Disusun Oleh:
DESI ANTASARI RIZKI KAIMUDIN
NIM : 1316033070
Ambon,
Kepada Yth. Ketua Program Studi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Ambon
Di
Ambon
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan adanya usulan proposal judul tugas akhir untuk memenuhi syarat
kelulusan Diploma III (D-III) Politeknik Negeri Ambon Jurusan Teknik Elektro,
maka saya:
Untuk maksud ini saya meminta kesediaan Lory M. Parera, ST., MT sebagai calon
pembimbing.
Menyetujui
Ketua Prodi, D3 Teknik Listrik Pemohon
1.4. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan keadaan pembebanan pada gardu distribusi BGLWH1017
dan BGLWH1015 sebelum pemasangan gardu sisipan.
2. Dapat menjelaskan pengaruh pemasangan gardu sisipan BGLWH1016
terhadap transformator pada gardu distribusi BGLWH1017 dan
BGLWH1015.
3. Dapat membantu pengembangan pembelajaran mahasiswa pada jurusan
Teknik Elektro terutama Teknik Listrik, sebagai referensi bagi mahasiswa
dalam proses pembuatan karya ilmiah, sebagai bahan masukan bagi PT. PLN
Persero untuk terus meningkatkan kinerja.
A. Gardu Distribusi
Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu
listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung
Bagi Tegangan Rendah (PHBTR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para
pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah
(TR 220/380 Volt).
Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap
maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan
peraturan Pemda setempat.Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
1. Jenis pemasangannya :
a. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
b. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
2. Jenis Konstruksinya :
a. Gardu Beton bangunan sipil : batu, beton
b. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c. Gardu Kios
3. Jenis Penggunaannya :
a. Gardu Pelanggan Umum
b. Gardu Pelanggan Khusus
Khusus pengertian Gardu Hubung (GH) adalah gardu yang ditujukan untuk
memudahkan manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang
dapat dilengkapi/tidak dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini
lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau
Trafo distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.
b. Sistem loop
Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari dua tipe jaringan
radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada keadaan normal tipe
ini bekerja secara radial dan pada saat terjadi gangguan PMT dapat
dioperasikan sehingga gangguan dapat terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam
penyaluran tenaga listrik dibandingkan tipe radial namun biaya investasi lebih
mahal.
Secara Sederhana Sistem Loop Mempunyai Kelebihan dan Kekurangan :
Kelebihan :
Kualitas Listrik Lebih Baik/Handal.
Jika Mengalami gangguan pada satu titik maka titik yang lain dapat di
Aliri listrik dari PMT yang Lain.
Kekurangan :
Lebih Mahal Biaya Investasinya.
Lebih Rumit Pengendalian dan Sistemnya.
Gambar 3. Konfogurasi system loop
c. Sistem Spindle
Jaringan ini merupakan jaringan distribusi primer gabungan dari struktur radial
yang ujung-ujungnya dapat disatukan pada gardu hubungdan terdapat
penyulang ekspres. Penyulang ekspres (express feeder) ini harus selalu dalam
keadaan bertegangan, dan siap terus menerus untuk menjamin bekerjanya
system dalam menyalurkan energi listrik ke beban pada saat terjadi gangguan
T
PM
atau pemeliharaan. Dalam keadaan normal tipe ini beroperasi secara radial.
GD
Ekspres
Penyulang
busi
Distri
Gardu
d. Sistem cluster
Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar di bawah ini banyak digunakan untuk
kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini
terdapat Saklar Pemutus Beban, dan penyulang cadangan.
Gambar 5. Konfigurasi jaringan cluster
Dimana penyulang ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu
penyulang konsumen maka penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi
suplai kekonsumen.
Umumnya system yang digunakan ada system loop di karnakan bagian-bagian fider
tersambung melalui alat pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung
pada sumber energy. Jika terjadi ganguan pada fider pertama maka dapat dengan
mudah di manuver ke fider yang ke dua.
Trafo ditempatkan dalam rumah trafo yang diisi dengan minyak trafo yang berfungsi
sebagai pendingin sekaligus isolasi. Secara berkala minyak trafo diganti. Pendinginan
rumah trafo disempurnakan dengan dipasang sirip pendingin agar panas mudah
diserap oleh udara luar. Bagian terpenting dari trafo 3 phasa.
