Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Peranan Iptek Menuju Industri Masa Depan (PIMIMD-5)

Institut Teknologi Padang (ITP), Padang 10 Oktober 2019

ANALISA PENGARUH PANJANG SPAN TERHADAP JUMLAH GANGGUAN


PETIR PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV PAYAKUMBUH – KOTO
PANJANG
Yusreni Warmi*, Diki Ananda
Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Padang, Jl. Gajah Mada
Nanggalo Padang 25143 Sumatera Barat Indonesia

Abstrak:
Saluran transmisi 150 kV Payakumbuh – Koto Panjang memiliki panjang saluran 84,844 kms dengan
jumlah 248 tower yang dominan berada didaerah bukit. Berdasarkan data dari UPT Padang, dari tahun
2010 - 2018 terdapat 154 gangguan dengan IKL (isokeraunik level) 173 hari/tahun. Analisa data
dilakukan dengan metode Anderson dan simulasi EMTP untuk mengetahui pengaruh panjang SPAN
terhadap jumlah gangguan petir. Hasil penelitian menunjukan bahwa panjang SPAN mempengaruhi
terhadap jumlah gangguan petir, yang mana semakin panjang SPAN maka jumlah gangguan petir
semakin besar. Ketika panjang SPAN 150 – 250 m terdapat jumlah gangguan petir sebesar 23 gangguan
/100 km per tahun dan pada panjang SPAN 351- 450 m jumlah gangguan petir meningkat menjadi 62
gangguan /100 km per tahun.
Kata kunci: flashover, SPAN, anderson method

PENDAHULUAN
Sistem transmisi tenaga listrik di Indoensia khususnya di Sumatera Barat yakni
Payakumbuh – Koto Panjang pada umumnya menggunakan saluran udara di bandingkan dengan
kabel bawah tanah. Saluran udara cukup rentan terhadap sambaran petir karena konstruksinya
yang tinggi. Saluran udara transmisi 150 kV dari Payakumbuh – Koto Panjang melalui area
yang mempunyai Isokeraunik level 173 hari/tahun. Saluran transmisi 150 kV antara
Payakumbuh – Koto Panjang dengan panjang total saluran 84,844 kms. Panjang SPAN
minimum dan maksimum yang terdapat pada saluan transmisi adalah 75 m – 444 m. Saluran
transmisi Payakumbuh – Koto Panjang merupakan saluran sikuit ganda (double circuit) [1-3].
Pada saluran transmisi Payakumbuh – Koto Panjang sistem yang handal dapat di
katakan yang jarang mengalami gangguan akibat terjadinya gangguan, khususnya gangguan
petir. Panjang SPAN berpengaruh terhadap jumlah gangguan petir pada saluran transmisi [4-6].
Saluran transmisi Payakumbuh – Koto Panjang sering mengalami gangguan yang
diakibatkan oleh gangguan petir. Salah satu penyebab terjadinya gangguan petir pada saluran
transmisi adalah panjang SPAN. Penyebab dari berbeda – bedanya panjang SPAN pada saluran
transmisi Payakumbuh – Koto Panjang adalah lokasi dari penempatan tower yang tidak sesuai
dengan yang diinginkan, sehingga panjang SPAN pada saluran transmisi bervariasi dengan
panjang SPAN maksimum adalah 444 m dan panjang minimum adalah 75 m.
Berdasarkan data dari UPT- Padang dari tahun 2010 – 2018 didapatkan bahwa jumlah
gangguan petir yang paling sering terjadi adalah pada SPAN yang panjangnya lebih dari 325
meter [5-7].
Transmisi adalah proses penyaluran listrik dari pembangkitan ke distribusi listrik.
Standar tegangan pada sistem transmisi di Indonesia diklasifikasikan sebagai tegangan ekstra
tinggi (TET) yaitu dengan nominal 500 kV dan tegangan tinggi (TT) dengan nominal 70 kV dan
150 kV. Tujuan tegangan dinaikkan agar dapat meminimalisir rugi-rugi daya dan drop tegangan,
karena penyaluran pasti melalui jalur yang panjang, semakin panjang jalur maka akan semakin
berpengaruh pada rugi daya jika tegangan tidak dinaikkan [8].

