Anda di halaman 1dari 10

PERALATAN FIRE HYDRANT

Pada umumnya dikenal Peralatan Fire Hydrant Outlet berupa Hydrant Pillar serta perlengkapannya
dengan istilah Outdoor Fire Hydrant. Dan mempergunakan istilah Indoor Fire Hydrant, untuk
peralatan outlet yang terpasang didalam bangunan.

Untuk perlengkapan dan jaringan instalasi Hydrant Pillar serta accessoriesnya diatur dalam
standard regulasi NFPA 24, sedangkan peralatan fire hydrant didalam gedung, diatur dengan
standard regulasi NFPA 14.

Dalam pola pikir sebagian dari kita, External Fire Hydrant, berupa Hydrant Pillar, yang
terpasang diluar bangunan pabrik, atau gedung, mempunyai asumsi juga dapat dipergunakan
kedalam bangunan apabila diperlukan.

Menurut NFPA 14, peralatan fire hydrant yang terpasang didalam bangunan, terbagi dalam 3 kelas
operasi, yaitu :
Fire Hydrant Cabinet Class-1 Fire Service yang terdiri atas :
- Cabinet
- Hydrant Valve ukr. 2½”
- Fire Hose ukr. 2½” panjang 20 atau 30 meter
- Hose rack
- Fire Nozzle ukr. 2½”

Fire Hydrant Cabinet Class-1I Fire Service yang terdiri atas :


- Cabinet
- Hydrant Valve ukr. 1½”
- Fire Hose ukr. 1½” panjang 20 atau 30 meter
- Hose rack
- Fire Nozzle ukr. 1½”

Fire Hydrant Cabinet Class-1II Fire Service yang terdiri atas :


- Cabinet
- Hydrant Valve ukr. 1½”
- Fire Hose ukr. 1½” panjang 20 atau 30 meter
- Hose rack
- Fire Nozzle ukr. 1½”
- Hydrant Valve ukr. 2 ½” yang akan dipergunakan oleh Dinas Pemadam kebakaran, atau
oleh Personel yang telah terlatih untuk itu.

Tata letak peralatan Fire Hydrant ini, harus mempertimbangan kemampuannya dalam memberikan
kepadatan curah air ( Fire Water Density ). Bukan hanya mempertimbangkan jarak jangkau dari
panjang operasional peralatannya saja.
Sangat sering ditemui, peralatan fire hydrant ini tidak mampu menghasilkan Kepadatan Curah Air
yang dipersyaratkan oleh NFPA 14.

Page 1
NFPA 14 menetapkan Kepadatan Curah Air ( Water Density ) Minimum yang dihasilkan Fire
Hydrant Cabinet Class-I Fire Service ini adalah sebesar 250 GPM ( 946 Liter per menit ), dan Fire
Hydrant Cabinet Class II Fire Service adalah sebesar 100 GPM ( 375 Liter per menit ).

Jumlah Kepadatan Curah Air atau Fire Hydrant Water Density yang diperlukan untuk
memadamkan api pada sebuah bangunan gedung atau pabrik dengan Tingkat Resiko Bahaya
Kebakaran Ringan sampai dengan Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran Extra Berat-2 adalah
sebanyak 500 GPM atau +/- 1890 Liter setiap menitnya, terhadap luas area yang akan diuraikan
berikut.
Satuan Water Density adalah Jumlah kebutuhan air dalam volume tertentu, pada luas area tertentu
dan dalam waktu tertentu pula.
Ketiga komponen ( volume, luas area dan waktu ) merupakan satu kesatuan yang tidak
boleh dipisahkan satu sama lainnya.

Pengetesan yang dilakukan selama ini hanyalah terbatas dari melihat kemampuan tekanan yang
dihasilkan dari sebuah discharge nozzle saja. Pengetesan pompa untuk mengetahui kemampuan
pompa dalam memenuhi kebutuhan kepadatan curah air belum pernah dilaksanakan. Hendaknya
diketahui bahwa hasil tekanan yang kuat dari sebuah fire nozzle bukanlah suatu hal yang
mempresentasikan kemampuan dari sebuah sistim pemadam kebakaran.

