Anda di halaman 1dari 36

USULAN TUGAS AKHIR

ANALISA PENGARUH TRAFO SISIPAN TERHADAP OVERLOAD PADA


GARDU DISTRIBUSI BGLWH017 DAN BGLWH015 PADA PENYULANG
WAIHERU 1 DALAM WILAYAH KERJA ULP BAGUALA

Disusun Oleh:
DESI ANTASARI RIZKI KAIMUDIN
NIM : 1316033070

KONSENTRASI INSTALASI LISTRIK


PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI AMBON
2019

Ambon,
Kepada Yth. Ketua Program Studi Teknik Listrik
Politeknik Negeri Ambon
Di
Ambon

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan adanya usulan proposal judul tugas akhir untuk memenuhi syarat
kelulusan Diploma III (D-III) Politeknik Negeri Ambon Jurusan Teknik Elektro,
maka saya:

Nama NIM Jurusan


Desi Antasari Rizki kaimudin 1316033070 Teknik Elektro

Dengan ini mengajukan usulan proposal tugas akhir :

“ ANALISIS PENGARUH TRANSFORMATOR SISIPAN TERHADAP


OVERLOAD PADA GARDU DISTRIBUSI BGLWH1017 DANBGLWH1015
PADA PENYULANG WAIHERU 1 DALAM WILAYAH KERJA ULP
BAGUALA “

Untuk maksud ini saya meminta kesediaan Lory M. Parera, ST., MT sebagai calon
pembimbing.

Demikian permohonan saya, besar harapan saya untuk dapat disetujui.

Menyetujui
Ketua Prodi, D3 Teknik Listrik Pemohon

A.Latumahina, SST.,MT Desi Antasari Rizki


Kaimudin NIP: 19710125 199303 1 003
1.1. LATAR BELAKANG

Suatu sistem ketenagalistrikan terus mengalami perkembangan, salah satunya yaitu


dengan terjadinya pertumbuhan pelanggan atau beban energi listrik dari tahun ke
tahun. Sehingga, dibutuhkan sistem pendistribusian tenaga listrik yang mempunyai
keandalan tinggi. Akan tetapi, sering terjadi permasalahan yang timbul pada
pendistribusian ketenagalistrikan. Salah satunya adalah pembebanan transformator
distribusi yang sudah melebihi kapasitas atau dapat dikatakan transformator overload
(beban lebih). Transformator dikatakan overload jika kapasitas pembebanannya lebih
dari 80%. Apabila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, isolasi pada transformator
mengalami kerusakan karena panas yang berlebihan yang berujung pada rusaknya
transformator. Selain hal tersebut, kelebihan beban pada transformator distribusi juga
dapat menyebabkan terjadinya drop (jatuh) tegangan. Terdapat dua metode alternatif
untuk mengatasi permasalahan transformator overload, yaitu dengan metode
pemasangan transformator sisipan atau upratting (peningkatan kapasitas)
transformator.
Transformator overload ini juga terjadi di salah satu transformator distribusi di PT.
PLN (Persero) Area Maluku wilayah kerja Rayon Baguala tepatnya pada penyulang
waiheru 1, yaitu pada gardu dsitribusi BGLWH015 dan BGLWH017 dengan
kapasitas sebesar 200 kVA. Persentase pembebanannya telah mendekati 80% bahkan
ada yang telah melewati 80%. Berdasarkan SPLN 50 : 1997 pembebanan maksimal
dari sebuah trafo adalah 80 %,tetapi yang dapat dilihat dari laporan beban tersebut
jelas telah melampaui batas SPLN 50 : 1997,sehingga perlu tindakan untuk mencegah
peningkatan yang berlanjut .Dengan memperhatikan letak beban maka tindakan yang
tepat dilakukan adalah dengan pemasangan transformator sisipan.
Transformator sisipan merupakan transformator tambahan yang dipasang oleh PT.
PLN untuk menanggulangi berbagai kerugian yang ditimbulkan oleh transformator
sebelumnya. Perbedaan transformator sisip dan transformator pasang baru adalah,
jika transformator sisip hanya mengambil beban transformator sebelumnya,
sedangkan transformator pasang baru adalah memasang transformator baru karena
adanya permintaan baru.
Beberapa faktor yang dipertimbangkan oleh PT. PLN untuk menambah transformator
sisipan adalah transformator sebelumnya sudah overload dan besarnya drop tegangan
pada JTR. Menurut PT. Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN), 1987, tertuang dalam
SPLN No. 72 pasal 4 ayat 19 tentang Pengaturan Tegangan dan Turun Tegangan,
bahwa jatuh tegangan yang diperbolehkan pada transformator distribusi dibolehkan
3% dari tegangan kerja. Turun tegangan pada STR dibolehkan sampai 5% dari
tegangan kerja.
Berdasarkah hal diatas,penulis ingin meneliti lebih dalam lagi ,oleh karena itu penulis
akan membuat penelitian tentang “ ANALISA PENGARUH
TRANSFORMATOR SISIPAN TERHADAP OVERLOAD PADA GARDU
DISTRIBUSI BGLWH1017 DAN BGLWH1015 PADA PENYULANG
WAIHERU 1 DALAM WILAYAH KERJA ULP BAGUALA“ . Diharapkan
dengan penelitian ini, didapatkan perencanaan yang baik dan tentunya menambah
keandalan sistem distribusi listrik di Jaringan Tegangan Rendah (JTR) dan
memperbaiki kualitas pendistribusian energy listrik serta meningkatkan pelayanan
kepada pelanggan PT.PLN itu sendiri.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas ,dapat dirumuskan masalahnya


sebagai berikut :

