Anda di halaman 1dari 74

LАPORАN АWАL PRАKTIKUM

UNIT OPERАSI TEKNIK KIMIА


(TKK-61027)

TEKNOLOGI MEMBRAN

Group / Hаri : Kelompok 4 / Kаmis, 7 Oktober 2021

Nаmа Prаktikаn (NIM) : 1. Hаshinаtul Fikriаl Rаbbаni (195061107111035)

JURUSАN TEKNIK KIMIА

FАKULTАS TEKNIK

UNIVERSITАS BRАWIJАYА

MАLАNG

2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN OPERASI TEKNIK KIMIA
(TKK-61027)

TEKNOLOGI MEMBRAN

Kelompok 04 / Kamis, 7 Oktober 2021


Hashinatul Fikrial (195061107111035)

Malang, 11 Oktober 2021

Menyetujui,
DOSEN PEMBIMBING ASISTEN

Supriyono, S.T., M.T. Dzaki Akhmad Dani


NIP: 2016079104251001 NIM. 185061107111014
PERCOBААN 2
TEKNOLOGI MEMBRAN

Hаri/Tаnggаl Percobааn : Kаmis, 7 Oktober 2021


Group : 04

Nаmа Prаktikаn (NIM) : Hаshinаtul Fikriаl (195061107111035)


Аsisten : Dzaki Akhmad Dani (185061107111014)

АBSTRАK
Membran merupakan lapisan tipis berbahan organik atau anorganik yang bisa melakukan
pemisahan selektif antara fluida dengan komponennya. Prinsip kerja filtrasi dengan membran yaitu
senyawa berukuran lebih besar daripada pori-pori membran akan tertahan. Proses membran terjadi
karena perbedaan driving force seperti beda tekanan, potensi listrik suhu, dan konsentrasi atau
kecenderungan kimiawi senyawa terhadap membran. Percobaan ini bertujuan untuk mengerti
prinsip-prinsip filtrasi membran dan faktor yang mempengaruhinya, dapat melakukan percobaan
mikrofiltasi menggunakan membran PP serta dapat melakukan perhitungan permeabilitas dan
permselektivitas membran. Prosedur dalam percobaan ini yaitu mempersiapkan jus buah naga
merah tanpa ampas, mengencerkan jus buah naga berdasarkan variabel yang diinginkan,
menentukan fluks air dan melakukan mikrofiltrasi jus buah naga tanpa ampas menggunakan
membran PP. Variabel yang digunakan yaitu jus buah naga tanpa ampas berkonsentrasi 10 gr/1000
mL dan 25 gr/1000 mL. Rangkaian alat housing mebrane dirangkai dengan membran PP karena
membran jenis ini memiliki memiliki stabilitas termal dan kimia yang tinggi, relatif murah,
memiliki porositas yang dapat terkendali dengan baik dan tersedia dalam berbagai ukuran. Alat
housing membran yang telah dirangkai kemudian diletakkan pada alat filtrasi. Larutan jus buah
naga dialirkan ke dalam membran dengan dipompa dan operasi yang digunakan yaitu konfigurasi
dead-end. Diketahui hasil pada percobaan yaitu nilai fluks setiap variabel yang dihitung setiap 2
menit selama 10 menit. Untuk nilai fluks variabel pertama berkonsentrasi 10gr/1000mL pada
menit ke 2, 4, 6, 8 dan 10 berturut-turut yaitu 236.624 L/m2.Jam, 196.784 L/m2.Jam, 169.017
L/m2.Jam, 142.457 L/m2.Jam dan 119.278 L/m2.Jam. Sedangkan nilai fluks variabel kedua
berkonsentrasi 25gr/1000mL pada menit ke 2, 4, 6, 8 dan 10 berturut-turut yaitu 197.991
L/m2.Jam, 153.322 L/m2.Jam, 121.531 L/m2.Jam, 103.221 L/m2.Jam dan 89.820 L/m2.Jam.

Kata kunci: dead-end, fluks, membran, permeabilitas, polipropilen


I. TUJUAN
1. Mengerti prinsip – prinsip pemisahan menggunakan membran dan faktor yang
mempengaruhinya
2. Melakukan percobaan mikrofiltrasi menggunakan membran polipropilen
3. Melakukan perhitungan-perhitungan permeabilitas dan permselektivitas membran
II. DASAR TEORI
Membran adalah lapisan tipis berbahan organik atau sintesis anorganik yang bisa
melakukan pemisahan selektif antara fluida dengan komponen – koponennya. Pemisahan
ini berdasarkan konsep filtrasi sederhana karena selisih ukuran zat komponen yang ingin
dipisahkan dengan ukuran pori membran, proses pemisahan juga terjadi dengan prinsip
difusi. Filtrasi membran adalah istilah untuk pemisahan senyawa dari aliran umpan melalui
lapisan membran bersadarkan ukuran pori membran dan ukuran partikel komponen
(Arahman, 2017).
Membran berfungsi untuk memisahkan bahan material berdasarkan ukuran dan
bentuk molekul, menahan komponen dari feed yang berukuran lebih besar dari pori
membran dan melewatkan senyawa yang berukuran lebih kecil dari pori membran. Filtrasi
membran juga berfungsi sebagai tempat pemekatan dan pemurnian suatu larutan yang
dilewatkan membran tersebut (Agustina, 2006).
Prinsip kerja filtrasi dengan membran cukup sederhana yaitu dimana senyawa
berukuran lebih besar daripada pori-pori membran akan tertahan. Proses membran terjadi
karena perbedaan driving force seperti beda tekanan, potensi listrik suhu, dan konsentrasi
atau kecenderungan kimiawi senyawa terhadap membran. Skema pemisahan membran
dapat dilihat dari gambar dibawah ini (Arahman, 2017).
Gambar 2.1 Skema pemisahan membran akibat perbedaan driving force
Terdapat klasifikasi membran berdasarkan asal, morfologi, struktur dan pemisahan
serta kerapatan pori. Berdasarkan asalnya membran terbagi menjadi membran alami dan
membran sintetik. Membran alami terdapat pada sel tuhu manusia, hewan dan tumbuhan.
Membran sintetik terbuat dari reaksi kimia dan memisahkan dua fasa yaitu umpan dan
permeat. Membran sintetik dapat membatasi perpindahan dengan cara spesifik (Marlina
dkk, 2017).

