang tidak aman, pencahayaan yang tidak sesuai, Alat

Pelindung Diri (APD) yang tidak efisien, lantai yang

berminyak, dll.

2) Tindakan tidak aman adalah perilaku atau kesalahan yang

dapat mengakibatkan kecelakaan seperti kecerobohan,

kegagalan menggunakan alat pelindung diri, dll, karena

masalah kesehatan, gangguan penglihatan, penyakit,

kekhawatiran dan kurangnya pengetahuan dalam prosesnya. ,

dan seterusnya.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 198


Sedangkan menurut Ridley (2008), penyebab terjadinya

kecelakaan kerja adalah sebagai berikut:

1) Keadaan kerja

 Kurangnya kontrol manajemen.

 Standar kerja minimal.

 Tidak memenuhi standar.

 Peralatan yang tidak berfungsi atau tempat kerja yang

tidak sesuai.

2) Kekeliruan orang

 Keterampilan dan pengetahuan yang minim.

 Masalah fisik atau mental.

 Kurangnya motivasi atau salah penempatan.

 Kurang perhatian.

3) Aksi tak aman

 Tidak mengikuti cara kerja yang disetujui.

 Ambil jalan pintas.

 Tidak memakai peralatan keselamatan kerja

4) Kecelakaan

 Peristiwa tak terduga.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 199


 Karena kontak dengan mesin atau listrik sangat

berisiko.

 menjatuhkan.

 Ditabrak mesin atau material yang jatuh, dll.

Kecelakaan kerja juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor seperti

berikut ini

1) Aspek fisik, meliputi pencahayaan, suhu udara, kelembaban,

kecepatan udara, nada, getaran mekanis, radiasi, tekanan

udara, dan sebagainya.

2) Aspek kimia yaitu berupa gas, uap, debu, kabut, awan, cairan

dan beberapa benda padat.

3) Aspek biologi, baik kelompok hewan maupun tumbuhan.

4) Aspek fisiologis, seperti konstruksi mesin, postur dan langkah

kerja.

5) Aspek mental-psikologis, yaitu pembentukan kerja, hubungan

antara karyawan atau mungkin dengan pengusaha,

pemeliharaan pekerjaan dan lain-lain.

Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan memperhatikan faktor-

faktor berikut:

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 200


1) Aspek lingkungan

 Mematuhi persyaratan yang aman termasuk

kebersihan umum, sanitasi, ventilasi udara,

penerangan dan penerangan di tempat

 kerja dan persiapan suhu udara di ruang kerja.

 Mematuhi persyaratan keselamatan, termasuk kondisi

bangunan dan tempat kerja yang dapat menjamin

keselamatan.

 Menyelenggarakan penyelenggaraan rumah tangga

yang meliputi penataan tempat penyimpanan barang,

penempatan dan pemasangan mesin, pemanfaatan

ruang dan ruang.

2) Aspek mesin dan perlengkapan kerja

Mesin dan perlengkapan kerja harus berdasarkan perencanaan

yang baik dengan memperhatikan peraturan yang berlaku.

Denah lantai yang baik sebaiknya dapat dilihat dengan adanya

pagar atau pelindung pada beberapa bagian mesin atau

peralatan yang bergerak, termasuk bagian yang berputar. Jika

pagar atau penutup pengaman dipasang, harus dipastikan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 201


dengan pasti apakah pagar atau penutup pengaman itu dilihat

dari bentuk dan ukuran yang benar pada mesin atau peralatan

dan perlengkapan yang melindungi keselamatan pekerja.

3) Aspek peralatan kerja

Alat pelindung diri adalah peralatan kerja yang harus

mencukupi bagi karyawan. Alat pelindung diri berupa pakaian

kerja, kaca mata, sarung tangan, yang semuanya harus

berukuran tepat untuk menciptakan kenyamanan saat

digunakan.

4) Aspek manusia

Pencegahan kecelakaan dalam aspek manusia meliputi

kondisi kerja, memperhatikan potensi keterbatasan dan

keterampilan karyawan, menghilangkan berbagai hal yang

mengurangi konsentrasi kerja, menegakkan disiplin kerja,

menghindari tindakan yang menyebabkan kecelakaan dan

menghilangkan ketidaksesuaian fisik dan mental.

Kecelakaan kerja juga dapat dikurangi, dihindari atau dihindari

dengan mengadopsi program yang dikenal dengan tri-E atau Triple E,

yaitu

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 202


1) Teknik (Engineering). Rekayasa artinya tindakan pertama

adalah melengkapi semua perkakas dan mesin dengan

pelindung, misalnya tombol-tombol untuk menghentikan

perkakas/mesin (mematikan sakelar) dan perkakas lainnya,

sehingga secara teknis dapat dilindungi.

2) Pendidikan (Education). Pendidikan berarti kebutuhan untuk

memberikan pendidikan dan pelatihan kepada karyawan

untuk memberikan rutinitas kerja dan langkah-langkah kerja

yang sesuai dengan rencana untuk keselamatan semaksimal

mungkin.

3) Penerapan (Enforcement). Enforcement berarti tindakan

pelaksanaan, yang memberikan jaminan bahwa ketentuan

pencegahan kecelakaan ditegakkan.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 203


DAFTAR PUSTAKA

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2005. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Alwi, Syafaruddin. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia,

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Bangun, Wilson. 2012. “Manajemen Sumber Daya Manusia”. Jakarta:

Erlangga.Bukit.

