Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN INDUSTRI PERUNGGASAN DI

INDONESIA

RAIHAN AL AJABA
( 24032320022 )

FAKULTAS PERTANIAN
PROGRAM STUDI S1 PETERNAKAN
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri ayam ras di Indonesia seba gaimana juga di negara maju dimulai dari usaha hobi di
halaman rumah, yang kemudian berkembang menjadi usaha komersil wa laupun dalam ukuran
usaha rakyat. Selanjutnya karena perkembangan ekonomi, terjadi peningkatan investasi dan
teknologi yang mendorong perubahan struktur industri dari usaha rakyat menjadi suatu industri
yang mencakup perkembangan semua perangkat atau komponen industri dalam skala besar.
Dalam kurun waktu 20 tahun, sejak dimulai tahun 1975 hingga 1995, peternakan ayam ras
rakyat telah berkembang menjadi salah satu industri nasional yang sangat penting, sekali pun
hampir seluruh komponen industri diba ngun secara padat modal. Saat ini, telur ayam ras dan
daging ayam broiler telah memberikan sumbangan masing-masing 50 persen dan 60 persen dari
total produksi (Statistik Peternakan, 2002).

Jika diurutkan atau dituturkan industry perunggasan ini memiliki jejeak sejarah yang menarik
dari awal mula dahulu ketika periode perintisan dan sampai titik sekarang ini yang sangat
memungkinkan indsutri peternakan ini akan terus berkeembang sangat pesat dari sebelumnya.

B. Rumusan Masalah

- Apa aitu industry perunggasan ?


- Bagaimana jejak sejarah dari industry perunggasan di Indonesia ?

C. Tujuan

- Untuk membuka wawasan tentang industry perunggasan.


- Untuk menambah pengetahuan sejarah dari industri ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Industri Perunggasan di Indonesia

Indonesia telah berkembang dari ekonomi kelas menengah dan berpenduduk usia muda dan
produktif bertransformasi menjadi negara industri penyuplai protein hewani. Saat ini
menggerakan sekitar 21 Juta dollar dalam penjualan tahunan. Sebagai negara yang konsumsi
daging dan susu yang masih rendah diantara negara di Asia tenggara, Industri peternakan
diharapkan terus tumbuh dengan cepat. Sebagai negara yang berkembang saat ini pendapatan
juga telah berubah dan diharapkan pola konsumsi masyarakat juga berubah mengarah ke
konsumsi daging.

Sebagai negara yang mayoritas muslim, daging ayam dan sapi merupakan pilihan utama dan
yang memungkinkan untuk dikembangkan. Telur, Daging ayam dan ikan merupakan sumber
protein hewani yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat indonesia karena harganya yang
lebih terjangkau dibandingkan daging sapi. Sektor industri perunggasan di Indonesia saat ini di
dominasi oleh pelaku indstri besar saja. Perusahaan besar memainkan usaha secara vertikal dan
terintegrasi baik dari struktur usaha maupun jaringan distribusi yang lebih efisien mencakup
jaringan usahanya yang telah mencapai seluruh pelosok negri.

Industri penyedia produk pangan protein hewani di Indonesia secara keseluruhan


menggerakan sekitar 21 juta dollar US pertahun. Industri perunggasan mengambil porsi sebesar
86% industri dibandingkan daging sapi 8%, babi 5% dan sumber pangan protein hewani lainya
dengan porsi sebesar 1%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa industri perunggasan
memiliki porsi yang tertinggi dan masih dapat berkembang lagi karena daging ayam khususnya
broiler memiliki harga yang lebih terjangkau dibandingkan daging sapi. Oleh karena itu sektor
indsutri perunggasan ini memiliki peluang yang menjanjikan karena pola konsumsi masyarakat
yang masih rendah sementara pelaku usaha di sektor ini juga masih terbatas pada perusahaan
besar saja.

Dari besarnya porsi industri perunggasan bereperan dalam penyedia produk pangan protein
di Indonesia seharusnya kesadaran atau motivasi dari masyarakat terbangun lebih lagi untuk
terjun dalam berperan di bidang industry ini. Dan industry perunggasan ini juga mungkin bisa
menjadi salah satu role model bagi industri lainnya untuk berkembang lagi.
B. Sejarah Industri Prunggasan di Indonesia

Industri ayam ras di Indonesia sebagaimana juga di negara maju dimulai dari usaha hobi di
halaman rumah, yang kemudian berkembang menjadi usaha komersil walaupun dalam ukuran
usaha rakyat. Selanjutnya karena perkembangan ekonomi, terjadi peningkatan investasi dan
teknologi yang mendorong perubahan struktur industri dari usaha rakyat menjadi suatu industri
yang mencakup perkembangan semua perangkat atau komponen industri dalam skala besar.
Dalam kurun waktu 20 tahun, sejak dimulai tahun 1975 hingga 1995, peternakan ayam ras
rakyat telah berkembang menjadi salah satu industri nasional yang sangat penting, sekali pun
hampir seluruh komponen industri dibangun secara padat modal.