Pompa pemadam kebakaran baru dapat dinyatakan laik pakai atau dianggap memenuhi kreteria
kebutuhan yang dipersyaratkan, apabila pompa tersebut dapat & mampu memenuhi kebutuhan
curah air atau water density yang ditetapkan untuk memadamkan kebakaran yang terjadi pada
sebuah bangunan atau pabrik yang mempunyai klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran yang
sesuai.

Berdasarkan Klasifikasi Tingkat Resiko Bahaya Kebakaran yang sesuai, dapat diketahui berapa
banyak outlet yang dibutuhkan oleh sebuah bangunan pabrik atau gedung.
Untuk mengetahui kemampuan sebuah pompa ( Pump Performance ) dibutuhkan sebuah
peralatan Flow Meter / Venturi Meter . Peralatan ukur ini biasanya terpasang di Rumah Pompa.
Unit ini berfungsi sebagai alat untuk mengetahui berapa besar kemampuan pompa mengeluarkan
air pada tekanan tertentu.

Pengujian kemampuan pompa dalam memenuhi Kepadatan Curah Air ( Water Density ) dapat juga
dilakukan dengan mempergunakan alat ukur Pitot Meter. Alat ini berfungsi untuk mengukur
berapa besarnya Residual Pressure yang dihasilkan oleh sebuah Discharge Nozzle yang
dipergunakan. Residual Pressure adalah tekanan sisa atau tekanan diujung discharge nozzle yang
dipergunakan.

Satuan residual pressure terbaca dalam beberapa satuan ukur, seperti satuan ” Bar ” , dalam
satuan ” PSI ” maupun dalam satuan ” Kg/Cm2 ”

Page 2
Dengan didapatnya besaran Tekanan Sisa ( Residual Pressure ) dari sebuah discharge nozzle yang
diukur dengan mempergunakan Pitot Meter, maka akan diketahui pula berapa banyaknya air yang
dikeluarkan dari nozzle tersebut, yaitu dengan mempergunakan Rumus Flow Density dibawah ini.

GPM  30  d 2  p  0.97

GPM = Besaran Water Density dalam satuan Galon Per Menit ( GPM )
30 = Angka Aksioma
d = Besaran lobang Orifice Discharge Nozzle dalam satuan ” Inchi ”
p = Residual Pressure dalam satuan ” PSI ”
0.97 = Discharge Coefisience

Contoh :

Apabila diketahui tekanan Pitot ( residual pressure ) dari discharge nozzle sebesar 6.9 Bar ( 100 Psi )
misalnya, dan ukuran ujung nozzle ( nozzle orifice ) sebesar ½” ( setengah Inchi ) maka akan
diketahui pula berapa banyaknya curah air yang dikeluarkan.

Rumus :

GPM  30  d 2  p x 0.97

Hitungan :

GPM  30  d 2  p  0.97 = GPM  30  0.25 10  0.97 = 72.75 GPM

Curah air yang dihasilkan adalah 72.75 GPM kurang dari ketentuan sebanyak 100 GPM untuk
Hydrant Cabinet Class II Fire Services.

Apabila kapasitas peralatan tidak dapat memenuhi kebutuhan water density yang ditetapkan,
diperlukan sekurang kurangnya 2(dua) unit Outlet Fire Hydrant yang spesifikasinya seperti diatas
untuk mensuplai air ke Area yang sama dalam waktu bersamaan pula. Dengan demikian, kepadatan
curah air minimal sebanyak 100 GPM atau 375 Liter per menit akan dapat dipenuhi.

