Anda di halaman 1dari 2

Ucapan adalah doa, Begitulah gambaran yang dialamu kelima orang sahabat yang tengah

berpetualang di Rowo Bayu. Siapa yang menanam ia yang menuai, jika ucapan kita baik, pikiran kita baik
maka hal-hal yang terjadi akan sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Karena tuhan tidak tidur. Beranjak
ketempat yang baru bukan berarti kita memilki aturang sendiri, namun disii bumi

Mentari bersinar terang diiringi dengan senyum kebahagian para remaja yang sedang menikmati
liburan semesternya. Dewi, Bayu, Ratna, Putri, dan Bima adalah teman susah senang melawan tuga-
tugas kuliah dan kerasnya hidup dikota orang karena mereka adalah anak rantau. Liburan kali ini mereka
memutuskan untuk berpetualang dirumah Dewi, letaknya di Kota Banyuwangi, Desa Songgon tepatnya.
Desa yang masih asri, dengan pepohonan yang selalu ada disetiap jalannya, Orang-orang yang ramah,
dan temoat wisata yang unik sampai yang berbau mistis. Banyuwangi yang dikenal dengan kota mistis
membuat ke 5 sahabat ini memilki rasa keingintahuan untuk pergi kesana. Selama berlibur, mereka
tinggal di rumah bibi Dewi yang letaknya ada dipusat desa songgon, cukup ramai karena dekat dengan
jalan raya dan pasar. Rumah yang sederhana, dengan nuansa masih seperti rumah didesa seperti
umumnya, terdapat 2 kamar yang kosong, yang cukup untuk ditempati oleh ketiga perempuan dan dua
laki-laki itu. Dewi adalah anak yatim piatu yang sejak kecil sudah diasuh oleh bibinya yaitu bi Rahayu. Bi
Rahayu sudah menganggap Dewi seperti anak sendiri, terlebih lagi Bi Rahyu tidak bisa memiliki
keturunan karena ada masalah fisik yang dialaminya. Serti halnya anak muda sekarang, mereka ingin
tahu keberadaan tempat wisata Rowo Bayu yang katanya tidak jauh dari Rumah Dewi, meski harus
menyewa mobil.