Trafo 3 phasa bisa dibangun dari dua buah trafo satu phasa, atau tiga buah trafo satu
phasa. Untuk traffo 3 phasa berukuran berdaya besar, dibangun dari tiga buah trafo
satu phasa, tujuannya jika ada salah satu phasa yang rusak/terbakar, maka trafo yg
rusak tersebut dapat diganti dengan cepat dan praktis.
Trafo 3 phasa memiliki enam belitan gambar 43. Tiga belitan primer dan tiga belitan
sekunder. Belitan primer diberikan nomor awal 1, belitan 1U1 – 1U2 artinya belitan
primer phasa U.
Belitan sekunder diberikan notasi nomor awal 2, misalnya 2U2-2U1, artinya belitan
sekunder phasa U. Belitan primer atau sekunder dapat dihubungkan secara Bintang
atau hubungan Segitiga
Gambar 9. Mengkoneksi 3 unit trafo 1 fasa menjadi 1 unit trafo 3 fasa
Tipe U-I terdiri dari tiga inti yang dipasangkan sudut menyudut 120 0 gambar 3-47a.
Tipe U terdiri atas tiga inti U dipasang sudut menyudut 120 0 gambar 3-47b. Tipe
menyudut ini dipakai untuk trafo 3 phasa yang dipasang pada tabung bulat untuk trafo
outdoor yang dipasang pada tiang jaringan distribusi
Tipe E-I yang banyak dipakai, tiap kaki terdapat belitan primer dan sekunder masing-
masing phasa gambar 3-47c. Tipe jenis ini banyak dipakai untuk daya kecil, sedang
sampai daya besar. Bahkan tiga buah trafo satu phasa yang digabungkan, bisa
menjadi trafo tiga phasa.
Hubungan belitan Segitiga baik pada belitan primer maupun belitan sekunder gambar
3-48. Pada hubungan Bintang tidak ada titik netral, yang diperoleh ketiganya
merupakan tegangan line ke line, yaitu L1, L2 dan L3.
Gambar 3-48. Trafo tiga phasa belitan primer dan sekunder hubungan Segitiga
Gambar 3-49. Trafo tiga phasa belitan primer dan sekunder hubungan Bintang
Pada trafo tiga fasa, baik lilitan primer maupun sekunder masing-masing Trafo satu
fasa dapat dirangkai dengan tiga cara hubungan yaitu :
1. Hubungan delta atau segitiga dengan notasi (d)
2. Hubungan star atau bintang dengan notasi (y)
3. Hubungan zigzag dengan notasi (z)
Gambar 3-50. Notasi Pergeseran Vektor Sudut Fasa
2. Belitan trafo Dd0, menunjukkan huruf D pertama belitan primer dalam hubungan
Delta (segitiga), huruf d kedua belitan sekunder hubungan Delta(segitiga),angka 0
menunjukkan beda phasa tegangan primer-sekunder 00
3. Belitan trafo Dy5, menunjukkan belitan primer dalam hubungan Delta (segitiga),
belitan sekunder Y (bintang), beda phasa antara tegangan primer- sekunder 5 x
300 = 1500.
4. Belitan trafo Dy-11, menunjukkan belitan primer dalam hubungan Delta
(segitiga), belitan sekunder Y (bintang), beda phasa antara tegangan primer-
sekunder 11 x 300 = 3300.
5. Belitan trafo Dd6, menunjukkan huruf D pertama belitan primer dalam hubungan
Delta (segitiga), huruf d kedua belitan sekunder hubungan Delta(segitiga),angka 6
menunjukkan beda phasa tegangan primer-sekunder 1800
Dimana :
VL-L = tegangan line to line (Volt)
Vph = tegangan phasa (Volt)
IL = arus line (Ampere)
Iph = arus phasa (Ampere)
LLP
V ph =
√3
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan
belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer dengan tegangan
sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :
V LP √ 3V PhP
= =a
V LS √ 3V PhS
Disamping hubungan bintang dan segitiga dikenal juga hubungan segitiga terbuka
(open delta- VV conection) dan hubungan Zig-zag. Hubungan segitiga terbuka
Gambar 49, terdiri dari dua trafo. Tegangan primer 20 KV dan tegangan sekunder
400 V.
Dalam hubungan segitiga terbuka kapasitas maksimum beban besarnya = 0,577 x
kapasitas trafo 3 phasa. Contoh dua buah trafo 10 KVA dalam konfigurasi segitiga
terbuka, daya maksimumnya = 0,577x3x10 KVA = 17.32 KVA saja.