© 2019 *Corresponding author: yusreniwarmi@gmail.com


ISBN: 978-602-53491-6-4
DOI: 10.21063/PIMIMD5.2019.23
Seminar Nasional PIMIMD-5, ITP, Padang | 156

Kawat tanah atau tanah atau “ground wire” juga dinsebut sebagai kawat pelindung
(shield wires) gunanya untuk melindungi kawat pengantar atau kawat fasa terhadap sambatan
petir [9].
Gangguan pada saluran transmisi salah satunya adalah gangguan yang disebabkan oleh
petir. Daerah bayang-bayang saluran udara merupakan daerah disekitar saluran udara dimana
sambaran langsung pada daerah ini dapat menyebabkan kegagalan pada saluran tersebut [10-
12]. Shielding Failure pada saluran udara tegangan tinggi ini juga dipengaruhi oleh kemampuan
sudut perisaian menahan dari sambaran petir [12].

Sambaran Petir Langsung


Yang dimaksud dengan sambaran petir langsung adalah apabila petir menyambar secara
langsung pada kawat fasa atau kawat tanah. Pada saat petir menyambar kawat fasa atau kawat
tanah akan timbul arus besar dan sepasang gelombang berjalan yang merambat pada kawat.
Besarnya arus atau tegangan akibat sambaran ini tergantung pada besar arus petir, waktu mula
dan jenis tiang saluran. Saluran udara tegangan tinggi memiliki tiang-tiang yang tinggi dan
tegangan yang tinggi sehingga menyebabkan jumlah sambaran langsung yang tinggi [12].

Fenomena back-flashover
Fenomena back-flashover terjadi apabila tegangan pada saluran lebih besar atau sama
dengan tegnagan kritis lompatan api (critical flashover) isolator sehingga lompatan api terjadi
pada isolator tersebut. back-flashover juga dapat berdampak pada Gardu Induk yang terkoneksi
dengan saluran transmisi tersebut. Back-flashover ini terjadi karena sambaran petir menyambar
kawat tanah pada menara, apabila tahanan kaki pentanahan menara lebih besar maka akan
terjadi yang namanya back-flashover atau lompatan api balik dari kawat tanah ke kawat fasa.
Karena tegangan surja yang datang mempunyai nilai amplitudo tegangan yang melebihi level
isolasi peralatan. Back-flashoverdapat menyebabkan timbulnya tegangan lebih pada saluran
transmisi dan merusak peralatan.
Menganggap sambaran pada kawat pelindung, sebagaimana yang didefinisikan dalam
gambar 1 dan 2 tegangan pada sambaran terminal berusaha mencapai tegangan puncak ZgI / 2.
Namun pantulan dari menara yang berdekatan mengurangi tegangan, asalkan tf lebih besar dari
2( TS - TST). Tegangan maksimum terjadi pada titik terminal sambaran, dan penurunan tegangan
saat jarak dari titik terminal sambaran meningkat, mencapai minimum di tower [12].
Untuk memperoleh perkiraan jumlah yang diharapkan dari flashover SPAN
dibandingkan dengan flashover tower, asumsikan bahwa bentuk gelombang dari semua
tegangan identik sehingga tegangan flashover kritis tidak standar, CFONS, adalah fungsi linier
dari jarak celah. Untuk khusus line 500 kV, jarak mencapai minimum ditower adalah 3,35 m,
sedangkan kawat tanah untuk fasa konduktor jarak bervariasi dari 9,2 m ditower ke 11,6 m di
tengah SPAN.

Sambaran yang menyebabkan flashover pada kawat tanah


Menentukan jumlah tegangan yang dipantulkan dari tower yang berdekatan pada puncak tower

.................(1)

Dimana [11,12]:
= besar tegangan surja pada puncak menara (kv),
= impedansi surja kawat perisai (Ω),
= waktu tempuh gelombang pada tower ( ) / dua kali jarak SPAN dalam (m),
= Waktu puncak (s).
Seminar Nasional PIMIMD-5, ITP, Padang | 157

Sedangkan waktu tempuh dari masing-masing menara/crossarm ( )


= - ....................................................(2)
Dimana [11,12]:
= waktu tempuh puncak menara sampai dengan crossarm ( ),
= faktor kopling, = tegangan pada puncak tower.

Gambar 1. Fenomena Back-Flashover

Gambar 2. sambaran terhadap SPAN, tegangan maksimum terjadi pada SPAN [12].

