Anda di halaman 1dari 11

PERANCANAAN PENERAPAN TRANSPOSITION TOWER UNTUK

MENGANTISIPASI KETIDAKSEIMBANGAN IMPEDANSI TRANSMISI SUTT 150 KV


GARDU INDUK PLTU SAMPIT – GARDU INDUK KUALA PEMBUANG
Farid Laksmana
Fakultas Teknik
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
Email :

ABSTRAK
Daerah kuala pembuang merupakan daerah isolated, untuk sekarang daerah kuala pembuang masih disuplai
dengan PLTD. Mengikuti pertumbuhan beban dan kebutuhan energi listrik di daerah kuala pembuang, maka
dilakukan pembaharuan dari PLTD menjadi Gardu Induk 150 kV untuk masuk kedalam sistem Barito, yang mana
sistem Barito ini disuplai oleh PLTU Asam-asam, PLTU Pulang Pisau, dan PLTMG Bangkanai. Seiring dengan
proses pembangunan Gardu Induk di Kuala Pembuang, pada tahun 2019 telah dilaksanakan proses pembangunan
tower SUTT 150 kV dari Gardu Induk 150 kV PLTU Sampit menuju Gardu Induk 150 kV Kuala Pembuang. Pada
saat ini masih dalam tahap pebangunan konstruksi, yaitu pembuatan pondasi awal, dan dapat diketahui bahwa pada
pembuatan Tugas Akhir ini keadaan tower transmisi masih belum didirikan. Namun dalam tahap perencanaan tidak
terdapat tipe transposition tower yang digunakan pada saluran transmisi. Mengingat jarak yang jauh antara Gardu
Induk 150 kV PLTU Sampit menuju Gardu Induk 150 kV Kuala Pembuang, yang diperkirakan dapat menyebabkan
impedansi transmisi yang tidak seimbang, maka perlu dipertimbangkan untuk penggunaan tipe transposition tower
untuk merubah posisi kawat fasa. Dalam proses pembangunan tower SUTT 150 kV tersebut, diperlukan
perencanaan dan analisa mengenai jenis dan tipe tower yang cocok untuk digunakan agar proses penyaluran energi
listrik dapat maksimal.
Permasalahan penulis adalah, menentukan harga impedansi pada saluran transmisi 150 kV GI Sampit – GI
Kuala Pembuang, apakah efisien untuk menggunakan transposition tower, atau harga impedansi yang tidak
seimbang bisa diabaikan karena tidak terlalu mepengaruhi efisiensi penyaluran daya listrik.
Hasil dari penelitian ini yaitu memperoleh kesimpulan dari pembahasan penerapan transposition tower pada
GI PLTU Sampit – GI Kuala Pembuang yang diharapkan dapat menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan
penambahan tipe transposition tower pada jalur transmisi 150 kV Gardu Induk Sampit - Gardu Induk Kuala
Pembuang.
Kata kunci : Transposition tower, Impedansi Transmisi, SUTT 150 kV
ABSTRACT
The Kuala Pembuang area is an isolated area, for now the Kuala Pembuang area is still supplied with
PLTD. Following the growing load and demand for electrical energy in the kuala waster area, a renewal was made
from the PLTD to a 150 kV substation to enter the Barito system, where the Barito system is supplied by PLTU
Asam-Asam, PLTU Pulang Pisau, and PLTMG Bangkanai. Along with the construction process of the substation in
Kuala Pembuang, in 2019 the process of building a 150 kV SUTT tower from the Sampit PLTU 150 kV substation to
the Kuala Pembuang 150 kV substation has been carried out. At this time, it is still in the construction stage, namely
the initial foundation construction, and it can be seen that in the making of this final project the transmission tower
has not yet been built. However, in the planning stage, there is no type of transposition tower used on the
transmission line. Given the long distance between the 150 kV substation of the Sampit PLTU to the 150 kV Kuala
Pembuang substation, which is thought to cause unbalanced transmission impedance, it is necessary to consider the
use of a transposition tower type to change the position of the phase wire. In the process of building the SUTT 150
kV tower, planning and analysis are needed regarding the types and types of towers that are suitable for use so that
the electrical energy distribution process can be maximized.
The problem of the author is to determine the impedance value on the 150 kV GI Sampit - GI Kuala
Pembuang transmission line, is it efficient to use a transposition tower, or the unbalanced impedance price can be
ignored because it does not really affect the efficiency of electric power distribution.
The results of this study are to obtain conclusions from the discussion of the application of the transposition
tower at the PLTU Sampit-GI Kuala Pembuang substation which is expected to be one of the considerations in
determining the addition of the type of transposition tower on the 150 kV transmission line at the Sampit Main
Substation - Kuala Pembuang Substation.
Keywords: Transposition tower, transmission impedance, 150 kV SUTT
LATAR BELAKANG
Energi listrik sangat penting peranannya dalam kehidupan manusia. Pertumbuhan penduduk yang sangat
pesat diiringi dengan konsumsi energi listrik yang meningkat. oleh karena itu perlu langkah semaksimal mungkin
untuk memenuhi hal tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan adalah merencanakan saluran transmisi dari gardu
induk ke gardu induk lain yang saling terkoneksi agar energi listrik dapat ditransmisikan secara maksimal.
Daerah Kuala Pembuang termasuk daerah isolated. Untuk saat ini sistem kelistrikan di Kuala Pembuang
masih disuplai dengan PLTD, dan akan diperbaharui dengan mengganti PLTD menjadi Gardu Induk 150 kV untuk
masuk kedalam sistem Barito, yang mana sistem Barito ini di suplai oleh PLTU Asam-Asam, PLTU Pulang Pisau,
dan PLTMG Bangkanai. Seiring dengan proses pembangunan Gardu Induk di Kuala Pembuang, pada tahun 2019
telah dilaksanakan proses pembangunan tower SUTT 150 kV dari Gardu Induk 150 kV PLTU Sampit menuju Gardu
Induk 150 kV Kuala Pembuang. Pada saat ini masih dalam tahap pebangunan konstruksi, yaitu pembuatan pondasi
awal, dan dapat diketahui bahwa pada pembuatan Tugas Akhir ini keadaan tower transmisi masih belum didirikan.
Namun dalam tahap perencanaan tidak terdapat tipe transposition tower yang digunakan pada saluran transmisi.
Mengingat jarak yang jauh antara Gardu Induk 150 kV PLTU Sampit menuju Gardu Induk 150 kV Kuala
Pembuang, maka perlu dipertimbangkan untuk penggunaan tipe transposition tower. Dalam proses pembangunan
tower SUTT 150 kV tersebut, diperlukan perencanaan dan analisa mengenai jenis dan tipe tower yang cocok untuk
digunakan agar proses penyaluran energi listrik dapat maksimal.
Studi penerapan disini berfokus kepada perlunya penggunaan transposition tower untuk memperbaiki
impedansi pada sistem jaringan transmisi dari GI PLTU 150 kV Sampit menuju GI 150 kV Kuala Pembuang.
Penggunaan transposition tower untuk merubah posisi kawat fasa yang dimaksudkan untuk memperbaiki impedansi
yang timbul pada jaringan transmisi akibat jaraknya yang jauh.

METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif, yaitu metode yang mengguakan data pekerjaan
survei dan penyelidikan tanah jalur SUTT 150 kV sampit – kuala pembuang sebagai referensi dan suatu analisa
mengenai impedansi saluran transmisi yang timbul pada saluran transmisi.
Studi perencanaan ini dilakukan dengan melakukan analisa impedansi yang dipengaruhi oleh jarak dan jenis
saluran yang digunakan pada saluran transisi 150 kV GI Sampit – GI Kuala Pembuang. Tahapan penelitian yang
dilakukan yaitu sebagai berikut :

Gambar 1. Flowchart penelitian


HASIL DAN PEMBAHASAN
Perlu diketahui bahwa fasa Line yang di transmisikan yaitu fasa R, fasa S, fasa T, dan fasa Netral. Dimana
dalam keadaan impedansi seimbang, posisi dari ke tiga kawat fasa berada pada jarak (D) yang sama. Untuk lebih
jalasnya akan dibahas sebagai berikut :

Gambar 2. Konfigurasi kawat fasa yang seimbang (equilateral triangle)


Dalam keadaan seimbang, dimana diasumsikan tidak ada kawat netral, maka diperoleh persamaan :
IR = -( IS + IT )
Maka fluks magnetiknya adalah :

 1 1 1
R = 2 x 10-7  IR ln + IS ln + IT ln  Wbt/m ...........................................................................................(1)
 Ds D D

Asumsi IR = -( IS + IT ), maka

 1 1
R = 2 x 10 -7  I R ln − I R ln  .................................................................................................... (2)
 DS D
D
= 2 x 10 -7 I R ln Wbt/m
DS

Sehingga,
D
L R = 2 x 10-7 ln H/m .....................................................................................................................(3)
DS