“Ayo kita main ke Rowo Bayu yuk” ucap Bayu dengan melempar kulit kacag diteman-temannya
sambil gurau. Kebetulan sore itu mereka sedang menikmati kacang rebus buatan bi rahayu yang
disuguhkan kepada keempat teman Dewi yang baru sampai pagi tadi, sekitar 2 jam yang lalu. “Temoat
apa tuh?” celetuk Putri. “Rowo Bayu deket sih dari sini, disitu temoatnya adem banget, tapi yagitu kita
harus jaga kesopanan” saut Dewi. “ Aku pernah denger tempat itu, katanya mistis ya dew? Boleh juga
nih kalo kita awali pergi kesana, aku kepo nih” ucap Bima. Mereka beradu pendapat bingung ingin pergi
kesana, disisi lain Putri yang perempuan penakut hanya bisa menolak, karena ia tidak ingi terjadi apa-
apa. Tidak terasa kacang rebus camilan mereka sudah habis dengan peraduan pendapat yang tak
kunjung kelar. “Yasudah kita jadi pergi ke Rowo Bayu yaa” ucap Dewi. “Ngentenpunnnn, setujuu” saut
Bima dengan girang. “Yasudah deh” saut yang lain. Mereka bersiap-siap untuk pergi kesana, hari sudah
pukul 3 sore dan Dewi sibuk tuntuk menelpon supir untuk mengantarkan mereka jalan-jalan. “Bu kita
mau main ke Rowo Bayu dulu, teman-temanku ingin tahu ada apa disana” ucap Dewi sambil
berpamitan dengan orang yang sudah kerap ia panggil ibu itu. “Ini sudah sore Dewi, lebih baik besok
saja, apalagi pasti sampai sana matahari pasti sudah mulai terbenam, gabagus keluar mau magrib
begini” saut bi Rahayu dengan nada yang tinggi. “ Ibu Cuma gamau terjadi sesuatu saja dengan kalian
nak” ucapnya kembali. Kelima orang itu hanya bisa terdiam dan bingung akan berbuat apa. Selang
beberapa menit, mobil avnza warna silver mengkilat sudah mengepim dan mengode untuk segera
masuk. “ Bu, kita sudah pesan mobil untuk pergi kesana, tidak papa ya bu, kita akan jaga diri kok” ucap
dewi memelas. “ Kami akan jaga anak perempuannya kok bi rahayu,” saut Bayu. “Tenan mawon bu, kulo
niki setia ing rencag-rencang niki, kulo jaga kokk” celetuk Bima dengan wajah yang memelas seperti
anak kecil. “ Yasudah, kalian hati-hati ya, jaga kesopanan, jangan mikir yang aneh-aneh, baca sholawat
kalau terjadi apa-apa ya”. Mereka bergegas memasuki mobil dan memberi salam serta melambai-lambai
kegirangan karena sudah diberi izin oleh Bi Rahayu. Dari rumah Dewi ke Rowo Bayu membutuhkan
waktu sekitar lima belas menit, namun waktu itu ada perbaikan jalan yang menyebabkan macet sekitar
500 meter hingga waktu molor 2 kalinya. Setelah perjalanan lancer kembali, mereka sangat menikmati
perjalanan karena suasana sore hari yang sejuk dengan pepohonan yang rindang, membuat mencuci
mata mereka karena setiap harinya sudah diepnuhi oleh kertas dan lembar tugas. “Brakkkkkk,
Astagfirullah” Ucap pak supir dengan kaget dengan mengerem mobil yang mendadak. “Kenapa pak, ada
apa?” ucap Dewi dengan raut wajah kaget begitu pula ke empat orang lainnya. “Bapak nabrak kucing
neng, warna hitam pula, bentar ya bapak mau kubur dulu kucingnya” ucap pak supir dengan bergegas
turun dan segera mengubur kucing mati tersebut dipinggir jalan yang kebetulan ada tanah kosong.
Setelah selesai mengubur kucing tersebut, pak supi kembali menjalankan mobilnya dan berkata “Nanti
jaga diri baik-baik ya, hari juga sudah mulai sore” ucap nya dengan was-was. “Iya pak” ucap kelima orang
tersebut. “Pak, saya pernah tahu dari internet, katanya kalau kita habis nabrak kucing warna hitam
berrati kita akan dikenahi musibah?” ucap Bayu. “Hah? Yang bener? Aduh takut aku, nanti kita
kesurupan disana gimana, kita kan orang baru, aduh aku takut banget, kan di banyuwangi juga katany
juga angker” Saut kaget ratna dengan bicara tanpa nada henti. “Kamu jangan gitu dong ratna, aku kan
jadi takut juga” ucap Putri ketakutan. “Sudah-sudah ini sudah sampai, nanti kalian jaga diri ya, bapak
tunggu diparkiran,nanti ini jalan lurus saja sampai ada pos, di posnya ada penunggunya kok, jadi kalian
bisa minta untuk diajak keliling rowo bayu” Kata pak supir, sambil memarkirkan mobil dan memberi
uang pada penjaga parkiran. “Baik pak” jawab mereka sambil turun dari mobil. “Serem banget ya
tempatnya” ucap Putri dengan takut dan berjalan dibelakang bima karena ketakutan . “Gapapa kok, tuh
dia posnya yuk kita kesana” Mereka berjalan menuju pos dan menemui penjaga pos berna Pak Prabu.
Berumuran kira-kira 40 tahun dengan adat osing. “Selamat sore pak, kita ingin keliling rowo bayu pak,
bisa anterin gak pak? Ucap Dewi dengan ramah. “Oh ayo mari saya antar, tapi ni sudah sore, kalian
jangan berisik ya takut nanti penunggu disini marah” ucapnya sambil berjalan mengawal kelima orang
itu berkeliling. “Penunggu? Maksudnya pak?” ucap Bayu kebingungan. Pak Prabu hanya diam dan
melanjutkan perjalanannya.

Anda mungkin juga menyukai