Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Deklarasi Djuanda

Disusun Oleh :

Nama : Widia Safira

Kelas : XII IPA 3

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2

TAHUN AJARAN 2021/2022


  KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini bertopikkan
“Lahirnya Deklarasi Djuanda 1957 Memperkokoh Keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia ”. Makalah ini disusun agar dapat memberi pengetahuan bagi pembaca dan terutama
bagi saya sendiri.
Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu perlu bagi saya
kritik dan saran yang bersifat konstruktif. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna
serta bisa digunakan sebagaimana mestinya.

Lubuklinggau, feb 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A.    Latar Belakang .............................................................................................. 1

B.    Rumusan Masalah ......................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................ 3

BAB II. PEMBAHASAN ..................................................................................... 4

A.   Pengertian Wawasan Nusantara .................................................................... 4

B.    Lahirnya Deklarasi Djuanda ......................................................................... 7

C.    Deklarasi Djuanda ....................................................................................... 9

D. Tujuan dan Manfaat Deklarasi Djuanda ....................................................... 13

BAB III. PENUTUP ........................................................................................... 14

A.    Kesimpulan .................................................................................................. 14

B. Saran ............................................................................................................ 14

  DAFTAR PUSTAKA  ........................................................................................ 15


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara keanekaragaman pendapat, kebudayaan


kesenian, kepercayaan, memerlukan suatu perekat agar bangsa yang bersangkutan bersatu
guna memelihara keutuhan negaranya. Suatu bangsa dalam menyelenggarakan
kehidupannya tidak terlepas dari pengaruh lingkungannya, kondisi sosial masyarakat,
kebudayaan dan tradisi, kepercayaan, keadaan alam dan wilayah serta pengalaman
sejarah.

Kata wawasan berasal dari bahasa Jawa, yaitu wawas (mawas) yang artinya melihat,
memandang. Jadi kata wawasan dapat di artikan sebagai cara melihat atau cara
memandang.

Kehidupan negara senantiasa dipengaruhi perkembangan lingkungan strategi sehingga


wawasan harus mampu memberi inspirasi pada suatu bangsa dalam menghadapi berbagai
hambatan dan tantangan.

Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah wilayah
kedaulatan, di samping rakyat dan pemerintahan yang diakui. Konsep dasar wilayah
negara kepulauan telah diletakkan melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember
1957.Deklarasi Djuanda adalah pernyataan kepada dunia, bahwa laut Indonesia adalah
termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia, menjadi satu kesatuan
wilayah NKRI. Deklarasi itu dicetuskan pada 13 Desember 1957 oleh Perdana Menteri
Indonesia waktu itu, Djuanda Kartawidjaja.
B. Rumusan Masalah

Pada penjabaran latar belakang diatas, maka saya mencoba membuat beberapa
perumusan analisis permasalahan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :
1. Pengertian Wawasan Nusantara?
2. Apa yang melatarbelakangi lahirnya Deklarasi Djuanda 1957?
3. Apa saja tujuan, manfaat beserta keuntungan dari Deklarasi Djuanda bagi bangsa
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memperoleh gambaran bagaimana cara pandang bangsa Indonesia terhadap


wawasan nusantara.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari Deklarasi Djuanda terhadap bangsa
Indonesia.
3. Menambah wawasan dan pengetahuan bangsa Indonesia terhadap pentingnya
Wawasan Nusantara terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wawasan Nusantara