1. Bagaimana keadaan pembebanan pada gardu distribusi BGLWH015 dan


BGLWH017 sebelum pemasangan transformator sisipan.
2. Berapa besar over load pada gardu distribusi BGLWH015 dan BGLWH017
sebelum pemasangan transformator sisipan.
3. Bagaimana pengaruh pemasangan transformator sisipan terhadap
pembebanan pada gardu distribusi BGLWH015 dan BGLWH017.
1.3. TUJUAN
Mengacu pada rumusan masalah tersebut, tujuan dari penulisan laporan akhir ini
adalah
untuk mengetahui keadaan pembebanan pada gardu distribusi BGLWH1017 dan
BGLWH1015 sebelum pemasangan transformator sisipan dan sesudah pemasangan
trafo sisipan
Untuk mengetahui pengaruh pemasangan gardu sisipan BGLWH016 terhadap
pembebanan transformator pada gardu distribusi BGLWH1017 dan BGLWH1015.

1.4. MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat menjelaskan keadaan pembebanan pada gardu distribusi BGLWH1017
dan BGLWH1015 sebelum pemasangan gardu sisipan.
2. Dapat menjelaskan pengaruh pemasangan gardu sisipan BGLWH1016
terhadap transformator pada gardu distribusi BGLWH1017 dan
BGLWH1015.
3. Dapat membantu pengembangan pembelajaran mahasiswa pada jurusan
Teknik Elektro terutama Teknik Listrik, sebagai referensi bagi mahasiswa
dalam proses pembuatan karya ilmiah, sebagai bahan masukan bagi PT. PLN
Persero untuk terus meningkatkan kinerja.

1.5. BATASAN MASALAH


Adapun batasan masalah dalam penulisan laporan akhir ini yakni:
Transformator sisipan yang akan dianalisa adalah transformator yang berada pada
gardu distribusi BGLWH1016 yang berada pada penyulang Waiheru 1 yang masih
dibawah wewenang PT PLN (Persero) Rayon Baguala, untuk gardu BGLWH1017
dan BGLWH1015
2.1. TEORI PENUNJANG
2.1.1. Pengertian Transformator
Transformator atau lebih sering disebut trafo adalah sebuah komponen listrik yang
mengubah memindahkan arus listrik dari suatu rangkaian listrik atau lebih
kerangkaian listrik lainya dengan mengubah system frekuensi melalui gandengan
magnet dan berdasarkan pada prinsip induksielektromagnetik. Transformator banyak
digunakan secara luas dibidang tenaga listrik maupun elektronika. Dengan pengunaan
transformator dalamsystem catu daya memungkinkan kita untuk memilih tegangan
yang sesuai kebutuhan daekonomis.(Kadir,1989).
Dalam perkembangannya tenaga listrik disalurkan dari pusat pembangkit kepusat
beban dilakukan dengan saluran transmisi yang begitu panjang. Supaya tegangan
yang dibangkitkan pusat pembangkit dapat digunakan pada pusat-pusat beban,maka
digunakanlah transformator sebagai alatelektromagnetik yan dapat
mengubahtegangan pada tingkat tertentu.
Perubahan energi listik dari satu tingkat tegangan ke tingkat tegangan yang lain,
dilakukan dengan peralatan medan magnet. Transformator terdiri dari kumparanyang
digulung pada satu intibesi. Kumparan ini berhubungan secara elektrik,melainkan
secara magnetis melalui suatu fluksmagnet yang berada didalam inti besi
transformator.(hutauruk,1982).
Salah satu kumparan ini dihubungkan padasumber energi listrik,kumparan ini disebut
kumparanprimer. Sedangkan kumparan kedua dihubungkanpada beban dankumparan
ini disebut kumparansekunder. Jika transformator menerima energi dari
tegangarendahdan mengubah menjadi teganga yang lebih tinggi, maka ia disebut
trasformator penaik(step up), dan jika transformator diberi tegangan tertentu lalu
ingin mengubahnya menjadi teganganyang lebih rendah, maka transformator ini
dinamakan penurun (step down). Setiap transformator dapat dioperasikan sesuai
dengan kemampuannya. Jika transformator penaik, maka digunakan untuk menambah
tegangan namun jika tranformator penurun dapat digunakan untuk mengurangi
tegangan (Hadi,1994).

Jadi fungsi distribusi tenaga listrik adalah:


1. Pembagian atau penyaluran tenaga listrik ke beberapa tempat (pelanggan)
2. Merupakan sub sistem tenaga listrik yang langsung berhubungan dengan
pelanggan,karena catu daya pada pusat-pusat beban (pelanggan) dilayani
langsung melalui jaringan distribusi.
Dilihat dari teganganya sistim distribusi pada saat ini dapat dibedakan dalam 2
macam yaitu :
a. Distribusi Primer, sering disebut Sistem Jaringan Tagangan Menengah (JTM)
dengan tegangan operasi nominal 20 kV/11,6 kV.
b. Distribusi Sekunder, ssering disebut Sistem Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
dengan tegangan operasi nominal 400/230 volt.
Tegangan menegah pada gardu induk (GI) melalui saluran distribusi primer, untuk
disalurkan ke gardu gardu distribusi (GD) atau pemakai tegangan menengah (TM).
Dari saluran ditribusi primer, tegangan menengah (TM) diturunkan menjadi tegangan
rendah (TR) 220V/380V melalui gardu ditribusi (GD). Tegangan rendah dari gardu
distribusi disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke .konsumen tegangan rendah

Gambar 1. Skema Sistem Tenaga Listrik


Dari gambar diatas terlihat jelas bahwa arah mengalirnya arus listrik berawal dari
pusat tenaga listrik (pembangkit) melalui saluran saluran transmisi dan distribusi
sampai pada instalsi pemakai.