Berdasarkan ukuran pori-pori seperti mikrofiltrasi(MF), ultrafiltrasi (UF), nanofiltrasi


(NF) dan (RO) dapat digunakan dalam proses pemisahan air dengan komponen lain
menggunakan metode separasi dengan membran. Berdasarkan proses membran
dikelompokkan menjadi empat. Proses (MF) memiliki ukuran pori 0,05-10 μm dengan
driving force 1-3 bar bertipe membran porous, simetrik, dan asimetrik dengan
permeabilitas rata-ratanya 500 L/m2.jam.bar. Proses (UF) memiliki ukuran pori 0,001-0,05
μm dengan driving force 2-5 bar bertipe membran microporus dan asimetrik dengan
permeabilitas rata-ratanya 150 L/m2.jam.bar. Proses (NF) memiliki ukuran pori <2 nm
dengan driving force 5-15 bar bertipe membran tight porous, asimetrik, dan thin-film
composite dengan permeabilitas rata-ratanya 10-20 L/m2.jam.bar. Proses (RO) memiliki
ukuran pori sekitar 0,5 nm dengan driving force 15-75 bar bertipe membran semi porous,
thin-film composite, dan asimetrik dengan permeabilitas rata-ratanya 5-10 L/m2.jam.bar
(Saputra dkk, 2020).
Faktor yang mempengaruhi kinerja proses separasi menggunakan membran antara lain
yaitu fluks, pengaruh mekanik, kimia, dan thermal terhadap kestabilan material membran,
operasi separasi dengan fouling yang rendah, tingginya permebilitas dan selektivitas
(Saputra dkk, 2020).

Kualitas membran yang dihasilkan dipengaruhi oleh material dan proses pembuatan
membran. Proses pembuatan membran, stabilitas kimia dan thermal atas produk membran
yang diinginkan, serta kecenderungan penyebab fouling nya menjadi pertimbangan saat
pemilihan material (Saputra dkk, 2020).

Berdasarkan material yang digunakan jenis membran dibagi menjadi dua, yaitu
membran polimer dan membran inorganik. Membran polimer dibuat menggunakan
polimer-polimer seperti: selulosa asetat, selulosa triasetat, polisulfon, polietersulfon,
poliakrilonitril, polyvinylpyrrolidone (PVP), polyvinylidene fluoride (PVDF), polipropilen,
polietilen, polikarbonat dan poliester di dalam struktur simetrik dan asimetriknya.
Membran yang memiliki fluks yang tinggi namun lebih rentan terhadap fouling adalah
membran berbasis selulosa. Sedangkan membran yang memiliki stabilitas yang lebih baik
adalah membran berbasis non-selulosa. Contohnya adalah polimer polymide toleran
terhadap pelarut organik seperti heksana, benzena, metanol, aseton, ataupun hidrokarbon
terklorinasi yang membentuk membran UF (Saputra dkk, 2020).

Jenis membran seperti ceramic membran, membran berbasis logam, silika, dan zeolit
termasuk dalam kategori membran inorganik. Proses sinter (untuk ukuran hingga 0.1 μm)
dan proses sol-gel (untuk ukuran <0.1 μm) digunakan dalam pembuatan ceramic
membran. Material γ-alumina (γ-Al2O3), α-alumina, zirconia (ZrO2), titania (TiO2), silikon
karbida (SiC), dan silica (SiO2) (Saputra dkk, 2020).

Terdapat 2 mode operasi teknologi membran yaitu: aliran silang (crossflow) dan aliran
searah (dead-end) yang digunakan dalam proses separasi dengan membran. Apabila feed
water mengalir tegak lurus terhadap permukaan membran sehingga partikel akan tertahan
di permukaan membran terjadi jika menggunakan separasi dengan aliran searah.
Sedangkan feed water mengalir sejajar terhadap permeate (tangential flow), jika
menggunakan separasi dengan aliran silang (Saputra dkk, 2020).
Berdasarkan kerapatan pori membran terbagi atas tiga golongan. Pertama, membran
rapat. Membran rapat berupa lapisan film tipis dengan ukuran pori kurang dari 0.001 µm.
membran ini dapat memisah molekul-molekul berukuran sangat kecil. Prinsip membran ini
berdasarkan kelarutan membran dan umpan. Membran ini biasa digunakan dalam
pervaporasi dan pemisahan gas. Yang kedua yaitu membran berpori berukuran lebih besar.
Membran ini berdasarkan perbedaan ukuran partikel dengan ukuran pori membran.
Selektivitas pemisahan tergantung ukuran pori dan hubungan dengan ukuran partikel yang
dipisahkan. Membran ini digunakan untuk proses ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi. Yang
ketiga yaitu membran cair. Membran ini melakukan pemisahan tidak tergantung oleh
membrannya atau bahan pembentuk tetapi oleh sifat senyawa pembawa yang sangat
spesifik. Media pembawa berupa cairan yang ada dalam pori. Permselektivitas komponen
tergantung pada kespesifikan molekul yang dibawanya (Marlina dkk, 2017).