Kata wawasan berasal dari kata “wawas” ( bahasa Jawa ) yang berarti melihat atau
memandang. Jika ditambah dengan akhiran –an maka secara harfiah berarti cara
penglihatan, cara tinjau, cara pandang. Nusantara adalah sebuah kata majemuk yang
diambil dari bahasa Jawa Kuno yakni nusa yang berarti pulau, dan antara artinya lain.
Berdasarkan teori-teori tentang wawasan, latar belakang falsafah Pancasila, latar
belakang pemikiran aspek kewilayahan, aspek sosial budaya dan aspek kesejarahan,
terbentuklah satu wawasan nasional Indonesia yang disebut dengan Wawasan Nusantara.
Berdasarkan Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 tentang GBHN, Wawasan Nusantara
yang merupakan wawasan nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan
UUD 1945adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam menyelengarakan kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
untuk mencapai tujuan nasional.
Sebagai bangsa yang majemuk yang telah menegara, bangsa Indonesia dalam membina
dan membangun atau menyelenggarakan kehidupan nasionalnya, baik pada aspek politik,
ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan rakyat semestanya, selalu
mengutamakanpersatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah. Untuk itu
pembinaan dan dan penyelenmggaraan tata kehidupan bangsa dan negaraIndonesia
disususn atas dasara hubungan timbal balik antara falsafah, cita-cita dan tujuan nasional,
serta kondisi social budaya dan pengalaman sejarah yang menumbuhkan kesadaran
tentangkemajemukan dan kebhinekaannyadengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
nasional.Gagasan untuk menjamin persatuan dan kesatuan dalam kebhinnekaan tersebut
dikenal dengan Wasantara, singkatan dari Wawasan Nusantara.
Bangsa Indonesia menyadari bahwa bumi, air, dan dirgantara di atasnya serta kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat. Karena itu, dengan konsep wawasan nusantara
bangsa Indonesia bertekad mendayagunakan seluruh kekayan alam, sumber daya serta
seluruh potensi nasionalnya berdasarkan kebijaksanaan yang terpadu, seimbang, serasi
dan selaras untuk mewujudkan kesejahteraan dan keamanan segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah dengan tetap memperhatikan kepentingan daerah penghasil secara
proporsional dalam keadilan.

Untuk itulah, mengapa Wawasan Nusantara perlu. Ini karena Wawasan Nusantara
mempunyai fungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-rambu dalam
menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggara
Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain fungsi, Wawasan Nusantara
bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala aspek kehidupan rakyat
Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasional daripada kepentingan
individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah. Hal tersebut bukan berarti
menghilangkan kepentingan-kepentingan individu . kelompok, golongan, suku bangsa
atau daerah. Kepentingan-kepentingan tersebut tetap dihormati, diakui dan dipenuhi,
selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional.

Sebagai cara pandang dan visi nasional Indonesia, wawasan Nusantara harus
dijadikan arahan, pedoman, acuan dan tuntunan bagi setiap individu bangsa Indonesia
dalam membangun dan memelihara tuntutan bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Karena itu, implementasi atau penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin
pada pola piker, pola sikap dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan
bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.daripada kepentingan pribadi atau
kelompok sendiri.
1.      Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan politik akan menciptakan iklim
penyelenggaraan Negara yang sehat dan dinamis. Hal tersebut nampak dalam wujud
pemerintahan yang kuat, aspiratif dan terpercaya yang dibangun sebagai penjelmaan
kedaulatan rakyat.
2.      Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan ekonomi akan menciptakan
tatanan ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat secara merata dan adil. Di samping itu, mencerminkan
tanggungjawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan
masyarakat antardaerah secara timbale balik serta kelestarian sumber daya alam itu
sendiri.
3.      Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan social budaya akan
menciptakan sikap batiniah dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati
segala bentuk perbedaan atau kebhinekaan sebagai kenyataan hidup sekaligus sebagai
karunia Sang Pencipta. Implementasi ini juga akan menciptakan kehidupan masyarakat
dan bangsa yang rukun dan bersatu tanpa membeda-bedakan suku, asal-usul daerah,
agama atau kepercayaan, serta golongan berdasarkan status sosialnya.
4.      Implementasi Wawasan Nusantara dalam kehidupan hankam akan menumbuh-
kembangkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan membentuk
sikap bela negara pada setiap warga negara Indonesia. Kesadaran dan sikap cinta tanah
air dan bangsa serta bela negara ini akan menjadi modal utama yang akan menggerakkan
partsisipasi setiap warga negara Indonesia dalam menanggapi setiap bentuk ancaman,
seberapapun kecilnya dan darimanapun datangnya atau setiap gejala yang
membahayakan keselamatan bangsa daqn kedaulatan Negara.
Dalam pembinaan seluruh aspek kehidupan nasional, Wawasan Nusantara harus menjadi
nilai yang menjiwai segenap peraturan perundang-undangan yang berlaku pada setiap
strata di seluruh wilayah negara. Di samping itu, Wawasan Nusantara dapat
diimplementasikan ke dalam segenap pranata sosial yang berlaku di masyarakat dalam
nuansa kebhinekaan sehingga mendinamiskan kehidupan social yang akrab, peduli,
toleran, hormat dan taat hukum. Semua itu menggambarkan sikap, paham, dan semangat
kebangsaan atau nasionalisme yang tinggi sebagai identitas atau jati diri bangsa
Indonesia.
Jadi,Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia diri dan
lingkungannya, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan wilayah dalam
penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