Peralatan Fire Hydrant Class-I Fire Service, setidak tidaknya harus mempergunakan Orifice ( Lobang
Ujung Nozzle ) yang dipergunakan dengan besaran 1”, sehingga out ini akan menghasilkan air pada
tekanan 6.9 bar sebesar :

GPM  30  d 2  p  0.97 = GPM  30 110  0.97 = 291 GPM


Water density sebesar ini jelas telah melebihi dari kapasitas flow minimum sebesar 250 GPM

Page 3
Dengan diketahuinya besaran kapasitas sebuah outlet Fire Hydrant, maka perencanaan yang benar
adalah memperhitungkan tata letak dan jumlah dari outlet dalam kaitannya memenuhi kebutuhan
kepadatan curah air water densiti terhadap area hazard yang dilindungi.

Pada Pasal 7.10.1.1 NFPA 14 edisi 2010, tentang “ Flow Rate” , dinyatakan Kepadatan curah air
yang dipersyaratkan untuk outlet dari fire hydrant class-I dan Class-III adalah sebesar 500 GPM, yang
dihasilkan melalu 2 buah outlet 2½” dalam satu lokasi. Dengan arti kata lain, NFPA
mempersyaratkan besaran kepadatan curah air yang diperlukan adalah sebesar 500 GPM untuk
sebuah lokasi, yang luas lingkupnya (coverage area ) sejauh yang bisa dicapai dengan peralatan outlet
fire hydrant.

Berdasarkan pemeriksaan dan pengujian diberbagai instalasi fire hydrant, hal ini sangat sering
terabaikan. Ini dibuktikan dengan pemasangan peralatan fire hydrant yang mempunyai kapasitas
outlet jauh dari persyaratan yang ditentukan. ( 250 GPM )

Sangat sering dijumpai, bahwa kehandalan sebuah outlet fire hydrant hanya didasarkan pada besaran
Residual Pressure yang dihasilkan melalui pengukuran peralatan Pitot Meter.

Pitot meter hanyalah peralatan yang berfungsi untuk mengetahui berapa besar Residual Pressure yang
dihasilkan pada sebuah outlet. Hasil residual pressure ini haruslah dikonversikan sehingga menjadi
besaran aliran yang dikeluarkan. Hasil pada Pitot meter hanya akan mengambarkan besaran ukuran
tekanan dalam satuan Psi, Bar, Kpa atau Mpa. Ini harus dikonversikan sehingga diketahui besaran
alirannya dalam ukuran Liter Per Menit ( LPM ), atau Galon Per Menit ( GPM )

Terdahulu telah diuraikan bagaimana sebuah Residual Pressure dikonvensikan untuk mengetahui
besaran aliran yang dikeluarkan dengan mempergunakan rumus :
GPM  30  d 2  p x 0.97

Pengukuran Residual Pressure mempergunakan Pitot Meter, harus dilakukan pada Fire Nozzle type
Straight Jet, sehingga lobang orificenya dapat ditentukan. Fire Nozzle Variable harus diganti
terlebih dahulu bagian ujung dari Fire Nozzle tersebut dengan type Straight Jet.

Walaupun dengan hasil Residual Pressure yang tinggi ( 7 bar ) ketika diukur dengan Pitot Meter,
namun penggunaan Fire Nozzle 2 ½” yang ukuran Orifice nya ( Lobang Ujung Nozzle ) hanya
berukuran15mm ( ½” ) maka Outlet ini hanya akan menghasilkan aliran sebesar :

GPM  30  d 2  p x 0.97 GPM  30  0.25 10 x0.97 = 72.75 GPM.

Lokasi ini akan dinyatakan memenuhi persyaratan dari NFPA 14, apabila terpasang sebanyak 4 buah
outlet dengan spesifikasi tehnis seperti diatas, yang dapat besenerji bersama..