Ada beberapa jenis membran yang dibagi berdasarkan ukuran partikel dan berat
molekul dengan gaya dorong seperti perbedaan tekanan, medan listrik dan perbedaan
konsentrasi. Pemisahan membran dengan gaya dorong berupa perbedaan tekanan umunya
terbagi menjadi empat jenis sebagai berikut (Agustina, 2006):
1. Mikromembran
Merupakan pemisahan komponen yang berukuran mikron atau submikron. Bentuk
umunya yaitu cartridge, berfungsi untuk menghilangkan partikel dari air yang
berukuran 0.04 – 100 mikron dengan kandungan total padatan terlarut tidak lebih dari
100 ppm. Bahan cartridge beraneka macam mulai dari rayon, katun, wool, selulosa,
fiberglass dan lain sebagainya
2. Reverse Osmosis (RO)
Membran reverse osmosis terbuat dari bahan seperti poliamida (PA), selulosa asetat
(CA), polieteramida, polieteramina, poliamida aromatis, dan lain sebagainya.
Membran komposit film tipid terbuat dari bahan polimer untuk substratnya dengan
penambahan polimer lapisan fungsional diatasnya. Terdapat empat konfigurasi
memrab RO yaitu lilit spiral (SW), tabung/pipa, serat berlekuk (HFF), dan plat-
kerangka. Beberapa keuntungan yang dimiliki RO adalah perlakuan yang murah untuk
feet padatan total terlarut di bawah 400 ppm, untuk yang diatas 400 ppm dengan
penurunan padatan total terlarut 10% lebih baik menggunakan RO dibanding
deionisasi, dan keuntungan terakhir yaitu RO sedikit berhubungan dengan bahan kimia
sehingga lebih praktis.
3. Ultramembran
Merupakan pemisahan membran untuk menghilangkan zat terlarut dengan berat
molekul tinggi, bermacam-macam koloid, mikroba serta padatan tersuspensi dari
larutan. Untuk memisahkan makromolekul dari larutan dipakai membran
semipermeable.
4. Nanomembran
Merupakan proses penghilangan kesadahan, bakteri, virus dan warna karena zat
organik tanpa menghasilkan zat kimia yang berbahaya. Nanomembran cocok untuk air
dengan padatan total terlarut yang rendah. Nanomembran merupakan gabungan RO
dan ultrafiltrasi.

Proses pembuatan membran membutuhkan spesifikasi khusus sesuai dengan


kebutuhan yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerja membran
antara lain sebagai berikut (Agustina, 2006):
1. Ukuran molekul
Pada pembuatan ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi terdapat spesifikasi khusus seperti
membran protein kedelai yang dihidrolisis dengan membran berukuran 5000 MWCO,
10.000 MWCO dan 50.000 MWCO.
2. Bentuk molekul
Bentuk serta konfigurasi makromolekul berefek dan memiliki kekuatan ion, suhu
dan interaksi antara komponen. Bentuk – bentuk yang berbeda ini khusus pada kondisi
dibawah permukaan membran. Sebagai contoh terlihat dalam kerja membran pada
protein dan dextrin.
3. Bahan membran
Bahan membran akan mempengaruhi hasil rejection dan distribusi ukuran pori.
Pada membran dari polysulfone dan membran dari selulosa asetat memperlihatkan
rendahnya nilai deviasi antara kedua membran dan berefek pada tekanan membran.
Bahan membran juga berpengaruh pada efek peningkatan sumbatan (fouling) pada
membran.
4. Karakteristik larutan
Secara umum berat moelul larutan garam dan gula lebih kecil dari ukuran pori
dalam membran. Karakteristik larutan tersebut dapat mempengaruhi permeabilitas
membran.
5. Parameter operasional
Umumnya parameter operasi yang digunakan terdiri dari permukaan membran,
suhu, membran dan konsentrasi. Adapun parameter tambahan seperti nilai pH,
kekuatan ion dan polarisasi.
Teknologi pemisahan dengan membran memiliki beberapa kelebihan seperti
pemisahan dengan teknologi membran dapat dilakukan secara kontinyu, konsumsi
energi yang digunakan relatis sedikit, proses membran dapat digabung dengan
pemisahan lain seperti hybrid processing, pemisahan mudah dilakukan pada kondisi
yang ada, ukuran skala dapat dinaikkan dengan mudah, tidak membutuhkan bahan
tambahan dan material membran sangat bervariasi sehingga mudah diadopis
penggunaannya. Namun teknologi inipun masih memiliki kekurangan seperti adanya
fenomena fluks yang tidak sebanding dengan selektifitas. Karena semakin
meningkatnya fluks maka selektifitasnya dapat menurun begitu juga sebaliknya. Disisi
lain tujuan proses membran yaitu meningkatkan fluks dan selektifitas (Agustina, 2006).
Aplikasi penggunaan teknologi membran banyak digunakan di industri pengolahan
limbah namun ada juga beberapa industri lain yang menggunakan teknologi membran
antara lain sebagai berikut (Agustina, 2006):
1. Pengolahan limbah cair industri pencucian kain
Dengan teknologi membran air limbah dialirkan langsung melalui membran tanpa
tahapan tahapan lainnya.
2. Industri percetakan
Limbah yang dihasilkan pada industri percetakan berupa tinta flexographic dapat
dipidahkan dengan membran ultrafiltrasi. Kecepatan aliran yang digunakan biasanya
5000-10.000 liter/hari dan volume air limbah dapat berkurang sebanyak 40-60%.
3. Recovery asam basa
Pada industri yang menggunakan bahan basa dan asam sebagai bahan pembersih
akan menghasilkan limbah cair yang bahan tersebut akan bercampur dengan kotoran
dari proses pembersihan selanjutnya. Limbah cair tersebut dapat direcovery kembali
menjadi asam dan basa kembali dengan teknologi membran. Pemisahan dengan
membran pada hal ini dapat menghemat biaya pembelian bahan pembersih baru yaitu
mencapai 50%.
Permeabilitas membran adalah kecepatan suatu spesi atau konstituen dalam
menembus membran. Permeabilitas membran biasa disebut dengan fluks atau koefisien
permeabilitas. Fluks adalah jumlah volume permeat yang melewati luas satuan luas
dari membran pada waktu tertentu bersama adanya gaya dorong berupa tekanan. Fluks
dapat dirumuskan sebagai berikut (Apriani dkk, 2017):
𝑉
𝐽=
𝐴×𝑡