B. Lahirnya Deklarasi Djuanda

Perairan Indonesia merupakan perairan yang memiliki banyak potensi. Potensi itu
terlihat dengan jelas melalui banyak sumber daya yang beraneka ragam dalam 
perairannya. Seiring perkembangan dalam sejarah Indoneisa, perairan Indonesia menjadi
salah satu hal yang sangat vital dalam berbagai kegiatan. Berbagai kegiatan itu berupa
kegiatan perdagangan, transportasi, mata pencaharian, hiburan, dan sebagainya. Dari
berbagai kegiatan tersebut, terciptalah potensi-potensi yang istimewa. Potensi-potensi  ini
mempengaruhi bangsa lain sehingga ada keinginan dari mereka untuk menguasai daerah
kedaulatan.

Dalam wilayah kedaulatan yang dimiliki Indonesia, terutama untuk perairan, tentu
hal ini menjadi sesuatu yang penting. Kita mengetahui bahwa bangsa Indonesia dijajah
oleh Belanda dengan waktu yang tidak sebentar. Selama penjajahan tersebut, banyak
sekali pergolakan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh pergerakan mulai dari organisasi
hingga pemberontakan yang melimpahkan tumpah darah rakyat Indonesia. Pemerintah
Belanda yang pada akhirnya tergantikan oleh pemerintah Jepang harus menelan pil pahit
bahwa kekuasaan berganti. Namun, tokoh-tokoh pergerakan tetap melawan adanya
imperialisme tersebut dengan cara berjuang baik secara diplomasi maupun aksi kolektif
terhadap pemerintah. Ketika rakyat merebut kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, masih
ada perlawanan terhadap para penjajah. Belanda masih ingin merebut wilayah kedaulatan
Indonesia dengan strategi-strategi yang mereka gunakan karena masih merasa wilayah
Indonesia masih dikuasai Belanda. Hal ini menuntut rakyat Indonesia untuk melawan
dalam bentuk diplomasi dan aksi secara fisik. Perjuangan tersebut terus berlangsung
hingga terjadinya perebutan wilayah Irian Barat. Perebutan Irian Barat antara Indonesia
dangan Belanda membuat hubungan antara kedua negara tersebut menjadi renggang,
bahkan putus. Oleh karena itu, Indonesia harus mempertahankan wilayah dan kedaulatan
negara demi terwujudnya Indonesia yang bebas dari penjajah.

Indonesia mendapatkan ancaman dari dalam dan luar. Ancaman dari dalam adalah
ancaman berupa pemberontakan-pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan
tersebut bersifat sparatis. Ancaman dari luar adalah sengketa antara Belanda dengan
Indonesia tentang Irian Jaya. Hal ini sungguh membuat prihatin Indonesia dalam situasi
dan kondisinya. Belum lagi, suasana perang dingin antara AS dan US yang pada saat itu
sedang marak mempengaruhi jalannya deklarasi tersebut. AS menolak deklarasi,
sedangkan US mendukungnya.

Dalam mempertahankan wilayah dan kedaulatan tersebut, Indoneisia harus memiliki


kekuatan wilayah yang kuat dan pengakuan dari dunia internasional tentang Indonesia itu
sendiri. Penguatan kedaulatan dapat diperkuat dari sisi hukum, sedangkan penguatan
wilayah dapat dilakukan dengan perluasan batas-batasnya. Indonesia memiliki pulau
besar dan kecil sejumlah 18000. Oleh karena itu, penting sekali jika wilayah perairan
diprioritaskan.Untuk mempertahankan hal itu wilayah negara Republik Indonesia
mengacu pada Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu Teritoriale Zeeën en Maritieme
Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939). Dalam peraturan zaman Hindia Belanda ini,
pulau-pulau di wilayah Nusantara dipisahkan oleh laut di sekelilingnya dan setiap pulau
hanya mempunyai laut di sekeliling sejauh 3 mil dari garis pantai. Ini berarti kapal asing
boleh dengan bebas melayari laut yang memisahkan pulau-pulau tersebut