Keterangan :
D = distance (jarak antar fasa)
DS = GMR (Geometric Mean Ratio), sama dengan r’ untuk satu fasa, didapat dari tabel kawat
L = induktansi penghantar
Karena susunan konfigurasi fasa diatas seimbang maka harga LR ini juga sama untuk LS dan LT. Persamaan (3)
daiatas berlaku untuk masing-masing satu konduktor, bukan berupa berkas konduktor.
Apabila kondisi yang diperoleh yaitu keadaan kawat fasa tidak sama atau tidak seimbang, maka transposisi
line diperlukan untuk menyeimbangkan fluks maknetik tadi yang berpengaruh terhadap harga L (induktansi
penghantar). Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai berikut :
Gambar 3. konfigurasi kawat fasa yang tidak seimbang

Gambar 4. Transposisi cycle

Apabila konfigurasi pada kawat fasa seperti gambar 2. Maka penentuan harga L (induktansi) menjadi sangat
rumit untuk dilakukan. Fluks magnetik dan induktansi masing-masing fasa menjadi tidak sama/tidak seimbang.
Karena itu perlu dilakukan transposisi seperti pada gambar 4, agar dapat di asumsikan tiap fasa mempunyai harga
induktansi yang rata-rata sama. Untuk menentukan satu fasa yang ditransposisikan terlebih dahulu harus
menentukan harga fluks magnetik dari fasa pada tiap posisi yang ditempati seperti pada transposisi cycle.

Fasa R diposisi 1

 1 1 1 
R1 = 2 x 10-7  I R ln + I S ln + I T ln Wbt/m .................................................................................(4)
 DS D12 D13 

Fasa R diposisi 2

 1 1 1 
R2 = 2 x 10-7  I R ln + I S ln + I T ln Wbt/m .................................................................................(5)
 D S D 23 D 12 

Fasa R diposisi 3

 1 1 1 
R3 = 2 x 10-7  I R ln + I S ln + I T ln Wbt/m .................................................................................(6)
 DS D 31 D 23 

Rata-rata dari fluks magnetik diatas adalah :


R1 + R2 + R3
R = ...........................................................................(7)
3
2 x 10 -7
1 1 1 
=  3I R ln + I S ln + I T ln 
3  DS D12 D 23D 31 D12 D 23D 31 

asumsi IR = -( IS + IT ), maka

2 x 10-7  1 1 
R =  3I R ln − I R ln 
3  D S D12 D 23 D 31  .............................................................................................(8)
3 D12 D 23D 31
= 2 x 10-7 I R ln Wbt/m
DS
Rata-rata induktansi per fasa adalah
D eq
L R = 2 x 10 -7 ln H/m .........................................................................................................................(9)
DS

Dimana

D eq = 3 D12 D 23D31 ...............................................................................................................................(10)

Jika dibandingkan antara persamaan (9) dengan persamaan (3), apabila dilihat secara keseluruhan bentuk
matematisnya adalah sama, yang membedakan hanya di harga D atau D eq, disebut dengan GMD (Geometric Mean
Distance) atau jarak antar fasa.
Persamaan (3)
D
L R = 2 x 10-7 ln H/m
DS

Persamaan (9)
D eq
L R = 2 x 10 -7 ln H/m
DS

Berikut akan kita bandingkan kedua persamaan tersebut :


X L = 2  f L Ohm/m
= 2  f L 103 Ohm/km
= 2 x 3.14 x 50 x 103 x L Ohm/km
= 314000 x L Ohm/km

D eq
X L = 314000 x 2 x 10-7 ln Ohm/km
DS ...............................................................................................(11)
D eq
= 0.0628 x ln Ohm/km
DS

Deq dan DS dalam feet karena disesuaikan dengan tabel jenis konduktor

XL = 0.0628 x ln Deq − 0.0628 x ln DS

Karena nilai 0<DS<1 maka nilai 0.0628 x ln DS menjadi (+) dan bisa diganti dengan konstanta (K), sehingga
persamaan tersebut menjadi

XL = K + 0.0628 x ln Deq ...................................................................................................................(12)

Persamaan (12) ini mempunyai arti bahwa nilai XL ini hanya dipengaruhi dari susunan konigurasi fasa/jarak antar
fasa tersebut (apakah ditransposisikan atau tidak).