Keterangan:
J = Fluks (l/m2.jam)
V = Volume permeat (ml)
A = Luas permukaan membran (m2)
t = Waktu (jam)

Permselektivitas adalah ukuran kemampuan membran dalam menahan senyawa


atau melewatkan senyawa tertentu. Digunakan koefisien rejeksi (R) untuk mencari
permselektivitas. Koefisien rejeksi merupakan fraksi konsentrasi zat terlarut yang
tertahan di atas membran. Koefisien rejeksi menentukan kemurnian suatu prosuk
pemisahan. Rumus koefisien rejeksi adalah sebagai berikut (Marlina dkk, 2017):
Ro = [C2 – C3] / C2 = 1 – C3/C2
Polarisasi konsentrasi permukaan yang dialami membran ( C1) membuat proses
menjadi ada dua jenis koefisien rejeksi yaitu rejeksi nyata (Ro) dan rejeksi terukur (R)
(Mulder, 1996):
R = [C1 – C2] / C1 = 1 – C3/C1
C1 merupakan konsentrasi fase umpan akibat polarisasi.
Salah satu material membran yang biasa digunakan adalah polimer polipropilen.
Polipropilen berasal dari polimerisasi propilen dengan menggunakan katalis Ziegler-
Natta. Tipe katalis dalam polimerisasi antara lain yaitu Al(iso-C4H9)3 dan TiCl3 atau
Al(C2H5)3 dan TiCl3. Polipropilen dapa dibentuk melalui proses inversi termal dan
ekstrusi leleh dan peregangan. Polipropilen biasanya berbentuk serat berongga dan
bersifat hidrofobik, relatif inert, dan dapat bertahan pada suhu tinggi (Nath, 2017).

III. ALAT DAN BAHAN


3.1 Аlаt
Tаbel 3.1 Аlаt
No. Nаmа Аlаt Ukurаn Jumlаh

1 Timbangan - 1 buah

2 Stopwаtch - 1 buah

3 Blender - 1 buah

4 Saringan jus - 1 buah

5 Rangkaian alat filtrasi - 1 buah

6 Membran PP - 1 buah

7 Turbidimeter - 1 buah

8 Gelas ukur 10 mL 1 buah

9 Beaker glass 1000 mL 2 buah

10 Beaker glass 500 mL 1 buah

11 Gelas ukur 100 mL 2 buah

12 Mur - 1 buah

13 Besi baut - 1 buah

14 Penggaris - 1 buah

15 Rangkaian housing membrane - 1 unit

16 Kunci inggris - 1 buah


3.2 Bаhаn
Tаbel 3.2 Bаhаn
No. Nаmа Bаhаn Jumlаh

1 Buah naga merah Secukupnya

2 Air Secukupnya

3 Membran PP 1 buah

3.3 Rаngkаiаn Аlаt


3.3.1 Rangkaian housing membrane

Gambar 3.1 Rangkaian alat housing membrane


Keterangan:
1. Pipa umpan
2. Pipa rentetat
3. Kaca tipis
4. Membrane PP
5. Seal
6. Kaca tebal
7. Pipa permeat
3.3.2 Rangkaian alat filtrasi

Gambar 3.2 Rangkaian alat filtrasi


Keterangan:
T1 = Tangki umpan
T2 = Tangki backwash
T3 = Tangki rentetat
T4 = Tangki permeat
K1 = Katup pompa aliran feed
K2 = Katup pompa backwash
K3 = Katup feed pada membran
K4 = Katup pengatur tekanan
K5 = Katup aliran permeat backwash
K7 = Katup aliran feed backwash
K8 = Katip aliran permeat
IV. PROSEDUR KERJA
4.1 Persiapan jus buah naga

Buah naga merah


m =100 gram

Air Pemotongan
V= 100 mL (Blender)

Penghalusan
(blender)

Penyaringan
(Saringan jus)

Jus buah naga tanpa ampas

Gambar 4.1 Prosedur persiapan jus buah naga


4.2 Pengenceran jus buah naga

Jus buah naga tanpa ampas


v = 10 mL

Air Pencampuran dengan air


V= 990 mL (Blender)

Penuangan tanpa ampas


(Glass beaker)

Jus buah naga tanpa ampas


konsentrasi 10 gr/1000mL

Gambar 4.2 Prosedur pengenceran jus buah naga


Keterangan: Prosedur diulang untuk konsentrasi 25 gr/1000 mL dengan
volume jus buah sebesar 10 mL dan volume air sebesar 975 mL
4.3 Penentuan fluks air