A. Gardu Distribusi
Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu
listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan Hubung Bagi Tegangan
Menengah (PHB-TM), Transformator Distribusi (TD) dan Perlengkapan Hubung
Bagi Tegangan Rendah (PHBTR) untuk memasok kebutuhan tenaga listrik bagi para
pelanggan baik dengan Tegangan Menengah (TM 20 kV) maupun Tegangan Rendah
(TR 220/380 Volt).
Konstruksi Gardu distribusi dirancang berdasarkan optimalisasi biaya terhadap
maksud dan tujuan penggunaannya yang kadang kala harus disesuaikan dengan
peraturan Pemda setempat.Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas :
1. Jenis pemasangannya :
a. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantol
b. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios
2. Jenis Konstruksinya :
a. Gardu Beton bangunan sipil : batu, beton
b. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol
c. Gardu Kios
3. Jenis Penggunaannya :
a. Gardu Pelanggan Umum
b. Gardu Pelanggan Khusus
Khusus pengertian Gardu Hubung (GH) adalah gardu yang ditujukan untuk
memudahkan manuver pembebanan dari satu penyulang ke penyulang lain yang
dapat dilengkapi/tidak dilengkapi RTU (Remote Terminal Unit). Untuk fasilitas ini
lazimnya dilengkapi fasilitas DC Supply dari Trafo Distribusi pemakaian sendiri atau
Trafo distribusi untuk umum yang diletakkan dalam satu kesatuan.

2.1.2 Macam-macam konfigurasi distribusi primer


Di dalam merencanakan system distribusi tenaga listrik sangat diperlukan adaya
pedoman untuk menetapkan suatu kriteria bagi perencanan saluran udara tegangan
menengah (SUTM) dan tegangan rendah (TR). Jaringan tegangan menengah adalah
jaringan tenaga listrik yang berfungsi untuk menghubungkan gardu induk sebagai
suplay tenaga listrik dengan gardu-gardu distribusi maupun kepelanggan yang
memakai tegangan menengah seperti industry

2.1.3 Jaringan Distribusi Primer menurut Susunan Rangkaian.


Susunan rangkaian jaringan distribusi ada berberapa macam diantaranya:
a. Sistem Radial
Merupakan jaringan sistem distribusi primer yang sederhana dan murah biaya
investasinya. Pada jaringan ini arus yang paling besar adalah yang paling dekat
dengan Gardu Induk. Tipe ini dalam penyaluran energi listrik kurang handal
karena bila terjadi gangguan pada penyulang maka akan menyebabkab
terjadinya pemadaman pada penyulang tersebut.
Secara Sederhana Sistem Radial Mempunyai Kelebihan dan Kekurangan :
Kelebihan :
 Lebih Murah Biaya Investasinya
 Lebih Sederhana Pengendalian dan Sistemnya
Kekurangan :
 Kualitas Listrik Kurang Baik
 Jika Mengalami gangguan pada satu titik maka titik yang lain tidak akan
teraliri listrik
Gambar 2. Konfigurasi jaringan radial

b. Sistem loop
Tipe ini merupakan jaringan distribusi primer, gabungan dari dua tipe jaringan
radial dimana ujung kedua jaringan dipasang PMT. Pada keadaan normal tipe
ini bekerja secara radial dan pada saat terjadi gangguan PMT dapat
dioperasikan sehingga gangguan dapat terlokalisir. Tipe ini lebih handal dalam
penyaluran tenaga listrik dibandingkan tipe radial namun biaya investasi lebih
mahal.
Secara Sederhana Sistem Loop Mempunyai Kelebihan dan Kekurangan :
Kelebihan :
 Kualitas Listrik Lebih Baik/Handal.
 Jika Mengalami gangguan pada satu titik maka titik yang lain dapat di
Aliri listrik dari PMT yang Lain.
Kekurangan :
 Lebih Mahal  Biaya Investasinya.
 Lebih Rumit Pengendalian dan Sistemnya.
Gambar 3. Konfogurasi system loop
c. Sistem Spindle
Jaringan ini merupakan jaringan distribusi primer gabungan dari struktur radial
yang ujung-ujungnya dapat disatukan pada gardu hubungdan terdapat
penyulang ekspres. Penyulang ekspres (express feeder) ini harus selalu dalam
keadaan bertegangan, dan siap terus menerus untuk menjamin bekerjanya
system dalam menyalurkan energi listrik ke beban pada saat terjadi gangguan

T
PM
atau pemeliharaan. Dalam keadaan normal tipe ini beroperasi secara radial.

GD
Ekspres
Penyulang
busi
Distri
Gardu

Gambar 4. Konfigurasi jaringan spindle


JTM

d. Sistem cluster
Konfigurasi Gugus seperti pada Gambar di bawah ini banyak digunakan untuk
kota besar yang mempunyai kerapatan beban yang tinggi. Dalam sistem ini
terdapat Saklar Pemutus Beban, dan penyulang cadangan.
Gambar 5. Konfigurasi jaringan cluster

Dimana penyulang ini berfungsi bila ada gangguan yang terjadi pada salah satu
penyulang konsumen maka penyulang cadangan inilah yang menggantikan fungsi
suplai kekonsumen.
Umumnya system yang digunakan ada system loop di karnakan bagian-bagian fider
tersambung melalui alat pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung
pada sumber energy. Jika terjadi ganguan pada fider pertama maka dapat dengan
mudah di manuver ke fider yang ke dua.