C. Deklarasi Djuanda

Pada awal kemerdekaan Indonesia, persoalan wilayah (teritorial) menjadi salah


satu isu strategis.Dimana masih diberlakukannya Ordonansi Hindia Belanda 1939, yaitu
Teritoriale Zeeën en Maritieme Kringen Ordonantie 1939 (TZMKO 1939) Perdebatan
yang terjadi di dalam BPUPKI ketika pembahasan wilayah republik menjadi buktinya.
Akan tetapi, beragam pendapat yang muncul terbatas pada soal wilayah daratan.
Muhammad Yamin salah satu tokoh republik pada waktu itu yang menyinggung
pentingnya wilayah lautan.Melalui pernyataannya “Tanah air Indonesia ialah terutama
daerah lautan dan mempunyai pantai yang panjang. Bagi tanah yang terbagi atas beribu-
ribu pulau, maka semboyan mare liberum (laut merdeka) menurut ajarah Hugo Grotius
itu dan yang diakui oleh segala bangsa dalam segala seketika tidak tepat dilaksanakan
dengan begitu saja, karena kepulauan Indonesia tidak saja berbatasan dengan Samudera
Pasifik dan Samudera Hindia, tetapi juga berbatasan dengan beberapa lautan dan beribu-
ribu, selat yang luas atau yang sangat sempit. Di bagian selat dan lautan sebelah dalam,
maka dasar “laut merdeka” tidak dapat dijalankan, dan jikalau dijalankan akan sangat
merendahkan kedaulatan negara dan merugikan kedudukan pelayaran, perdagangan laut
dan melemahkan pembelaan negara. Oleh sebab itu, maka dengan penentuan batasan
negara, haruslah pula ditentukan daerah, air lautan manakah yang masuk lautan lepas.
Tidak menimbulkan kerugian, jikalau bagian Samudea Hindia Belanda, Samudera Pasifik
dan Tiongkok Selatan diakui menjadi laut bebas, tempat aturan laut merdeka. Sekeliling
pantai pulau yang jaraknya beberapa kilometer sejak air pasang-surut dan segala selat
yang jaraknya kurang dari 12 km antara kedua garis pasang-surut, boleh ditutup untuk
segala pelayaran di bawah bendera negara luaran selainnya dengan seizin atau perjanjian
negara kita.”

Melihat kondisi geografis Indonesia yang unik, banyaknya wilayah laut dibanding
darat, menyadarkan pemerintah bahwa persoalan wilayah laut merupakan faktor penting
bagi kedaulatan negara. Mochtar Kusumaatmadja, saat itu menjadi salah satu tim
penyusun RUU Laut Teritorial dan Lingkungan Maritim, bahwa tim tersebut telah
berhasil menyusun lebar laut teritorial seluas 12 mil sesuai dengan perkembangan yang
terjadi dalam hukum internasional. Kemudian Chaerul Saleh (Menteri Veteran)
mendatangi beliau dan tidak setuju dengan usulan tim penyusun. Alasannya adalah jika
aturan diterapkan maka terdapat laut bebas antara pulau-pulau di Indonesia sehingga
kapal-kapal asing bisa bebas keluar masuk. Hal tersebut jelas dapat “mengganggu”
kedaulatan Indonesia yang masih berumur muda. Saran dari Chaerul Saleh adalah untuk
menutup perairan dalam (Laut Jawa) sehingga tidak ada kategori laut bebas didalamnya.
Mochtar lantas menjawab tidak mungkin karena tidak sesuai dengan hukum internasional
saat itu dan berjanji untuk mendiskusikanya dengan tim.
Hari Jumat 13 Desember 1957, tim RUU Laut Teritorial menghadap kepada perdana
menteri Djuanda. Beliau meminta untuk dijelaskan perihal hasil rancangan tim. Mochtar
Kusumaatmadja sebagai ahli hukum internasional (hukum laut) tampil ke depan untuk
menjelaskan. Fakta di atas memunculkan tiga aktor penting hingga dikeluarkanya
Deklarasi Djuanda, yaitu; Djuanda, Mochtar Kusumaatmadja dan Chaerul Saleh. Satu hal
yang pasti ialah deklarasi Djuanda merupakan keputusan Djuanda karena posisi dia saat
itu sebagai pengambil kebijakan.