Peletakan membran PP
(housing membrane)

4.2 Pengaliran air ke dalam


Air = ±
4.3200mL membran

Penampungan permeat
(Gelas beaker)

Volume permeat
Pengamatan permeat

Gambar 4.3 Prosedur penentuan fluks air


4.4 Proses mikrofiltrasi jus buah naga tanpa ampas dengan membran PP

membran PP
(housing membrane)

Peletakan
Jus buah naga konsentrasi
(housing membrane)
10gr/1000mL

Filtrasi secara dead-end


t = 5 menit
P = 1 kg/cm2

Volume permeat
Permeat

Gambar 4.4 Prosedur mikrofiltrasi jus buah naga tanpa ampas


Keterangan:
1. Prosedur diulang untuk larutan jus buah naga konsentrasi 25 gram/1000 mL
2. Pengukuran volume permeat diukur setiap per 2 menit selama 10 menit
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil percobaan
Tabel 5.1 data hasil percobaan

Waktu Volume Aliran Akumulasi Fluks


Konsentrasi (mnt) (mL) (mL) (L/m2.jam)

2 98 98 236.624

4 65 163 196.784
10 gr/1000
6 47 210 169.017
mL
8 26 236 142.457

10 11 247 119.278

2 82 82 197.991

4 45 127 153.322
25 gr/1000
6 24 151 121.531
mL
8 20 171 103.221

10 15 186 89.820

5.2 Pembahasan
5.2.1 Analisa proses
Membran merupakan lapisan tipis berbahan organik atau anorganik
yang bisa melakukan pemisahan selektif antara fluida dengan
komponennya. Prinsip kerja filtrasi dengan membran yaitu senyawa
berukuran lebih besar daripada pori-pori membran akan tertahan. Proses
membran terjadi karena perbedaan driving force seperti beda tekanan,
potensi listrik suhu, dan konsentrasi atau kecenderungan kimiawi senyawa
terhadap membran (Arahman, 2017). Percobaan ini bertujuan untuk
mengerti prinsip-prinsip filtrasi membran dan faktor yang
mempengaruhinya, dapat melakukan percobaan mikrofiltasi menggunakan
membran PP serta dapat melakukan perhitungan permeabilitas dan
permselektivitas membran.
Prosedur percobaan dimulai dengan persiapan jus buah naga tanpa
ampas. Terlebih dahulu buah naga merah seberat 100 gram di blender
bersama dengan air 100 mL. Penambahan air bertujuan untuk
mempermudah proses penghalusan buah naga hingga larutan menjadi
homogen. Digunakan blender untuk penghalusan buah naga karena blender
berfungsi untuk menghaluskan makanan yang berjumlah sedikit (Indiarti,
2018). Setelah dihaluskan jus buah naga disaring menggunakan saringan jus
untuk memisahkan buah naga dengan ampasnya yang dapat mengganggu
proses filtrasi membran. Prefiltrasi dengan saringan jus bertujuan untuk
mengurangi jumlah suspensi padat yang dapat meningkatkan penyumbatan
pada membran (Kiswanto, 2019).
Setelah disaring, jus buah naga diencerkan dengan air untuk
memperoleh larutan yang kurang pekat dari larutan induknya (Chang,
2003). Pengenceran jus buah naga terbagi menjadi dua variabel yaitu
larutan berkonsentrasi 10gr/1000mL dan larutan 25gr/1000mL. Pada
percobaan ini digunakan dua variabel yang berbeda untuk melihat
perbedaan nilai fluks dan kinerja membran yang dihasilkan. Pengenceran
variabel pertama dilakukan dengan mengencerkan 10 mL larutan induk
dengan air sebanyak 990 mL air dan untuk variabel kedua menggunakan air
sebanyak 975 mL air.
Setelah dilakukan pengenceran, prosedur selanjutnya yaitu perangkaian
alat housing membrane. Perangkaian dilakukan pada housing membrane
karena merupakan rumah untuk cartridge filter (Safentry dkk, 2019).
Perangkaian dimulai dengan menyusun rangkaian alat dengan posisi
akrilik tebal pada bagian paling bawah lalu dilapisi dengan seal agar bagian
paling bawah plastik saring tidak mudah rusak saat pengencangan. Setelah
itu meletakkan akrilik tipis sebagai penyangga membran. Lalu membran
polipropilen (PP) diletakkan dibagian halus di bagian atas sebagai tempat
masuk umpan pada bagian atas alat membran. Membran yang digunakan
adalah jenis PP karena ia memiliki memiliki stabilitas termal dan kimia
yang tinggi, relatif murah, memiliki porositas yang dapat terkendali dengan
baik dan tersedia dalam berbagai ukuran (Sudarmanto dkk, 2013). Sebelum
memasang membran PP, membran PP diukur terlebih dahulu panjang dan
lebarnya untuk mengetahui luas permukaan membran untuk perhitungan
fluks membran (Marlina dkk, 2017). Selanjutnya membran PP dilapisi
dengan akrilik tipis dan diseal kembali. Terakhir, akrilik tebal diletakkan
dan rangkaian alat direkatkan sampai erat dengan baut, mur dan ring agar
housing membrane terkunci sehinga tidak ada kebocoran saat proses filtrasi
berlangsung (Nakahara, 2018).
Rangkaian alat housing membran yang telah dirangkai selanjutnya
diletakkan pada alat filtrasi yang tersambung dengan tangki permeat, tangki
rentetat dan tangki backwash. Operasi yang digunakan adalah konfigurasi
dead-end karena prosesnya sederhana dan termasuk proses batch dimana
pada filter terdapat akumulasi partikel-partikel yang menyebabkan
peningkatan tekanan untuk mempertahankan aliran sehingga air tidak dapat
melewati membran dan pada satu titik membran akan dibersihkan atau
diganti (Baker, 2004). Operasi konfigurasi dead-end terjadi feed water yang
mengalir tegak lurus terhadap permukaan membran sehingga partikel akan
tertahan di permukaan membran (Saputra dkk, 2020).
Selanjutnya rangkaian alat housing membran dihubungkan dengan
selang feed, rentetat dan permeat berkode K1, K3, K4 dan K8. Pada
konfigurasi dead-end terdapat valve K1 yang terhubung dengan selang feed
berfungsi untuk memompa aliran feed, valve K3 yang berfungsi untuk
mengatur aliran feed pada membran, valve K4 yang berfungsi untuk
mengatur tekanan yang dibutuhkan dan valve K8 yang terhubung dengan
selang permeat yang berfungsi untuk mengatur aliran permeat yang keluar.
Langkah pertama yaitu pompa dinyalakan dan air masuk melalui sulang,
lalu valve K1 dan K3 dibuka dan valve K4 diatur sesuai kondisi operasi.
Tekanan yang digunakan adalah 1 kg/cm2. Feed air akan masuk ke dalam
rangkaian membran dan valve K8 dibuka untuk mengeluarkan air yang
keluar. Air yang keluar ditampung menggunakan gelas beaker selama 5
menit untuk mengukur volume permeat setiap interval waktu 2 menit
sampai menit ke 10. Volume permeat akan digunakan dalam perhitungan
fluks jus buah naga tanpa ampas dengan cara yang sama dengan perhitungan
fluks air.
Setelah proses mikrofiltrasi dilakukan, dilakukan pembersihan alat atau
prosedur backwash. Untuk prosedur backwash digunakan valve K2 yang
berfungsi untuk memompa back wash, K7 untuk mengatur aliran feed
backwash dan K5 untuk mengatur aliran permeat backwash. Langkah
pertamanya yaitu selang yang terhubung dengan K2 dicelupkan pada beaker
glass berisi air. Lalu valve K2, K7 dan K5 dibuka dan backwash dihentikan
saat air yang keluar dari alat housing membrane sudah jernih. Backwash
bertujuan untuk membersihkan dan mencegah terjadinya fouling karena
fouling dapat menurunkan efektivitas membran dalam penyaringan
(Sulistyani dan Meike, 2010).
5.2.2 Analisa hasil