Gambar 6. Sistem jaringan transmisi jaringan menengah

2.1.4. Transformator Distribusi


Transformator 3 phasa digunakan untuk sistem listrik berdaya besar, baik pada sistem
pembangkitan, transmisi maupun distribusi. Transformator 3 phasa yang umum kita
lihat pada gardu distribusi daya 250 KVA sampai 630 KVA berbentuk persegi
gambar 7.
Gambar 7. Bentuk fisik trafo tiga fasa.

Trafo ditempatkan dalam rumah trafo yang diisi dengan minyak trafo yang berfungsi
sebagai pendingin sekaligus isolasi. Secara berkala minyak trafo diganti. Pendinginan
rumah trafo disempurnakan dengan dipasang sirip pendingin agar panas mudah
diserap oleh udara luar. Bagian terpenting dari trafo 3 phasa.

Trafo 3 phasa bisa dibangun dari dua buah trafo satu phasa, atau tiga buah trafo satu
phasa. Untuk traffo 3 phasa berukuran berdaya besar, dibangun dari tiga buah trafo
satu phasa, tujuannya jika ada salah satu phasa yang rusak/terbakar, maka trafo yg
rusak tersebut dapat diganti dengan cepat dan praktis.

Trafo 3 phasa memiliki enam belitan gambar 43. Tiga belitan primer dan tiga belitan
sekunder. Belitan primer diberikan nomor awal 1, belitan 1U1 – 1U2 artinya belitan
primer phasa U.

Gambar 8. Belitan primer dan sekunder Trafo tiga phasa

Belitan sekunder diberikan notasi nomor awal 2, misalnya 2U2-2U1, artinya belitan
sekunder phasa U. Belitan primer atau sekunder dapat dihubungkan secara Bintang
atau hubungan Segitiga
Gambar 9. Mengkoneksi 3 unit trafo 1 fasa menjadi 1 unit trafo 3 fasa

3.7.1. Inti Transformator 3 Fasa


Bahan inti trafo 3 phasa dari bahan plat tipis ferro-magnetis yang ditumpuk dengan
ketebalan tertentu. Pelat tipis dimaksudkan untuk menekan rugi-rugi histerisis dan
arus edy pada batas minimal. Ada beberapa tipe inti trafo 3 phasa tampak pada
gambar 3-47.
Gambar 3-47a. Tampak bentuk inti trafo tiga fasa

Tipe U-I terdiri dari tiga inti yang dipasangkan sudut menyudut 120 0 gambar 3-47a.
Tipe U terdiri atas tiga inti U dipasang sudut menyudut 120 0 gambar 3-47b. Tipe
menyudut ini dipakai untuk trafo 3 phasa yang dipasang pada tabung bulat untuk trafo
outdoor yang dipasang pada tiang jaringan distribusi

Gambar 3-47b. Bentuk inti trafo tipe U-I

Tipe E-I yang banyak dipakai, tiap kaki terdapat belitan primer dan sekunder masing-
masing phasa gambar 3-47c. Tipe jenis ini banyak dipakai untuk daya kecil, sedang
sampai daya besar. Bahkan tiga buah trafo satu phasa yang digabungkan, bisa
menjadi trafo tiga phasa.

Gambar 3-47c. Bentuk inti trafo tipe E-I

3.7.2. Hubungan Belitan Transformator


Ada dua metoda hubungan belitan primer dan belitan sekunder. Pertama hubungan
Bintang, kedua hubungan Segitiga. Pada gambar 3-48, baik belitan primer dan
sekunder dihubungkan secara Bintang. Belitan primer terminal 1U, 1V dan 1W
dihubungkan dengan supply tegangan 3 phasa. Belitan sekunder terminal 2U, 2V dan
2W disambungkan dengan sisi beban.

Hubungan belitan Segitiga baik pada belitan primer maupun belitan sekunder gambar
3-48. Pada hubungan Bintang tidak ada titik netral, yang diperoleh ketiganya
merupakan tegangan line ke line, yaitu L1, L2 dan L3.

Gambar 3-48. Trafo tiga phasa belitan primer dan sekunder hubungan Segitiga

Gambar 3-49. Trafo tiga phasa belitan primer dan sekunder hubungan Bintang

3.7.3. Hubungan Jam Belitan Trafo


Transformator 3 phasa antara tegangan primer dan tegangan sekunder perbedaan
phasa dapat diatur dengan metoda aturan hubungan jam belitan trafo. Satu putaran
jam dibagi dalam 12 bagian, jika satu siklus sinusoida 3600, maka setiap jam berbeda
phasa 300 (3600/12).

Pada trafo tiga fasa, baik lilitan primer maupun sekunder masing-masing Trafo satu
fasa dapat dirangkai dengan tiga cara hubungan yaitu :
1. Hubungan delta atau segitiga dengan notasi (d)
2. Hubungan star atau bintang dengan notasi (y)
3. Hubungan zigzag dengan notasi (z)
Gambar 3-50. Notasi Pergeseran Vektor Sudut Fasa

3.7.4. Notasi Vektor Grup


Apabila notasi rangkaian primer dan sekunder disebutkan bersama, maka dinyatakan
sebagai vektor group, misal :
1. Transformator dengan vektor group Yd5, artinya primer terhubung bintang
dengan posisi fasa ( R ) pada jam nol dan sekunder terhubung delta dengan posisi
( r ) pada jam 5

2. Belitan trafo Dd0, menunjukkan huruf D pertama belitan primer dalam hubungan
Delta (segitiga), huruf d kedua belitan sekunder hubungan Delta(segitiga),angka 0
menunjukkan beda phasa tegangan primer-sekunder 00

3. Belitan trafo Dy5, menunjukkan belitan primer dalam hubungan Delta (segitiga),
belitan sekunder Y (bintang), beda phasa antara tegangan primer- sekunder 5 x
300 = 1500.
4. Belitan trafo Dy-11, menunjukkan belitan primer dalam hubungan Delta
(segitiga), belitan sekunder Y (bintang), beda phasa antara tegangan primer-
sekunder 11 x 300 = 3300.