EMTP
EMTP adalah sesuatu program komputer terintegrasi yang didesain untuk
menyelesaikan permasalahan peralihan (transient) pada sistem tenaga listrik untuk rangkaian
terkonsentrasi (lumped), rangkaian terdistribusi, atau kombinasi dari kedua rangkaian tersebut.
Seminar Nasional PIMIMD-5, ITP, Padang | 158

EMTP dapat digunakan untuk menganalisis transient pada rangkaian yang mengandung
parameter terkonsentrasi (R,L, dan C), saluran transmisi dengan parameter terdistribusi, saluran
yang tidak ditransposisi. EMTP sangat baik digunakan untuk menganalisis transient pada
operasi switching surge dan lightning surge karena program ini menyediakan fasilitas
permodelan untuk generator, CB (Circuit Breaker), transformator, arrester, sumber surja petir,
dan pemodelan saluran transmisi baik untuk saluran yang tergantung frekuensi maupun tidak
[12].

ANALISA DAN PEMBAHASAN


Pembahasan yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah analisa pengaruh panjang
SPAN terhadap jumlah gangguan petir pada saluran transmisi 150 kV Payakumbuh - Koto
Panjang dengan menggunakan EMTP sehingga nantinya dapat diperoleh panjang SPAN yang
optimal yang diijinkan, agar jumlah gangguan petir yang terjadi dapat diminimalisir. Analisis ini
menggunakan EMTP sebagai perangkat lunak pemodelan dan metode Anderson [15-17].
Dari investigasi data yang telah dilakukan maka didapatkan didapatkan 32 tower yang
mengalami lebih dari 2 kali gangguan petir. Tower yang di analisa adalah tower dengan nomor
1-140 karena nomor tower tersebut berada pada posisi daerah rawan petir dengan IKL 173
hari/tahun, sedangkan tower dengan nomor 141-248 memiliki IKL 22-25 hari/tahun.

Tabel 1 Data saluran


No Keterangan Nilai
1 Jenis Saluran SUTT 150 kV
2 Panjang saluran 169,9 Kms = 84,844 km
3 Jenis Tower AA, BB, CC, DD
5 Lebar Kaki Menara 5m
6 IKL 173 hari/tahun

Analisa pengaruh jumlah gangguan petir akan ditinjau dari panjang SPAN yang terdapat
pada saluran transmisi Payakumbuh – Koto Panjang. Analisa perhitungan backflash over ini
dilakukan pada nomor tower 1-140 karena isokeraunik level (IKL) pada rentangan tower ini
adalah 173 hari/tahun yang mana terdapat 32 tower yang telah diklasifikasikan yang sering
mengalami gangguan. . Data yang digunakan pada analisa ini dalah data dari tahun 2009 sampai
2018. Berdasarkan investigasi diidentifikasi jumlah gangguan petir yang terjadi berdasarkan
panjang SPAN.

Tabel 2. Data gangguan sesuai panjang SPAN


Panjang Jumlah Persentase Jumlah
SPAN gangguan gangguan Tower
150-250 23 17 22
251-350 47 36 55
351-450 62 47 63

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa pengaruh panjang SPAN terhadap jumlah gangguan
petir pada saluran transmisi dapat dilihat bahwa semakin panjang SPAN maka jumlah gangguan
petir semakin tinggi. Ketika panjang SPAN antara 351- 450 m jumlah gangguan adalah 62
gangguan/km/th atau sebesar 47%. Sedangkan panjang SPAN 150 – 250 m jumlah gangguan
petir adalah 23 gangguan/km/th atau sebesar 17%.
Seminar Nasional PIMIMD-5, ITP, Padang | 159

Gambar 3. Grafik Jumlah Gangguan Rate

Analisa Berdasarkan Metode Anderson


Metode ini digunakan untuk menghitung backflash over yang terjadi pada tower yang
mengalami sambaran petir. Perhitungan berdasarkan metode Anderson yang di lakukan pada
tower 1-140.

Tabel 3. Perbandingan observasi dan estimasi sebelum perbaikan dan sesudah perbaikan.