Fluks buah naga Vs. Waktu


250.000
Konsentrasi 10gr/1000mL
200.000
Konsentrasi 25gr/1000mL
Fluks L/m2.Jam

150.000

100.000

50.000

0.000
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
t (jam)

Gambar 5.1 Grafik fluks buah naga terhadap waktu

Gambar 5.1 merupakan grafik hubungan antara fluks buah naga


tanpa ampas pada variabel 1 (10gr/1000mL) dan 2 (25gr/1000mL).
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan fluks air dan fluks masing-
masing variabel. Fluks air selama 5 menit yaitu 444.273 L/m2.Jam. Fluks
variabel 1 yang diamati selama 10 menit tiap menit ke 2, 4, 6, 8 dan 10
berturut-turut yaitu 236.624 L/m2.Jam, 196.784 L/m2.Jam, 169.017
L/m2.Jam, 142.457 L/m2.Jam dan 119.278 L/m2.Jam. Fluks variabel 2 yang
diamati selama 10 menit tiap menit ke 2,4,6,8 dan 10 berturut-turut yaitu
197.991 L/m2.Jam, 153.322 L/m2.Jam, 121.531 L/m2.Jam, 103.221
L/m2.Jam dan 89.820 L/m2.Jam.

Pada gambar 5.1 terlihat bahwa pada variabel 1 dan 2 grafik


keduanya mengalami penurunan dimana fluks pada membran seiring
meningkatnya waktu filtrasi yang menunjukkan bahwa permeabilitas
membran rendah dan membran menahan partikel dari larutan jus buah naga
yang lebih besar dari pori membran dimana partikel tersebut tertahan pada
pori-pori membran dan menyebabkan fenomena fouling. Sehingga
mengakibatkan tingkat operasi membran semakin lama semakin menurun
(Widyasmara dan Dewi, 2013). Selain itu juga terdapat faktor lain yang
mempengaruhi terjadinya fouling salah satunya yaitu operasi dead-end
dimana mode operasi ini cenderung mengakibatkan fouling tinggi akibat
terbentuknya lapisan cake pada permukaan membran (Ernes dkk, 2019).