Page 4
JARINGAN INSTALASI PIPA

Jaringan instalasi pipa pemadam kebakaran, sebaiknya dilakukan secara ring tertutup, dan
mempergunakan pipa dengan dimensi yang sesuai , yaitu dengan ukuran yang memperhitungkan
besaran Friction Loss pada beban puncak yang direncanakan.
Pipa sebaiknya terpasang diatas tanah, dan dilapisi dengan premier coating dan cat warna merah.

Berikut ini contoh perhitungan, berapa tepatnya ukuran pipa yang dipergunakan, apabila pada jarak
250 meter dari Rumah Pompa dialiran Volume Air sebesar 1500 GPM ( 5678 Liter Per Menit )
dengan mempergunakan pipa ukuran 200DN ( 8” )

Lihat perhitungan dibawah ini :


Jarak outlet yang paling jauh diperkirakan berjarak 250 m dari rumah pompa. Dan Pipa yang
dipergunakan mempunyai ukuran 200DN 8” ) dan perbedaan ketinggian 10 meter apabila
dibandingkan dengan ketinggian Pompa.

Untuk mengetahui berapa besaran friction loss pada jaringan pipa ketika aliran air sebanyak 1000
GPM , atau sebesar 3785 Liter Per Menit melalui pipa 8” sepanjang 250 meter tersebut, serta berapa
besar tekanan yang tersisa pada outlet terjauh tersebut, apabila tekanan awal dirumah pompa sebesar
9 bar.
Rumus :

4.52  GPM 1.85


p
C 1.85  d 4.87
P = Friction Loss ( hambatan dalam pipa ) dalam satuan PSI
4.52 = Angka Aksioma
GPM = Besaran Aliran yang dikeluarkan dalam satuan Galon Per Menit
C = Satuan Hazen William untuk jenis pipa yang dipergunakan
d = Dimensi pipa yang dilalui dalam satuan Inchi

Hasil perhitungan :
4.52  GPM 1.85 4.52  10001.85 4.52  354813 1603754.76
p p p p
C 1.85  d 4.87 1201.85  8 4.87 7022.40.  25.006 175602134
p = 0.009 PSI

Panjang pipa 500 m = 1640 Feet


Friction Loss yang terjadi pada pipa sepanjang 820 Feet = 1640 x 0.009 PSI = 14.76 PSI = 1 Bar
Pressure Head pada titik paling exstrem dari Rumah Pompa adalah 9 Bar – 1 Bar = 8 Bar
Pressure Head terendah yang direkomendasi oleh NFPA-14 adalah sebesar 7 Bar pada outlet hydrant
atau +/- sebesar 100 Psi
Dengan demikian, jaringan instalasi pipa dengan mempergunakan Pipa 200DN ( 8” ) dinilai Cukup
Baik.

Page 5
Persamaan ukuran :
1M = 3.281 Feet
1 Bar = 14.22 PSI
1 GPM = 3.785 Liter
C-120 adalah satuan Hazen William untuk Jenis Pipa Galvanized Medium

Bagaimana apabila besar aliran yang sama melalui pipa dengan ukuran 150DN ( 6” ), dapat kita lihat
ketahui berikut ini :

4.52  GPM 1.85 4.52  10001.85 4.52  354813 1603754.76


p p p p
C 1.85  d 4.87 1201.85  6 4.87 7022.40.  6160.22 43259529
p = 0.037 PSI

Panjang pipa 500 m = 1640 Feet


Friction Loss yang terjadi pada pipa sepanjang 820 Feet = 1640 x 0.037 PSI = 60.68 PSI = 4.2 Bar
Pressure Head pada titik paling exstrem dari Rumah Pompa adalah 9 Bar – 4.25 Bar = 4.75 Bar
Pressure Head terendah yang direkomendasi oleh NFPA-14 adalah sebesar 7 Bar pada outlet hydrant
atau +/- sebesar 100 Psi dengan demikian ukuran pipa 150DN ( 6” ) ini dinilai tidak layak
dipergunakan.