0.0628 x ln D eq = 0.0628 x ln 3 D12 D 23D31


..........................................................................(13)
x (ln D12 + ln D 23 + ln D31 )
0.0628
=
3
Dari persamaan (13) diatas dapat dilihat nilai untuk yang transposisi dan yang tidak transposisi.
Untuk yang tidak transposisi
Karena D12 = D23 = D31, maka
0.0628
= x ( 3 ln D) = 0.0628 ln D ......................................................................................................(14)
3
Untuk yang transposisi

ln (D12 + D 23 + D 31 ) .........................................................................................................(15)
= 0.0628 x
3
Nilai D diatas dalam feet karena harus disesuaikan dengan tabel konduktor Nilai dari ln D tidak jauh berbeda dengan
nilai (ln D12 + D 23 + D 31 ) , sehingga fasa yang ditransposisi mempunyai nilai XL yang tidak jauh berbeda dengan fasa
3
yang tidak ditransposisi.
Pembuktian
Untuk tower type Aa (susunan seperti gambar 4.2 b) :
D12 = 30 feet, D23 = 15 feet dan D31 = 15 feet, maka
Untuk yang nilai transposisi
(ln 15 + ln 15 + ln 30) = 2.9
3
Untuk nilai yang tidak transposisi
nilai ln D = ln 30 = 3.4 (ambil jarak terjauh), ∆ = 3.4 – 2.9 = 0.5 (<<)

Untuk tower type Bb, Cc, Dd dan DRd (susunan seperti gambar 2b) :
D12 = 28 feet, D23 = 14 feet dan D31 = 14 feet, maka
Untuk yang nilai transposisi
(ln 14 + ln 14 + ln 28) = 2.8
3
Untuk nilai tidak transposisi
nilai ln D = ln 28 = 3.3 (ambil jarak terjauh), ∆ = 3.3 – 2.8 = 0.5 (<<).
Dari hal di atas membuktikan bahwa line yang ditransposisikan dan yang tidak ditransposisikan tidak terlalu
signifikan bedanya namun ada perubahan dari hasil awal.

Besarnya Voltage Drop ini dipengaruhi oleh besarnya kapasitansi terhadap netral. Untuk lebih jelas akan dibahas
sebagai berikut :
Untuk yang tidak ditransposisikan

1  D r D
VRS =  q R ln + q S ln + q T ln  Volt .....................................................................................(16)
2k  r D D

1  D D r
VRT =  q R ln + q S ln + q T ln  Volt .........................................................................................(17)
2k  r D D
Persamaan (16) dan (17) dijumlahkan, sehingga

1  r
2q R ln + (q S + q T )ln  Volt ................................................................................(18)
D
VRS + VRT =
2k  r D

-qR = qS + qT, sehingga

3q R D Volt ...............................................................................................................(19)
VRS + VRT = ln
2k r

Gambar 5. Diagram fasa untuk tegangan yang seimbang

VRS = 3VRn 30o = 3VRn (0.866 + j0.5) ...........................................................................................(20)

VRT = - VTR = 3 VRn - 30o = 3VRn (0.866 − j0.5) ...............................................................................(21)

Persamaan (20) ditambah dengan persamaan (21), sehingga


VRT + VRS = 3 VRn ..............................................................................................................................(22)

qR D
VRn = ln Volt ...........................................................................................................................(23)
2k r
Untuk yang ditransposisikan

qR D eq
VRn = ln Volt ...........................................................................................................................(24)
2k r

Pengaruh Jarak Terhadap Perubahan Impedansi


Banyak pendapat yang mengatakan bahwa saluran transmisi tegangan tinggi yang berjarak lebih dari 100 Km harus
dilakukan transposisi line dengan menggunakan transposistion tower untuk memperbaiki impedansi yang tidak
seimbang.

Data Rencana Sistem Saluran Udara Tegangan Tinggi 150 kV GI PLTU Sampit- GI Kuala Pembuang
Dari beberapa pembahasan tersebut, maka penulis mencantumkan data perencanaan konstruksi SUTT 150 kV
sebagai referensi pengukuran jarak line transmisi yang akan bepengaruh terhadap penentuan penerapan
transposition tower, yang diperoleh dari daftar tower schedule pekerjaan survei dan penyelidikan tanah pada GI
PLTU Sampit - GI Kuala Pembuang tahun 2016.
Gambar 6. Jenis Tower Pada Proyek SUTT 150 kV Sampit – Kuala pembuang

Untuk jenis tower yang akan digunakan pada proyek SUTT 150 kV Sampit – Kuala Pembuang didapat data
konfigurasi jarak yaitu :
R-S = 4,7 meter
S-T = 4,7 meter
R-T = 9,4 meter

Penghantar
ɖ : 21,7 (Data Pengujian)
r = ɖ/2 = 10,85
P : 107,487 km (Data Tower Schedulle Penyelidikan Tanah)
Jenis : ACSR Single Hawk 250
R : 0,1154 Ω/km (Data Pengujian PLN Pusat Sertifikasi)
R₁₀₇‚₄₈₇ = 0,1154 X 107,487
= 12,403 Ω