Secara prinsip Deklarasi Djuanda menyatakan hal hal dibawah ini :

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak


tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan wilayah
Indonesia

Prinsip-prinsip dalam Deklarasi Djuanda ini kemudian dikukuhkan dengan Undang-


undang Nomor 4 Tahun 1960, yang isinya sebagai berikut :
-Untuk kesatuan bangsa, integritas wilayh, dan kesatuan ekonominya ditarik garis-garis
pngkal lurus yang menghubungkan titik-titik terluar dari kepulauan terluar.
-Termasuk dasar laut dan tanah bawahnya maupun ruang udara di atasnya dengan segala
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya.
-Jalur laut wilayah laut territorial selebar 12 mil diukur dari garis-garis lurusnya.
-Hak lintas damai kapal asing melalui perairan nusantara (archipelagic water) dijamin
tidak merugikan kepentingan negara pantai, baik keamanan maupun ketertibannya.
D. Tujuan dan Manfaat Deklarasi Djuanda

Dalam Deklarasi Djuanda menyatakan bahwa Indonesia menganut prinsip-prinsip


negara kepulauan (Archipelagic State), sehingga laut-laut antar pulau pun merupakan
wilayah Republik Indonesia, dan bukan kawasan bebas dan dari situlah negara Indonesia
disebut negara kepulauan.

Deklarasi itu mendapat tentangan dari beberapa negara, namun pemerintah Indonesia
meresmikan deklarasi itu menjadi UU No. 4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia.
Wilayah Negara RI yang semula luasnya 2.027.087 km2 (daratan) bertambah luas lebih
kurang menjadi 5.193.250 km2 (terdiri atas daratan dan lautan). Ini berarti bertambah
kira-kira 3.106.163 km2 atau kita-kira 145%.Manfaat dari Deklarasi Djuanda ini
berlanjut kepada bertambah besarnya perairan laut Indonesia,disamping itu juga perairan
laut indonesia yang kaya akan hasil laut menjadikan negara Indonesia sebagai negara
yang kaya akan hasil laut.Sesuai data Konferensi Hukum Laut yang baru telah
ditandatangani oleh 130 negara dalam UNCLOS III (Konferensi Hukum Laut) di teluk
Montenegro, Kingston, Jamaica, pada tanggal 6 - 10 Desember 1982, yang memutuskan
beberapa ketentuan untuk wilayah kelautan di Indonesia:

- Batas laut territorial selebar 12 mil.

- Batas zona bersebelahan adalah 24 mil.

- Batas ZEE adalah 200 mil.

- Batas landas benua lebih dari 200 mil.

Dan ada beberapa tujuan dari lahirnya Deklarasi Djuanda,yaitu :

1. Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat.
2. Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan.
3. Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI.
Selama 25 tahun yang secara resmi Negara Indonesia mendapat pengakuan resmi dari
Internasional.Pengakuan resmi asas Negara Kepulauan ini merupakan hal yang penting
dalam rangka mewujudkan satu kesatuan wilayah sesuai dengan Deklarasi Djuanda 13
Desember 1957, dan Wawasan Nusantara yang menjadi dasar perwujudan bagi kepulauan
Indonesia sebagai satu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan
keamanan. Kemudian, setelah Indonesia meratifikasi Konvensi PBB tentang Hukum Laut
III (UNCLOS III) tahun 1982 melalui UU Nomor 17 tahun 1985, PBB resmi mengakui
Indonesia sebagai negara kepulauan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas kita dapat simpulkan Secara umum bahwa Wawasan
Nusantara adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertiannya yaitu cara pandang
yang menyeluruh terhadap bangsa Indonesia.

Tujuan dari wawasan nusantara tersebut yaitu mewujudkan nasioanalisme yang tinggi
disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan
nasioanal dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah
(kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah tetap dihargai
selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat
banyak.

Seperti halnya Deklarasi Djuanda yang mencirikan atas wawasan nasional bangsa
Indonesia terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan juga
memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan terhadap bangsa Indonesia.Tepat pada 13
Desember diperingati Hari Nusantara.
B. Saran

Agar tercapainya tujuan negara Indonesia sangat perlu dan penting sekali bagi kita
seluruh rakyat indonesia untuk mengetahui,menjaga dan melindungi segenap wilayah dan
lingkungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Disamping itu agar terciptanya rasa
persatuan dan kesatuan wilayah dan juga agar terselenggaranya kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.

Daftar Pustaka

Wikipedia. 2014. Wawasan Nusantara.(Online). (http://id.wikipedia.org/wiki/


Wawasan_Nusantara.

Tri, Sulistyono, Singgih. 2008. Konsep Batas Wilayah Negara di Nusantara: Kajian Historis.

http://senandikahukum.wordpress.com

2011. Deklarasi Djuanda. (Online) (http://adjisutama.blogspot.com /2011/11/deklarasi-


djuanda.html

www.deklarasidjuanda .com http:/sejarah lahirnya deklarasi djuanda.com

Anda mungkin juga menyukai