Pada grafik juga terlihat bahwa nilai fluks variabel 1 lebih besar dari
nilai fluks variabel 2. Hal ini berkaitan dengan konsentrasi yang dimiliki
tiap larutan dimana variabel 1 berkonsentrasi 10gr/1000mL dan variabel 2
berkonsentrasi 25gr/1000mL. Dengan adanya perbedaan konsentrasi maka
menyebabkan nilai fluks yang berbeda karena semakin besar konsentrasi
semakin kecil nilai fluks yang dihasilkan. Tingginya konsentrasi membuat
sifat rigid dan kekuatan antarmuka yang besar menyebabkan ruang kosong
pada membran menjadi berkurang sehingga partikel pada variabel 2 sulit
berdifusi melewati membran (Wulansari dan Atmaja, 2016).
Jika nilai fluks kedua variabel dibandingkan dengan hasil
perhitungan nilai fluks air maka dapat terlihat bahwa nilai fluks air lebih
besar dari fluks kedua variabel yang ditandai dengan nilai fluks air yaitu
444.273 L/m2.Jam dan nilai fluks kedua variabel terletak pada range 89.820
hingga 236.624 L/m2.Jam. Hal ini dikarenakan pada air tidak terdapat
partikel pengotor seperti pada larutan jus buah naga. Dengan tidak adanya
partikel pada air maka tidak ada sumbatan pada pori-pori membran
sehingga tidak terjadi fenomena fouling pada filtrasi air (Fauzia dkk, 2018).
VI. KESIMPULAN
1. Prinsip pemisahan membran yaitu senyawa yang berukuran lebih besar dibanding pori-
proi membran akan tertahan. Proses membran terjadi karena ada perbedaan driving
force seperti beda tekanan, potensi listrik suhu, dan konsentrasi atau kecenderungan
kimiawi senyawa terhadap membran. Membran juga dipengaruhi beberapa faktor yaitu
molekul, bentuk molekul, bahan membran, karakteristik larutan, dan parameter
operasional.
2. Membran yang digunakan pada percobaan ini yaitu membran polipropilen. Membran
PP terlebih dahulu dirangkai pada alat housing membrane lalu dipasangkan pada alat
filtrasi. Operasi yang digunakan yaitu aliran dead-end.
3. Diketahui hasil pada percobaan yaitu nilai fluks setiap variabel yang dihitung setiap 2
menit selama 10 menit. Untuk nilai fluks variabel pertama berkonsentrasi
10gr/1000mL pada menit ke 2, 4, 6, 8 dan 10 berturut-turut yaitu 236.624 L/m2.Jam,
196.784 L/m2.Jam, 169.017 L/m2.Jam, 142.457 L/m2.Jam dan 119.278 L/m2.Jam.
Sedangkan nilai fluks variabel kedua berkonsentrasi 25gr/1000mL pada menit ke 2, 4,
6, 8 dan 10 berturut-turut yaitu 197.991 L/m2.Jam, 153.322 L/m2.Jam, 121.531
L/m2.Jam, 103.221 L/m2.Jam dan 89.820 L/m2.Jam.
VII. DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Siti. 2006. Teknologi Membran Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri.
Bulletin Penelitian 28 (1) : 18-24.
Apriani, Rina dkk. 2017. Sintesis dan Karakteristik Membran Selulosa Asetat dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit. Banjarbaru: Jurnal Riset Industri Hasil Hutan 9 (2): 91-98
Arahman, Nasrul. 2017. Teknologi Membran : Material, Pembuatan, Modifikasi dan
Karakteristik. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press Darussalam
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Ernes, Atmiral dkk. 2019. Biodiesel: Minyak Bekas Penggorengan Tepung Ikan Sardin.
Surabaya: Qiara Media Partner
Fauzia, Ismia dkk. 2018. Kajian Membran Nilon Sebagai Filter pada Proses Penjernihan
Nira Tebu. Kalimmantan: Jurnal Fisika dan Aplikasinya Universitas Jember Vol.3
No.1
Indiarti, MT. 2018. Makanan Bayi, Asi dan susu formula. Yogyakarta: Penerbit Elmatera
Kiswanto. Pengolahan Limbah Cair Batik Menggunakan Teknologi Membran Nanofiltrasi
di Kota Pekalongan. Purwokerto : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar
Marlina, dkk. 2017. Sintesis Membran Poliuretan Berbasis Bahan Alam. Aceh: Syiah
Kuala University Press
Nakahara, Yoshihito. 2008. Hollow Fiber Membran Module, Method Of Manufacturing
The Hollow Fiber Membran Module, And Housing For Hollow Fiber Membran
Module. US: United States Patent
Nath, Kaushik. 2017. Membrane Separation Process 2nd Edition. Delhi: PHI Learning
Private Limited
Safentry, dkk. 2019. Studi Teknologi Membran Mikro Untuk Pemurnian Air Umpan Boiler
Di pusat Pengumpulan Produksi (PPP) Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih.
Palembang: Jurnal Universitas PGRI Palembang Vol.4 No.1
Saputra, Syifa dkk. 2020. Pengelolaan Wilayah Pesisir yang Terpadu untuk Ketahanan
Nasional. Yayasan Kita Menulis
Sudarmanto, Satrio Nugroho dkk. 2013. Modifikasi Permukaan Membran Polipropilen
Untuk Meningkatkan Hidrofobisitas. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS):
Surabaya
Sulistyani, Erika dan Meike. 2010. Pengendalian Fouling Membran Ultrafiltrasi Dengan
Membran Sistem automatic Backwash dan Pencucian Membran. Semarang:
Universitas Diponegoro
Widyasmara, M. dan Dewi, C.K. 2013. Potensi Membran Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi
Untuk Pengolahan Limbah Cair Berminyak. Semarang: Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri Vol.2 No.2
Wulansari, Diah Ayu dan Lukman Atmaja. 2016. Pengaruh Konsentrasi Metanol,
Terhadap Sifat Permeabilitas Metanol Membran Komposit Kitosan/Monmorillonit
Termodifikasi Silang. Surabaya: Jurnal Sains dan Seni ITS.
VIII. LAMPIRAN
8.1.1 Perhitungan fluks air

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,155 m
Volume air = 0.46 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.0835 jam
Fluks Air =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.46
𝐽=
0.0124 𝑥 0.0835

= 444.273 L/m2.Jam
8.1.2 Perhitungan fluks jus buah naga konsentrasi 10gr/1000mL
• Fluks jus buah naga saat t = 2 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,155 m
Volume = 0.098 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.0334 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.098
𝐽=
0.0124 𝑥 0.0334

