Anda di halaman 1dari 5

RESUME

KEBIJKAN HUKUM PIDANA PENAL DAN NON PENAL


Dosen Pengampu : Synthiana Rachmie, S.H., M.H.

Disusun oleh :
211000253 - Sri Patrycia (F)

211000277 - Muhammad Danish Moreno (F)

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2022
 Kebijakan Hukum Pidana Penal

Penegakan hukum pidana merupakan salah satu bentuk dari upaya penanggulangan
kejahatan yang disebut dengan istilah penal policy atau kebijakan penal, guna memberikan
perlindungan bagi masyarakat agar tercipta suatu ketertiban dan kesejahteraan. Menurut Sudarto,
kebijakan penal mempunya dua arti, yakni dalam arti sempit yang berati memiliki cakupan
keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar terhadap pelanggaran hukum yang berupa
pidana; dalam arti luas yang berati mencakup keseluruhan fungsi aparatur penegak hukum
termasuk di dalamnya cara kerja pengadilan dan polisi; dalam arti paling luas yang berati
keseluruhan kebijakan yang dilakukan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi
yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat. Pada hakikatnya
kriminalisasi merupakan bagian dari kebijakan hukum pidana (penal policy). Dua masalah
sentral dalam kebijakan kriminal dengan menggunakan penal policy (hukum pidana) yakni
mengenai penentuan tentang perbuatan apa yang seharusnya dijadikan tindak pidana dan sanksi
apa yang sebaiknya digunakan atau dikenakan kepada si pelanggar.

Dalam kebijakan sarana penal memiliki beberapa tahap,yaitu Formulasi (kebijakan


legislatif), Aplikasi (kebijakan yudikatif) dan Eksekusi (kebijakan administratif). Kebijakan hukum
pidana dapat mencakup ruang lingkup kebijakan di bidang hukum pidana materiil, di bidang hukum
pidana formal dan di bidang pelaksanaan pidana. Kebijakan penal dalam tindak pidana
korupsi,sistem yang diterapkan di Indonesia berupa :
 Pemeriksaan dalam sidang pengadilan yang dipimpin oleh hakim
 Hakim memberi pertanyaan kepada terdakwa, kemudian penasihat hukum terdakwa
diberi kesempatan untuk memberi pertanyaan kepada saksi-saksi, begitu pula kepada
jaksa penuntut umum untuk memperoleh kebenaran materil.
 Hakim memberi keputusan
Kebijakan hukum pidana bagi pelaku koruptor diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

Contoh kasus:
Setya Novanto diduga melakukan korupsi secara bersama-sama dengan Andi Agustinus
alias Andi Narogong, Anang Sugiana Sudihardjo, Ir. Sugiharto, MM selaku Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia. Dalam kasus korupsi, para pelaku dapat dijatuhi hukuman seberat-
beratnya karena pelaku harus dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya. Maka hakim
memiliki kebijakan yang berupa keputusan,yakni:
 Menyatakan Terdakwa Setya Novanto tersebut terbukti secara sah melakukan “ tindak
pidana korupsi yang dilakukan secara bersama-sama”;
 Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa dengan pidana penjara tahun dan pidana
dendaMenetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan
seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan
 Memerintahkan supaya Terdakwa tetap dalam tahanan.
 Menghukum terdakwa untuk membayar uang, dengan ketentuan apabila tidak membayar
dalam waktu 1 (satu) bulan sesudah putusan pengadilan memperoleh kekuatan hukum
tetap, maka harta benda Setya Novanto akan disita dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut. Apabila terdakwa tidak mempunyai harta benda yang cukup untuk
mmebayar uang pengganti, maka terdakwa dipidana penjara
 Menjatuhkan pidana tambahan berupa mencabut hak terdakwa untuk menduduki dalam
jabatan public selama 5 (lima) tahun terhitung sejak terpidana selesai menjalani masa
pemidanaan

 Kebijakan Hukum Pidana Non Penal

Kebijakan non penal merupakan suatu upaya pencegahan sebelum terjadinya kejahatan
ataupun upaya dalam penanggulangan kejahatan dengan tidak melakukan pidana. Upaya dalam
menanggulangi permasalahan untuk mencegah seseorang melakukan Tindakan pidana korupsi
dengan pendekatan preventif dan juga berfokus pada perbaikan sosial. Contohnya adalah
penyantunan dan Pendidikan sosial untuk mengembangkan tanggung jawab sosial masyarakat,
penggarapan Kesehatan jiwa melalui Pendidikan moral, agama, peningkatan usaha-usaha
kesejahteraan masyarakat, dan lain-lain.

Perubahan sosial masyarakat dapat terjadi apabila mereka dapat mengubah cara pola
pikir mereka itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan konsep pedagogi antikorupsi. Pedagodi
antikorupsi adalah Pendidikan koreksi budaya yang bertujuan untuk mengenalkan cara berpikir
dan nilai-nilai baru kepada masyarakat. Konsep ini dilakukan baik di Pendidikan formal maupun
nonformal. Fokus utama dari konsep ini adalah pembentukan kesadaran diri sendiri. Pemikiran
lain dari strategi anti korupsi dapat dilakukan melalui Pendidikan berkarakter sebagai upaya
penyelenggaran Pendidikan anti korupsi.

Indonesia membentuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), yang bertujuan untuk


meningkatkan daya guna terhadap upacara pemberantasan Tindakan pidana korupsi. Akan tetapi
di Indonesia terdapat 3 lembaga yang mempunyai otoritas dalam pemberantasan tindak pidana
korupsi yaitu, kepolisian, kejaskasaan dan KPK. Dalam pasal 26 Undang-Undang No 30 Tahun
2003 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi dalam pelaksanaanya selalu berubah-ubah. Dalam
penegakan hukum KPK membagi kewenangannya dengan kepolisian ataupun sebaliknya.

Kebijakan optimalisasi pemerantasan korupsi harus ditindaklanjuti dengan strategi yang


komprehensif, integral dan holistic agar dapat mencapai hasil yang diharapkan. Salah satunya
dapat menggunakan kebijakan non penal. Kebijakan non penal merupakan suatu upaya
penanggulangan kejahatan dengan tidak melakukan pidana. Upaya ini juga bersifat preventif,
misalnya memperbaiki serta menanggulangi kejahatan dilingkungan masyarakat maupun
pemerintahan. Melalui kebijakan non penal dengan mengedepankan konsep pedagodi antikorupsi
dengan strategi persuasive. Dalam strategi ini media massa berperan sangat besar, karena
umumnya strategi ini dijalankan dalam bentuk opini dan pandangan masyarakat melalui media
massa. Penanggulangan kejahatan dengan kebijakan non penal maka perwujudan melalui
pendidikan berperan sebagai kunci. Sebagai contoh Pendidikan formal antikorupsi mulai dari
tingkat SD hingga ke perguruan tinggi. Melalui non penal dalam konsep Pendidikan tidak hanya
diberikan kepada orang yang menempuh Pendidikan formal saja, tetapi kepada seluruh lapisan
masyarakat.

Upaya-upaya nonpenal untuk mencegah korupsi menurut Bappenas,yaitu :


 Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Langkah-langkah
prioritas ditujukan pada:
(a) Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik;
(b) Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik;
(c) Peningkatan Kinerja Lembaga Pelayanan Publik; dan
(d) Peningkatan Pengawasan terhadap Pelayanan Publik.

 Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatankegiatan pemerintah


yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. Langkah-langkah
prioritas ditujukan pada:
(a) Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara;
(b) Penyempurnaan Sistem Procurement/Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah; dan
(c) Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara.

 Meningkatkan pemberdayaan perangkat-perangkat pendukung dalam pencegahan


korupsi
Daftar Pustaka

Ariyanti,Vivi.2019. Kebijakan Penegakan Hukum Dalam Sistem Peradilan Pidana


Indonesia.https://ejournal.upnvj.ac.id/index.php/Yuridis/article/download/789/pdf

http://www.openjournal.unpam.ac.id/index.php/IKAMAKUM/article/view/12208/7323.Analisis
Yuridis terhadap Putusan Nomor 130/Pid.Sus/TPK/2017/PN.Jkt.Pst tentang Pertanggungjawaban
Pelaku Tindak Pidana Korupsi Yang Dilakukan Secara Bersama-sama.2022

https://journals.usm.ac.id/index.php/jic/article/download/2195/1720.Upaya Non-Penal Dalam


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.2022

https://e-jurnal.peraturan.go.id/index.php/jli/article/view/356/238.Penanggulangan Tindak
Pidana Korupsi Dalam Perspektif Criminal Policy (CORRUPTION REDUCTION IN
CRIMINAL POLICY PERSPECTIVE) .2022

Anda mungkin juga menyukai