Namun pipa ukuran ini dapat dan layak dipergunakan apabila jaringan pipa ini terpasang secara Ring
Tertutup.

lihat gambar dibawah ini

Page 6
Misalkan Titik ( 1 ) merupakan letak Pompa, dan Titik ( 2 ) merupakan outlet sebesar 1000 GPM.
Panjang pipa dari Titik ( 1 ) sampai ke Titik ( 2 ), melalui Jalur Pipa-I, adalah sepanjang 500
meter ( 1640 Feet.)

Sedangkan panjang pipa dari Titik ( 1 ) sampai ke Titik ( 2 ), melalui Jalur Pipa-II adalah
sepanjang 750 meter ( 2460 Feet )

Besaran Friction Loss yang terjadi pada Jalur Pipa-I, akan sama dengan besaran friction loss yang
terjadi pada Jalur Pipa-II.

Hitungan :
 Besaran Outlet di Titik (2) = 1000 GPM
 Panjang pipa Jalur Pipa (1) = 500 meter ( 1640 Feet )
 Panjang Pipa Jalur Pipa (2) = 750 meter ( 2460 Feet )

Berapa nilai Tekanan Sisa ( Residual Pressure ) pada Titik (2) apabila Flow yang mengalir sebesar
1000 GPM melalui 2 jalur Pipa I & II dengan ukuran 150DN ( 6” )

Jawab :
 Besaran Flow yang dikeluarkan di Titik (2) sebesar 1000 GPM, akan sama dengan besaran
Flow yang dikeluarkan dari Titik (1), yaitu 1000 GPM pula.
 Besaran Flow yang mengalir pada Jalur Pipa-I adalah sebesar 1000 GPM – Besaran Aliran
Flow di Jalur Pipa-II.
 Friction Loss yang terjadi pada Jalur Pipa-I, akan sama dengan Friction Loss pada Jalur
Pipa-II

Rumus-1
Qt 1000
Qt  Q1  Q2 Q1  0.54
Q1  0.54
 L1   500 
1   1  
 L2   750 
1000
Q1  = 600.24 GPM Q2 = 1000 – 600.24 = 399.76 GPM
1  0.666

4,52  Q1  L1 4,52  600.241.85  500


1.85

p1  p1 
C1
1.85
 d1
4.87
1201.85  6 4.87

4,52  138007  500 311895820


p1  p1  = 7.21 Psi
7022.39  6160.22 43.259.467,33

Page 7
Besaran Friction Loss pada Jalur (1) sama dengan Friction Loss Pada Jalur Pipa (2) , atau sama
dengan 7.21 Psi.
7.21
Besaran Friction Loss seluruhnya =  3.60 Psi = 0.24 Bar.
2
Residual Pressure pada titik ( 2) adalah 9 Bar – 0.24 Bar = 8.76 Bar , dan residual pressure ini telah
melebihi dari persyaratan NFPA 14, .

FIRE SPRINKLER SYSTEM

Memahami Curva Water Density Fire Sprinkler

Dibawah ini diperlihatkan Curva untuk besaran Water Density untuk setiap Tingkat Resiko Bahaya
Kebakaran pada sebuah bangunan gedung atau pabrik. Namun sangat sering diketahui kemudian
karena kurangnya pengawasan dilapangan tujuan dari curva water density tersebut tidaklah dipahami
secara benar, dan malah bisa menimbulkan dampak gagalnya usaha pemadaman api.

Contoh :

Perhatikan garis Curva Ordinary Hazard Group-2. Pada Curva terlihat bahwa pemilihan water
density sebesar 6.1 Liter Per Menit Per m2 akan memerlukan area kerja 372 m2, dan apabila
memilih Water Density 8.1 Liter Per Menit Per m2, area kerja adalah 139 m2.

Contoh pemilihan diatas akan berdampak langsung kepada besaran jumlah air yang dibutuhkan, dan
tentu pula akan berdampak langsung kepada kemampuan pompa, dan tentunya sekaligus akan
memerlukan jumlah air yang berbeda pula.