Gambar 5. Grafik perbandingan antara observasi dan estimasi sebelum sesudah

Dari grafik pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa perbedaan antara observasi sebelum
perbaikan dan observasi setelah perbaikan tahanan pentanahan kaki Menara terdapat perbedaan
yaitu sebelum perbaikan terdapat 102 gangguan dan setelah 30 gangguan. Estimasi terbesar
terdapat disebelum perbaikan tahanan pentanahan dengan tahanan rata rata tower yang
mengalami gangguan dari 1-140 adalah 34,39 dengan back flasover 164,38. Selain dari tahanan
pentanahan, arching horn juga mempengaruhi jumlah gangguan dan back-flashover.
Perbandingan antara hasil estimasi dan observasi sebelum perbaikan tidak jauh berbeda dengan
observasi 102 dan estimasi 88,16; 160,11 dan 164,38 jadi grafil estimasi sebelum perbaikan
signifikan.
Seminar Nasional PIMIMD-5, ITP, Padang | 160

Pada simulasi menggunakan EMTP yang didapatkan nilai tegangan dalam keadaan
normal dan nilai tegangan setiap tower ketika terjadi gangguan sambaran petir.
150
[kV]

100

50

-50

-100

-150
0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 [s] 0.10
(f ile bismillah.pl4; x-v ar t) v :TEGA v :TEGB v :TEGC

Gambar 6 Tegangan dalam keadaan normal

Gambar 6, gelombang tegangan normal pada saluran transmisi 150 kV yang mana
warna merah adalah fasa A (upper), warna hijau adalah fasa B (middle) dan warna biru adalah
fasa C (lower). Ketika dalam keadaan normal tegangan pada saluran tetap 150 kV. Pada
simulasi menggunakan EMTP ini yang membuat tegangan tetap dalam keadaan normal adalah
ketika menggunakan transposisi pada masing – masing tower.
100
[kA]

80

60

40

20

0
0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 [ms] 0.10
(f ile SAMBARAN_T60.pl4; x-v ar t) c:XX0112-XX0961

Gambar 7 Gelombang impuls 8/20

Pada Gambar 7 adalah gelombang impuls pada sambaran petir dengan arus yang
diinputkan pada simulasi ini adalah 100 kA dengan muka dan ekor gelombang yang digunakan
adalah 8/20 serta bentuk gelombang yang ditampilkan seperti gambar gambar diatas.
Gelombang impuls pada sambaran petir mendekati nilai 100 kA.
Pada Gambar 8 adalah tegangan sambaran petir yang terjadi pada tower 61 dengan
panjang SPAN 402 meter dan tahanan pentanahan 31 ohm. Dimana warna merah adalah fasa A
(upper), warna hijau adalah fasa B (middle) dan warna biru adalah fasa C (lower). Dari gambar
dapat dilihat bahwa ketika terjadi sambaran pada tower 61 tegangan fasa A adalah 1,8975 MV,
fasa B adalah 1,4042 MV dan fasa C 0,8199 MV. Tegangan fasa A lebih tinggi karena fasa
tersebut dekat dengan kawat tanah sedangkan tegangan fasa C lebih kecil karena lebih jauah
dari kawat tanah. Pada simulasi ini sambaran petir menyambar kawat tanah secara langguang
dengan arus 80 kA dan tahanan peredam yang digunakan adalah 60.
Seminar Nasional PIMIMD-5, ITP, Padang | 161

2.0
[MV]

1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5

-1.0
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 [ms] 1.0
(f ile SAMBARAN_T61.pl4; x-v ar t) v :18A v :18B v :18C

Gambar 8. Tegangan sambaran pada tower tower 61

Perbedaan lonjakan gelombang sambaran petir pada tower 61 antara fasa A, B dan C
disebabkan karena pososi fasa yang terletak di upper, midle dan lower. Lonjakan gelombang
yang tidak stabil disebabkan oleh lamanya gelombang sambaran petir yang terjadi pada tower
tersebut.

Gambar 9. Grafik tegangan sambaran petir dititik tower 61

Pada grafik Gambar 9, sambaran petir yang terjadi dititik tower 61 memiliki panjang
SPAN 402 meter dan tahanan pentanahan 31 ohm tegangan pada tower tersebut adalah 1,8975
MV. Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa tegangan pada masing – masing tower akan semakin
kecil apabila jauh dari titik sambaran petir, akan tetapi pada tower 11, 14 dan 16 mengalami
kenaikan tegangan, karena pada tower tersebut memiliki panjang SPAN yang besar, tahanan
pentanahan yang besar dan faktor kopling pada masing – masing tower.
Simulasi EMTP tegangan ketika sambaran petir mencapai mega ohm karena arus
sambaran petir yang digunakan adalah 100 kA dan tahanan peredam 10.000 ohm. Tegangan
sambaran petir pada masing – masing tower saat simulasi berbeda – beda sesuai tabel 4.4
tegangan sambaran terbesar terdapat pada tower 60 adalah 7,123 MV karena dipengaruhi oleh
lokasi tower yang berda dibukit, tahanan pentanahan dan aching horn. Rata – rata tegangan
masing –masing tower ketika kena sambaran adalah 6,8 MV. Pada simulasi EMTP ini besar
kecilnya tegangan sambaran tergantung dengan arus yang digunakan pada simulasi. Yang
Seminar Nasional PIMIMD-5, ITP, Padang | 162

mempengaruhi besar kecilnya tegangan sambaran pada simulasi EMTP adalah panjang SPAN
dan tahanan pentanahan.

KESIMPULAN DAN SARAN


Dari penelitian tentang pengaruh panjang SPAN terhadap jumlah gangguan petir pada
saluran transmisi 150 kV Payakumbuh – Koto Panjang dapat disimpulkan bahwa semakin
panjang SPAN pada saluran transmisi maka jumlah gangguan yang terjadi semakin besar
terbukti ketika panjang SPAN (150-250) meter memiliki jumlah gangguan 23 atau 17% dari
total gangguan sedangkan panjang SPAN (351-450) meter memiliki jumlah gangguan 62 atau
47% dari total gangguan.
Dari simulasi EMTP telah diketahui bahwa panjang SPAN yang optimal digunakan
pada saluran transmisi adalah 251-350 meter terbukti dari simulasi yang ditunjukkan pada
gambar 4.14 tegangan isolator ketika gangguan tidak melebihi dari standar BIL yaitu 1,2 MV.
Untuk pemasangan tower transmisi kedepannya panjang SPAN yang optimal digunakan
sebaiknya adalah 251 – 350 meter, supaya dapat mengurangi terjadinya gangguan petir.
Untuk simulasi berikutnya sebaiknya ditambahkan IEEE – Flash untuk mencari jumlah
gangguan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Y. Warmi dan F. Ismail, “Perbaikan Desain Proteksi Petir Saluran Transmisi 150 kV
Payakumbuh – Koto Panjang,” vol.7, No.1, Januari 2018.
[2] Y. Warmi and K. Michishita, “Lightning Trip-out of 150 kV Transmission Line: a Case
Study, International Review of Electrical Engineering (IREE), Vol 12, No 3, ISSN
1827 – 6660
[3] Y.Warmi and K.Michishita,”Tower Footing Resistance And Lightning Trip Out of 150
Kv Transmission Lines In West Sumatera In Indonesia,”ICTIS 2018.
[4] S. Abduh dan A. Septian, “analisis gangguan petir akibat sambaran langsung pada
saluran transmisi tegangan ekstra tinggi 500 kV,” vol.8, No.2, Portal Garuda 2009.
[5] Y.Warmi, K. Michishita,“ investigation of lightning performance on 150 kv
transmission lines in west sumatra in indonesia,” APL.2015.
[6] Y. Warmi and K. Michishita, “Investigation of Lightning Trip-out on 150 kV
Transmission Line in West Sumatra,” IEEJ Trans. Electrical and Electronic
Engineering., vol. 11, Issue. 5, pp.671–673, September 2016.
[7] C. E. Rianti, “analisa pengaruh arus saluran terhadap andongan dan tegangan tarik pada
saluran transmisi 150 kv GI Maninjau Simpang Empat” TA.2018.
[8] A. Wulandari, “analisa proteksi petir pada menara 150 kV Payakumbuh-Koto Panjang
(arching horn & transmission lightning arrester),” TA.2018.
[9] J.G.Anderson, “Lighning Performance Of Transmission Line,” chapter 12 elektik power
research institute 1982.
[10] A.R. Hileman, “Insulation Coordination For Power Systems,” CRC,Press Taylor &
Francis Group, 1999.
[11] Y. Warmi,” evaluasi koordiansi isolasi gardu induk 150 kV Umbilim – Kiliran Jao
akibat sambaran petir pada saluran transmisi,” Portal garuda, vol.6,No.2, 2011.
[12] T. E. McDermott,” Using IEEE Flash to Estimate Transmission and Distribution Line
Lightning Performance,” Senior Member, IEEE.2012.

Anda mungkin juga menyukai