XL = 2ᴫf 10³. 2 . 10¯⁷ ln

GMD = ³

= 5,921 m

Nilai Impedansi/fasa :

XLR = 2ᴫf 10³.2.10-7 ln

= 2ᴫf 10³.2.10-7 ln
= 0,4189 Ω/km
XLTotal = 0,4189 x 107,487
= 45,02 Ω

XLS = 2ᴫf 10³.2.10-7 ln


= 22ᴫf 10³.2.10-7 ln
= 0,3971
XLTotal = 0,3971 x 107,487
= 42,68 Ω

XLT = 22ᴫf 10³.2.10-7 ln

= 22ᴫf 10³.2.10-7 ln
= 0,4189
XLTotal = 0,4189 x 107,487
= 45,02 Ω

GMR ( untuk single hawk 3 phase)


GMR = r¹
r¹ = r ∑¯⅟4
= 10,85 . ∑¯⅟4
= 0,00845 m

XL₁KM = 2ᴫf . 2.10¯⁷ ln


= 2ᴫ . 50 . 2.10¯⁷ x 6,55 . 10ᵌ
= 0,411 Ω.km
XL ₁₀₇‚₄₈₇ = 0,411 . 107,487 = 44,06 Ω.km
Ƶ = R + j XL
= 12,403 + j 44,06
= 45,772 < 74,227°

Berdasarkan data daftar tower schedule, total jarak tempuh saluran transmisi GI PLTU Sampit menuju GI
Kuala Pembuang berjarak 107,487.34 meter (>107 Km), dengan total 308 tower, dan jarak rata-rata tiap tower
±350.00 meter.

KESIMPULAN
1. Dari pembahasan line yang perlu ditransposisikan adalah line yang memiliki jarak antar fasa tidak seimbang,
sedangkan jarak yang memiliki jarak antar fasa yang seimbang tidak perlu di transposisi.
2. Nilai impedansi dipengaruhi oleh jarak antar fasa (GMD) dan panjang penghantar sehingga tower transposisi
dapat difungsikan untuk menyeimbangkan impedansi.
3. Tower transposisi dapat diterapkan di SUTT 150 kV Sampit – Kuala Pembuang di Tower T. 154 dengan
merubah type tower AA+9 menjadi tower Transposision dengan melakukan pergeseran 133 meter ke arah tower
T.155 atau pergeseran T.153 dan T.155 ke arah T.154 sepanjang 66,5 meter, sehingga dengan adanya tower
transposisi akan berpengaruh terhadap kualitas dan kehandalan kelistrikan di Kuala Pembuang.
4. Penulis menyarankan perlu dilakukan penggunaan transposition tower melihat pembangunan di Kuala
Pembuang yang sangat pesat dikarenakan penyelesaian pembangunan Pelabuhan Sigintung yang rencana akan
menjadi pelabuhan laut terbesar di Kalimantan Tengah, Bandara Kapten Mulyono Kuala Pembuang dan
kawasan industri serta sangat banyaknya perkembangan perusahaan-perusahaan di wilayah Kabupaten Seruyan
yang nantinya akan menggunakan listrik dari PLN dan mengharuskan PLN menjaga kualitas dan kehandalan
sistem kelistrikannya.

SARAN
1. Memperbanyak referensi mengenai Penggunaan Transpisition tower (Transposition Line), baik melalui jurnal-
jurnal penelitian dan buku-buku terkait.
2. Memperluas atau memperdalam pembahasan untuk penelitian terkait perencanaan saluran transmisi.
3. Menggunakan data-data yang lebih lengkap sebagai bahan pembahasan.
DAFTAR PUSTAKA
Aslimeri, dkk. (2008). Teknik Transmisi Tenaga Listrik Jilid 2, Buku sekolah Elektronik untuk SMK

Andrian, Ricky Cahya. “Studi mengenai Transposisi Line Transmisi” (Jurnal Teknik Elektro). AP2B PT. PLN
Wilayah VIII, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara

Artios, Lemuel. (2009). “Analisis Karakteristik Saluran Transmisi Mikrostrip” (Tugas Akhir). Universitas Sumatra
Utara, Medan

Mismail, Budiono. (1983). Analisis Sistem Tenaga. Lembaga Penerbitan Universitas Brawijaya, Malang

William.D.Stevenson, Analisis Sistem Tenaga Listrik, Edisi 4

Anda mungkin juga menyukai