Nama Kelompok 4:
Dosen Pembimbing:
FAKULTAS EKONOMI
2022
PROFIL PERUSAHAAN
PT Mulia Boga Raya Tbk (KEJU) memproduksi produk keju dengan merek Prochiz. Perusahaan
didirikan pada tahun 2006 di Jakarta dengan unit usaha utama sebagai distributor produk makanan dan
susu. Pada tahun 2009, Prochiz ditunjuk sebagai toll manufacturer untuk memproduksi produk-produk
PT Fonterra Brands Indonesia khususnya keju cheddar dengan merek Anchor. Namun, setahun kemudian
mulai memproduksi merek kejunya sendiri, Prochiz. Rangkaian produknya meliputi keju cheddar, keju
olesan, keju leleh cepat, irisan keju, dan saus salad. Perusahaan memiliki 2 pabrik dan 7 lini produksi di
Bekasi, Jawa Barat. Produknya juga diekspor ke 9 negara lain di seluruh dunia.
ANALISIS LEVERAGE
Leverage adalah penggunaan biaya/beban tetap dalam usaha untuk meningkatkan keuntungan.
Analisis leverage dapat digunakan untuk meningkatkan hasil pengembalian pemegang saham, tetapi
dengan risiko akan meningkatkan kerugian pada masa-masa suram.
Ada tiga jenis leverage yang digunakan untuk mengukur risiko sebuah perusahaan yaitu :
1. Leverage Operasi
Merupakan peluang untuk meningkatkan keuntungan sebelum bunga dan pajak melalui
peningkatan penjualan.
Rumus : DOL = % Perubahan EBIT
% Perubahan Penjualan
2. Leverage Keuangan
Merupakan peluang untuk meningkatkan keuntungan sebelum bunga dan pajak melalui
penggunaan dana pinjaman.
Rumus : DFL = % Perubahan EPS
% Perubahan EBIT
3. Total Leverage
Merupakan total peluang untuk meningkatkan keuntungan melalui peningkatan operasi dan
penggunaan dana dari luar berupa pinjaman atau utang.
Rumus : DTL = % Perubahan EPS
% Perubahan Penjualan
LAPORAN LABA RUGI PT MULIA BOGA RAYA Tbk
1. Leverage Operasi
TAHUN
Keterangan 2017 2018 2019 2020 2021
EBIT 62.525.099.652 95.986.781.449 136.949.170.761 154.218.330.546 176.016.342.839
856.750.384.30
PENJUALAN 788.531.073.755 1 978.806.205.312 900.852.668.263 1.042.307.144.847
(%) Perubahan EBIT - 54% 43% 13% 14%
(%) Perubahan PENJUALAN - 9% 14% -8% 16%
DOL - 6,19 3,00 -1,58 0,90
Interpretasi :
DOL pada tahun 2018 adalah 6,19 artinya tingkat elastisitas operasi pada output penjualan
terhadap EBIT sebesar 6,19 kali, ini berarti bahwa penjualan perusahaan pada tahun 2018 naik 10% maka
laba operasi akan naik 6,19 x 10% = 61,9%. Sebaliknya, jika penjualan turun 10% maka penurunan
tersebut berakibat pada EBIT yang juga ikut turun senilai 61,9%. Kondisi ini juga berlaku pada tahun
2019 sampai 2021. Jika di masing-masing tahun terjadi perubahan kenaikan atau penurunan atas
penjualan terhadap EBIT maka DOL akan ikut berubah.
Jadi,dari tahun 2018 sampai 2021 terlihat bahwa pada tahun 2018 memiliki resiko yang lebih
besar dari tahun sebelumnya karena kontribusi laba operasi yang diperoleh digunakan untuk menutupi
total biaya penjualan.
2. Leverage Keuangan
TAHUN
Keterangan 2017 2018 2019 2020 2021
EPS 71,46 112,47 79,71 80,67 96,47
EBIT 62.525.099.652 95.986.781.449 136.949.170.761 154.218.330.546 176.016.342.839
(%) Perubahan EPS - 57% -29% 1% 20%
(%) Perubahan EBIT - 54% 43% 13% 14%
DFL - 1,07 -0,68 0,10 1,39
Interpretasi :
DFL pada tahun 2018 adalah 1,07 artinya apabila EBIT naik 10% maka EPS akan naik 1,07x10%
=10,7%, sebaliknya, jika EBIT turun 10% maka penurunan tersebut berakibat pada EPS yang juga ikut
turun senilai 10,7%. Kondisi ini juga berlaku pada tahun 2019 sampai 2021. Jika di masing-masing tahun
terjadi perubahan kenaikan atau penurunan atas EBIT maka DFL akan ikut berubah.
Jadi,dari tahun 2018 sampai 2021 terlihat bahwa pada tahun 2021 memiliki resiko yang lebih
besar dari tahun sebelumnya karena kontribusi laba yang diperoleh digunakan untuk menutupi bunga
yang lebih besar atau EBIT.
3. Total Leverage
TAHUN
Keterangan 2017 2018 2019 2020 2021
EPS 71,46 112,47 79,71 80,67 96,47
788.531.073.75
PENJUALAN 5 856.750.384.301 978.806.205.312 900.852.668.263 1.042.307.144.847
(%) Perubahan EPS - 57% -29% 1% 20%
(%) Perubahan
PENJUALAN - 9% 14% -8% 16%
DTL - 6,63 -2,04 -0,15 1,25
Interpretasi :
DTL pada tahun 2018 adalah 6,63 artinya apabila penjualan naik 10% maka EPS akan naik 6,63 x
10% = 66,3%, sebaliknya, jika penjualan turun 10% maka penurunan tersebut berakibat pada EPS yang
juga ikut turun senilai 66,3%. Kondisi ini juga berlaku pada tahun 2019 sampai 2021. Jika di masing-
masing tahun terjadi perubahan kenaikan atau penurunan atas penjualan terhadap EPS maka DFL akan
ikut berubah.
Jadi,dari tahun 2018 sampai 2021 terlihat bahwa pada tahun 2018 memiliki resiko yang lebih
besar dari tahun sebelumnya karena kontribusi perubahan yang diperoleh digunakan untuk menutupi
penjualan.