Berikut ini konfigurasi hubungan bintang dan segitiga gambar 50 untuk transformator
transmisi tegangan tinggi. Jala-jala tegangan tinggi 380 KV diturunkan tegangan
menjadi 220 KV. Agar tegangan benar-benar simetris dari ketiga phasa, harus
diperhatikan rasio belitan N1/N2 dari ketiga trafo harus sama.
Dengan :
XL = reaktansi kapasitif
f = frekuensi
C = kapasitansi (Farad)
S
IFL =
√ 3. V
Dimana :
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kV)
V: tegangan sisi sekunder transformator (kV)
2.5.2 Arus rata rata
Arus rata rata dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini :
IR + IS + IT
I rata- rata = 3
Dimana :
Ir :arus yang mengalir pada fasa R
Is:arus yang mengalir pada fasa S
It: arus yang mengalir pada fasa T
2.5.3 Presentase pembebanan transformator
Menurut SPLN,transformator overload apabila beban transformator melebihi
80% dari kapasitas transformator (name plate ) atau arus nominal.Menurut farnk D
Petruzella,dalam menghitung presentase pembebanan suatu transformator dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
VxIx √ 3
% Pembebanan = x 100 %
p trafo
Dimana :
V = Tegangan listrik ( V )
I = Arus rata rata ( A )
Ptrafo = Daya transformator (Kva)
KVA Beban(kva)
0.8
a. Kerugian PT.PLN
Kerugian yang didapat oleh PT.PLN sendiri adalah :
1. Ketidakandalan system
Dengan adanya beban lebih/overload, keandalan system tentu
terganggu.Keandalan system adalah dimana system berjalan dengan baik dan
lancer,tegangannya normal,tidak melampaui SPLN yaitu -10%
2. Kerusakan Peralatan Distribusi
Selain ketidakandalan system,akibat overload atau kelebihan beban juga
adalah kerusakan peralatan distribusi,contohnya transformator distribusi,kabel-kabel
dan peralatam distribusi lainnya.
3.1 METODOLOGI PENELITIAN
Dalam mengerjakan suatu penelitian sangatlah penting untuk menentukan
metode penelitian yang dipakai
MULAI
STUDI LITERATUR
PENGAMBILAN DATA
PENGOLAHAN DATA
Ya
ANALISIS DATA
PENGOLAHAN DATA
SELESAI
Penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut :
1. Mulai
Mulai mempersiapkan judul dan merencanakan penelitian untuk penyusunan tugas
akhir serta literature yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Penentuan Penelitian
Menentukan Gardu distribusi Dan Trafo sisipan yang akan digunakan sebagai objek
yang akan diteliti oleh peneliti untuk penyusunan tugas akhir
3. Study Literature
Mempelajari teori-teori terkait dengan penelitian yang akan dilakukan dari berbagai
sumber.Adapun study literature yang akan dilakukan adalah mempelajari tentang
system jaringan distribusi, penyebab overload dan cara mengatasinya dari buku dan
jurnal yang terkait
4. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada PT.PLN Persero Rayon baguala ,teknik yang
dilakukan dalam pengambilan data adalah wawancara kepada pihak yang terkait dalam
hal ini bidang distribusi dan observasi lapangan secara langsung.
5. Pengolahan data
Data yang diperoleh adalah besar pembebanan trafo pada gardu distribusi yang akan
diteliti.
6. Perhitungan Arus dan Tegangan
Menghitung nilai arus serta tegangan pada sisi sekunder transformator
7. Menganalisis Pembebanan Transformator
Menganalisis beban pada transformator utama sebelum dipasang transformator sisipan.
8. Transformator Sisipan
Melihat Spesifikasi transformator sisipan : Kapasitas daya,merk transformator,arus
primer
9. Menganalisis Kapasitas Transformator Sisipan
Melihat berapa kapasitas transformator sisipan yang akan dipasang guna mengatasi
Overload.
10. Menganalisis Pembebanan Transformator Sisipan
Mengukur beban pada transformator sisipan serta melihat kembali kondisi pembebanan
setelah dipasang trafo sisipan.
11. Menganalisis Trafo utama dan Trafo Sisipan
Melakukan analisis terhadap transformator utama dan transformator serta melihat
kembali kondisi pembebanannya.
12. Menganalisis Dampak OverLoad terhadap Transformator
Melakukan analisa terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap transformator akibat
beban lebih.
13. Kesimpulan
Menyimpulkan pengaruh penambahan transformator sisipan dalam hal mengatasi
overload pada transformator.
6.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan akhir disusun dalam beberapa bab dianatanya :
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.