5. Belitan trafo Dd6, menunjukkan huruf D pertama belitan primer dalam hubungan
Delta (segitiga), huruf d kedua belitan sekunder hubungan Delta(segitiga),angka 6
menunjukkan beda phasa tegangan primer-sekunder 1800

Contoh-contoh Notasi Vektor Grup


3.7.5. Konfigurasi Transformator 3 Fasa
Transformator 3 fasa pada dasarnya merupakan Transformator 1 fase yang disusun
menjadi 3 buah dan mempunyai 2 belitan, yaitu belitan primer dan belitan sekunder.
Ada dua metode utama untuk menghubungkan belitan primer yaitu hubungan segitiga
dan bintang (delta dan wye). Sedangkan pada belitan sekundernya dapat dihubungkan
secara segitiga, bintang dan zig-zag (Delta, Wye dan Zig-zag).
3.7.5.1. Hubungan Bintang (Y)
Hubungan bintang ialah hubungan transformator tiga fasa, dimana ujung-ujung awal
atau akhir lilitan disatukan. Titik dimana tempat penyatuan dari ujung-ujung lilitan
merupakan titik netral. Arus transformator tiga phasa dengan kumparan yang
dihubungkan bintang yaitu; IA, IB, IC masing-masing berbeda 120 °.

Gambar 3-51. Trafo hubung Bintang


Transformator tiga phasa hubungan bintang.
Dari gambar diperoleh bahwa :
IA = I B = I C = I L
IL = Iph
VAB = VBC = VCA = VL-L
VL-L = Vph

Dimana :
VL-L = tegangan line to line (Volt)
Vph = tegangan phasa (Volt)
IL = arus line (Ampere)
Iph = arus phasa (Ampere)

3.7.5.2. Hubungan Segitiga/ Delta (Δ)


Hubungan segitiga adalah suatu hubungan transformator tiga fasa, dimana cara
penyambungannya ialah ujung akhir lilitan fasa pertama disambung dengan ujung
mula lilitan fasa kedua, akhir fasa kedua dengan ujung mula fasa ketiga dan akhir fasa
ketiga dengan ujung mula fasa pertama. Tegangan transformator tiga phasa dengan
kumparan yang dihubungkan segitiga yaitu; VA, VB, VC masing-masing berbeda 120°.
Gambar 3-52. Trafo hubung Segitiga/Delta
Transformator tiga phasa hubungan segitiga/delta.
Dari gambar diperoleh bahwa :
IA = I B = I C = I L
IL = Iph
VAB = VBC = VCA = VL-L
VL-L = Vph
Dimana :
VL-L = tegangan line to line (Volt)
Vph = tegangan phasa (Volt)
IL = arus line (Ampere)
Iph = arus phasa (Ampere)

3.7.5.3. Hubungan Zigzag


Transformatorzig–zag merupakan transformator dengan tujuan khusus. Salah satu
aplikasinya adalah menyediakan titik netral untuk sistem listrik yang tidak memiliki
titik netral. Pada transformator zig–zag masing–masing lilitan tiga fasa dibagi
menjadi dua bagian dan masing–masing dihubungkan pada kaki yang berlainan.

Gambar 3-53. Trafo hubung Zig-zag


Transformator tiga phasa hubungan zig-zag.
Perbandingan Rugi-rugi untuk tiap kumparan yang terhubung Y, Δ, Zig-zag adalah:
LY
( I 2 (R ))Y =(1. 0 x (i Y ))2 xρ x1. 0 x
AY
LY
( I 2 (R ))Δ =( 0. 577 x (i Y ))2 xρ x1. 73 x

L
( I 2 (R ))ZZ =(1 .0 x (i Y ))2 x ρ x 1. 155 x Y
AY
Dimana :
iY = arus pada kumparan yang terhubung Y
ρ = hambatan jenis tembaga
LY = panjang kumparan yang terhubung Y
AY = Luas penampang kumparan yang terhubung Y
AΔ = Luas penampang kumparan yang terhubung Δ
AZZ = Luas penampang kumparan yang terhubung Zig-zag

3.7.6. Jenis-Jenis dan Konfigurasi Hubungan Transformator Tiga Phasa


Dalam pelaksanaanya, tiga buah lilitan phasa pada sisi primer dan sisi sekunder dapat
dihubungkan dalam bermacam-macam hubungan, seperti bintang dan segitiga,
dengan kombinasi Y-Y, Y-Δ, Δ-Y, Δ-Δ, bahkan untuk kasus tertentu liltan sekunder
dapat dihubungakan secara berliku-liku (zig-zag), sehingga diperoleh kombinasi Δ-Z,
dan Y-Z. Hubungan zig-zag merupakan sambungan bintang istimewa, hubungan ini
digunakan untuk mengantisipasi kejadian yang mungkin terjadi apabila dihubungkan
secara bintang dengan beban phasanya tidak seimbang.