= 236.624 L/m2.Jam
• Fluks jus buah naga saat t = 4 menit
Panjang membran = 0.08 m
Lebar membran = 0,155 m
Volume = 0.163 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.0668 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.163
𝐽=
0.0124 𝑥 0.0668

= 196.784 L/m2.Jam
• Fluks jus buah naga saat t = 6 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,155 m
Volume = 0.21 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.1002 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.21
𝐽=
0.0124 𝑥 0.1002

= 169.017 L/m2.Jam
• Fluks jus buah naga saat t = 8 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,155 m
Volume = 0.236 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.1336 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.236
𝐽=
0.0124 𝑥 0.1336

= 142.457 L/m2.Jam
• Fluks jus buah naga saat t = 10 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,155 m
Volume = 0.247 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.167 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.247
𝐽=
0.0124 𝑥 0.167

= 119.278 L/m2.Jam
8.1.3 Perhitungan fluks jus buah naga konsentrasi 25gr/1000mL
• Fluks jus buah naga saat t = 2 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,155 m
Volume = 0.082 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.0334 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.082
𝐽=
0.0124 𝑥 0.0334

= 197.991 L/m2.Jam
• Fluks jus buah naga saat t = 4 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,155 m
Volume = 0.127 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.0668 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.127
𝐽=
0.0124 𝑥 0.0668

= 153.322 L/m2.Jam
• Fluks jus buah naga saat t = 6 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,151 m
Volume = 0.46 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.1002 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.151
𝐽=
0.0124 𝑥 0.1002
= 121.531 L/m2.Jam
• Fluks jus buah naga saat t = 8 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,171 m
Volume = 0.46 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.1336 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.171
𝐽=
0.0124 𝑥 0.1336

= 103.221 L/m2.Jam
• Fluks jus buah naga saat t = 10 menit

Panjang membran = 0.08 m


Lebar membran = 0,186 m
Volume = 0.46 L
Luas membran (A) = 0,0124 m2
Waktu = 0.167 jam
Fluks jus buah naga =

𝑉
𝐽=
𝐴𝑥𝑡
0.186
𝐽=
0.0124 𝑥 0.167

= 89.820 L/m2.Jam
Agustina, Siti. 2006. Teknologi Membran Dalam Pengolahan Limbah Cair Industri.
Bulletin Penelitian 28 (1) : 18-24.
Apriani, Rina dkk. 2017. Sintesis dan Karakteristik Membran Selulosa Asetat dari Tandan
Kosong Kelapa Sawit. Banjarbaru: Jurnal Riset Industri Hasil Hutan 9 (2): 91-98
Arahman, Nasrul. 2017. Teknologi Membran : Material, Pembuatan, Modifikasi dan
Karakteristik. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press Darussalam
Chang, Raymond. 2003. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi ketiga Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Ernes, Atmiral dkk. 2019. Biodiesel: Minyak Bekas Penggorengan Tepung Ikan Sardin.
Surabaya: Qiara Media Partner
Fauzia, Ismia dkk. 2018. Kajian Membran Nilon Sebagai Filter pada Proses Penjernihan
Nira Tebu. Kalimmantan: Jurnal Fisika dan Aplikasinya Universitas Jember Vol.3
No.1
Indiarti, MT. 2018. Makanan Bayi, Asi dan susu formula. Yogyakarta: Penerbit Elmatera
Kiswanto. Pengolahan Limbah Cair Batik Menggunakan Teknologi Membran Nanofiltrasi
di Kota Pekalongan. Purwokerto : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Teuku
Umar
Marlina, dkk. 2017. Sintesis Membran Poliuretan Berbasis Bahan Alam. Aceh: Syiah
Kuala University Press
Nakahara, Yoshihito. 2008. Hollow Fiber Membran Module, Method Of Manufacturing
The Hollow Fiber Membran Module, And Housing For Hollow Fiber Membran Module.
US: United States Patent
Nath, Kaushik. 2017. Membrane Separation Process 2nd Edition. Delhi: PHI Learning
Private Limited
Safentry, dkk. 2019. Studi Teknologi Membran Mikro Untuk Pemurnian Air Umpan Boiler
Di pusat Pengumpulan Produksi (PPP) Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih.
Palembang: Jurnal Universitas PGRI Palembang Vol.4 No.1
Saputra, Syifa dkk. 2020. Pengelolaan Wilayah Pesisir yang Terpadu untuk Ketahanan
Nasional. Yayasan Kita Menulis
Sudarmanto, Satrio Nugroho dkk. 2013. Modifikasi Permukaan Membran Polipropilen
Untuk Meningkatkan Hidrofobisitas. Institut Teknologi Sepuluh November (ITS):
Surabaya
Sulistyani, Erika dan Meike. 2010. Pengendalian Fouling Membran Ultrafiltrasi Dengan
Membran Sistem automatic Backwash dan Pencucian Membran. Semarang: Universitas
Diponegoro
Widyasmara, M. dan Dewi, C.K. 2013. Potensi Membran Mikrofiltrasi dan Ultrafiltrasi
Untuk Pengolahan Limbah Cair Berminyak. Semarang: Jurnal Teknologi Kimia dan
Industri Vol.2 No.2
Wulansari, Diah Ayu dan Lukman Atmaja. 2016. Pengaruh Konsentrasi Metanol,
Terhadap Sifat Permeabilitas Metanol Membran Komposit Kitosan/Monmorillonit
Termodifikasi Silan. Surabaya: Jurnal Sains dan Seni ITS.

Anda mungkin juga menyukai