Page 8
Penjelasan :

Pemilihan 6.1 Liter / menit / m2 pada area kerja 372 m2 , jumlah water density yang diperlukan
adalah 6.1 x 372 m2 = 2270 Liter Per Menit ( +/- 600 GPM )

Pemilihan 8.1 Liter / menit / m2 pada area kerja 139 m2 , jumlah water density yang diperlukan
adalah 8.1 x 139 m2 = 1126 Liter Per Menit ( +/- 297 GPM )

Bayangkan berapa besar pengaruhnya kepada kemampuan pompa pemadam kebakaran, dan
pengaruhnya terhadap persediaan air.

Maka tanggung jawab perencana sangatlah besar dalam menentukan pilihan. Spesifikasi terhadap K
Factor dari Sprinkler Head terpasang sangat jarang diperhatikan. Tidak sedikit perencana
pemasangan fire sprinkler tidak mencantumkan besaran K Factor untuk Spesifikasi Sprinkler Head .
Spesifikasi lebih ditujukan kepada temperature dari kepala sprinkler tersebut. Rumus kapasitas Flow
sprinkler head sangat jarang dipergunakan.

Kapasitas Flow dari Sprinkler Head ditentukan oleh pemilihan K Factor, dan perhitungan besaran
Tekanan Residual pada Sprinkler Head yang diperhitungkan.

Rumus mencari kapasitas Flow dari kepala Sprinkler.

Q  K .Factor  P 0.5

Pemilihan Kapasitas Water Density 6.1 L/Men/M2, akan memerlukan Jumlah Sprinkler Head bekerja
dalam perencanaan sebanyak 31 buah. Hal ini didapat dengan membagi area kerja 372 m2 dengan
besaran coverage area setiap kepala sprinkler 12 m2 ( NFPA 13 ) Coverage area seluas 12 m2 untuk
setiap kepala sprinkler adalah ketentuan yang ditetapkan oleh NFPA 13.
Tabel dibawah ini memperlihatkan beberapa merk dari manufacture yang sesuai untuk keperluan
pemasangan sprinkler pada pilihan 6.1 Liter Per menit Per m2.

Untuk memenuhi pemilihan 8.1 Liter / menit / M2, perencana tinggal mencari kepala sprinkler yang
mempunyai kapasitas +/- 93 Liter per Menit. Dengan demikian Water density Perencanaan akan
menjadi 12 x 93 Liter = 1116 Liter per Menit. 12 buah kepala sprinkler didapat dari membagi luas
area kerja dengan coverage are sprinkler yang ditetapkan NFPA 13, untuk Klasifikasi Ordinary hazard
seluas 12 m2/Sprinkler Head.
Apakah yang akan terjadi, apabila kepala sprinkler dengan K factor 2.8 dipergunakan pada
perhitungan design 8.1 liter per menit.

Page 9
PEMASANGAN SPRINKLER PADA STORAGE / WAREHOUSE

Sprinkler Head Area Rack Storage harus mempergunakan K Factor 8.0 ( 115 ) dan mempunyai
connector ¾” NPT ( NFPA 13 )

Dengan tekanan residual yang sama, maka kapasitas flow dari sprinkler head ini akan mencapai :

Q  K .Factor  P 0.5 = 200 Liter Per Sprinkler Head.

Untuk Area Warehouse yang berisikan Combustible dan Flammable Material harus dipergunakan
Kepala Sprinkler dengan Type ESFR ( Early Suppression Fast Responce ) yang mempunyai K factor
14.0 ( 203 ) atau K Factor 16.8 ( 243 ) ¾” NPT

Kapasitas Flow dari Sprinkler Head ini adalah :

Q  K .14  P 0.5 = 203 x 1.73 = 351 Liter Per menit

Q  K .16.8  P 0.5 = 243 x 1.73 = 420 Liter Per menit

Page 10

Anda mungkin juga menyukai