3.7.6.1. Hubungan Wye-wye (Y-Y)


Pada hubungan bintang-bintang, rasio tegangan fasa-fasa (L-L) pada primer dan
sekunder adalah sama dengan rasio setiap trafo. Sehingga, tejadi pergeseran fasa
sebesar 30° antara tegangan fasa-netral (L-N) dan tegangan fasa-fasa (L-L) pada sisi
primer dan sekundernya.
Hubungan bintang-bintang ini akan sangat baik hanya jika pada kondisi beban
seimbang. Karena, pada kondisi beban seimbang menyebabkan arus netral (IN) akan
sama dengan nol. Dan apabila terjadi kondisi tidak seimbang maka akan ada arus
netral yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya rugi-rugi.

LLP
V ph =
√3
Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan perbandingan
belitan transformator maka, perbandingan antara tegangan primer dengan tegangan
sekunder pada transformator hubungan Y-Y adalah :
V LP √ 3V PhP
= =a
V LS √ 3V PhS

Gambar 3-54. Konfigurasi Y-Y Connection

3.7.6.2. Hubungan Wye-delta (Y-Δ)


Transformator hubungan Y-Δ, digunakan pada saluran transmisi sebagai penaik
tegangan. Rasio antara sekunder dan primer tegangan fasa-fasa adalah 1/√3 kali rasio
setiap trafo. Terjadi sudut 30° antara tegangan fasa-fasa antara primer dan sekunder
yang berarti bahwa trafo Y-Δ tidak bisa diparalelkan dengan trafo Y-Y atau trafo Δ-
Δ. Hubungan transformator Y-Δ dapat dilihat pada Gambar  Pada hubungan ini
tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan phasa primer
(VLP=√3VPhP), dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan phasa
(VLS=VphS), sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan Y-Δ
adalah :
V LP √ 3V PhP
= =√ 3 a
V LS √ 3V PhS
Gambar 3-55. Konfigurasi Y- Δ Connection

3.7.6.3. Hubungan Delta-wye (Δ-Y)


Transformator hubungan Δ-Y, digunakan untuk menurunkan tegangan dari tegangan
transmisi ke tegangan rendah. Transformator hubungan Δ-Y dapat dilihat pada
Gambar Pada hubungan Δ-Y, tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan
phasa primer (VLP=VphP ), dan tegangan sisi sekundernya ( VLS=√3VphS), maka
perbandingan tegangan pada hubungan Δ-Y adalah :
V LP √ 3V PhP a
= =
V LS √ 3V PhS √3

Gambar 3-56. Konfigurasi Δ - Y Connection

3.7.6.4. Hubungan Delta – delta (Δ-Δ)


Pada transformator hubungan Δ-Δ, tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa
sama untuk sisi primer dan sekunder transformator (VRS = VST = VTR = VLN), maka
perbandingan tegangannya adalah :
V LP V PhP
= =a
V LS V PhS
Sedangkan arus pada transformator hubungan Δ-Δ adalah :
IL=√3Ip
Dimana :
IL = arus line to line
IP = arus phasa
Gambar 3-57. Konfigurasi Δ - Δ Connection

Disamping hubungan bintang dan segitiga dikenal juga hubungan segitiga terbuka
(open delta- VV conection) dan hubungan Zig-zag. Hubungan segitiga terbuka
Gambar 49, terdiri dari dua trafo. Tegangan primer 20 KV dan tegangan sekunder
400 V.
Dalam hubungan segitiga terbuka kapasitas maksimum beban besarnya = 0,577 x
kapasitas trafo 3 phasa. Contoh dua buah trafo 10 KVA dalam konfigurasi segitiga
terbuka, daya maksimumnya = 0,577x3x10 KVA = 17.32 KVA saja.

Gambar 3-58. Trafo 3 phasa hubungan Segitiga terbuka (hubungan VV)


Gambar 3-59. Trafo tiga phasa dengan belitan primer hubungan Segitiga, belitan
sekunder hubungan Bintang

Berikut ini konfigurasi hubungan bintang dan segitiga gambar 50 untuk transformator
transmisi tegangan tinggi. Jala-jala tegangan tinggi 380 KV diturunkan tegangan
menjadi 220 KV. Agar tegangan benar-benar simetris dari ketiga phasa, harus
diperhatikan rasio belitan N1/N2 dari ketiga trafo harus sama.

2.3 Jenis-Jenis Beban Listrik


2.3.1 Beban Resistif (R)
Beban resistif (R) yaitu beban yang terdiri dari komponen tahanan ohm saja
(resistance), seperti elemen pemanas (heating element) dan lampu pijar. Beban jenis
ini hanya mengkonsumsi beban aktif saja dan mempunyai faktor daya sama dengan
satu. Tegangan dan arus sefasa. Persamaan daya sebagai berikut :
P = VI
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I  = arus yang mengalir pada beban (A)

2.3.2 Beban Induktif (L)


Beban induktif (L) yaitu beban yang terdiri dari kumparat kawat yang
dililitkan pada suatu inti, seperti coil, transformator, dan solenoida. Beban ini
dapat mengakibatkan pergeseran fasa (phase shift) pada arus sehingga bersifat
lagging. Hal ini disebabkan oleh energi yang tersimpan berupa medan
magnetis akan mengakibatkan fasa arus bergeser menjadi tertinggal terhadap
tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan daya reaktif. Persamaan
daya aktif untuk beban induktif adalah sebagai berikut :
P = VI cos φ
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V = tegangan yang mencatu beban (volt)
I  = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan

Untuk menghitung besarnya rektansi induktif (XL), dapat digunakan


rumus :
Dengan :
XL = reaktansi induktif
F   = frekuensi (Hz)
L   = induktansi (Henry)
2.3.3 Beban Kapasitif (C)
Beban kapasitif (C) yaitu beban yang memiliki kemampuan kapasitansi atau
kemampuan untuk menyimpan energi yang berasal dari pengisian elektrik
(electrical discharge) pada suatu sirkuit. Komponen ini dapat menyebabkan
arus leading terhadap tegangan. Beban jenis ini menyerap daya aktif dan
mengeluarkan daya reaktif. Persamaan daya aktif untuk beban induktif adalah
sebagai berikut :
P = VI cos φ
Dengan :
P = daya aktif yang diserap beban (watt)
V= tegangan yang mencatu beban (volt)
I  = arus yang mengalir pada beban (A)
φ = sudut antara arus dan tegangan
Untuk menghitung besarnya rektansi
kapasitif (XC), dapat digunakan
rumus seperti dibawah ini :

Dengan :
XL = reaktansi kapasitif
f  = frekuensi
C  = kapasitansi (Farad)

2.4 Perhitungan Pembebanan Transformator

2.4.1 Arus beban penuh trafo

3Daya transformator bila ditinjau


dari sisi tegangan
4tinggi (primer) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
5Daya transformator bila ditinjau
dari sisi tegangan
6tinggi (primer) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
7Daya transformator bila ditinjau
dari sisi tegangan
8tinggi (primer) dapat dirumuskan
sebagai berikut:
Daya transformator bila ditinjau dari sisi tegangan tinggi ( primer) dapat
dirumuskan sebagai berikut :

S = √3. V.I (VA)


Dimana :
S : daya transformator (kVA)
V: tegangan sisi primer transformator (kV)
I : arus jala jala ( A)

Sehingga arus beban penuh (full load )dapat dirumuskan menjadi :

S
IFL =
√ 3. V
Dimana :
IFL : arus beban penuh (A)
S : daya transformator (kV)
V: tegangan sisi sekunder transformator (kV)
2.5.2 Arus rata rata
Arus rata rata dapat dihitung menggunakan persamaan di bawah ini :

IR + IS + IT
I rata- rata = 3
Dimana :
Ir :arus yang mengalir pada fasa R
Is:arus yang mengalir pada fasa S
It: arus yang mengalir pada fasa T
2.5.3 Presentase pembebanan transformator
Menurut SPLN,transformator overload apabila beban transformator melebihi
80% dari kapasitas transformator (name plate ) atau arus nominal.Menurut farnk D
Petruzella,dalam menghitung presentase pembebanan suatu transformator dapat
diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

VxIx √ 3
% Pembebanan = x 100 %
p trafo
Dimana :
V = Tegangan listrik ( V )
I = Arus rata rata ( A )
Ptrafo = Daya transformator (Kva)

2.5.4 Rating Transformator


Pemilihan kapasitas transformator distribusi didasarkan pada beban yang akan rating
transformator dapat diketahui dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :

KVA Beban(kva)
0.8

2.6 Beban Lebih/ Overload


Pada dasarnya Gangguan semacam ini bukanlah sebuah gangguan yang
murni namun karena beban lebih adalah suatu keadaan abnormal yang apabila
dibiarkan terus menerus dapat merusak berbagai peralatan listrik yang dialiri oleh
arus tersebut .Dengan kata lain,pada saat gangguan ini tengah terjadi maka arus yang
mengalir tersebut akan melebihi dari kapasitas peralatan listrik serta pengaman yang
telah terpasang sebelumnya.
2.6.1 Penyebab terjadinya overload
Beban lebih pada transformator dapat terjadi karena salah satu factor yaitu
beban yang dipasoknya terus meningkat, atau karena adanya maneuver atau
perubahan aliran beban di jaringan adanya gangguan .
2.6.2 Akibat terjadinya overload
Beban lebih/overload yang terjadi pada transformator akan lebih berakibat
kerugian bagi PT.PLN Persero sendiri.

a. Kerugian PT.PLN
Kerugian yang didapat oleh PT.PLN sendiri adalah :
1. Ketidakandalan system
Dengan adanya beban lebih/overload, keandalan system tentu
terganggu.Keandalan system adalah dimana system berjalan dengan baik dan
lancer,tegangannya normal,tidak melampaui SPLN yaitu -10%
2. Kerusakan Peralatan Distribusi
Selain ketidakandalan system,akibat overload atau kelebihan beban juga
adalah kerusakan peralatan distribusi,contohnya transformator distribusi,kabel-kabel
dan peralatam distribusi lainnya.
3.1 METODOLOGI PENELITIAN
Dalam mengerjakan suatu penelitian sangatlah penting untuk menentukan
metode penelitian yang dipakai

3.1.1 Alat Dan Bahan

N Nama Alat Jumla Keterangan


O h
1. Volt 1 buah Voltmeter adalah alat ukur yang digunakan
Meter(Alat untuk mengukur besaran tegangan atau beda
ukur potensialantara dua titik pada suatu rangkaian
tegangan) listrik.Pada alat ukur voltmeter ini biasanya
ditemukan tulisan
Voltmeter(V),milivoltmeter(mV),mikrovoltmete
r,dan kilovolt (kV)
2. Tang 1 buah Tang Amper adalah alat ukur yang digunakan
Ampere(Al untuk mengukur arus listrik pada sebuah kabel
at ukur konduktor yang dialiri arus listrik dengan
arus) menggunakan dua rahang penjempitnya (clamp)
tanpa harus memiliki kontak langsung dengan
listriknya.Tang Amper (Clamp Meter) memiliki
fungsi sebagai Multimeter juga.Selain terdapat
dua rahang penjepit ,Clamp Meter juga
memiliki dua probe yang dapat digunakn untuk
mengukur resistansi,tegangan AC,tegangan DC.