Dalam perkembangannya itu industry perunggasan ini dibagi atau memiliki 3 periode jejak
sejarah. Yaitu :

1. Tahap Perintisan (1953–1960)

Pada tahap ini para pecinta ayam impor yang tergabung dalam wadah GAPUSI (Gabungan
Peternak Unggas Indonesia) mengimpor ayam jenis White Leghorn (WL), Whole Island Red, New
Hampire, dan Australop yang peruntukkan untuk hiburan saja tidak untuk tujuan komersil. Selain
itu GAPUSI juga mengadakan kegiatan penyilangan terhadap breed murni ayam impor dengan
ayam lokal.

2. Tahap Perkembangan (1961–1970)

Pada tahap ini di tahun 1967 diadakan pameran ternak unggas nasional dan juga dibarengi
dengan kegiatan bimbingan masyarakatkan untuk memasyarakatkan unggas ke peternak.
Tujuannya adalah guna meningkatkan konsumsi protein sekitar 5 gram/kapita/hari. Pada saat itu
komsumsi protein hewani masih 3,5 gram/kapita/hari.

3. Tahap Pertumbuhan (1971–1980)

Perhatian pemerintah terhadap perunggasan Indonesia mulai diperlihatkan dengan adanya


petunjuk (briefing) dari Presiden kepada peternak dan pengusaha ayam yang dilakukan pada
tanggal 2 Maret 1971 Bersamann dengan itu dilakukan Pameran Ternak Ayam di Istana Negara
Inilah peristiwa pertama kali ayam masuk ke Istana Negara. Hasil Pameran Ternak Ayam tersebut
ditindaklanjuti dengan sosialisasi peternakan ayam petelur kepada masyarakat petani peternak.
Pada akhir 1971, dimulai Bimas ayam petelur di Kabupaten Bogor dan di Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta

Setelah tahun 1980, industri perunggasan dari hulu ke hilir di Indonesia berkembang dengan
pesat dan Bimas ayam broiler dilaksanakan tahun 1978 sebagai jawaban atas menurunnya
populasi sapi dan kerbau di Indonesia sehingga daging ayam broiler mampu menggantikan
daging sapi kerbau. Di samping itu, permintaan daging ayam meningkat tajam selaras dengan
peningkatan penduduk dan pendapatannya. Sayang, pada pertengah an tahun 1998 terjadilah
krisis ekonomi di Indonesia sehingga pemilikan ayam di tingkat peternak menurun lebih dari
50%. Setelah tahun 1999, ke bangkitan kembali peternakan ayam petelur dan pedaging mulai
dirasakan
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Industri perunggasan di Indonesia merupakan suatu industry penghasil protein hewani yang
besar bahkan merupakan penghasil pangan protein hewani terbesar di Indonesia dan jauh lebih
besar daripada industry lainnya. Ini merupakan suatu tanda atau indikator gambaran pesatnya
pertumbuhan industri ini dan juga merupakan suatu gambaran dari positifnya industri ini. Sudah
jadi yang terbaik di bidangnya industry ini bukan berarti sudah sempurna. Masih banyak hal yang
harus diperbaik dan masih banyak hal yang sangat mungkin bisa dikembangkan lebih baik lagi.
Melihat gambaran ini seharusnya bisa menjadikan motivasi bagi para pegiat usaha dan membuka
mata. Memang sudah banyak perusahaan besar yang andil dalam industri ini dan itu menandakan
persaingan yang tidak akan mudah tapi dari sisi lain pun bisa disimpulkan bahwa kebutuhan
masyarakat akan industry ini terus meningkat.

Pembahasan ini bisa sangat menjadi menarik bermula dari memahami dan mempelajari
rentetan jejak sejarah perkembangan industri ini. Kita bisa melihat bagaimana proses
perkembangannya dan juga dapat memahami sedikit demi sedikit pergerakan dari industri ini dan
pada akhirnya mengerti bahwa industry ini merupakan suatu industry yang memang menjanjikan,
bukan hanya menjanjikan bagi diri sendiri tapi memberikan kesempatan pada kita untuk
berperan langsung dalam industry ini.

Anda mungkin juga menyukai