Canon, J.A., dan Mcgee, Rita. 2007. Talent Management and Succesion

Planning. London: The Chartered Institute of Personel and

Development.

Cappelli, Peter. 2008. Talent Management for the 21st Century. Boston:

Harvard Business Review.

Cheese P., dkk. 2008. The Talent Powered Organization: Strategies for

Globalization, Talent Management and High Performance.

London and Philadelphia: Kogan Page.

David Mc Guire, KJ (2011). Pengembangan sumber daya manusia.

Thousand Oaks, California: SAGE Publications Inc.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 204


Davies, I. K. (1991). Teknis Instruksional. AS: McGraw Hill Book Co.

Harris. (1996). Sumber Daya Manusia : Praktis dan Pendekatan.

AS: McGraw

Davis, Tony, dkk. 2009. Talent Assessment Mengukur, Menilai dan

Menyeleksi Orang-Orang Terbaik dalam Perusahaan. Jakarta:

PPM Manajemen.

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta. Andi.

Hamalik, Oemar. 2007. Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta.

Bumi Aksara.

Hariandja, Marihot Tua Efendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Grasindo.

Hartatik, Indah Puji. 2014. Mengembangkan SDM. Yogyakarta. Laksana.

Hasibuan, Malayu S.P. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Bumi Aksara.

Heidjrachman R. 2002. Manajemen Personalia. Yogyakarta. BPFE

UGM.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 205


Husein Umar, 2005. Metode Penelitian Skrispsi, Thesis, Disertasi untuk

Bidang Ekonomi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

James, W. W. (1998). Perencanaan Sumber Daya Manusia. Arizona State

University: Perpustakaan Bisnis Grolier.

Jim McGoldrick, J.S. (2005). Pengertian Pengembangan Sumber Daya

Manusia.

Kreitner, Robert dan Angelo Kinicki. 2005. “Perilaku Organisasi Buku 1

Edisi 5”. Jakarta: Salemba Empat.

Malayu S.P. Hasibuan, 2006. Manajemen Sumber daya Manusia. Jakarta:

PT. Haji Masagung.

Mangkunegara, A. Anwar Prabu. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mangkuprawira, Syafri. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia

Strategik. Jakarta. Ghalia.

Martoyo, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta.

BPFE UGM.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 206


Mathis, Robert L., Jackson H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Salemba Empat, Jakarta.

Michaels, dkk. 2001. The War for Talent. Boston: Harvard Business

School Press.

Moekijat, 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

Bandung: Mandar Maju.

Mondy, R.W. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke 10, PT.

Gelora Aksara Pratama: Penerbit Erlangga.

New York, AS: Routledge Taylor dan Francis Group.

Nitisemito, A. 1992. Manajemen Personalia. Jakarta. Ghalia.

Noe. 2005. Human Resources Management. New York. Mc Graw Hill.

Pella, D.A., dan Inayati, Afifah. 2011. Talent management. Jakarta:

Gramedia pustaka.

Puncak. (1998). Seni Manajemen Sumber Daya Manusia:

Mengembangkan Keterampilan Mengelola. Seni Manajemen

Sumber Daya Manusia: Mengembangkan Keterampilan

Mengelola, AS: McGraw Hill.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 207


Rainer K. Silbereisen, X.C. (2010). Perubahan Sosial dan Pembangunan

Manusia.

Richard A. Swanson, E. F. (2008). Landasan Pengembangan Sumber

Daya Manusia. San Francisco, AS: Berret-Koehler Publishers,

Inc.

Salkind, N.J. (2004). Pengantar TEORI PEMBANGUNAN MANUSIA.

Thousand Oaks, California: SAGE Publications Inc.

Sastrohadiwiryo, B. Siswanto. 2002. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia

Pendekatan Administrasi dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. 1997. Manajemen Sumber Daya

Manusia – Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta: Gelora Aksara

Pratama.

Siagian, Sondang P. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta.

Bumi Aksara.

Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi ke 3,

Cetakakn ke-1 Yogyakarta, Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi

Ilmu Ekonomi YKPN: Yogyakarta.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 208


Sirait, 2006. Memahami Aspek-aspek Pengelolaan Sumber Daya

Manusia Dalam Organisasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siswanto, Bejo. 2005. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan

Administrarif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Smilansky, J. 2008. Developing Executive Talent: Metode Efektif Untuk

Mengidentifikasi dan Mengembangkan Pemimpin dalam

Perusahaan. Jakarta: PPM Manajemen.

Sofo, F. (1999). PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA :

Perspektif, Peran dan Pilihan Praktik. Warriewood, Australia:

Woodslane Pty Limited.

Sugiyono, 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi Arikunto, 2004. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Sunyoto, Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Buku

Seru.

Suwatno. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga.

Thousand Oaks, California: SAGE Publications Inc.

UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 209


UU No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Hubungan Industrial

Wibowo.(2007). Manajemen Kinerja. PT Rajagrafindo Persada, Jakarta.

Yahya, H.S. 2009. Tinjauan Terhadap Sistem dan Praktek Implementasi

Pengembangan Eksekutif Bertalenta - Studi Kasus pada Jenjang

Direktur PT X. Jakarta: Digilib UI.

Yuniarsih, Tjutju dan Suwatno. 2011. Manajemen Sumber Daya

Manusia. Bandung. Alfabeta.

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA | 210

Anda mungkin juga menyukai