3.1.2 Metode Penelitian


Metode penelitian yang dilakukan adalah Analisis yang mana metode penelitian
tersebut digunakan untuk menganalisa suatu fenomena yang sedang terjadi.

3.2 JENIS DATA


Jenis data dalam penilitian ini terdiri dari dua jenis yaitu data primer dan data
sekunder.
1.Data Primer
Data Primer adalah data yang diambil sendiri secara langsung di lapangan
,mengukur secara langsung dan melihat objek yang diteliti secara langsung.
2.Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari pengukuran sebelumnya oleh petugas
PLN yang telah dibuat dalam bentuk table.

3.3 TEKNIK PENGAMBILAN DATA


Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.Wawancara
Teknik pengambilan data dengan wawancara yaitu mewancarai SPV Distribusi
dengan beberapa pertanyaan seperti :

 Bagaimana pembebanan transformator


 Berapa persen Overloadnya
 Bagaimana solusinya
2.Observasi
Observasi Lapangan guna pengambilan data dan spesifikasi peralatan.Data yang
diambil antara lain:

 Spesifikasi transformator distribusi yang sudah overload


 Mengukur tegangan fasa ke fasa dan fasa ke nol
 Mengukur beban trafo sebelum dipasang trafo sisipan
 Survei lokasi
3.Diskusi
Diskusi adalah salah satu teknik pengambilan data yang dilakukan dengan dosen
yang mempunyai pengetahuan dibidang tersebut. Hal yang didiskusikan antara lain
adalah :

 Perhitungan beban trafo


 Penyebab trafo overload
 Perhitungan setelah disisip trafo sisipan
 Hal yang perlu dianalisa
4. Studi pustaka
6.5 DIAGRAM ALIR PENELITIAN

MULAI

STUDI LITERATUR

PENGAMBILAN DATA

DATA SEKUNDER DATA PRIMER

PENGOLAHAN DATA

Ya
ANALISIS DATA

PENGOLAHAN DATA

SELESAI
Penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut :

1. Mulai
Mulai mempersiapkan judul dan merencanakan penelitian untuk penyusunan tugas
akhir serta literature yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Penentuan Penelitian
Menentukan Gardu distribusi Dan Trafo sisipan yang akan digunakan sebagai objek
yang akan diteliti oleh peneliti untuk penyusunan tugas akhir
3. Study Literature
Mempelajari teori-teori terkait dengan penelitian yang akan dilakukan dari berbagai
sumber.Adapun study literature yang akan dilakukan adalah mempelajari tentang
system jaringan distribusi, penyebab overload dan cara mengatasinya dari buku dan
jurnal yang terkait
4. Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan pada PT.PLN Persero Rayon baguala ,teknik yang
dilakukan dalam pengambilan data adalah wawancara kepada pihak yang terkait dalam
hal ini bidang distribusi dan observasi lapangan secara langsung.
5. Pengolahan data
Data yang diperoleh adalah besar pembebanan trafo pada gardu distribusi yang akan
diteliti.
6. Perhitungan Arus dan Tegangan
Menghitung nilai arus serta tegangan pada sisi sekunder transformator
7. Menganalisis Pembebanan Transformator
Menganalisis beban pada transformator utama sebelum dipasang transformator sisipan.
8. Transformator Sisipan
Melihat Spesifikasi transformator sisipan : Kapasitas daya,merk transformator,arus
primer
9. Menganalisis Kapasitas Transformator Sisipan
Melihat berapa kapasitas transformator sisipan yang akan dipasang guna mengatasi
Overload.
10. Menganalisis Pembebanan Transformator Sisipan
Mengukur beban pada transformator sisipan serta melihat kembali kondisi pembebanan
setelah dipasang trafo sisipan.
11. Menganalisis Trafo utama dan Trafo Sisipan
Melakukan analisis terhadap transformator utama dan transformator serta melihat
kembali kondisi pembebanannya.
12. Menganalisis Dampak OverLoad terhadap Transformator
Melakukan analisa terhadap dampak yang ditimbulkan terhadap transformator akibat
beban lebih.
13. Kesimpulan
Menyimpulkan pengaruh penambahan transformator sisipan dalam hal mengatasi
overload pada transformator.
6.6. SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan akhir disusun dalam beberapa bab dianatanya :

BAB I TEORI PENUNJANG


Berisikan latar belakang penelitian,perumusan masalah,batasan masalah dan tujuan
penelitian.

BAB II TEORI PENUNJANG


Bab ini membahsa secara ringkas yang berkaitan dengan masalah yang sedang di bahas,
meliputi teori tentang pembahasan mengenai overload.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini membahas tentang metode penelitian data yang dapat di gunakan dalam
menganalisa dan juga berisi data data jaringan distribusi penyulang tantui atas, pada bab ini
metode penilitian dimulai dari pengumpulan dan di lanjutkan dengan cara kerja di samping
itu menjelaskan tentang bentuk jaringan, dan juga penampang yang di gunakan pada
jaringan distribusi dan peralatan yang akan di pakai.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Bab ini hasik tentang hasil hasil yang di peroleh dan pembahsan hasil hasil dalam bab ini
juga di bahas tentang perbaikan yang bias dilakukan untuk mengatasi overload.

BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai