NIM. 2260131075
PENDAHULUAN
Pada dasarnya terdapat banyak batasan atau definisi mengenai apa yang
dimaksud dengan kebijakan publik (public policy) khususnya dalam literatur ilmu
politik. Masing-masing definisi tersebut memberi penekanan yang berbeda-beda.
Hal ini disebabkan karena kebanyakan definisi dipengaruhi oleh masalah tertentu
yang ingin ditelaah oleh seorang analisis kebijakan. Sementara disisi lain,
pendekatan dan model yang digunakan para ahli akhirnya juga akan menentukan
bagaimana kebijakan publik tersebut hendak didefinisikan. Misalnya, apakah
kebijakan dilihat sebagai rangkaian keputusan yang dibuat oleh pemerintah atau
sebagai tindakan-tindakan yang dampaknya dapat diramalkan.
1
Nuryanti Mustari, Pemahaman Kebijakan Publik Formulasi, Implementasi dan Evaluasi Kebijakan
Publik (Yogyakarta: PT Leutika Nouvalitera: 2015), hal. 1
Seiring dengan dinamika masyarakat yang semakin kompleks, kebijakan
publik menjadi landasan utama dalam membentuk arah dan kualitas kehidupan
bersama. Salah satu entitas hasil dari kebijakan publik yang memiliki peran
sentral dalam mewujudkan integritas, transparansi, dan keadilan dalam lingkup
pemerintahan adalah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bersifat Ad-
Hock. Sebagai lembaga yang diberi mandat untuk memberantas korupsi di
Indonesia, KPK berada di garis depan dalam perumusan dan implementasi
kebijakan publik yang berdampak luas pada masyarakat.
Dalam tugasnya sebagai penjaga kebijakan publik, KPK secara aktif terlibat
dalam perumusan kebijakan anti-korupsi untuk mencapai tujuan pemberantasan
korupsi di berbagai sektor dengan berbagai langkah strategis seperti KPK
melakukan analisis risiko korupsi untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang
rentan terhadap korupsi. Hasil analisis ini menjadi dasar untuk merumuskan
kebijakan yang lebih terarah, kemudian dengan adanya KPK, pembuat kebijakan
publik harus memastikan proses perumusan kebijakan melibatkan konsultasi
dengan pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan
masyarakat sipil. Hal ini bertujuan untuk memastikan inklusivitas dan penerimaan
kebijakan.
2
CNBC Indonesia, Kronologi Lengkap Penetapan Tersangka Ketua KPK Firli Bahuri,
https://www.cnbcindonesia.com/news/20231123080741-4-491294/kronologi-lengkap-
penetapan-tersangka-ketua-kpk-firli-bahuri diakses pada tanggal 25 Desember 2023
3
VOA Indonesia, Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Pemerasan,
https://www.voaindonesia.com/a/ketua-kpk-firli-bahuri-ditetapkan-sebagai-tersangka-kasus-
pemerasan/7367067.html diakses pada tanggal 25 Desember 2023
Dengan melihat keadaan yang terjadi diatas, penulis merasa berkeinginan
untuk mengetahui bagaimana KPK sebagai sebuah hasil dari kebijakan publik
setelah terjadinya kasus tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis makalah
dengan judul “Analisis Kebijakan Publik-Studi Kasus Penetapan Tersangka
Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)”.
1.2. Tujuan
Dilihat dari rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui kondisi KPK sebagai sebuah hasil dari kebijakan publik
setelah terjadinya kasus tersebut.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kebijakan
Di dalam kamus politik yang ditulis oleh Marbun (2007) dikatakan bahwa
kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar
rencana dalam pelaksanaan satu pekerjaan, kepemimpinan dalam pemerintahan
atau organisasi pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip atau maksud sebagai garis
pedoman dalam mencapai sasaran.
4
Frintin Anggraini, Tesis: Analisis Implementasi Kebijakan Pembentukan Account Reprsentative
Dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Jakarta Utara), (Jakarta: UI, 2010), Hal. 15
5
Dwi Nurani, Tesis: Analisis Implementasi Program Bantuan Operasional Sekolah Pada Sekolah
Dasar Negeri Di Kota Jakarta Selatan, (Jakarta: UI, 2009), Hal. 13
Kebijakan publik adalah keputusan-keputusan yang mengikat bagi orang
banyak pada tataran strategis atau bersifat garis besar yang dibuat oleh pemegang
otoritas publik (Soeharto, 2008). Sebagai suatu keputusan yang mengikat publik
maka kebijakan publik haruslah dibuat oleh otoritas politik, yakni mereka yang
menerima mandat dari publik atau orang banyak, umumnya melalui suatu proses
pemilihan untuk bertindak atas nama rakyat banyak dan demi kepentingan rakyat.
e. Lingkungan sekitarnya.
6
Frintin Anggraini, Tesis: Analisis Implementasi Kebijakan Pembentukan Account Reprsentative
Dalam Upaya Meningkatkan Pelayanan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak
Madya Jakarta Utara), (Jakarta: UI, 2010), Hal. 15
f. Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.
1) Komunikasi
2) Sumber -sumber
3) Sikap Pelaksana
7
Awan dkk, Teori dan Analisis Kebijakan Publik (Bandung: CV. Alfabeta: 2016), hal. 68
Sikap pelaksana adalah watak dan karakteristik yang
dimiliki oleh implementor, seperti: komitmen, kejujuran dan sifat
demokratis. Kecenderungan dari para pelaksana kebijakan
merupakan faktor ketiga yang mempunyai konsekuensi
konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif.
Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan
tertentu, dan hak ini berarti adanya dukungan, berarti mereka
melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diharapkan para
pembuat kebijakan. Oleh karena itu, ini berbicara tentang
dampak baik positif maupun negalif, sangat tergantung pada
kecenderungan slkap perilaku pelaksana kebijakan. Hal yang
mempengaruhi kecenderungan – kecenderungan birokrat dan
beberapa insentif.
4) Struktur Birokrasi
PEMBAHASAN
Dari fakta yang penulis teliti terhadap kesesuaian dari persfektif teori yang
penulis gunakan yaitu mengenai teori implementasi kebijakan Teori George
C.Edwards III yang mencakup:
1. Komunikasi
2. Sumber-sumber
3. Sikap pelaksana
4. Struktur birokrasi
4.1.1 Komunikasi
1. Transmisi
2. Konsistensi
3. Kejelasan
4.1.2 Sumber-sumber
2. Informasi
3. Wewenang
4. Fasilitas-fasilitas
Dalam kasus ini, SOP pastinya telah dibuat sedemikian rupa bagi
lembaga anti korupsi indonesia dengan tujuan meningkatkan performa
lembaga dalam memberantas korupsi, namun oknum pimpinan KPK telah
bekerja tidak sesuai SOP lembaga yang ada, sehingga lembaga tidak dapat
berjalan sebagaimana mestinya.
Karakteristik yang kedua dalam birokrasi adalah fragmentasi.
Fragmentasi adalah penyebaran tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas
yang melibatkan unit diluar organisasi. Konsekuensi buruk dari
fragmentasi birokrasi usaha untuk menghambat koordinasi. Para birokrat
dengan alasan prioritas dari organisasinya masing-masing, mendorong
para birokrat untuk menghindari koordinasi dengan organisasi lain,
padahal terkadang penyebaran wewenang dan sumber untuk melaksanakan
kebijakan komplek membutuhkan koordinasi. Hambatan ini diperburuk
oleh struktur pemerintah yang terpecah-pecah padahal semakin besar
koordinasi yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan, semakin
berkurang kemungkinan untuk berhasil.
A. Buku-buku
Abdoellah, Awan dan Yudi, Rusfiana. 2016. Teori Analisis Kebijakan Publik.
Bandung : Alfabeta.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Karya Ilmiah
D. Artikel
CNBC Indonesia. 2023. Kronologi Lengkap Penetapan Tersangka Ketua KPK Firli Bahuri ,
https://www.cnbcindonesia.com/news/20231123080741-4-491294/kronologi-
lengkap-penetapan-tersangka-ketua-kpk-firli-bahuri
VOA Indonesia. 2023. Ketua KPK Firli Bahuri Ditetapkan sebagai Tersangka Kasus Pemerasan ,
https://www.voaindonesia.com/a/ketua-kpk-firli-bahuri-ditetapkan-sebagai-
tersangka-kasus-pemerasan/7367067.html